Anda di halaman 1dari 49

JurnalYuridisVol.6 No.

2,Desember2019:33-54 P-ISSN:1693-4458
E-ISSN:2598-5906

NAMA : HANA FADILLAH

KELAS : A

NIM: 1965142030

NOABSEN : 30

CONTOH KASUS

KEBIJAKAN PENEGAKAN
HUKUMDALAMSISTEMPERADILANPIDANAINDO
NESIA

ViviAriyanti

Fakultas Syari’ahIAINPurwokerto
Jl. AhmadYaniNo. 40-APurwokertoJawaTengah
Email:viviariyanti@iainpurwokerto.ac.id

Abstrak
Penegakanhukummerupakansuatukeharusanyangdijalankannegaradalammelindungiwar
ganya,karenapenegakanhukumadalahmenegakkannilai-
nilaikebenarandankeadilan.Usahapenanggulangankejahatandenganhukumpidanapadaha
kikatnyaadalahbagiandariusahapenegakanhukumpidana.Penegakanhukumpidanadiwuju
dkanmelaluisuatukebijakanhukumyangmerupakanbagiandaripolitikhukumnasional.Hali
ni melibatkan berbagai unsur dalam negara, mulai dari pembuat undang-undang,
aparatpenegakhukum,sampaiwarganegara.Fokuspembahasanmakalahiniadalahbagaiman
akah kebijakan penegakan hukum pidana terhadap penanggulangan kejahatan,dan faktor
apakah yang dapat menunjang penerapan kebijakan penegakan hukum pidanaterhadap
penanggulangan kejahatan. Pembahasan makalah ini terdiri dari empat poinutama, yaitu
kebijakan penegakan hukum, faktor perundang-undangan, faktor
penegakhukum,danfaktorbudayahukummasyarakat.Kajianiniberkesimpulanbahwakebija
kanpenegakan hukum pidana dapat dimulai dengan pembentukan produk hukum yang
tepatdansesuaidenganperkembanganmasyarakat.Adapunkendalayangdihadapipenegakan
hukum dapat bersumber dari perundang-undangan, aparat penegak hukum, dan
budayahukummasyarakat.

KataKunci:KebijakanHukum,PenegakanHukum,HukumPidana,SistemPeradilanPidana,
BudayaHukum

33
JurnalYuridisVol.6 No.2,Desember2019:33-54 P-ISSN:1693-4458
E-ISSN:2598-5906

Abstract
Lawenforcementisanecessitycarriedoutbythestateinprotectingitscitizens, becauselaw
enforcement is upholding the values of truth and justice. Efforts to tackle crime
withcriminal law are essentially part of criminal law enforcement policies. Criminal
lawenforcementisrealizedthroughalegalpolicywhichispartofnationallawpolicies.Thisinv
olves various elements in the country, ranging from legislators, law
enforcementofficials, to citizens. The focus of discussion in this paper is how is the
policy of criminallaw enforcement against crime prevention, and what factors can
support the applicationof criminal law enforcement policies against crime prevention.
The discussion of thispaper consists of four main points, namely law enforcement
policies, legislative
factors,lawenforcementofficerfactors,andthecitizens’legalculturefactors.Thisstudyconclu
ded that the policy of criminal law enforcement can begin with the
establishmentofappropriatelegalproductsthatareinaccordancewiththedevelopmentofsoci
ety.Theconstraints faced by law enforcement can be derived from legislation, law
enforcementofficials,andcitizens'legalculture.

34
JurnalYuridisVol.6 No.2,Desember2019:33-54 P-ISSN:1693-4458
E-ISSN:2598-5906

Keywords:LawPolicy,LawEnforcement,CriminalLaw,CriminalJusticeSystem,LegalCultur
e

A. PENDAHULUAN

1. LatarBelakang

Pembentukan negara Indonesia oleh para pendiri bangsa tidak lain

memilikisuatu tujuan yang mulia yaitu mendorong dan menciptakan kesejahteraan

umum dalampayung Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berlandaskan

Pancasila.1Tujuan ataucita-cita tersebut tercermin dalam Pembukaan Undang-Undang

Dasar Negara RepublikIndonesia Tahun 1945 (UUD 1945), yaitu “untuk membentuk

suatu Pemerintah

NegaraIndonesiayangmelindungisegenapbangsaIndonesiadanseluruhtumpahdarahIndon

esia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa,dan

ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaianabadi

dan keadilan sosial”. Menurut M. Solly Lubis, “melindungi segenap bangsa danseluruh

tumpah darah” mempunyai makna melindungi dengan alat-alat hukumdan

alatkekuasaanyangada,sehinggadinegarainiterdapattataaturanyangmenjamintatatertibdal

am masyarakat untuk mewujudkan kesejahteraan baik moril maupun materiil,

fisikmaupun mental, melalui tata hukum yang berlaku, baik yang tertulis maupun yang

tidaktertulis.2

Selain itu, UUD 1945 melalui Pasal 1 ayat (3) juga menetapkan bahwa

negaraIndonesia adalah negara hukum. Dari Pasal ini dapat ditarik pemahaman bahwa

negaraIndonesiaberdasarkanhukum(rechtstaat),danbukanberdasarkankekuasaaanbelaka

1
Erfandi,“ImplementasiNilai-
NilaiPancasiladalamPembangunanSistemHukumPidanadiIndonesia”,JurnalIlmiahPendidikanPancasiladan
Kewarganegaraan, Th. 1,Nomor1,Juni2016.
35
JurnalYuridisVol.6 No.2,Desember2019:33-54 P-ISSN:1693-4458
E-ISSN:2598-5906

2
M.SollyLubis, PembahasanUUD’45,Bandung:Alumni, 1985,hlm.24.

36
JurnalYuridisVol.6 No.2,Desember2019:33-54 P-ISSN:1693-4458
E-ISSN:2598-5906

(machstaat).NegaraIndonesiamerupakannegarahukumyangdemokratisdanberlandaskan

pada konstitusi yang telah diterima oleh seluruh bangsa Indonesia. Karenaitulah, aparat

penegak hukum harus selalu menjunjung tinggi hak asasi manusia,

danmenjaminsemuawarganegarabersamaankedudukannyadidalamhukumdanpemerintah

an serta wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak adakecualinya.

Aturan-aturan dalam hukum menegaskan hal-hal apa saja yang seharusnyadilakukan

oleh warga negara sebagai suatu kewajiban, hal-hal yang dibolehkan untukdilakukan

sebagai suatu pilihan serta hal-hal yang tidak dibolehkan untuk dilakukansebagai suatu

bentuk larangan. Sistem hukum mempunya tujuan dan sasaran tertentu.Tujuan dan

sasaran hukum tersebut dapat berupa orang-orang yang secara nyata berbuatmelawan

hukum, juga berupa perbuatan hukum itu sendiri, dan bahkan berupa alat atauaparat

negara sebagai penegak hukum. Sistem hukum mempunyai mekanisme tertentuyang

menjamin terlaksananya aturan-aturan secara adil, pasti dan tegas, serta

memilikimanfaat untuk terwujudnya ketertiban dan ketenteraman masyarakat. Sistem

bekerjanyahukumtersebutmerupakanbentukdaripenegakanhukum. 3

Penegakan hukum merupakan suatu keharusan yang dijalankan negara

dalammelindungi warganya, karena tindak pidana merupakan permasalahan masyarakat

yangmendesak untuk diatasi agar tercapai kehidupan yang harmonis, tertib dan

tenteramsebagai wujud dari masyarakat yang damai. Berbagai catatan tentang

penegakan hukumpidana banyak diberitakan oleh media massa baik cetak maupun

elektronik. Hal inimenggambarkanadanyapeningkatandanintensitaspemberitaankasus-

kasustindakpidana yang berarti masyarakat merasa perlu diperhatikan keamanan,

ketertiban, dankeadilannya.

3
BardaNawawiArief,PembaharuanHukumPidanadalamPerspektifKajianPerbandingan,Bandung:Ci
traAdityaBakti, 2011, hlm.3.

37
JurnalYuridisVol.6 No.2,Desember2019:33-54 P-ISSN:1693-4458
E-ISSN:2598-5906

2. RumusanMasalah

Berdasarkan latar belakang di atas, makalah ini membahas hal-hal yang

dapatmenunjang berlakunya suatu kebijakan penegakan hukum pidana. Fokus

pembahasanmakalahiniadalahsebagaiberikut:

1. Bagaimanakahkebijakanpenegakanhukumpidanaterhadappenanggulangankejahatan?

2. Faktor apakah yang dapat menunjang penerapan kebijakan penegakan hukum

pidanaterhadappenanggulangankejahatan.

Pembahasanmakalahiniterdiridariempatpoinutama,yaitukebijakanpenegakanhu

kum,faktorperundang-undangan,faktorpenegakhukum,danfaktorbudaya

hukummasyarakat.

B. PEMBAHASAN

1. KebijakanPenegakanHukumPidana

Sebelum membahas kebijakan hukum pidana, perlu dibahas terlebih dahulu

apayangdimaksuddengankebijakanhukumpidana.Hukumpidanasecaraumummengandun

g setidaknya dua jenis norma, yakni norma yang harus selalu dipenuhi agarsuatu

tindakan dapat disebut sebagai tindak pidana, dan norma yang berkenaan

denganancamanpidanayangharusdikenakanbagipelakudarisuatutindakpidana.Secaraterin

ciundang-undang hukum pidana telah mengatur tentang: 1) bilamana suatu pidana

dapatdijatuhkanbagiseorangpelaku,2)jenispidanayangbagaimanakahyangdapatdijatuhka

nbagipelakutersebut,3)untukberapalamapidanadapatdijatuhkanatauberapa

38
JurnalYuridisVol.6 No.2,Desember2019:33-54 P-ISSN:1693-4458
E-ISSN:2598-5906

besarnya pidana denda yang dapat dijatuhkan, dan 4) dengan cara bagaimanakah

pidanaharusdilaksanakan.4

Sudahumumdiketahuibahwatindakpidanamerupakanpelanggaranataskepentinga

n negara sebagai representasi kepentingan publik. Hal ini kemudian menjadidasar

kewenangan bagi negara untuk menentukan, membuat peraturan, menuntut,

danmenghukum seseorang yang melanggar peraturan/hukum pidana. Hal ini diperkuat

olehpengklasifikasian ilmu hukum di mana hukum pidana adalah bagian dari hukum

publikyangtidakmembolehkancampurtanganindividu. 5Disinilahletakpentingnyakebijaka

nnegara dalam kaitannya dengan penetapan aturan perundang-undangan hukum

pidana.Dalammenentukansuatutindakpidana digunakankebijakanhukumpidana.

Penegakanhukumpidanamerupakansalahsatubentukdariupayapenanggulangank

ejahatan.Penggunaanhukumpidanasebagaialatuntukpenanggulangankejahatanmerupakan

bagiandarikebijakankriminal.Upayapenanggulangankejahatandenganhukumpidanaterseb

utdilakukandalamrangkauntukmencapaitujuanakhirdarikebijakankriminalitusendiri,yaitu

memberikanperlindunganmasyarakatagarterciptaketertibandankesejahteraan.Upayauntu

kmencegahdanmenanggulangikejahatandenganmenggunakansaranahukumpidanadisebut

jugadengan istilah penal policy atau kebijakan penal. Kebijakan hukum pidana tidak

hanyasebatas membuat suatu peraturan perundang-undangan yang mengatur hal-hal

tertentu.Tetapilebihdariitu,kebijakanhukumpidanamemerlukan

pendekatanyangmenyeluruhyangmelibatkanberbagaidisiplinilmuhukumselainilmuhuku

mpidanasertakenyataandidalammasyarakatsehinggakebijakanhukumpidanayangdigunak

antidakkeluardari

4
P.A.F. Lamintang dan Theo Lamintang, Hukum Penitensier Indonesia, edisi ke-2, cet. 2,
Jakarta:SinarGrafika, 2012, hlm. 1.
5
Mudzakkir,“PosisiHukumKorbanKejahatandalamSistemPeradilanPidana”,Disertasi,ProgramPasca
sarjanaFakultas HukumUiniversitasIndonesia,Jakarta,2001,hlm.145.

39
JurnalYuridisVol.6 No.2,Desember2019:33-54 P-ISSN:1693-4458
E-ISSN:2598-5906

konsep yang lebih luas yaitu kebijakan sosial dan rencana pembangunan nasional

dalamrangka mewujudkankesejahteraanmasyarakat. 6

Sudartomenjelaskan,sebagaimanadikutipBardaNawawiArief,bahwakebijakanpe

nalmempunyaduaarti,yaituartisempityangmemilikicakupankeseluruhanasasdanmetodeya

ngmenjadidasardarireaksiterhadappelanggaranhukumyangberupapidana; dan arti luas

yang mencakup keseluruhan fungsi dari aparatur penegak hukumtermasukdidalamnya

carakerja daripengadilandanpolisi.7

Masalah kebijakan hukum pidana bukanlah semata-mata pekerjaan

pembuatanperundang-undangan semata. Dalam hal pembuatan perundang-undangan

pidana, hal iniselaindapatdilakukansecarayuridisnormatifdansistematik-

dogmatik,jugamemerlukanpendekatanyuridisfaktualyangdapatberupapendekatansosiolo

gis,historisdankomparatif, bahkan memerlukan pula pendekatan komprehensif dari

berbagai

disiplinsosiallainnyadanpendekatanintegraldengankebijakansosialdanpembangunannasi

onalpadaumumnya.8

Marc Ancel menyatakan, sebagaimana dikutip Barda Nawawi Arief,

bahwamodern criminal science terdiri dari 3 (tiga) komponen, yaitu criminology,

criminal

law,danpenalpolicy.Dalamhalpenalpolicy,Ancelmenyatakanbahwaituadalahsuatuilmuse

kaligus seniyangpada akhirnya mempunyai tujuanpraktis untuk

memungkinkanperaturan hukum positif dirumuskan secara lebih baik dan untuk

memberikan pedomantidakhanyakepadapembuatundang-

undang,tetapijugakepadapengadilanyang

6
EllenBenoit,“NotJustaMatterofCriminalJustice:States,Institutions,andNorthAmericanDrugPolicy”,
40
JurnalYuridisVol.6 No.2,Desember2019:33-54 P-ISSN:1693-4458
E-ISSN:2598-5906

SociologicalForum,Vol. 18, No.2, Juni, 2003.


7
BardaNawawiArief,KebijakanLegislatifdalamPenanggulanganKejahatandenganPidanaPenjara,c
et. 3, Yogyakarta:GentaPublishing, 2010, hlm. 35.
8
BardaNawawiArief,BungaRampaiKebijakanHukumPidana(PerkembanganPenyusunanKonsepKU
HPBaru), cet. 1,Bandung:CitraAdityaBakti,2014, hlm.24.

41
JurnalYuridisVol.6 No.2,Desember2019:33-54 P-ISSN:1693-4458
E-ISSN:2598-5906

menerapkanundang-

undang,danjugakepadaparapenyelenggaraataupelaksanaputusanpengadilan. 9

Selanjutnya Marc Ancel, dalam Barda Nawawi Arief, menyatakan bahwa

tiapmasyarakatyangterorganisirmemilikisistemhukumpidanayangterdiridari:1)peraturan-

peraturanhukumpidanadansanksinya,2)suatuprosedurhukumpidana,dan

3)suatumekanismepelaksanaanpidana.10

Pengambilansuatukebijakanuntukmembuatperaturanhukumpidanayangbaikpada

hakikatnya tidak dapat dilepaskan dari tujuan penanggulangan kejahatan,

sehinggakebijakan hukum pidana juga merupakan bagian dari politik kriminal. Dengan

kata

lain,dilihatdarisudutpolitikkriminal,makakebijakanhukumpidanaidentikdenganpengertian“

kebijakanpenanggulangankejahatandenganhukumpidana”.11

Kebijakan dalam upaya penanggulangan kejahatan dengan hukum pidana

padahakikatnya juga merupakan bagian dari usaha penegakan hukum (khususnya

penegakanhukum pidana). Penegakan hukum pidana tidak bisa dilepaskan dari

kebijakan yangdibuat oleh negara dalam rangka menegakkan aturan demi terwujudnya

kemaslahatanbersama, sehingga dengan demikian, kebijakan hukum pidana sering juga

dikatakansebagai bagian dari kebijakan penegakan hukum (law enfocement policy).12Di

sampingitu,usahapenanggulangankejahatanmelaluipembuatanundang-

undang(hukum)pidanapada hakikatnya juga merupakan bagian integral dari usaha

perlindungan

masyarakat(socialdefence),danusahamencapaikesejahteraanmasyarakat(socialwelfare),s

ehinggawajarpulalah apabilakebijakanhukum pidanajugamerupakanbagianintegral

9
Ibid.,hlm.23.
10
Ibid.,hlm.27.
42
JurnalYuridisVol.6 No.2,Desember2019:33-54 P-ISSN:1693-4458
E-ISSN:2598-5906

11
Ibid.,hlm.28.
12
FachryBey,“SejarahViktimologi”,ProceedingPelatihanViktimologiIndonesia,FakultasHukum,Uni
versitasJenderalSoedirman,Purwokerto18-20September2016.

43
JurnalYuridisVol.6 No.2,Desember2019:33-54 P-ISSN:1693-4458
E-ISSN:2598-5906

dari kebijakan sosial (social policy). Kebijakan sosial (social policy) itu sendiri

dapatdiartikan sebagai segala usaha yang rasional untuk mencapai kesejahteraan

masyarakatdansekaligusmencakupperlindunganmasyarakat.Jadi,didalampengertiansocia

lpolicysekaligustercakup didalamnyasocialwelfarepolicydan socialdefencepolicy.13

Banyak kalangan menilai bahwa masyarakat Indonesia pada umumnya

tidakmerasa keberatan dan tidak merasa terbebani dengan adanya kebijakan

penanggulangankejahatanmelaluisaranahukumpidana,meskipunsifatdarihukumpidanaleb

ihmenekankanaspekrepresifdaripadapreventif.SikapbangsaIndonesiadalammenerimakeb

ijakan ini terlihat dari praktik perumusan dan penetapan perundang-undangan

olehwakil-wakil rakyat selama ini yang menunjukkan bahwa penggunaan hukum

pidanamerupakanbagiandarikebijakanataupolitikhukumyangdianutdiIndonesia.Penggun

aan hukum pidana dianggap sebagai hal yang wajar dan normal, seolah-

olaheksistensinya tidak lagi dipersoalkan. Namun demikian, yang menjadi masalah

adalahgaris-garis kebijakan atau pendekatan bagaimanakah yang sebaiknya ditempuh

dalammenggunakanhukumpidana itu.14

Sudarto, sebagaimana dikutip Muladi dan Arief, menyatakan bahwa

apabilahukumpidanahendakdigunakanseharusnyaterlebihdahuludilihathubungannyaden

gankeseluruhan politik hukum pidana atau social defence planning yang merupakan

bagianintegraldarirencanapembangunannasional.15Politikhukumpidanamerupakanpengat

uran atau penyusunan secara rasional usaha-usaha pengendalian kejahatan

olehmasyarakat. Tujuanakhirdarikebijakanhukumpidanaialah“perlindunganmasyarakat”

13
MokhamadNajih,PolitikHukumPidanaPascaReformasi:ImplementasiHukumPidanasebagaiInstru
mendalamMewujudkanTujuanNegara,Malang:In-Trans Publishing,2008,hlm.32.
14
Muladidan BardaNawawiArief,Teori-Teoridan
KebijakanPidana,cet.4,Bandung:Alumni,2010,hlm.156-157.
15
Ibid.,hlm157.

44
JurnalYuridisVol.6 No.2,Desember2019:33-54 P-ISSN:1693-4458
E-ISSN:2598-5906

untuk mencapai tujuan utama berupa “kebahagiaan warga masyarakat” (happiness of

thecitizens), “kehidupan kultural yang sehat dan menyegarkan” (a wholesome and

culturalliving),“kesejahteraanmasyarakat”(socialwelfare),danuntukmencapai“keseimban

gan”(equality).16

Kebijakanhukumpidanahanyalahmerupakanbagiandaripolitikhukumnasional

yang di dalamnya memiliki bagian-bagian yang berbeda. Meskipun

demikian,pelaksanaan kebijakan hukum pidana dapat terjadi secara bersama dari semua

bagiansecaraterintegrasi.Bagian-

bagiandaripolitikhukumnasionaltersebutantaralainberupa kebijakan kriminalisasi

(criminalization policy),kebijakan pemidanaan (punishment

policy),kebijakanpengadilanpidana(criminaljusticepolicy),kebijakanpenegakanhukum(lawenforc

ementpolicy),kebijakanadministratif(administrativepolicy).17

Berdasarkan bagian-bagian kebijakan hukum nasional di bidang hukum

pidanatersebut di atas, maka dilihat dalam arti luas, kebijakan hukum pidana dapat

mencakupruang lingkup kebijakan di bidang hukum pidana material, di bidang hukum

pidanaformal, dan di bidang hukum pelaksanaan pidana. Karena itu, kebijakan hukum

pidanatidaktermasukkebijakanpenanggulangankejahatandiluarkerangkahukum. 18Selainit

u,kebijakan/politikhukumpidanajugamerupakanupayamenentukankearahmanapemberlak

uanhukumpidanaIndonesiadimasayangakandatangdenganmelihatpenegakannya

saatini.19

Berkaitan dengan penegakan hukum pidana, maka perlu dijelaskan

terlebihdahulupengertiannya.PenegakanhukumyangdalambahasaInggrisdisebutlaw

16
Ibid.,hlm.157-158.
17
MokhammadNajih,PolitikHukumPidana,hlm.54-55.
18
Ibid.,hlm.33.

45
JurnalYuridisVol.6 No.2,Desember2019:33-54 P-ISSN:1693-4458
E-ISSN:2598-5906

19
BardaNawawiArief,“PerlindunganKorbanKejahatandalamProsesPeradilanPidana”,JurnalHukumP
idanadanKriminologi, Vol. 1,No.1,1998.

46
JurnalYuridisVol.6 No.2,Desember2019:33-54 P-ISSN:1693-4458
E-ISSN:2598-5906

enforcementataubahasaBelandahandhavingmerupakansuatuprosesuntukmewujudkankei

nginan-keinginanhukummenjadikenyataan.Keinginan-keinginanhukum di sini tidak lain

adalah pikiran-pikiran badan pembuat undang-undang

yangdirumuskandalamperaturanhukum.20Intipenegakanhukumadalahkeserasianhubunga

n antara nilai-nilai yang terjabarkan dalam kaidah-kaidah yang mantap

danberwujuddenganperilakusebagairangkaianpenjabarannilaitahapakhiruntukmenciptak

an,memelihara,danmempertahankankedamaianpergaulan hidup.21

Berkaitan dengan penegakan hukum, Barda Nawawi Arief berpendapat

bahwapenegakan hukum adalah menegakkan nilai-nilai kebenaran dan keadilan. Hal ini

berartibahwapenegakhukumdipercayaolehmasyarakatuntukmenegakkannilai-

nilaikebenaran dan keadilan yang terkandung di dalam hukum. Lebih lanjut Menurut

BardaNawawiAriefmenyatakanbahwausahapenanggulangankejahatandenganhukumpida

napadahakikatnyamerupakanbagiandariusahapenegakanhukumpidana,sehinggasering

pula dikatakan bahwa politik hukum atau kebijakan hukum pidana

merupakanbagiandarikebijakanpenegakanhukum(law enforcementpolicy).22

Barda Nawawi Arief juga berpendapat bahwa penegakan hukum pidana

terdiridari dua tahap. Pertama, penegakan hukum pidana in abstracto dan kedua

penegakanhukum pidana in concreto. Penegakan hukum pidana in abstracto merupakan

tahappembuatan/perumusan(formulasi)undang-

undangolehbadanlegislatif,yangdapatdisebuttahaplegislasi.Penegakanhukumpidanainco

ncretoterdiridaritahap

20
SatjiptoRahardjo,MasalahPenegakanHukum:SuatuTinjauanSosiologis,Bandung:SinarBaru,2005,h
lm.15.
21
SoerjonoSoekanto,Faktor-
FaktoryangMempengaruhiPenegakanHukum,Jakarta:RajawaliPress,2005, hlm. 3.
22
BardaNawawiArief,MasalahPenegakanHukumPidanadalamPenanggulanganKejahatan,Jakarta,

47
JurnalYuridisVol.6 No.2,Desember2019:33-54 P-ISSN:1693-4458
E-ISSN:2598-5906

Kencana, 2008, hlm. 23.

48
JurnalYuridisVol.6 No.2,Desember2019:33-54 P-ISSN:1693-4458
E-ISSN:2598-5906

penerapan/aplikasi dan pelaksanaan undang-undang oleh aparat penegak hukum,

yangdapatdisebuttahapjudisialdantahapeksekusi. 23

Penegakanhukumpidanabertujuanuntukmenciptakankedamaiandalampergaulan

hidup. Secara Konsepsional penegakan hukum menurut Soerjono Soekantoadalah

kegiatan menyerasikan hubungan nilai-nilai yang terjabarkan di dalam kaidah-kaidah

yang mantap dan mengejawantah dan sikap tindak sebagai rangkaian

penjabarannilaitahapakhir,untukmenciptakan,memeliharadanmempertahankankedamaia

npergaulan hidup.24Menurutnya bahwa penegakan hukum tersebut dipengaruhi oleh hal-

halberikutini:25

1. Faktorhukumnya sendiri

2. Faktor penegak hukum, yakni pihak-pihak yang membentuk maupun

menerapkanhukum

3. Faktorsaranaatau fasilitasyangmendukung penegakan hukum

4. Faktor masyarakat, yakni lingkungan di mana di mana hukum tersebut berlaku

atauditerapkan

5. Faktor kebudayaan, yakni sebagai hasil karya, cipta dan rasa yang didasarkan

padakarsa manusiadidalampergaulanhidup.

Berdasarkan hal di atas, dapat disimpulkan bahwa jaminan adanya keadilan

dankepastian hukum dalam penegakan hukum (law enforcement) dapat terlaksana

denganbaik harus memenuhi setidaknya 3 (tiga) syarat yaitu: (1) adanya aturan

perundang-undangan; (2)adanyaaparat danlembagayang akan menjalankanperaturan

yaitu polisi,

23
BardaNawawiArief,BeberapaAspekPenegakandanPengembanganHukumPidana,Bandung:CitraA
dityaBakti, 2005,hlm. 13.
24
SoerjonoSoekanto,Faktor-Faktor,hlm.3.

49
JurnalYuridisVol.6 No.2,Desember2019:33-54 P-ISSN:1693-4458
E-ISSN:2598-5906

25
Ibid.,hlm.5.

50
JurnalYuridisVol.6 No.2,Desember2019:33-54 P-ISSN:1693-4458
E-ISSN:2598-5906

jaksadanhakim;dan(3)adanyakesadaranhukumdarimasyarakatyangterkenaperaturan.Ketig

ahaltersebutakandibahas dibawahini.

2. FaktorPerundang-Undangan

Penetapan suatu perbuatan dianggap sebagai suatu tindak pidana harus

melaluiundang-undang, atau disebut sebagai kriminalisasi. Kriminalisasi berarti

menetapkanperbuatanyangsemulabukantindakpidanamenjadisuatutindakpidana.Menurut

SoerjonoSoekanto,kriminalisasimerupakantindakanataupenetapanpenguasamengenai

perbuatan-perbuatan tertentu yang oleh masyarakat atau golongan-golonganmasyarakat

dianggap sebagai perbuatan yang dapat dipidana menjadi perbuatan pidanaataumembuat

suatuperbuatanmenjadi perbuatankriminal dankarenaitudapatdipidanaoleh pemerintah

dengan cara kerja atas namanya.26Jadi, pada hakikatnya

kriminalisasimerupakanbagiandarikebijakankriminal(criminalpolicy)denganmenggunak

ansaranahukum pidana (penal), dan karena itu termasuk bagian dari kebijakan hukum

pidana(penalpolicy).27Terkaithalini,Sudartomengatakanbahwadalamrangkamenanggulan

gikejahatan diperlukan berbagai sarana sebagai reaksi yang dapat diberikan kepada

pelakukejahatanberupasanksipidanamaupunnon-

pidanayangdapatdiintegrasikansatudengan yang lainnya. Apabila sarana pidana

dianggap relevan untuk

menanggulangikejahatan,berartidiperlukankonsepsipolitik/kebijakanhukumpidanayakni

mengadakan pemilihan untuk mencapai hasil perundang-undangan pidana yang

sesuaidengankeadaandansituasipadasuatuwaktudanuntuk masa-masayangakandatang.28

26
28
Soerjono Soekanto,1981,Kriminologi: SuatuPengantar,Jakarta:GhaliaIndonesia,1981,hlm.
Sudarto,HukumdanHukumPidana,Bandung:Alumni,1986,hlm.109.

51
JurnalYuridisVol.6 No.2,Desember2019:33-54 P-ISSN:1693-4458
E-ISSN:2598-5906

62.
27
BardaNawawiArief,Pembaharuan HukumPidana,hlm.124.

28
Sudarto,HukumdanHukumPidana,Bandung:Alumni,1986,hlm.109.

52
JurnalYuridisVol.6 No.2,Desember2019:33-54 P-ISSN:1693-4458
E-ISSN:2598-5906

Dasarpembenaranuntukmengkriminalisasisuatuperbuatansebagaitindakpidana

lebih banyak terletak di luar bidang hukum pidana yang meliputi faktor

nilai,faktorilmupengetahuan,danfaktorkebijakan.Nilai-nilaiataukaidah-

kaidahsosialyangmenjadi sumber pembentukan kaidah hukum pidana meliputi nilai-

nilai dan kaidah-kaidah agama, serta norma-norma budaya yang hidup dalam kesadaran

masyarakat.29Namun dalam hal menentukan suatu perbuatan yang dilarang dalam suatu

peraturanperundang-

undangandigunakankebijakanhukumpidana(penalpolicy).30Kejahatanatautindak pidana

selain merupakan masalah kemanusiaan juga merupakan

permasalahansosial.31Menghadapimasalahinitelahbanyakdilakukanupayauntukmenangg

ulanginya.Upayamenanggulangikejahatandimasukandalamkerangkakebijakankriminal(c

riminalpolicy).

Kemajuanilmupengetahuan danteknologitidakdapat

dipungkiritelahmenjadifaktorutamadalamupayapembaharuanhukumpidana.Halinidiseba

bkankarenaperbuatan-

perbuatanyangdikategorikansebagaitindakkejahatandapatberkaitandenganperkembangan

teknologitersebut,misalnyatindakpidanaterkaitdenganteknologiinformasi, internet, dan

bentuk-bentuk transaksi secara elektronik lainnya. Hal inilahyang kemudian aturan

tentang tindak pidana yang berkaitan dengan teknologi informasiperlu dibuat dan

ditetapkan sebagai bagian dari kebijakan penanggulangan kejahatan,misalnya

ditetapkannya Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi danTransaksi

Elektronik, agar terwujud keadilan, ketertiban umum, dan kepastian

hukumyangsesuaidenganperkembanganmasyarakatseiringdenganperkembanganilmupen

getahuandanteknologi.

53
JurnalYuridisVol.6 No.2,Desember2019:33-54 P-ISSN:1693-4458
E-ISSN:2598-5906

29
BardaNawawiArief,KebijakanLegislatif,hlm.31.
30
TeguhPrasetyo,KriminalisasidalamHukumPidana,Bandung:NusaMedia,2011,hlm.1.
31
Ibid.,hlm.20.

54
JurnalYuridisVol.6 No.2,Desember2019:33-54 P-ISSN:1693-4458
E-ISSN:2598-5906

Barda Nawawi Arief mengatakan bahwa salah satu bagian dari penal

policyadalahkriminalisasi.Terkaithalinibeliaumengatakanbahwapenambahan(peningkata

n)sanksi pidana terhadap tindak pidana yang sudah ada juga termasuk

kriminalisasi.32Jadiproses kriminalisasi dapat terjadi pada perbuatan yang sama sekali

sebelumnya

tidakdiancamdengansanksipidana,namunjugadapatterjadipadaperbuatanyangsebelumnya

sudahdiancamdengansanksipidanadenganmemperberatancamansanksinya.Proseskrimina

lisasidiakhiridenganterbentuknyaundang-

undangyangmengandungancamanpidana.Karenaitukriminalisasimerupakanbagiandarike

bijakanhukumpidana(penalpolicy).

Hukumpidanamasihdianggaprelevanuntukmenanggulangikejahatan,meskipun

ada pendekatan lain selain hukum pidana dalam menanggulangi

kejahatan.Hukumpidanasebagaisaranapengendaliankejahatandiperlukanadanyakonsepsi

politik. Konsepsi politik hukum pidana untuk menanggulangi kejahatan adalah

melaluipembuatan produk hukum berupa pembuatan undang-undang hukum pidana, dan

hal initidak lepas dari usaha menuju kesejahteraan masyarakat melalui kebijakan sosial

(socialpolicy).33Haliniberartikebijakannegarauntukmenanggulangikejahatandenganmeng

gunakansanksipidana(saranapenal)haruspuladipadukandenganusaha-usahalainyang

bersifat non-penal, yakni berupa kebijakan sosial terutama hal-hal yang

berkaitandenganupaya-upayapreventif.

Teguh Prasetyo menyatakan bahwa kriminalisasi yang menggunakan

saranapenal menyangkut 2 (dua) pokok pemikiran yaitu masalah penentuan: 1)

perbuatan apayang seharusnya dijadikan tindak pidana; dan 2) sanksi apa yang

sebaiknya

dikenakankepadasipelanggar.Analisisterhadapduamasalahsentraldiatastidakdapatdilepas

55
JurnalYuridisVol.6 No.2,Desember2019:33-54 P-ISSN:1693-4458
E-ISSN:2598-5906

kan

32
BardaNawawi Arief,KebijakanLegislatif,hlm.240.
33
Ibid.

56
JurnalYuridisVol.6 No.2,Desember2019:33-54 P-ISSN:1693-4458
E-ISSN:2598-5906

dari konsepsi integral antara kebijakan kriminal dengan kebijakan sosial. Ini

berartipemecahan masalah-masalah di atas harus pula diarahkan untuk mencapai tujuan-

tujuantertentudarikebijakansosialpolitikyangtelahditetapkan. 34

Siapayangharusdipandangsebagaipelakusuatutindakpidanatelahdijelaskanoleh

para ahli ilmu hukum pidana, misalnya Van Hamel, yang mengartikan pelaku

suatutindakpidanasebagaiberikut:

“Pelaku tindak pidana itu hanyalah dia yang tindakannya atau

kealpaannyamemenuhi semua unsur dari delik seperti yang terdapat di

dalam rumusandelik yang bersangkutan, baik yang telah dinyatakan secara

tegas maupunyangtidakdinyatakansecarategas,jadi

pelakuituadalahorangyangdenganseseorangdiritelahmelakukansendiritindak

pidanayangbersangkutan”.35

Ilmuhukumpidanamemberikanperistilahanbagiorangyangmelakukantindakpida

na, yaitu pleger. Pleger adalah pelaku tindak pidana yang melakukan

perbuatannyasendiri, baik dengan memakai alat maupun tidak memakai alat. Dengan

kata lain,

plegeradalahmerekayangmemenuhiseluruhunsuryangadadalamsuatuperumusankarakteri

stikdelikpidanadalamsetiappasal.36Dalamkaitaninihukumpidanamenjelaskan tentang

penyertaan dalam hukum pidana (deelneming) yang diatur Pasal 55dan 56 KUHP,

terdiri dari: 1) doenplegen (yaitu menyuruh melakukan); 2) medeplegen(yaitu turut

melakukan); 3) uitlokking (yaitu membujuk atau menggerakkan orang

lainuntukmelakukan);dan4)medeplichtigheid(membantumelakukan).37

34
Ibid.
35
P.A.F. LamintangdanTheoLamintang, HukumPenitensier, hlm. 556.
36
PerkataanplegersamaartinyadengandaderyangkeduanyadapatditerjemahkankedalamBahasaIndo
57
JurnalYuridisVol.6 No.2,Desember2019:33-54 P-ISSN:1693-4458
E-ISSN:2598-5906

nesiadenganistilah‘pelaku’(orangyangmelakukansesuatu).P.A.F.LamintangdanFraciscusTheojunior
Lamintang, Dasar-Dasar Hukum Pidana di Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika, 2014, hlm.
611.37P.A.F.LamintangdanFraciscusTheojuniorLamintang,Dasar-dasarHukumPidana,hlm.613.

58
JurnalYuridisVol.6 No.2,Desember2019:33-54 P-ISSN:1693-4458
E-ISSN:2598-5906

3. FaktorPenegakHukum

Penegakan hukum merupakan proses kegiatan atau aktivitas yang salah

satunyadijalankanolehpenegakhukum(polisi,jaksadanhakim).Untukmenghasilkanpenega

kanhukumyang baik makaprosessetiap tahapandalampenegakanhukum

harusdilakukandenganbaikdanbenar.Aparatnegaratersebutbekerjasesuaidenganketentuan

yangberlakudalamrangkapenegakanhukum,yangpadahakikatnyamerupakansuatuprosesu

ntukmewujudkantujuan-tujuanhukumdanide-

idehukummenjadikenyataan.38Sepertitelahdijelaskandiatasbahwahukumadalahsub-

sistemdalamsistem

sosial yang lebih luas. Jika Indonesia menghendaki adanya satu sistem hukum,

makalangkahawalyangharusditempuhadalahmempersatukanterlebihdahulustruktursosial

yang ada. Dalam hal ini harus ada koordinasi lintas sektoral yang baik antara

kepolisian,kejaksaan,danlembaga pengadilandibawahnaunganMahkamahAgung.

Hakimdianggapmengetahuisemuahukumataujuscurianovit.Halinimenyebabkan

hakimsebagaipenegakhukummempunyaiposisisentraldalampenerapanhukum. Hakim

tidak hanya dituntut agar dapat berlaku adil tetapi ia juga harus mampumenafsirkan

undang-undang secara aktual sesuai dengan kebutuhan dan

perkembanganyangterjadiditengah-

tengahkehidupanmasyarakatpencarikeadilandengantetapmempertimbangan aspek

keadilan, kepastian hukum dan nilai kemanfaatannya. Melaluiputusan-

putusannyaseoranghakimtidakhanyamenerapkanhukumyangadadalamteksundang-

undangtetapisesugguhnyaiajugamelakukanpembaharuan-pembaharuanhukum ketika

dihadapkan pada masalah-masalah yang diajukan kepadanya dan

belumdiaturdalamundang-undangataupuntelahadaaturantetapidipandangtidakrelevan

59
JurnalYuridisVol.6 No.2,Desember2019:33-54 P-ISSN:1693-4458
E-ISSN:2598-5906

38
EsmiWarasih,PranataHukumSebuahTelaahSosiologis,Semarang:CV.SuryandaruUtama,2005,hlm
.83.

60
JurnalYuridisVol.6 No.2,Desember2019:33-54 P-ISSN:1693-4458
E-ISSN:2598-5906

dengan keadaan dan kondisi yang ada. Karena itulah, hakim dalam memeriksa

danmemutuskanperkaramenghadapisuatukenyataan,bahwasuatuhukumtertulis(perundan

g-undangan)ternyatatidakselaludapatmenyelesaikanmasalahyangdihadapi.Bahkan sering

sekali hakim harus menemukan sendiri hukum itu (rechtsvinding), danmenciptakan

hukum (rechtsschepping) untuk melengkapi hukum yang sudah ada,

dalammemutuskansuatuperkara.39

Berdasarkan hal tersebut, maka dapat dipahami bahwa putusan hakim

dalampengadilan perkara penyalahgunaan narkotika dapat berbeda-beda, karena hanya

hakimlah yang mengetahui kondisi dari fakta-fakta yang ada dalam persidangan

tersebut.Keadaan berbeda-bedanya putusan hakim tersebut diistilahkan sebagai suatu

disparitasputusan.

Disparitasputusanmungkinsajaikutberpengaruhpadacarapandangdanpenilaian

masyarakat terhadap peradilan. Ia dapat dilihat sebagai wujud

ketidakadilanyangdirasakanolehsebagianmasyarakat.Namundemikian,AndrewAshworth

mengatakan bahwa disparitas putusan tidak bisa dilepaskan dari diskresi hakim

dalammenjatuhkan hukuman dalam suatu perkara pidana.40Di Indonesia, disparitas

hukumansangat terkait dengan independensi hakim. Dalam menjatuhkan putusan, hakim

tidakbolehdiintervensipihakmanapun. Undang-UndangNomor 48 Tahun

2009tentangKekuasaan Kehakiman menyebutkan hakim wajib menggali, mengikuti,

dan memahaminilai-nilai hukum dan rasa keadilan yang hidup dalam masyarakat. Selain

itu, modelpemidanaanyangdiaturdalamperundang-

undangan(perumusansanksipidanamaksimal)jugaikutmemberiandil.Hakimjugawajibme

mpertimbangkansifatbaikdan

39
SudiknoMertokusumo,PenemuanHukumSebuahPengantar,cet.2,Yogyakarta:Liberty,2001,hlm.
15.
40
AndrewAshworth,SentencingandCriminalJustice,Cambridge:CambridgeUniversityPress,2005,hl

61
JurnalYuridisVol.6 No.2,Desember2019:33-54 P-ISSN:1693-4458
E-ISSN:2598-5906

m.72.

62
JurnalYuridisVol.6 No.2,Desember2019:33-54 P-ISSN:1693-4458
E-ISSN:2598-5906

buruk pada diri terdakwa. Ada banyak faktor yang menyebabkan terjadinya

disparitasputusan.Tetapi padaakhirnyahakimlahyang palingmenentukan

terjadinyadisparitas.

Independensi hakim dalam menjatuhkan sanksi pidana bukan tanpa batas.

EvaAchjani Zulfa mengatakan ada asas nulla poena sine lege yang memberi batas

kepadahakim untuk memutuskan sanksi pidana berdasarkan ukuran yang sudah

ditentukandalam peraturan perundang-undangan. Meskipun ada ukuran, masalah

disparitas akantetap terjadi karena jarak antara sanksi pidana minimal dan maksimal

dalam ukuran ituterlampaubesar.41

Menghapuskan sama sekali perbedaan putusan hakim untuk kasus yang

miriptidakmungkindilakukan.Selamaini,upayayangdilakukanadalahmeminimalisirdispar

itasdengancaraantaralainmembuatpedomanpemidanaan(sentencingguidelines).Diskresih

akimsangatmungkindisalahgunakan,sehinggapedomanpemidanaandianggapsebagaijalan

terbaikmembatasikebebasanhakim.Pedomanpemidanaan itu, menurut Andrew Asworth,

harus ‘a strong and restrictive

guideline’.42DemikianjugaEvaAchjaniZulfamengatakanbahwaidetentangpenjatuhanpida

nayangproporsional berkembang menjadi gagasan untuk membuat suatu pedoman

pemidanaanyangmampumereduksisubjektivitashakimdalammemutusperkara. 43Hakimme

rupakanpihakyangpalingmenentukanrasakeadilanbagimasyarakat.

4. FaktorBudayaHukumMasyarakat

Dalamkonsepkeamananmasyarakatmodern,sistemkeamananbukanlagitanggung

jawabpenegakhukumsemata,namunmenjaditanggungjawabbersama

41
EvaAchjaniZulfadanIndriyantoSenoAdji,PergeseranParadigmaPemidanaan,Bandung:LubukAgu

63
JurnalYuridisVol.6 No.2,Desember2019:33-54 P-ISSN:1693-4458
E-ISSN:2598-5906

ng, 2011, hlm. 33.


42
AndrewAshworth,Sentencing,hlm.101.
43
EvaAchjaniZulfadanIndriyantoSenoAdji,PergeseranParadigma,hlm.37-38.

64
JurnalYuridisVol.6 No.2,Desember2019:33-54 P-ISSN:1693-4458
E-ISSN:2598-5906

seluruhelemenmasyarakat.

Dalampandangankonsepinmasyarakatdisampingsebagaiobjekjugasebagaisubjek.Sebagai

subjek,masyarakatadalahpelakusuatuaktivitasatautindakan,baiksecaraindividualmaupun

bersama-

sama.Sebagaiobjek,masyarakatdijadikansasarandankorbankejahatanbagisegenapaktivita

skriminal.44

Kesadaranhukummenjadisatuhalyangpentingdalampenerapandanpelaksanaan

hukum. Semakin tinggi kesadaran hukum penduduk suatu negara, akansemakin tertib

kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Faktor kesadaran hukum

inimempunyaiperanpentingdalamperkembanganhukum,dimanasemakinkuatkesadaranhu

kumnya semakin kuat pula faktor kepatuhan hukum. Kesadaran hukum

masyarakatyangpadagilirannyaakanmenciptakansuasanapenegakanhukumyangbaikmem

berikan rasa keadilan dan dapat menciptakan kepastian hukum dalam

masyarakatdanmemberikankemanfaatanbagianggotamasyarakat.

Pada dasarnya masyarakat Indonesia mengetahui dan memahami hukum,

tetapisecara sadarpula mereka masihmelakukanperbuatan-

perbuatanmelanggarhukum.Kesadaran hukum masyarakat Indonesia masih lemah yang

identik dengan ketidaktaatanhukum. Kondisi seperti ini harus terus diupayakan agar

masyarakat Indonesia dapatmentaati hukum dan aturan-aturan lainnya. Upaya sosialisasi

hukum kepada masyarakatterus dilakukan untuk meningkatkan kesadaran hukum

masyarakat. Sosialisasi hukumsangat berperan dalam upaya meningkatkan kesadaran

hukum yang positif, baik

dariwargamasyarakatsecarakeseluruhan,maupundarikalanganpenegakhukum.Sosialisasi

merupakan salah satu aspek penting dalam proses kontrol sosial, sebab hal

tersebutdilakukan untuk mempengaruhi orang-orang agar bertingkah laku sesuai dengan

65
JurnalYuridisVol.6 No.2,Desember2019:33-54 P-ISSN:1693-4458
E-ISSN:2598-5906

kaidah-kaidahhukumyangberlaku.Dalampraktikterkadangterjadisuatuaturanhukumtidak

44
BardaNawawiArief,KapitaSelektaHukumPidana,Bandung:CitraAdityaBakti,2003,hlm.
12.

66
JurnalYuridisVol.6 No.2,Desember2019:33-54 P-ISSN:1693-4458
E-ISSN:2598-5906

efektifditerapkandimasyarakatsehinggatujuanundang-

undangtersebuttidakdapatdicapaisecaramaksimal.

C. SIMPULAN

Berdasarkanuraiandiatas,kesimpulanyangdapatdiambiladalahbahwakebijakankr

iminalyangmenjadipilihanbagipenyelenggaranegara(legislatif,yudikatif,eksekutif) di

Indonesia merupakan upaya untuk mengatasi kejahatan dan

mewujudkanketertibandankesejahteraansosial.Kebijakanpenegakanhukumpidanaterhada

ppenanggulangankejahatandalam

rangkapembaharuanhukumpidanadiIndonesiadapatdimulaidenganpembentukanprodukhu

kumyangtepatdansesuaidenganperkembanganmasyarakat dan perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi, misalnya aturan hukumpidana yang terkait dengan

perkembangan teknologi informasi, internet, dan bentuk-bentuk transaksi elektronik,

yang melahirkan Undang-Undang Nomor 11 Tahun

2008tentangInformasidanTransaksiElektronik.

Kendala yang dihadapi dalam penerapan kebijakan penegakan hukum

pidanaterhadappenanggulangankejahatandalamrangkapembaharuanhukumpidanadiIndo

nesia dan bagaimana upaya dalam mengatasinya dapat bersumber dari

peraturanperundang-

undanganyangtidakmenyesuaikandenganperkembanganzaman.Kejahatanyang dilakukan

oleh beberapa anggota masyarakat bukan hanya semakin

meningkat,tetapijugasemakincanggihdanefeknyadapatsangatbesar.Permasalahaninitidak

hanyamerupakanpermasalahandibidangpenegakanhukum,namunjugamenyangkutancam

ankeamanan negara. Dengan demikian, kendala dalam menangani tindak pidana

selainberasaldariperaturanperundang-

undanganyangsalingtumpangtindihdanbertentangansatu dengan yang lain dan tidak


67
JurnalYuridisVol.6 No.2,Desember2019:33-54 P-ISSN:1693-4458
E-ISSN:2598-5906

menyesuaikan dengan perkembangan masyarakat,

jugakarenasumberdayapenegakhukumyangmasihsangatterbatasdankurangupdate

68
JurnalYuridisVol.6 No.2,Desember2019:33-54 P-ISSN:1693-4458
E-ISSN:2598-5906

terhadapperkembangantekonologi,sertakarenakurangadanyakoordinasiantarlembagapene

gak hukum. Selain itu, faktor pengaruh eksternal dalam upaya penegakan hukumpidana

untuk menanggulangi tindak pidana juga berasal dari faktor budaya hukum

danfaktormasyarakat.

DAFTARPUSTAKA

Buku:
Arief,BardaNawawi.2003.KapitaSelektaHukumPidana.Bandung:CitraAdityaBakti.Arief
,BardaNawawi.2005.BeberapaAspekPenegakandanPengembanganHukum
Pidana.Bandung:Citra AdityaBakti.
Arief,BardaNawawi.2008.MasalahPenegakanHukumPidanadalamPenanggulanganKeja
hatan.Jakarta,Kencana.
Arief,BardaNawawi.2010.KebijakanLegislatifdalamPenanggulanganKejahatandengan
PidanaPenjara,cet.3.Yogyakarta:Genta Publishing.
Arief,BardaNawawi.2011.PembaharuanHukumPidanadalamPerspektifKajianPerbandin
gan,cet. 2. Bandung:Citra AdityaBakti.
Arief,BardaNawawi.2014.BungaRampaiKebijakanHukumPidana(PerkembanganPenyu
sunan Konsep KUHPBaru),cet.1.Bandung: Citra AdityaBakti.
Ashworth,Andrew.2005.SentencingandCriminalJustice.Cambridge:CambridgeUniversity
Press.
Lamintang,P.A.F.,dan FraciscusTheojunior Lamintang.2014.Dasar-
dasarHukumPidanadiIndonesia. Jakarta:SinarGrafika.
Lamintang,P.A.F.,danTheoLamintang,2012,HukumPenitensierIndonesia,edisi2,cet.2.
Jakarta:SinarGrafika.
Lubis, M. Solly. 1985.PembahasanUUD’45. Bandung:Alumni.
Mertokusumo,Sudikno.2001.PenemuanHukumSebuahPengantar,cet.2.Yogyakarta:Libe
rty.
Muladi,danBardaNawawiArief.2010.Teori-TeoridanKebijakanPidana,cet.4.
Bandung: Alumni.
Najih, Mokhamad. 2008. Politik Hukum Pidana Pasca Reformasi: Implementasi
HukumPidana sebagai Instrumen dalam Mewujudkan Tujuan Negara. Malang:
In-Trans Publishing.
Prasetyo, Teguh. 2011. Kriminalisasi dalam Hukum Pidana. Bandung: Nusa
Media.Rahardjo,Satjipto.2005.MasalahPenegakanHukum:SuatuTinjauanSosiologis.
Bandung: SinarBaru.
Soekanto, Soerjono.1981, Kriminologi:SuatuPengantar. Jakarta:GhaliaIndonesia.

69
JurnalYuridisVol.6 No.2,Desember2019:33-54 P-ISSN:1693-4458
E-ISSN:2598-5906

Soekanto,Soerjono.2005.Faktor-FaktoryangMempengaruhiPenegakanHukum.
Jakarta:RajawaliPress.
Sudarto.1986.HukumdanHukumPidana.Bandung: Alumni.
Warasih,Esmi.2005.PranataHukumSebuahTelaahSosiologis.Semarang:CV.SuryandaruUt
ama.
Zulfa,EvaAchjani,danIndriyantoSenoAdji.2011.PergeseranParadigmaPemidanaan.Band
ung:LubukAgung.

Jurnal:
Arief,BardaNawawi,1998,“PerlindunganKorbanKejahatandalamProsesPeradilanPidana”,Jur
nalHukumPidanadan Kriminologi, Vol. 1,No.1, 1998.
Benoit, Ellen, 2003, “Not Just a Matter of Criminal Justice: States, Institutions, and
NorthAmericanDrug Policy”,SociologicalForum, Vol.18, No.2, Juni, 2003.
Erfandi, 2016, “Implementasi Nilai-Nilai Pancasila dalam Pembangunan Sistem
HukumPidana di Indonesia”, Jurnal Ilmiah Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan,Th. 1, Nomor 1, Juni2016.

Karya Ilmiah:
Bey, Fachry, 2016, “Sejarah Viktimologi”, Proceeding Pelatihan Viktimologi
Indonesia,Fakultas Hukum, Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto 18-20
September2016.
Mudzakkir. 2001. “Posisi Hukum Korban Kejahatan dalam Sistem Peradilan
Pidana”,Disertasi,ProgramPascasarjanaFakultasHukumUiniversitasIndonesia,J
akarta,2001.

PeraturanPerundang-Undangan:
Undang-UndangDasarNegara RepublikIndonesia Tahun1945Undang-
UndangNomor 48Tahun2009tentangKekuasaanKehakiman
Undang-Undang Nomor11 Tahun2008tentangInformasi danTransaksi Elektronik

70
Nama : Hana Fadillah
Nim : 1965142030
Kelas :A
No Absen : 30
Teori yang di gunakan : George C. Edwards III

Implementasi Kebijakan Pemerintah Dalam Penanganan Virus Corona (Covid 19)


Di Desa Ongkaw 1 Kecamatan Sinonsayang Kabupaten Minahasa Selatan

Andreas Delpiero Roring 1


Michael S. Mantiri2
Marlien T. Lapian3

ABSTRAK

Dampak dengan adanya pandemi covid 19 yang terjadi terhadap dunia turut juga dirasakan
oleh masyarakat pedesaan yang ada di Indonesia, dampak kesehatan dan dampak ekonomi
merupakan hal yang harus diselelsaikan bersama-sama, namun keduanya terkadang bertolak
belakang dalam penanganannya. Desa Ongkaw 1 juga turut Kabupaten Minahasa Selatan
turut merasakan hal tersebut dan juga bantuan pemerintah dalam penanganan dampak virus
corona tersebut takni melalui kebijakan ekonomi maupun sosial. Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui Implementasi Kebijakan Pemerintah Dalam Penanganan Covid 19 di Desa
Ongkaw 1 Kecamatan Sinonsayang Kabupaten Minahasa Selatan. Dalam penelitian ini
menggunakan teori dari Edward III dalam rangka melihat sejauh mana implementasi
kebijakan dari pemerintah dalam penanganan covid 19 di desa Ongkaw 1. Dengan
menggunakan metode penelitian kualitatif serta memilih informan yang dapat menjawab
pertanyaan penelitian. Dari hasil penelitian pelaksanaan kebijakan tersebut berjalan dengan
baik dengan adanya komunikasi antara lembaga terkait serta adanya dukungan sumberdaya
yang diberikan oleh pemerintah pusat, daerah maupun partisipasi masyarakat desa.

Kata Kunci : Kebijakan, Pemerintah,Covid 19,

1Mahasiswa Program Studi Ilmu Pemerintahan FISPOL-Unsrat


2 Dosen Program Studi Ilmu Pemerintahan FISPOL-Unsrat
3 Dosen Program Studi Ilmu Pemerintahan FISPOL-Unsrat
1
Andreas D. Roring, Michael S. mantiri, Marlien T. Lapian

Implementasi Kebijakan Pemerintah Dalam


Penanganan Virus Corona (Covid 19) Di Desa Ongkaw
1 Kecamatan Sinonsayang Kabupaten Minahasa
Selatan
Pendahuluan
Dalam undang-undang nomor 6 tahun disebut Presiden dapat dijadikan acuan dan
2014 tentang desa pasal 1 ayat 1 disebutkan pedoman bagi pemerintah pusat dan daerah
bahwa Desa adalah desa dan desa adat atau agar berada dalam satu garis visi yang sama.
yang disebut dengan nama lain, selanjutnya Sebelumnya, pemerintah juga telah
disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat menerbitkan Peraturan Pemerintah (PP)
hukum yang memiliki batas wilayah yang tentang Pembatasan Sosial Berskala Besar dan
berwenang untuk mengatur dan mengurus Keppres (Keputusan Presiden) Penetapan
urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat Kedaruratan Kesehatan Masyarakat yang
setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, menjadi aturan pelaksanaan dan landasan
hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang kebijakan bagi pemerintah dalam menangani
diakui dan dihormati dalam sistem dampak Covid-19.
pemerintahan Negara Kesatuan Republik Status transisi darurat ke pemulihan
Indonesia. merupakan keadaan ketika ancaman bencana
Desa merupakan entitas pemerintahan yang terjadi cenderung menurun eskalasinya
yang langsung dan/atau telah berakhir, sedangkan gangguan
berhubungan dengan rakyat, namun secara kehidupan dan penghidupan sekelompok
geografis berjarak cukup jauh dari pusat orang/masyarakat masih tetap
kekuasaan di tingkat atasnya. Hal itu berlangsung.Pemberlakuan status
menyebabkan desa memiliki arti penting keadaan darurat sesuai UU 24/2007 dan
sebagai basis penyelenggara pelayanan publik mengacu pada Keppres No. 7 tahun 2020
dan memfasilitasi pemenuhan hak- hak publik tentang Gugus Tugas Percepatan Penanganan
rakyat lokal. Undang–Undang Dasar 1945 Covid-19 oleh pemerintah daerah membawa
pasal 18 menyatakan bahwa pembagian konsekuensi khusus. Dengan menetapkan
daerah Indonesia terdiri atas daerah besar dan status siaga atau tanggap darurat Covid-19,
kecil dengan bentuk dan susunan berarti pemerintah daerah siap bekerja 24 jam
pemerintahannya ditetapkan dengan undang– tujuh hari dan mengerahkan segala sumber
undang Pandemi Covid- daya yang ada untuk menyelamatkan rakyat di
19 juga menekan perekonomian dari berbagai daerahnya dari penyakit Covid-19. Selain itu,
sudut, tidak terkecuali terhadap perekonomian pemerintah daerah juga dapat menggunakan
desa. Untuk saat ini, dampak Covid-19 lebih Dana Siap Pakai (DSP) dan anggaran Belanja
dirasakan oleh masyarakat di perkotaan. Tidak Terduga (BTT) daerah untuk
Namun, mengingat pekerja musiman memiliki menangani status keadaan tertentu ini.
mobilitas cukup tinggi, dari desa ke kota lalu Dengan adanya permasalahan tersebut
kembali ke desa, wabah Covid-19 juga bisa dibutuhkan langkah strategis dari pemerintah
merebak di desa. Selain itu juga pemasok desa dalam rangka pencegahan penyebaran
tersebar kebutuhan kota seperti makanan dan virus corona, mulai dari penganggaran dana
hasil pertanian lainnya berasal dari desa. desa untuk membantu masyarakat terkena
Dalam rangka menanggulangi dampak, membuat pos penjagaan orang keluar
pandemic covid 19 khususnya di bidang masuk desa, membeli peralatan seperti
ekonomi Kementrian Desa Pembangunan pengukur suhu tubuh, disinfentan, peralatan
Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (PDTT) cuci tangan dan juga menghimbau masyarakat
juga mengeluarkan Permendes no untuk mengikuti protocol kesehatan yang
13 tahun 2020 mengenai Perioritas telah dikeluarkan oleh pemerintah.
Penggunaan Dana Desa 2021 yang dimana Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara,
minimal 30% Dana Desa di geser ke menindaklanjuti kebijakan-kebijakan yang
penanggulangan pandemi covid 19. diambil pemerintah pusat mengenai
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2018
tentang Kekarantinaan Kesehatan
2
Sekretariat:
Jurusan I lmu Pemerintahan FISPOL Unsrat Gedung C lt.
2, Jl. Kampus Unsrat, Bahu Manado
Jurnal Governance (1), 2, 2021

pencegahan covid 19, juga mengeluarkan dilaksanakan. Oleh karena itu, implementasi
kebijakan salah satunya adalah Peraturan kebijakan publik perlu dilakukan dengan
Gubernur Nomor 8 dan 9 mengenai mempertimbangkan berbagai faktor, agar
Optimalisasi Pencegahan Penyebaran Corona kebijakan publik yang dimaksud benar-benar
Virus Disease (Covid 19) di wilayah provinsi dapat berfungsi sebagai alat untuk
Sulawesi Utara dan kemudian diikuti oleh merealisasikan suatu keputusan atau
pemerintah yang ada di bawahnya yakni kesepakatan yang telah ditetapkan
pemerintah kabupaten hingga pemerintah sebelumnya”.
desa. Implementasi bermakna
Menindaklanjuti kebijakan-kebijakan menerapkan, mempraktekan,
yang ada diatasnya, peneliti melihat bahwa melaksanakan, melakukan, atau mengerjakan
Pemerintah Desa Ongkaw 1 Kecamatan suatu kegiatan. Manakala kegiatan itu
Sinonsayang Kabupaten Minahasa Selatan dikaitkan dengan kegiatan pemerintah, maka
telah ada beberapa langkah yang diambil kegiatan tersebut termasuk dalam kegiatan
dengan membuat pos penjagaan keluar masuk publik (public policy). Kebijakan publik dapat
orang, mewajibkan masyarakat yang masuk berbentuk kebijakan pemerintahan misalnya
ke desa mencuci tangan dan meminta surat kegiatan yang dilaksanakan berdasarkan
kewaspadaan bagi orang di luar kecamatan peraturan perundang-undangan dari
Sinonsayang, selain itu juga berbagai kegiatan pemerintah pusat, keputusan dan peraturan
Ibadah, social, budaya dibatasi kehadiran daerah yang dikeluarkan oleh Gubernur,
orang. Namun dalam keberlangsungannya, Bupati atau Walikota. Pengertian tersebut
langkah pemerintah desa tersebut menjadi didukung oleh pendapat Mazmanian dan
kurang efektif terlihat pos penjagaan tidak ada sabatier (dalam Abdul Wahab, 2011:68) yang
yang menjaga sehingga masuk keluar orang menyatakan bahwa:
otomatis tidak diawasi, masih adanya kegiatan “Implementasi adalah pelaksanaan
perkumpulan yang melibatkan lebih dari 20 keputusan kebijakan dasar, yang
orang, banyak masyarakat yang belum sadar biasanya dalam bentuk undang-
akan protocol kesehatan yang ada. undang, namun dapat pula berbentuk
Tujuan penelitian ini adalah untuk perintah-perintah atau keputusan-
mengetahui Implementasi Kebijakan keputusan eksekutif legislatif yang
Pemerintah Dalam Penanganan Covid 19 di penting atau keputusan badan
Desa Ongkaw 1 Kecamatan Sinonsayang peradilan”.
Kabupaten Minahasa Selatan Teori implementasi kebijakan publik
yang dikembangkan oleh George C. Edwards
Tinjauan Pustaka III dalam Leo (2006:79) ini dikenal dengan “
Konsep Implementasi Kebijakan Direct and Indirect Impact on
Implementasi kebijakan publik Implementation”. Teori tersebut dituangkan
(public policy implementation) merupakan dalam karya tulisnya yang berjudul
salah satu tahapan dari proses kebijakan “Implementing Public Policy”. Dalam
publik. Suatu program kebijakan harus pendekatan yang diteoremakan oleh Edwards
diimplementasikan agar mempunyai dampak III, terdapat empat faktor (variable bebas)
atas tujuan yang diinginkan. Pentingnya yang sangat menentukan keberhasilan
implementasi kebijakan publik sebagaimana implementasi suatu kebijakan publik, yaitu:
dijelaskan oleh Josy Adiwisastra (dalam (1) Komunikasi
Tachjan, 2006:12) sebagai berikut : Keberhasilan implementasi kebijakan
“Implementasi kebijakan publik merupakan masyarakat agar implementor mengetahui
sesuatu yang penting. Kebijakan publik yang apa yang harus dilakukan. Apa yang
dibuat hanya akan menjadi “macan kertas” menjadi tujuan dan sasaran kebijakan
apabila tidak harus di tranmisikan kepada

3
Jurnal Governance (1), 2, 2021

kelompok sasaran (target group) sehingga menyebabkan aktivitas organisasi tidak


akan mengurangi distorsi implementasi. fleksibel.
Apabila tujuan dan sasaran suatu Untuk mengkaji lebih baik suatu
kebijakan tidak jelas atau tidak diketahui implementasi kebijakan publik maka perlu
sama sekali oleh kelompok diketahui variabel dan faktor-faktor yang
sasaran, maka mempengaruhinya.Untuk itu, diperlukan suatu
kemungkinan akan terjadi resistensi dari model kebijakan guna menyederhanakan
kelompok sasaran. pemahaman konsep suatu implementasi
(2) Sumberdaya kebijakan.Terdapat banyak model yang dapat
Walaupun isi kebijakan sudah dipakai untuk menganalisis sebuah
dikomunikasikan secara jelas dan implementasi kebijakan, namun kali ini adalah
konsisten, tetapi apabila implementor model implementasi yang dikemukakan oleh
kekurangan sumberdaya untuk George Edward III dalam Widodo (2011:97).
melaksanakan, implementasi tidak akan Edward melihat implementasi
berjalan efektif. Sumbedaya tersebut dapat kebijakan sebagai suatu proses yang dinamis,
berwujud sumberdaya manusia, yakni dimana terdapat banyak faktor yang saling
kompetensi implementor, dan sumberdaya berinteraksi dan mempengaruhi implementasi
finansial. Sumberdaya adalah faktor kebijakan. Faktor-faktor tersebut perlu
penting untuk implementasi kebijakan ditampilkan guna mengetahui bagaimana
agar efektif. Tanpa sumberdaya, kebijakan pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap
hanya tinggal di kertas menjadi dokumen implementasi. Oleh karena itu, Edward
saja. menegaskan bahwa dalam studi implementasi
(3) Disposisi terlebih dahulu harus diajukan dua pertanyaan
Disposisi adalah watak dan karateristik pokok yaitu:
yang dimiliki oleh implementor, seperti 1) Apakah yang menjadi prasyarat bagi
komitmen, kejujuran, sifat demokratis. implementasi kebijakan?
Apabila implementor memiliki disposisi 2) Apakah yang menjadi faktor utama
yang baik, maka dia akan dapat dalam keberhasilan implementasi
menjalankan kebijakan dengan baik kebijakan?
seperti apa yang diinginkan oleh pembuat dalam Widodo, 2011:96-110).
kebijakan. Ketika Implementasi kebijakan pada
implementor memiliki sikap atau dasarnya juga mengukur akan keberhasilan
perspektif yang berbeda dengan pembuat atau kegagalan suatu hasil kebijakan yang
kebijakan, maka proses implementasi secara nyata dilaksanakan dilapangan oleh
kebijakan juga menjadi tidak efektif. para implementator dan bagaimana
(4) Struktur Birokrasi dampaknya terhadap masyarakat maupun
Struktur organisasi yang bertugas stakeholder-nya, sebagaimana dikemukakan
mengimplementasikan kebijakan memiliki oleh Saefullah (2007:39) “pada tingkat
pengaruh yang signifikan terhadap pelaksanaan kebijakan menyangkut
implementasi kebijakan. Salah satu dari bagaimana atau sejauhmana suatu kebijakan
aspek struktur yang penting dari setiap bisa dilaksanakan dalam dunia nyata.”.
organisasi adalah adanya prosedur operasi Pemahaman tentang pelaksanaan kebijakan
yang standar (standar operating bukan hanya dimiliki oleh aparat lembaga dan
procedures atau SOP). SOP menjadi aparat pelaksana, tetapi juga oleh masyarakat
pedoman bagi setiap implementor dalam atau pihak-pihak yang menjadi sasaran
bertindak. Struktur organisasi yang terlalu kebijakan”.
panjang akan cenderung melemahkan Van Meter dan Van Horn dalam
pengawasan dan menimbulkan red- tape, juliartha (2009:23) mengemukakan bahwa
yakni prosedur birokrasi yang rumit dan implementasi kebijakan adalah tindakan-
kompleks. Ini pada gilirannya

4
Jurnal Governance (1), 2, 2021

tindakan yang di lakukan baik oleh individu, dalam menentukan salah satu di antara
pejabat, atau kelompok- kelompok pemerintah berbagai kebijakan:
atau swasta, yang di arahkan pada tercapainya a. Efektifitas – mengukur suatu alternatif
tujuan-tujuan yang telah di gariskan dalam sasaran yang dicapai dengan suatu
keputusan kebijakan.Hal yang senada juga di alternatif kebijakan dapat
ungkapkan Drucker (Eriza, menghasilkan tujuan akhir yang
2006:45)bahwa implementasi kebijakan diinginkan.
adalah tindakan-tindakan yang di lakukan b. Efisien – dana yang digunakan harus
dalam rangka pencapaian tujuan yang telah di sesuai dengan tujuan yang dicapai.
gariskan terlebih dahulu. Ada pun Wibawa c. Cukup – suatu kebijakan dapat mencapai
(Tangkilisan, 2003:23) menyatakan hasil yang diharapkan dengan
implementasi kebijakan adalah untuk sumberdaya yang ada.
menetapkan arah agar tujuan kebijakan publik d. Adil
dapat di realisasikan sebagai hasil dari e. Terjawab – kebijakan dibuat agar dapat
kegiatan pemerintah. memenuhi kebutuhan sesuatu golongan
Menurut Mazmanian dan Sabatier atau suatu masalah tertentu dalam
(Wahab 2015:67), dalam menilai suatu masyarakat.
implementasi kebijakanada 3 (tiga) sudut Tinjauan tentang Corona Virus Disease
pandang yang digunakan yakni, pemrakarsa (Covid 19)
kebijakan (the center atau pusat), pejabat- Coronavirus adalah keluarga besar
pejabat pelaksana di lapangan (the periphery) virus yang menyebabkan penyakit mulai dari
serta kelompok sasaran (target group). gejala ringan sampai berat. Ada setidaknya
Menurut Wahab (2015:69), model-model dua jenis coronavirus yang diketahui
implementasi kebijakan terdiri dari model menyebabkan penyakit yang dapat
implementasi kebijakan top-down, model menimbulkan gejala berat seperti Middle East
proses implementasi kebijakan dan model Respiratory Syndrome (MERS) dan Severe
kerangka analisis implementasi. Acute Respiratory Syndrome (SARS).
Kebijakan publik yang dibuat oleh Coronavirus Disease 2019 (COVID-19)
pemerintah bertujuan untuk mengatur adalah penyakit jenis baru yang belum pernah
kehidupan bersama untuk mencapai visi dan diidentifikasi sebelumnya pada manusia.
misi yang telah disepakati. Nugroho (2005:5 Virus penyebab COVID-19 ini dinamakan
2). kebijakan publik bukan berarti mudah Sars – CoV – 2.
dibuat, mudah dilaksanakan, dan mudah (https://www.who.int/indonesia/news/nove l-
dikendalikan, karena kebijakan publik coronavirus/qa-for-public)
menyangkut politik. Kebijakan publik dalam Virus corona adalah zoonosis
praktik ketatanegaraan dan kepemerintahan (ditularkan antara hewan dan manusia).
pada dasarnya terbagi dalam tiga prinsip yaitu: Penelitian menyebutkan bahwa SARS
pertama dalam konteks bagaimana ditransmisikan dari kucing luwak (civet cats)
merumuskan kebijakan publik (Formulasi ke manusia dan MERS dari unta ke manusia.
kebijakan); kedua bagaimana kebijakan publik Adapun, hewan yang menjadi sumber
tersebut diimplementasikan dan ketiga penularan COVID-19 ini sampai saat ini
bagaimana kebijakan publik tersebut masih belum diketahui. Tanda dan gejala
dievaluasi (Nugroho 2004,100-105). umum infeksi COVID-19 antara lain gejala
Abidin (2005: 56-59) tidak semua gangguan pernapasan akut seperti demam,
mempunyai prioritas yang sama untuk batuk dan sesak napas. Masa inkubasi rata-
diproses. Ini ditentukan oleh suatu proses rata 5-6 hari dengan masa inkubasi terpanjang
penyaringan melalui serangkaian kriteria. 14 hari. Pada kasus COVID-19 yang berat
Berikut ini kriteria yang dapat digunakan dapat menyebabkan pneumonia, sindrom
pernapasan akut, gagal ginjal, dan bahkan
kematian. Tanda- tanda dan gejala klinis yang
dilaporkan pada sebagian besar kasus adalah

5
Jurnal Governance (1), 2, 2021

demam, dengan beberapa kasus mengalami (PSBB) dalam Rangka Percepatan


kesulitan bernapas, dan hasil rontgen Penanganan Covid-19.
menunjukkan infiltrat pneumonia luas di Keempat, Keputusan Presiden
kedua paru. (Laporan Pelaksanaan Skrining (Keppres) No. 11 Tahun 2020 tentang
Indikasi Covid-19 Periode 16 Maret – 29 Mei Penetapan Kedaruratan Kesehatan Masyarakat
2020) Covid-19. Kelima, Keppres No. 12 Tahun
Berdasarkan bukti ilmiah, COVID- 2020 tentang Penetapan Bencana Non Alam
19 dapat menular dari manusia ke manusia Penyebaran Covid 19 Sebagai Bencana
melalui kontak erat dan droplet, tidak melalui Nasional. Keenam, Keppres No. 7 Tahun
udara. Orang yang paling berisiko tertular 2020 tentang Gugus Tugas Percepatan
penyakit ini adalah orang yang kontak erat Penanganan Covid-19 sebagaimana telah
dengan pasien COVID- diubah dengan Keppres No. 9 Tahun 2020.
19 termasuk yang merawat pasien COVID-19. Ketujuh, Peraturan Menteri Kesehatan
Rekomendasi standar untuk mencegah (Permenkes) No. 9 Tahun 2020 Tentang
penyebaran infeksi adalah melalui cuci tangan Pedoman Pembatasan Sosial Berskala Besar
secara teratur, menerapkan etika batuk dan Dalam Rangka Percepatan Penanganan
bersin, menghindari kontak secara langsung Corona Virus Disease 2019 (Covid-19). “Jadi
dengan ternak dan hewan liar serta sudah begitu banyak produk hukum yang
menghindari kontak dekat dengan siapa pun dikeluarkan dalam rangka mengatasi pandemi
yang menunjukkan gejala penyakit pernapasan ini. Karena dampaknya sangat besar.
seperti batuk dan bersin. Selain itu, Konsep Pemerintah Desa
menerapkan Pencegahan dan Pengendalian Menurut Kartohadikusumo, (2008 :
Infeksi (PPI) saat berada di fasilitas kesehatan 16) Desa adalah wilayah yang
terutama unit gawat darurat. penduduknya saling mengenal, hidup
(https://www.kemkes.go.id/, bergotong royong, memiliki adat istiadat yang
pedoman pencegahan dan pengendalian covid sama, dan mempunyai tata cara sendiri dalam
19, maret 2020). mengatur kehidupan masyarakatnya. Secara
Untuk mencegah, dampak etimologi, kata Desa berasal dari bahasa
menanggulangi dampak Covid-19 Pemerintah Sansekerta yaitu berasal dari kata Deshi yang
Indonesia mengeluarkan beberapa kebijakan artinya “tanah kelahiran” atau “tanah tumpah
antara lain: darah”. Selanjutnya dari kata Deshi itu
Pertama, Peraturan Pemerintah terbentuk kata Desa.. Dalam pengertian secara
Pengganti Undang-Undang (Perppu) No.1 umum, desa (atau yang disebut dengan nama
Tahun 2020 tentang Kebijakan Keuangan lain sesuai bahasa daerah setempat) dapat
Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan dikatakan sebagai suatu wilayah terkecil yang
Negara untuk Penanganan Pandemi dikelola secara formal dan mandiri oleh
Covid-19 dan/atau dalam Rangka kelompok masyarakat yang berdiam di
Menghadapi Ancaman yang dalamnya dengan aturan-aturan yang
Membahayakan Perekonomian Nasional disepakati bersama, dengan tujuan
dan/atau Stabilitas Sistem Keuangan. Kini, menciptakan keteraturan,
Perppu ini menjadi UU No. 2 Tahun 2020. kebahagiaan dan kesejahteraan
Kedua, Perppu No.2 Tahun 2020 tentang bersama yang dianggap menjadi hak dan
Perubahan Ketiga Atas Undang- Undang tanggung jawab bersama kelompok
Nomor 1 Tahun 2015 Tentang Penetapan masyarakat tersebut.
Peraturan Pemerintah Pengganti Menurut Juliantara, (2007:18)
Undang-Undang Nomor 1 Tahun Pengertian desa dari sudut pandang sosial
2014 Tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, budaya dapat diartikan sebagai komunitas
dan Walikota Menjadi Undang- Undang. dalam kesatuan geografis tertentu dan
Ketiga, peraturan pemerintah (PP) No.21
Tahun 2020 tentang
Pembatasan Sosial Berskala Besar

6
Jurnal Governance (1), 2, 2021

antar mereka saling mengenal dengan baik Menurut Bogdan dan Taylor (dalam
dengan corak kehidupan yang relatif homogen Moleong, 2010) metodologi kualitatif sebagai
dan banyak bergantung secara langsung prosedur penelitian yang menghasilkan data
dengan alam. Oleh karena itu, desa deskripsi berupa informasi tertulis dan lisan
diasosiasikan sebagai masyarakat yang hidup dari seseorang dan prilaku yang dapat diamati..
secara sederhana pada sektor agraris, Penelitian ini akan berusaha menjawab
mempunyai ikatan sosial, adat dan tradisi yang permasalahan pokok yaitu: Implementasi
kuat, bersahaja, serta tingkat pendidikan yang Kebijakan Pemerintah Dalam
rendah. Penanganan Virus Corona di Desa Ongkaw 1
Sementara itu dalam sistem dengan menggunakan teori dari Edward III
pemerintahan indonesia juga dikenal mengenai implementasi kebijakan. Data yang
pemerintahan desa dimana dalam dikumpulkan melalui penelitian ini adalah
perkembangannya desa kemudian tetap data yang sesuai dengan fokus penelitian.
dikenal dalam tata pemerintahan di Indonesia Jenis data dalam penelitian ini dapat dibedakan
sebagai tingkat pemerintahan yang paling menjadi dua yaitu: (1) Data primer dan (2)
bawah dan merupakan ujung tombak Data sekunder. Informan dalam penelitian ini
pemerintahan dan diatur dalam peraturan yaitu :
perundang-undangan. Selain itu juga banyak 1. Kepala Desa Ongkaw 1
ahli yang mengemukakan pengertian tentang 2. Ketua BPD 1
desa diantaranya menurut Roucek dan Warren 3. Perangkat Desa Ongkaw 1 (Sekertaris
(dalam Arifin, 2010:78) yang mengemukakan Desa)
mengenai pengertian desa yaitu desa sebagai 4. Masyarakat Desa Ongkaw 3 ( tokoh
bentuk yang diteruskan antara penduduk agama, tokoh masyarakat, tokoh
dengan lembaga mereka di wilayah tempat pemuda)
dimana mereka tinggal yakni di ladang-ladang Untuk mendapatkan hasil yang optimal dan
yang berserak dan di Desa- Desa yang objektif sesuai dengan tujuan penelitian, maka
biasanya menjadi pusat segala aktifitas setiap analisa dilakukan untuk melukiskan,
bersama masyarakat merangkum, mengamati, menggambarkan
berhubungan satu sama lain, bertukar jasa, bahkan meringkas hasil pengamatan yang
tolong-menolong atau ikut serta dalam telah dilakukan dilapangan.
aktifitas-aktifitas sosial”. Pembahasan
Menurut Bintarto dalam Sadu Penelitian ini dilaksanakan di desa Ongkaw 1
Wasistiono, M. Irwan Tahir (2007 : 8 ) yang Kecamatan Sinonsayang Kabupaten Minahasa
memandang desa dari segi geografi, Selatan, mengkaji mengenai implementasi
mendefisinikan desa sebagai : suatu hasil dari kebijakan yang diambil oleh pemerintah pusat
perwujudan antara kegiatan sekelompok manusia maupun pemerintah daerah dalam rangka
dengan lingkungannya. Hasil dari perbaduan ialah penanganan covid 19 baik dari segi
suatu wujud atau penampakan dimuka bumi yang pencegahan dan juga dampak yang terjadi di
ditimbulkan oleh unsure-unsur fisoigrafi, sosial lapangan. Selanjutnya peneliti membahas
ekonomis, politis dan cultural yang saling penelitian menggunakan teori dari Edward III
berinteraksi antara unsur tersebut dan juga dalam mengenai implementasi kebijakan sebagai
hubungannya dengan daerah lain. berikut:
Metode Penelitian - Komunikasi
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif Aspek komunikasi dengan segala rincian dan
yaitu jenis penelitian yang memberikan bentuknya adalah sesuatu kegiatan yang
gambaran atau uraian suatu keadaan pada sangat penting bagi upaya membangun
objek yang diteliti. Data yang terkumpul akan pemahaman, kesadaran dan kemudian
dianalisa secara kualitatif. Jenis data kualitatif kepatuhan dalam memenuhi atau
adalah data yang dinyatakan dalam bentuk melaksanakan sebuah kewajiban
kata, kalimat dan gabar (Sugiyono, 2012:15).

7
Jurnal Governance (1), 2, 2021

publik. Diantara kewajiban publik itu adalah merespon lingkungan. Strategi Organisasi
kewajiban pemerintah dan masyarakat untuk merupakan suatu tindakan hal yang berkaitan
secara bersama-sama mengatasi penyebaran dengan model rasional yang dikembangkan
virus corona yang telah diatur dalam para pemikir perspektif modern dan strategi
perundang-undangan, namun tidak banyak tidak mesti berupa suatu perencanaan yang
mengetahui dan menyadari kewajiban sistematis dan terperinci dalam prakteknya
tersebut. Oleh karena ketentuan yang telah tidak jarang pengelola Organisasi mengambil
ditetapkan perlu keputusan strategi secara bertahap atau
dikomunikasikan. Dalam selangkah demi selangkah, sejalan dengan
implementasi kegiatan penanganan pandemic Perkembangan Organisasi itu sendiri, sebelum
viris covid 19 menjadi tanggung jawab pada akhirnya menjadi suatu strategi yang
pemerintah dan masyarakat baik pemerintah utuh dan lengkap.
pusat hingga pemerintah daerah. Implementasi kebijakan yang bersifat
Setiap proses komunikasi harus kompleks menuntut adanya kerjasama banyak
dialaksanakan dengan efektif agar pesan/ pihak. Ketika strukur birokrasi tidak kondusif
informasi yang ingin disampaikan dapat terhadap implementasi suatu kebijakan, maka
diterima dan dipahami oleh seluruh hal ini akan menyebabkan ketidakefektifan
masyarakat. Proses implementasi kebijakan dan menghambat jalannya pelaksanaan
komunikasi harus dilakukan secara terus kebijakan. Berdasarkan penjelasan di atas,
menerus. Hal ini dilakukan agar kebijakan maka memahami struktur birokrasi
yang telah dibuat tersebut dapat diterima dan merupakan faktor yang fundamental untuk
dipahamai secara jelas oleh pelaksana mengkaji implementasi kebijakan publik.
sehingga mereka mampu untuk melaksanakan Gubernur dan Bupati/Wali Kota
tugasnya dengan baik yang sesuai dengan membentuk Gugus Tugas Percepatan
kebijakan yang telah dibuat. Penanganan COVID-I9 Daerah berdasarkan
Ada sejumlah kegiatan komunikasi pertimbangan dan rekomendasi Ketua
berupa sosialisasi yang bisa tergolong intensif, Pelaksana Gugus Tugas Percepatan
dengan menggunakan berbagai cara, tetapi Penanganan COVID- 19,” bunyi Pasal 11
hasilnya seringkali tidak berhubungan dengan ayat (1) Keppres ini. Pelaksana Gugus
meningkatnya sebuah kepatuhan. Hal ini Tugas Percepatan Penanganan COVID-19,
meneguhkan pendapat bahwa ada sejumlah menurut Keppres ini, dalam melaksanakan
faktor lain yang mendorong seseorang itu tugasnya dapat melibatkan dan/atau
patuh melaksanaan sebuah kewajiban yang berkoordi- nasi dengan
sudah disadari akan keberadaannya. kementerian/lembaga Pemerintah non
Dari hasil wawancara yang dilakukan, kementerian, instansi pemerintah baik pusat
peneliti menilai bahwa proses komunikasi maupun daerah, swasta, serta pihak lain
yang dilakukan oleh pemerintah desa berjalan yang dianggap perlu. Pendanaan yang
dengan baik dan juga dilaksanakan secara diperlukan untuk kegiatan Gugus Tugas
vertika dan horiziontal. Proses komunikasi Percepatan Penanganan COVID-19,
tersebut penting untuk proses implementasi sebagaimana disebut dalam Keppres ini,
kebijakan penanganan covid 19 di desa dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan
ongkaw 1. Belanja Negara, Anggaran Pendapatan dan
- Struktur Birokrasi Belanja Daerah, dan/ atau sumber lain yang
Organisasi disusun dan sah dan tidak mengikat sesuai dengan
diimplementasikan untuk mencapai berbagai ketentuan peraturan perundang-undangan.
tujuan yang telah ditetapkan, sekaligus Di tingkat kecamatan Sinonsayang
mempertahankan dan memperluas aktivitas gugus tugas percepatan penanganan covid 19
Organisasi pada bidang-bidang baru dalam terbentuk berdasarkan petunjuk
rangka

8
Jurnal Governance (1), 2, 2021

Bupati yang diketuai oleh camat dan Dari hasil penelitian dan observasi
selanjutnya wakil ketua dijabat Danrmil dan langsung dilapangan, peneliti menilai bahwa
Kapolsek, di tingkat desa pemerintah desa fasilitas yang dimiliki oleh pemerintah desa
berkoordinasi dengan pemerintah yang ada Ongkaw 1 antara lain, pos penjagaan, portal
diatasnya kemudian mengimplementasikan jalan, alat pengukur suhu tubuh, peralatan cuci
setiap kebijakan yang diturunkan. tangan dan disinfektan, selain itu juga
Dari hasil wawancara dengan informan pemerintah memanfaatkan fasilitas desa
kepala desa, peneliti mendapatkan hasil lainnya seperti pengeras suara dan balai desa
bahwa struktur organisasi dalam penganganan yang ada. Dalam hal fasilitas kesehatan,
covid 19 telah diatur oleh tingkat yang pemerintah desa memanfaatkan keberadaan
diatasnya, di tingkat desa sendiri membentuk puskesmas terdekat hal ini disebabkan
tim yang selanjutnya bertindak melaksanakan jauhnya fasilitas rumah sakit yang hanya ada
semua kebijakan yang diambil oleh di daerah amurang. Kabupaten Minahasa
pemerintah dalam rangka penanganan covid Selatan.
19 di desa Ongkaw 1 Kecamatan - Disposisi
Sinonsayang. Disposisi adalah sikap atau kemauan
- Sumberdaya para pelaksana kebijakan. Kemauan
Sumber daya adalah faktor penting menentukan tingkat
dalam pelaksanaan kebijakan. Tanpa sumber kesungguhan para pelaksana dalam bekerja.
daya yang memadai, pelaksanaan kebijakan Sikap pelaksana merupakan hal yang harus
akan terhambat. Sebagus apapun kebijakan diperhatikan dalam pelaksanaan sebuah
tersebut, jika sumber daya yang dibutuhkan kebijakan. Hal ini berkaitan erat dengan
untuk pelaksanaannya terbatas, maka kemapuan kerja serta kemauan para pegawai/
pencapaian tujuannya akan terganggu, begitu pelaksana dalam melaksanakan kebijakan
pula dalam kebijakan penanganan covid 19 di tersebut.
Desa Ongkaw 1. Pelaksanaannya memerlukan Melaksanakan suatu kebijakan
sumber daya manusia, sumber daya anggaran diperlukan tidak hanya pegawai yang
(dana), sumber daya sarana dan prasarana mempunyai kemampuan saja akan tetapi
(fasilitas), dan sumber daya informasi dan diperlukan juga pegawai yang memiliki
kewenangan. Keempat sumber daya ini saling kemauan keras dalam melaksanakan
melengkapi satu sama lain. Kekurangan pada kebijakan. Para pelaksana kebijakan tidak
salah satunya akan menghambat pelaksanaan hanya dituntut untuk mengetahui apa yang
kebijakan secara keseluruhan. Sumber daya dilaksanakannya, tetapi juga dituntut untuk
manusia atau sumber daya pendukung berupa mempunyai kemauan keras dan motivasi
fasilitas, dana, dan informasi harus tersedia tinggi yang menjadi dasar semangat untuk
sehingga menghasilkan output sesuai dengan melaksanakan kebijakan.
apa yang diharapkan. Meskipun disposisi datang dari dalam
Dalam rangka penanganan penyebaran diri para pelaksana kebijakan, bukan berarti
covid 19, yang dibutuhkan pemerintah kehadirannya tidak dipengaruhi oleh faktor-
sangatlah kompleks atau beragam, dengan faktor lain. Beberapa hal yang dapat
segala keterbatasan dan kelebihan yang ada, mempengaruhi sikap para pelaksana adalah
pemerintah desa harus mampu pengetahuan dan pemahaman terhadap
memangaatkan sumberdaya yang kebijakan dan tingkat urgensi masalah yang
ada dalam rangka pencegahan penyeberan harus diselesaikan oleh kebijakan itu. Faktor
covid 19 tersebut. lainnya adalah adanya insentif bagi pelaksana
kebijakan.
Tingkat kepatuhan pelaksana
dipengaruhi oleh beberapa factor seperti
tingkat pengetahuan pelaksana akan
kebijakannya serta urgensi dari kebijakan
yang dilaksanakan. Dari hasil penelitian

9
Jurnal Governance (1), 2, 2021

yang dilakukan terlihat bahwa tingkat 4. Sikap pelaksana dalam penangangan virus
pengetahuan akan covid 19 dan pengangannya corona di Desa Ongkaw tergolong baik
sudah cukup baik dimana media edukasinya meskipun masih ada beberapa masyarakat
berasal dari televisi, radio, media social, yang masa bodoh dengan keadaan dan
internet, dan juga sosialisasi yang dilakukan tidak mematuhi peraturan protocol
langsung oleh pemerintah. kesehatan.

Penutup Saran
Kesimpulan 1. Dalam rangka meningkatkan komunikasi
1. Komunikasi yang terbangun dalam rangka antar stakeholder dalam penganganan
penganganan virus corona di Desa Ongkaw covid 19, maka sebaiknya pemerintah
1 Kecamatan Sinonsayang berjalan secara desa rajin mengikuti rapat koordinasi
vertical yakni antara pemerintah desa dengan pemerintah kecamatan dan
dengan pemerintah yang ada diatasnya membentuk tempat pengaduan untuk
seperti pemerintah kecamatan, kabupaten masyarakat mengenai penanganan covid
dan pusat dan secara horizontal antara 19 di Desa Ongkaw 1 Kecamatan
pemerintah desa dengan perangkat desa, Sinonsayang.
BPD dan Masyarakat Desa. Komunikasi 2. Keberhasilan suatu kebijakan juga dapat
terjali dengan baik atas asas koordinattif. ditentukan dengan adanya struktur
2. Struktur Birokrasi dalam rangka birokrasi yang lengkap dan dinamis,
penanganan virus corona terbentuk dari dalam hal ini pemerintah desa dapat
pemerintah pusat dan kemudian membentuk dan memperkuat satuan
mengeluarkan kebijakan penanganan yang khusus yang ada di desa dan juga
diimplementasikan hingga ke daerah dan membentuk tim relawan yang berasal dari
tingkat desa. Di Desa Ongkaw 1 struktur masyarakat guna membantu pemerintah
birokrasi dipimpin oleh kepala desa dan mengatasi covid 19 di desa.
kemudian perangkat-perangkat desa 3. Guna memaksimalkan penggunaan
ditunjang dengan partisipasi masyarakat. sumberdaya yang ada dalam penganganan
3. Penggunaan Sumberdaya yang efektif covid 19 di desa Ongkaw 1, perlu adanya
menentukan keberhasilan suatu pembekalan kepada staf yakni perangkat
implementasi kebijakan. Dalam penelitian desa dan masyarakat melalui sosialisasi
ini sumberdaya yang digunakan dan pemberna edukasi mengenai covid 19.
pemerintah dalam penganganan virus 4. Sikap pelaksana yakni perangkat desa
corona adalah Staf, Informasi, Wewenang perlu lagi ditingkatkan dengan adanya
dan Fasilitas. Staf yang dimaksud adalah rasa kebersamaan dan rasa saling
perangkat desa dan masyarakat, informasi melindungi, oleh sebab itu selain
bersumber dari pemerintah daerah dan pendidikan mengenai covid 19 perlu
pusat serta berasal dari TV, Internet dan adanya insentif yang cukup bagi
media social dan elektronik, wewenang pelaksana di lapangan, agar supaya
bersumber dari peraturan perundang- mampu meningkatkan motivasi mereka
undangan dan fasilitas dianggarkan dalam dalam bekerja.
APBDes. Dari keempat sumberdaya
tersebut, pemerintah desa masiih
mempersoalkan mengenai aturan yang
tidak pasti serta anggaran yang dibagi
dengan anggaran pembangunan.

10
Jurnal Governance (1), 2, 2021

Daftar Pustaka Desentralisasi. Cetakan kedua.


Abidin, Said Zainal. 2005. Kebijakan Bandung : LP3AN FISIP UNPAD.
Publik. Jakarta: Pancur Siwah.
Safriza ZA. Dkk. 2020. Pedoman Umum
Arifin, Zainal, 2010, Evaluasi Menghadapi Pandemi Covid 19 bagi
Pembelajaran Prinsip,Teknik,Prosedur, Pemerintah Daerah. Jakarta. Tim Kerja
Remaja. Rosdakarya, Bandung. Kementerian Dalam Negeri untuk
Dukungan Gugus Tugas COVID 19.
Eriza, F. 2006. Implementasi Proyek Sugiyono. 2010, Metode Penelitian
Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Kuantitatif Kualitatif dan R&D;
laut/Marine Coastal Resoursces Penerbit CV Alfabeta, Bandung.
Management Project (Studi deskriptif di Tachjan. 2006. Implementasi Kebijakan
Kabupaten Langkat), Tesis S2. Program Publik. Bandung: AIPI. Panduan
Pascasarjana Universitas Sumatra KKL
Utara, Medan. Tahir I, W.S. 2007, Prospek Pengembangan
Desa,
Jones, Charles O. 2012. Pengantar Fokusmedia
Kebijakan Publik (Public Policy), Wahab, Solichin Abdul. 2011. Analisis
cetakan kesebelas Jakarta: PT. Kebijaksanaan dari Formulasi ke
Rajagrafindo Persada. Implementasi Kebijakan Negara.
Jakarta: Bumi Aksara.
Juliartha, Edward. 2009. Model . 2015. Analisis
Implementasi Kebijakan Publik. Kebijaksanaan dari Formulasi ke
Jakarta: Trio Rimba Persada Implementasi Kebijakan Negara.
Jakarta: Bumi Aksara.
Juliantara, Dadang. 2005. Peningkatan
Kapasitas Pemerintah Daerah dalam Widodo, Joko. 2011. Good Governance.
Pelayanan Publik. Yogyakarta: Telaahan dari: Dimensi Akuntabilitas
Pembaruan. dan Kontrol Birokrasi Pada Era
Desentralisasi dan Otonomi,
Kartohadikusumo. 2008. Desa. Jakatra: Balai Surabaya: Insan Cendekia.
Pustaka Sumber Lainnya:
- Undang–Undang Dasar 1945
Leo. A,. 2006. Dasar –Dasar Kebijakan - Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2018
Publik. Bandung: Alfabeta tentang Kekarantinaan Kesehatan
- Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014
Nugroho, Riant, D, 2005. Kebijakan Publik tentang Desa
: Formulasi, Implementasi, dan - UU 24/2007 dan mengacu pada Keppres
Evaluasi. Jakarta: Elex Media No. 7 tahun 2020 tentang Gugus Tugas
Komputindo Percepatan Penanganan Covid-19
- Permendes no 13 tahun 2020 tentang
Moleong, L. J. 2010. Metodologi Penelitian Perioritas Penggunaan Dana Desa
Kualitatif, Bandung: Remaja Rosda - Maklumat Kapolri Nomor Mak/2/Iii/2020
karya. Tentang Kepatuhan Terhadap Kebijakan
Pemerintah Dalam Penyebaran Virus
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia Corona (Covid-19).
(PDPI) Tahun 2020 - https://www.kemkes.go.id
Saefullah D. H. A. 2007. Pemikiran
Kontemporer Adminsistrasi Publik,
Perspektif Manajemen Sumber Daya
Manusia Dalam Era

11

Anda mungkin juga menyukai