Anda di halaman 1dari 3

BERITA BOHONG YANG ADA DI UU PASAL 28 AYAT 1

Latar Belakang
Pada masa ini, kemajuan Ilmu pengetahuan dan Ilmu teknologi sangat pesatsehingga memuda
hkan masyarakat dalam mengakses segala hal salah satunyainformasi. Seiring perkembangan
nya, kemajuan teknologi ini tidak hanyamemberikan dampak positif tetapi juga memberikan 
dampak negatif. Dalammengakses informasi saat ini, penyampaian akan informasi sangat mu
dah dancepat. Dimana seseorang dengan sangat mudah memproduksi informasi danmembagi
kannya lewat media sosial seperti
Facebook, Twitter,Instagram,Google,Youtube ataupun pesan genggam seperti
WhatsApp,LINE,BBM (Blackberry Messenger)dan lain sebagainya yang tidak dapat disaring 
dengan baik.Media sosial merupakan media bersifat
Online Tools yang memfasilitasiinteraksi antar penggunanya dengan cara pertukaran informa
si, pendapat dan permintaan. Melalui media sosial dan alat elektronik seperti
Smartphone, informasiyang dikeluarkan oleh perseorangan maupun badan usaha sangat muda
h tersebardan dibaca oleh banyak orang. Informasi yang telah dibaca dapat mempengaruhiem
osi, perasaan, pikiran bahkan tindakan baik individu maupun kelompok. Sangatdisayangkan a
pabila media sosial digunakan untuk memperoleh dan memberikaninformasi yang tidak akura
t apalagi sampai menjadikan media sosial sebagai alat penyebaran berita bohong (hoax) deng
an menggunakan judul yang sangatmemprovokasi untuk mengarahkan para pembaca kepada 
opini publik yang negatif.Opini negatif tersebut seperti cacian, makian, fitnah, penyebar kebe
ncian dan lainsebagainya yang membuat sebagian orang takut serta merasa terancam sehingg
a berpotensi merusak nilai, makna serta pengamalan sila ketiga Pancasila yaitu
“Persatuan Indonesia”
PEMBAHASAN MENGENAI BERITA BOHONG YANG ADA DI UU PASAL 28 AYAT
1
Jerat Pidana Bagi Penyebar Berita Bohong Pasal 28 ayat (1)  sebagaimana yang telah diubah
oleh Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang Perubahan Atas Undang-Undang
Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (“UU
19/2016”) menyatakan:
Setiap orang dengan sengaja, dan tanpa hak menyebarkan berita bohong dan menyesatkan
yang mengakibatkan kerugian konsumen dalam Transaksi Elektronik.

Terkait dengan rumusan Pasal 28 ayat (1) UU ITE yang menggunakan frasa “menyebarkan
berita bohong”, sebenarnya terdapat ketentuan serupa dalam Pasal 390 Kitab Undang-
Undang Hukum Pidana (“KUHP”) walaupun dengan rumusan yang sedikit berbeda yaitu
digunakannya frasa “menyiarkan kabar bohong”. Pasal 390 KUHP berbunyi sebagai berikut:
Barang siapa dengan maksud hendak menguntungkan diri sendiri atau orang lain dengan
melawan hak menurunkan atau menaikkan harga barang dagangan, fonds atau surat berharga
uang dengan menyiarkan kabar bohong, dihukum penjara selama-lamanya dua tahun delapan
bulan.
Menurut R.Soesilo dalam bukunya Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) serta
Komentar-Komentarnya Lengkap Pasal Demi Pasal (hal. 269), terdakwa hanya dapat
dihukum dengan Pasal 390 KUHP, apabila ternyata bahwa kabar yang disiarkan itu adalah
kabar bohong. Yang dipandang sebagai kabar bohong, tidak saja memberitahukan suatu
kabar yang kosong, akan tetapi juga menceritakan secara tidak betul tentang suatu kejadian.
Menurut hemat kami, penjelasan ini berlaku juga bagi Pasal 28 ayat (1) UU ITE. Suatu berita
yang menceritakan secara tidak betul tentang suatu kejadian adalah termasuk juga berita
bohong.
Menurut saya,kata “bohong” dan “menyesatkan” adalah dua hal yang berbeda. Dalam frasa
“menyebarkan berita bohong” yang diatur adalah perbuatannya, sedangkan dalam kata
“menyesatkan” yang diatur adalah akibat dari perbuatan ini yang membuat orang
berpandangan salah/keliru. Selain itu, untuk membuktikan telah terjadi pelanggaran terhadap
Pasal 28 ayat (1) UU ITE maka semua unsur dari pasal tersebut haruslah terpenuhi.
Orang yang melanggar ketentuan Pasal 28 ayat (1) UU ITE dapat diancam pidana
berdasarkan Pasal 45A ayat (1) UU 19/2016, yaitu:
Setiap Orang yang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan berita bohong dan
menyesatkan yang mengakibatkan kerugian konsumen dalam Transaksi Elektronik
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 6
(enam) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 1 miliar.

Contoh Kasus
Sebagai contoh dapat kita lihat dalam Putusan Pengadilan Tinggi DKI Jakarta Nomor:
36/Pid.Sus/2018/PT.DKI, putusan tersebut menguatkan Putusan Pengadilan Negeri Jakarta
Barat Nomor 1116/Pid.Sus/2017/PN.Jkt.Brt, dalam putusan tingkat pertama tersebut
terdakwa dinyatakan terbukti secara sah dan meyakinkan, bersalah melakukan tindak pidana
secara bersama-sama melakukan penipuan dengan sarana Transaksi Elektronik dan Tindak
Pidana Pencucian Uang. Penipuan tersebut dilakukan dengan cara tanpa hak menyebarkan
berita bohong dan menyesatkan mengenai investasi yang mengakibatkan kerugian konsumen.
Perbuatan terdakwa tersebut, diancam pidana sebagaimana yang diatur dalam Pasal 45A ayat
(1) UU 19/2016 jo. Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP
Terdakwa dihukum dengan pidana penjara selama 10 (sepuluh) tahun dan dijatuhkan pula
pidana denda sebesar Rp 500 ribu dengan ketentuan apabila denda tidak dibayar diganti
dengan pidana kurungan selama 3 (tiga) bulan kurungan.

Kesimpulan
 Hoax merupakan sebuah berita bohong yang dibuat dengan tujuanmengolok-
olok maupun menipu individu atau kelompok. . Hoax disebarkan pada umumnya bertujuan u
ntuk bahan lelucon atau sekedariseng,menjatuhkan pesaing (black campaign), promosi denga
n penipuan,membuat dan menggiring opini publik yang negatif sepertifitnah,kritik tajam,peny
ebar kebencian dan lainnya. Penyebaran berita hoaxdapat dilakukan dimanapun, melalui medi
a apaoleh siapapun.Salah satu alat penyebaran berita hoax yang sedang marak saat ini adalah
media sosial. Media sosial dapat dengan mudah di akses melalui telepongengam atau telepon 
pintar(smartphone). Hoax juga sangat memengaruhi persatuan dan kesatuan bangsa.Dengan a
danya berita hoax
Ratna Sarumpaet ini dapat menimbulkansebagian masyarakat geram dan emosi sehingga me
munculkan opini negatifseperti fitnah,kritik tajam,ancaman, dan lain sebagainya yang menunj
uk pihak tertentu sehingga mengancam persatuan dan kesatuan bangsa, hal inisangat tidak ses
uai dengan makna,nilai dan pengamalan sila ketigaPancasila.Peran pemerintah dan masyarak
at dalam menanggapi adanya berita hoax
di media sosial juga sangat penting. Pemerintah telah mengambillangkah tegas dengan mener
bitkan UU No. 11 Tahun 2008 tentangInformasi dan Transaksi Elektronik (ITE) yang diperba
rui dengan UU No.19 Tahun 2016 tentang Perubahan atas UU No. 11 Tahun 2008 tentangInf
ormasi dan Transaksi Elektronik (ITE). Masyarakat juga jangan mudahterpengaruh dengan a
danya berita yang belum tentu kebenarannya dengancara tidak menelan mentah-mentah infor
masi yang didapatkan dan harusmencari tahu dari mana sumber informasi yang didapatkan

SARAN
Dalam kehidupan yang serba teknologi ini, berita hoax semakin
parah dari tahun ke tahun, maka dari itu masyarakat diimbau untuk tidaklangsung percaya be
gitu saja terhadap suatu berita. Masyarakat harusmengenali ciri-ciri beritahoax,sehingga tidak 
mudah untuk dipengaruhioleh berita yang belum jelas kebenarannya. Mempunyai smartphone
seharusnya bisa menjadikan smartpeople juga.

Anda mungkin juga menyukai