Anda di halaman 1dari 10

PERAN KEPOLISIAN DALAM PENYELESAIAN KASUS PERZINAAN

DI SURAKARTA

PROPOSAL ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH

Disusun Oleh:

KEVIN ARDYA PRIMATAMA

C100217426

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2022
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia diciptakan oleh Tuhan berpasang-pasangan, laki-laki dan perempuan. Sudah


sewajarnya lelaki memiliki ketertarikan terhadap perempuan, begitu pula sebaliknya
perempuan tertarik pada laki-laki . Hal tersebut dapat dilihat dari kisah nabi Adam dan Hawa.
Adanya rasa saling ketertarikan tersebut tentu pada akhirnya akan menuntun manusia kepada
daya Tarik seksual yang akhirnya akan menimbulkan hubungan seksual atau persetubuhan.
Sebagaimana yang kita tahu hubungan seksual yang legal adalah hubungan seksual yang
dilandasi oleh perkawinan. Dalam agama Islam suatu hubungan seksual yang dilakukan
diluar perkawinan adalah zina atau haram hukumnya. Akan tetapi dalam hukum positif yang
berlaku di Indonesia perzinaan hanya dapat dijatuhi hukuman pidana apabila dilakukan
dalam ikatan perkawinan atau dengan kata lain perzinaan baru dianggap suatu tindak pidana
apabila melanggar kehormatan dalam perkawinan. Perzinaan sendiri tergolong dalam tindak
pidana kesopanan.
Tindak pidana kesopanan dibentuk untuk melindungi kepentingan hukum (rechtsbelang)
terhadap rasa pergaulan yaitu norma kesopanan.kesopanan masyarakat (rasa kesusilaan
termasuk didalamnya). Kehidupan sosial manusia dalam pergaulan sesamanya selain
dilandasi oleh norma-norma hukum yang mengikat secara hukum, juga dilandasi oleh norma-
norma 1
Kejahatan zina dirumuskan dalam pasal 284, yang selengkapnya dalam pasal berikut.
(1) Diancam dengan pidana paling lama Sembilan bulan:

1
Adami Chazawi, 2005, Tindak Pidana Mengenai Kesopanan, Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, hal. 1.
1. a. seorang laki-laki yang telah kawin melakukan zina, padahal diketahui bahwa
pasal 27 BW berlaku baginya;
b. seorang perempuan yang telah kawin yang melakukan zina padahal diketahui
bahwa pasal 27 BW berlaku baginya;

2. a. seorang laki-laki yang turut serta melakukan perbuatan itu, padahal diketahui
bahwa yang turut bersalah telah kawin;

b. seorang perempuan yang telah kawin yang turut serta melakukan perbuatan itu,
padahal diketahui olehnya bahwa turut bersalah telah kawin dan pasal 27 BW berlaku baginya.

(2) Tidak dilakukan penuntutan melainkan atas pengaduan suami/istri yang tercemar, dan
bilamana bagi mereka berlaku pasal 27 BW, dalam tenggang wakti tiga bulan diikuti dengan
permintaan bercerai atau pisah-meja dan ranjang karena alasan itu juga.

(3) Terhadap pengaduan ini tidak berlaku pasal 72, 73, dan 75.

(4) Pengaduan dapat ditarik kembali selama pemeriksaan dalam siding pengadilan belum
dimulai.

(5) Jika suami-istri berlaku pasal 27 BW, pengaduan tidak diindahkan selama perkawinan
belum diputuskan karena perceraian atau sebelum putusan yang menyatakan pisah meja dan
tempat tidur menjadi tetap.2

Sistem hukum pidana tentang tindak pidana yang ada di Indonesia memandang berbeda
terhadap delik perzinaaan sebagai bagian dalam delik-delik mengenai kesusilaan. Hal ini
disebabkan oleh perbedaan cara pandang dan nilai-nilai yang melatar belakanginya.

Sistem hukum yang berlaku dalam masyarakat yang masih menjunjung tinggi nilai-nilai
kesusilaan. Perzinaaan akan dipandang sebagai sebuah bentuk perbuatan yang bisa tergantung
kemauan tiap individu. Perzinaan akan dipandang tercela jika hal itu dilakukan dalam bingkai
perkawinan dan bukan dianggap sebagai pelanggaran kejahatan terhadap hukum tuhan yang
harus dibasmi. Peranan aparat penegak hukum dalam mengungkap dan menyelesaikan kasus
tindak pidana perzinaan dituntut untuk profesional yang disertai kematangan intelektual dan
integritas moral yang tinggi3.
2
Ibid hal. 56.
3
Dimas Wahyu Yuliansah, Iskandar, Ariza Umami, Upaya Kepolisian Dalam Penegakan Hukum Terhadap Tindak
Pidana Perzinahan, JUSTICE: Jurnal Hukum, Vol 1, No 1, Januari, 2021, hal 27.
Dalam Pasal 13 Undang-undang No. 2 Tahun 2002 disebutkan, bahwa Tugas Pokok
Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah:

(a) Memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat.


(b) Menegakkan hukum; dan
(c) Memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat.4

Dari Pasal 13 Undang-undang No. 2 Tahun 2002 di atas poin huruf b bahwa tugas pokok
Kepolisian adalah menegakan hukum. Polisi sebagai instrumen dalam penegakan hukum di
Indonesia yang mana diberi wewenang oleh negara dalam melakukan penyelidikan maupun
penyidikan.

Tugas penyelidikan dan penyidikan yang harus dilaksanakan oleh penyelidik dan penyidik
(Pejabat Polri atau menurut istilah KUHAP “Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia) meliputi
kegiatan:

1. Mencari dan menemukan suatu peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana;
2. Menentukan dapat atau tidaknya dilakukan penyidikan;
3. Mencari serta mengumpulkan bukti;
4. Membuat terang tentang tindak pidana yang terjadi;
5. Menentukan tersangka pelaku tindak pidana

Undang-undang No. 8 tahun 1981 (KUHAP) memberikan peran utama kepada Kepolisian
Negara Republik Indonesia untuk melaksanakan tugas penyelidikan dan penyidikan tindak
pidana (secara umum) tanpa Batasan lingkungan kuasa, sepanjang masih termasuk dalam
lingkup hukum publik, sehingga pada dasarnya Kepolisian Republik Indonesia oleh KUHAP
diberi kewenangan untuk melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap semua tindak pidana.
Namun demikian KUHAP masih memberikan kewenangan kepada Pejabat Pegawai Negeri Sipil
tertentu untuk melakukan penyidikan sesuai dengan wewenang khusus yang diberikan Undang-
undang yang menjadi dasar hukumnya masing-masing (Penjelasan Pasal 7 ayat (2) Undang-
undang No. 8 Tahun 1981).5

4
Pudi Rahardi, 2007, Hukum Kepolisian (Profesionalisme dan Reformasi Polri), Surabaya, Laksbang Mediatama,
hal 67.
5
Ibid, hal 71.
Berdasarkan uraian latar belakang diatas penulis tertarik untuk meneliti dan menuangkan
dalam penulisan hukum (Artikel Publikasi Ilmiah) dengan judul: “PERAN KEPOLISIAN
DALAM PENANGANAN KASUS PERZINAAN DI SURAKARTA”.

B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apa saja problematika yang dapat muncul akibat adanya perzinaan?
2. Upaya apa yang dilakukan kepolisian dalam menyelesaikan kasus perzinaan?

C. Tujuan Penelitian
Suatu tujuan penelitian harus dinyatakan dengan jelas dan singkat, karena hal ini yang
akan dapat memberikan arah pada penelitian yang dilakukan.6 Tujuan dari dilakukannya
penelitian ini adalah:

1. Tujuan Obyektif
Untuk mendeskripsikan bagaimana peran kepolisian sebagai aparat penegak
hukum dalam menyelesaikan kasus tindak pidana perzinaan, dan untuk
mengetahui hambatan apa saja yang diperoleh kepolisian dalam penanganan kasus
perzinaan.

2. Tujuan Subyektif
Untuk Menyusun penulisan hukum berupa artikel publikasi ilmiah guna
memenuhi syarat memperoleh gelar sarjana di bidang ilmu hukum pada Fakultas
Hukum Universitas Muhammadyah Surakarta. Serta untuk menerapkan ilmu serta
pemikiran-pemikiran yang penulis dapatkan selama di bangku perkuliahan pada
kehidupan bermasyarakat.

6
Bambang Sugono, 1997, Metedologi Penelitian Hukum, Jakarta, Raja Grafindo Persada, hal 11
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan akan memberikan sumbangan pemikiran hukum pidana


dan data ilmiah khususnya tentang tindak pidana perzinaan, serta dapat
memberikan refrensi tambahan untuk dipelajari dan dikaji lebih lanjut khususnya
oleh kalangan di bidang hukum.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini dapat digunakan untuk mengembangkan pola pikir, penalaran serta
menjadi tolok ukur bagi penulis atas pemahaman ilmu yang diperoleh di bangku
perkuliahan, serta untuk mengetahuib dan memberikan jawaban terhadap
permasalahan yang ada dan yang diteliti oleh penulis.

E. Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah yang didasarkan pada
metode, siatematika dan pemikiran tertentu yang bertujuan untuk mempelajari
satu atau beberapa gejala hukum tertentu dengan jalan menganalisanya.7
Adapun dalam penelitian ini penulis menggunakan metode sebagai berikut:

1. Metode Pendekatan
Metode pendekatan yang digunakan dalam penulisa penelitian ini
adalah pendekatan yuridis empiris yaitu cara prosedur yang dipergunakan
untuk memecahkan masalah penelitian dengan meneliti data sekunder
terlebih dahulu untuk kemudian dilanjutkan dengan mengadakan penelitian
terhadap data primer di lapangan-lapangan.8

2. Jenis penelitian
Metode kajian dalam penelitian ini termasuk bersifat deskriptif
kualitatif, yaitu penelitian yang mencari makna, pemahaman, pengertian
7
Khudazaifah Dimyati dan Kelik Wardiono, 2004, Metode Penelitian hukum, Surakarta, Fakultas Hukum UMS, hal
1.
8
Suratman dan H Philips Dillah, 2013, Metode Penelitian Hukum, Bandung, Alfabeta, hal 53
tentang suatu fenomena, kejadian, maupun kehidupan langsung manusia
yang mana peneliti langsung terlibat tahap demi tahap dan makna
disimpulkan selama proses berlangsung dari awal sampai akhir kegiatan.9

3. Lokasi Penelitian
Untuk memperoleh data yang diperlukan maka penulis mengambil
lokasi penelitian di Kepolisian Resor Kota Surakarta.

4. Jenis Data
a. Data Primer
Data primer adalah data-data yang diperoleh langsung di
lapangan10, melalui proses wawancara terhadap narasumber yang dianggap
mengetahui tentang informasi yang diperlukan dalam penelitian, yang
berupa penyelesaian kasus perzinaan.

b. Data sekunder
Data sekunder adalah data-data lain yang berhubungan dengan
penelitian ini, berupa dokumen-dokumen resmi, buku-buku hasil-hasil
penelitian yang berwujud laporan, ataupun bahan-bahan Pustaka lainnya11.
Fungsi data sekunder adalah mendukung data primer.
Data sekunder dalam penelitian ini meliputi:
1) Undang-undang yang terdiri atas Kitab Undang-undang
Hukum Pidana, Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang
Hukum Acara Pidana, Undang-undang Nomor 2 tahun 2002 tentang
Kepolisian Republik Indonesia.
2) Bahan-bahan Pustaka berupa literatur, artikel, karya ilmiah
dan informasi yang dikutip dari internet yang berkaitan dengan
penelitian.
5. Teknik Pengumpulan Data
9
Muri Yusuf, 2014, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Penelitian Gabungan, Jakarta, Primedia Group,
hal 201.
10
Soerjono Soekanto, 1986, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta, UI Press, hal 12.
11
Ibid, hal 12.
a. Studi Pustaka
Dalam penelitian ini Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah
studi pustaka, yaitu untuk mencari konsepsi-konsepsi, teori-teori, pendapat
atau penemuan yang berhubungan erat dengan pokok permasalahan.12
b. Wawancara
Metode ini dipergunakan untuk memperoleh data primer, yang
dilakukan dengan cara melakukan wawancara atau tanya jawab kepada
narasumber yang kompeten dan dianggap memahami tentang objek
yang diteliti.
6. Teknik Analisis Data
Analisa data pada penulisan hukum ini dilakukan melalui
pendekatan kualitatif. Menurut Soerjono Soekanto pendekatan kualitatif
adalah cara penelitian yang menghasilkan deskriptif Analisa, yaitu apa
yang dinyatakan oleh responden secara tertulis atau lisan dan juga
pelakunya yang nyata diteliti dan dipelajari sebagai suatu kesatuan.13
Adapun pengambilan kesimpulan dilakukan dengan metode induktif
dengan meneliti suatu proses penyelesaian kasus tindak pidana perzinaan
untuk nantinya bisa ditarik suatu kesimpulan.
7. Sistematika Penulisan
Penulisan Artikel Ilmiah ini membagi pokok permasalahan secara
terperinci dan tersruktur dengan terdiri dari bagian atau bab-bab yang
susunannya sebagai berikut:
BAB I: PENDAHULUAN
Bab ini menjelaskan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah,
tujuaan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian dan sistematika
penulisan.
BAB II: TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini mengemukakan teori-teori yang merupakan dasar dalam penelitian
ini. Teori tersebut juga menjabarkan tinjauan umum yang berkaitan dengan

12
Khudzaifah Dimyati, 2012, Buku Pegangan Kuliah Metode Penelitian Hukum, Surakarta, Fakultas Hukum
Universitas Muhammadyah Surakarta, hal 3
13
Soerjono Soekanto, 2008, Pengantar penelitian Hukum, Jakarta, Universitas Indonesia (UI-Press), hal 5.
tindak pidana perzinaan, tinjauan umum tentang aparat penegak hukum dan
kebijakan hukum pidana.
BAB III: ANALISIS DATA
Bab ini akan membahas mengenai objek penelitian, jenis dan sampel data,
dan membahas mengenai proses penyelesaian perkara kasus perzinaan di
tingkat penyidikan.
BAB IV: PENUTUP
Bab ini berisikan kesimpulan yang diambil berdasarkan hasil penelitian dan
saran dari hasil penelitian hukum yang dilakukan oleh penulis.

DAFTAR PUSTAKA

Buku:
Adami Chazawi, 2005, Tindak Pidana Mengenai Kesopanan, Jakarta, PT Raja Grafindo
Persada.
Pudi Rahardi, 2007, Hukum Kepolisian (Profesionalisme dan Reformasi Polri), Surabaya,
Laksbang Mediatama.
Bambang Sugono, 1997, Metedologi Penelitian Hukum, Jakarta, Raja Grafindo Persada.
Khudazaifah Dimyati dan Kelik Wardiono, 2004, Metode Penelitian hukum, Surakarta,
Fakultas Hukum Universitas Muhammadyah Surakarta.
Suratman dan H Philips Dillah, 2013, Metode Penelitian Hukum, Bandung, Alfabeta.
Muri Yusuf, 2014, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Penelitian Gabungan,
Jakarta, Primedia Group.
Soerjono Soekanto, 1986, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta, UI Press.
Khudzaifah Dimyati, 2012, Buku Pegangan Kuliah Metode Penelitian Hukum, Surakarta,
Fakultas Hukum Universitas Muhammadyah Surakarta.
Soerjono Soekanto, 2008, Pengantar penelitian Hukum, Jakarta, Universitas Indonesia (UI-
Press).

Jurnal:
Dimas Wahyu Yuliansah, Iskandar, Ariza Umami, Upaya Kepolisian Dalam Penegakan
Hukum Terhadap Tindak Pidana Perzinahan, JUSTICE: Jurnal Hukum, Vol 1, No 1,
Januari, 2021.

Anda mungkin juga menyukai