Anda di halaman 1dari 15

HUKUM DAN MORAL DALAM KASUS-KASUS HUKUM

DI INDONESIA

Ria Anggraeni Utami1


Fakultas Hukum Universitas Bengkulu
riaanggraeniutami@unib.ac.id

Zico Junius Fernando2


Fakultas Hukum Universitas Bengkulu
zjfernando@unib.ac.id.

Wiwit Pratiwi3
Fakultas Hukum Universitas Prof. Dr. Hazairin, S.H.
wpratiwi170993@gmail.com.

David Aprizon Putra4


Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam IAIN Curup
davidaprizonputra@iaincurup.ac.id

Abstract

Law is always closely related to morality. Law is meaningless if it is not accompanied by morals, so the
quality of law is determined by moral quality. Law is more codified than morality, meaning that it is more
systematically arranged in statutory regulations. Law limits itself to outward behavior, while morality
concerns the inner attitude of a person's legal subject. Law on the will of society and ultimately on the will
of the state and morality based on moral norms that transcend individuals and society. Leaving morals in
judgment is tantamount to the law losing its spirit.

Keywords: Law, Morals, Law Enforcement, Indonesia

Abstrak

Hukum selalu berkaitan erat dengan moralitas. Hukum tidak ada artinya jika tidak dibarengi dengan moral,
sehingga kualitas hukum sangat ditentukan oleh kualitas moral. Hukum lebih dikodifikasikan daripada
moralitas, artinya dituliskan dan secara lebih sistematis disusun dalam peraturan perUndang-Undang,
Hukum membatasi diri pada tingkah laku secara lahiriah, sedangkan moral menyangkut sikap batin
seseorang subjek hukum. Hukum didasarkan atas kehendak masyarakat dan akhirnya atas kehendak negara
dan moralitas didasarkan pada norma-norma moral yang melampaui para individu dan masyarakat.
Meninggalkan moral dalam berhukum sama saja dengan hukum yang kehilangan ruhnya.

Kata kunci: Hukum, Moral, Penegakan Hukum, Indonesia

1
Dosen Fakultas Hukum Universitas Bengkulu.
2
Dosen Fakultas Hukum Universitas Bengkulu, Anggota Masyarakat Hukum Pidana dan Kriminologi, Ketua
Wilayah SUMBAGSEL Asosiasi Pengajar Viktimologi Indonesia (APVI).
3
Dosen Fakultas Hukum Universitas Prof. Dr. Hazairin, S.H. (UNIHAZ).
4
Dosen Fakultas dan Ekonomi Islam IAIN Curup.

195
Ria Anggraeni Utami, Zico Junius Fernando,Wiwit Pratiwi, dan David Aprizon Putra:
Hukum dan Moral Dalam Kasus-Kasus Hukum Di Indonesia

A. Pendahuluan masyarakat. Etika memberi seseorang aturan


Dewasa ini perekonomian Indonesia dan hukum untuk menjadi manusia yang
mengalami perkembangan cukup pesat yang sempurna. Akibat dari perintah dan larangan
ditandai dengan adanya pembangunan nasional tersebut berasal dari standar moral yang
yang mulai merata, adanya kemajuan didasarkan pada kebebasan individu. Hati
infrastruktur serta kini dunia perekonomian nuraninya akan memberitahu tindakan apa
mulai memasuki era digital dan bersifat global. yang salah dan menentukan apakah dia
Pihak yang berperan sebagai pelaku ekonomi melakukan sesuatu atau tidak. Namun dalam
salah satunya adalah Perseroan Terbatas (PT). masyarakat yang maju, aturan tersebut tidak
Ketika berbicara tentang penegakan hukum, lagi cukup memadai. Hal ini dilatarbelakangi
selalu ingat satu Pepatah atau adegium bahwa karena landasan moral adalah kebebasan
fiat justisia et pereat mundus (bahkan jika individu. Untuk mengatur segala sesuatu
langit runtuh, hukum wajib ditegakan). perlu antara lain tidak didasarkan pada
Pepatah atau adegium tersebut memberi kebebasan individu, tetapi juga pembatasan
contoh bukan hanya hukum yang ditegakkan, kebebasan individu dalam bentuk paksaan,
tapi juga kepastiannya hukum, intimidasi dan hukuman, aturan-aturan ini
kemanfaatannya dan keadilan bagi mereka disebut hukum.7 Hukum mengikat setiap
yang mencari keadilan. Keadilan adalah orang sebagai warga negara, tetapi moralitas
bagian yang tidak mungkin bisa terpisah dari mengikat orang sebagai individu. Teori
hukum itu sendiri, karena hukum pada pemisahan hukum dan moralitas menyatakan
dasarnya adalah inti keadilan.5 Gustav bahwa hukum adalah satu, dan moralitas
Radbruch mengatakan keadilan itu salah adalah yang lain. Dengan kata lain, "hukum
salah satu nilai dasar hukum.6 dan moralitas tidak selalu merupakan dua
Dalam masyarakat sederhana, standar sisi mata uang yang sama", ini tidak berarti
moral cukup untuk menciptakan ketertiban bahwa hakim dan jaksa hanya peduli dengan
dan membimbing perilaku masyarakat, dan hukum dan tidak dengan moral. Faktanya,
untuk menjaga kemakmuran dalam hukum yang baik berasal dari moral yang

5 6
Fithriatus Shalihah & Oksep Adhayanto, Satjipto Rahardjo, (1986), Ilmu Hukum,
Hukum Moral Dan Kekuasaan Dalam Telaah (Hukum Bandung: Alumni, hlm. 5.
7
Adalah Alat Teknis Sosial), Jurnal Hukum Fiat https://www.researchgate.net/project/Hubu
Justisia, Vol. 10, No. 4, October-December 2016, hlm. ngan-Hukum-dan-Moral, diakses Rabu, 8 Desember
674. Doi. 10.25041/fiatjustisia 2021, Pukul 16.46 WIB.

AL-IMARAH: Jurnal Pemerintahan dan Politik Islam 195


Vol. 7, No. 2, 2022
Ria Anggraeni Utami, Zico Junius Fernando,Wiwit Pratiwi, dan David Aprizon Putra:
Hukum dan Moral Dalam Kasus-Kasus Hukum Di Indonesia

baik, dan moral yang baik akan melahirkan mengumpulkan bahan hukum baik bahan
hukum yang baik pula.8 Semua krisis hukum primer, bahan hukum sekunder dan
penegakan hukum yang terjadi di Indonesia bahan hukum tersier. Pendekatan yang
pada dasarnya adalah krisis moral yang dipakai adalah peraturan perUndang-
berakibat pada menurunnya kepercayaan Undangan (statute approach)10 dan
masyarakat terhadap penegakan hukum. pendekatan komparatif (comparative
approach)11. Sifat penelitian deskriptif 12
-
B. Rumusan Masalah preskriptif13. Teknik pengumpulan bahan
Sebagai pijakan dan sekaligus juga dengan studi kepustakaan, penulis
sebagai pembatasan dalam pembahasan menggunakan analisis isi (content
tulisan ini dikemukan rumusan masalah analysis).14
sebagai berikut:
1. Bagaimana hubungan hukum dan D. Hasil dan Pembahasan
moral dalam kasus-kasus hukum di 1. Hubungan Hukum Dan Moral Dalam
Indonesia? Kasus-Kasus Hukum Di Indonesia
2. Bagaimana problematik moral Hukum tidak ada artinya jika tidak
aparat penegak hukum (APH) dalam dibarengi dengan etika, sehingga kualitas
penegakan hukum (law hukum sangat ditentukan oleh kualitas moral.
enforcement) di Indonesia? Di sisi lain, moralitas juga membutuhkan
hukum karena moralitas akan berada di
C. Metode Penelitian awang-awang jika tidak diungkapkan secara
Penelitian hukum yang dilakukan jelas dalam masyarakat dalam bentuk hukum.
dengan hanya mempertimbangkan dokumen Jadi hukum dapat meningkatkan dampak
kepustakaan atau data sekunder, dapat moralitas. Misalnya, menghormati orang lain
disebut penelitian hukum normatif atau adalah prinsip etika penting, tapi tidak semua
penelitian hukum kepustakaan (library etika perlu diterjemahkan ke dalam bentuk
9
research). Dilakukan dengan

8 12
Ibid. Soerjono Soekanto, (1984), Pengantar
9
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, 2001, Penelitian Hukum, Jakarta: Universitas Indonesia
Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat. Press, hlm. 1.
13
Jakarta: Raja Grafindo Persada, hlm. 13-14. Ibid.
10 14
Peter Mahmud Marzuki, (2005), Penelitian Rianto Andi, (2005), Metode Penelitian
Hukum, Jakarta: Kencana Prenada Media, hlm. 102. Sosial dan Hukum, Jakarta: Granit, hlm. 61.
11
Ibid, hlm. 94.

AL-IMARAH: Jurnal Pemerintahan dan Politik Islam 196


Vol. 7, No. 2, 2022
Ria Anggraeni Utami, Zico Junius Fernando,Wiwit Pratiwi, dan David Aprizon Putra:
Hukum dan Moral Dalam Kasus-Kasus Hukum Di Indonesia

hukum karena hukum juga harus dibatasi moral berasal dari Bahasa Belanda
untuk mengatur hubungan manusia yang yakni “moural”, yang berarti
relevan. Bahkan, moralitas dan hukum tidak kesusilaan, budi pekerti. Sedangkan
selalu berkaitan karena ada hukum yang menurut W.J.S. Poerwadarminta
berlaku (hukum positif) yang bertentangan moral berarti ajaran tentang baik
dengan etika dan karenanya harus ditolak. buruk perbuatan dan kelakuan.16
Meninggalkan moral dalam berhukum sama
Di bawah ini akan ditunjukkan beberapa
saja dengan hukum yang kehilangan ruhnya.
poin penting perihal perbedaan antara moral
Moral secara umum diartikan sebagai:
dan hukum:
a. Kaidah-kaidah umum kesopanan
a. Hukum lebih dikodifikasikan
dan adat istiadat yang berlaku bagi
daripada moralitas, artinya
kelompok tertentu;
dituliskan dan secara lebih
b. Ajaran kesusilaaan atau kesantunan,
sistematis disusun dalam peraturan
yaitu ajaran tentang asas-asas dan
perUndang-Undang;
kaidah-kaidah kesantunan yang
b. Hukum membatasi diri pada tingkah
dipelajari secara sistematis dalam
laku secara lahiriah, sedangkan
sebuah nilai yang disebut etika.
moral menyangkut sikap batin
Disebut dengan “ethos” (Bahasa
seseorang subjek hukum;
Yunani) yang berarti norma-norma,
c. Hukum didasarkan atas kehendak
aturan-aturan mengenai hal-hal
masyarakat (peoples will) dan
yang baik dan yang buruk dalam
akhirnya atas kehendak negara (the
kaitannya dengan perbuatan
will of state) dan moralitas
manusia, unsur-unsur kemanusiaan,
didasarkan pada norma-norma
cara, motif, niat dan sifat manusia.
moral yang melampaui para
maka “moralitas” berarti kesusilaan,
individu dan masyarakat;
mencerminkan bagaimana
d. Sanksi atau hukuman yang
sebenarnya perilaku dalam
berkaitan dengan hukum sangat
masyarakat, apa yang baik dan apa
berbeda jika melihat sanksi atau
yang buruk.15 Secara etimologis

15
Ahmad Manshur Noor, (1985), Peranan Departemen Agama Republik Indonesia, hlm. 7.
16
Moral dalam Membina Kesadaran Hukum, Jakarta: Ibid.

AL-IMARAH: Jurnal Pemerintahan dan Politik Islam 197


Vol. 7, No. 2, 2022
Ria Anggraeni Utami, Zico Junius Fernando,Wiwit Pratiwi, dan David Aprizon Putra:
Hukum dan Moral Dalam Kasus-Kasus Hukum Di Indonesia

hukuman yang berkaitan dengan prinsip moral umum yang berlaku di


moralitas. mana-mana dan melampaui batas-
batas budaya yang berbeda;
Dari sudut pandang sejarah (history),
c. Bahwa ada pertalian diantara norma
dapat disimpulkan bahwa hukum dan
hukum dan norma moral. Ini berarti
moralitas secara inheren bukan 2 (dua) hal
bahwa ada bagian dari tingkah laku
yang terpisah, tetapi merupakan 2 (dua)
manusia yang sama-sama diatur
aspek yang disatukan dalam hukum Tuhan
oleh kedua norma tersebut;
Yang Maha Kuasa. Terlihat contohnya dari
d. Tidak ada hubungan antara hukum
dalam konsep hukum Islam, hukum Yahudi
dan moralitas. Karena dua alam ini
dan hukum dari kepercayaan Kanonik.
bukan hanya dua hal yang berbeda,
Menurut Selznick bahwa hukum itu
mereka adalah dua aspek yang
berkaitan dengan usaha-usaha untuk
berbeda. Perbedaan atau pemisahan
mewujudkan nilai-nilai tertentu yang hidup
hukum dan moralitas dapat
pada atau didalam masyarakat.17 Ada 4
digambarkan dengan diagram dua
macam pola hubungan hukum dan moral itu
lingkaran tanpa titik kontak. Satu
sendiri:
lingkaran adalah moral dan yang
a. Bahwa hukum adalah sebuah bagian
lainnya adalah hukum.18
(part) dari satu sistem ajaran yang
ada pada moral, bahwa hukum
Hukum di semua negara modern
adalah bagian dari moral manusia memanifestasikan dirinya dengan cara yang
yang di integrasikan ke dalam aturan
berbeda memiliki hubungan (pengaruh)
yang diambil dengan konsesus yang dengan etika yang diterima secara sosial dan
ada dan hidup masyarakat;
cita-cita moral yang lebih luas. Pengaruh
b. Bahwa hukum ini diturunkan dari
yang berbeda ini memasuki hukum dalam
prinsip-prinsip atau aturan-aturan
satu cara dengan cepat dan resmi meloloskan
moral umum. Dengan kata lain,
Undang-Undang, atau diam-diam dan
hukum adalah evolusi dari prinsip-
selangkah demi selangkah tahapan proses

17
M. Samsudin, (2012), Budaya Hukum Hukum Ius Quia Iustum, Vol. 19, No. 4, Oktober
Hakim, Jakarta: Kharisma Putra Utama, hlm. 45. 2012, hlm. 511-513. Doi.
18
Salman Luthan, Dialektika Hukum dan https://doi.org/10.20885/iustum.vol19.iss4.art2
Moral dalam Perspektif Filsafat Hukum, Jurnal

AL-IMARAH: Jurnal Pemerintahan dan Politik Islam 198


Vol. 7, No. 2, 2022
Ria Anggraeni Utami, Zico Junius Fernando,Wiwit Pratiwi, dan David Aprizon Putra:
Hukum dan Moral Dalam Kasus-Kasus Hukum Di Indonesia

peradilan. Dalam beberapa sistem, seperti Undang-Undang (corong Undang-Undang)


Amerika Serikat, kriteria akhir (final) tanpa melihat bahwa ada sesuatu yang mesti
keabsahan hukum mencakup dengan jelas ditegakan walaupun itu tidak sesuai dengan
prinsip-prinsipnya keadilan atau nilai moral aturan, contoh dulu seperti hakim yang
yang substantif; dalam sistem lain, seperti di kontroversionla namun progresif seperti
Inggris, di di mana tidak ada batasan formal Bismar Siregar yang melakukan rechtvinding
untuk otoritas legislatif tertinggi, hukum dalam kasus pencabulan pada tahun 1983
tidak kalah ketatnya dengan penegakan lewat putusan 144/pid/1983/PN. Medan dan
hukum atau moralitas.19 Contohnya kasus terkait dengan kasus pencurian listrik yang
Nenek Minah, kasus Pengamen Cipulir, diambil demi keadilan di dalam masyarakat,
kasus Pencurian Susu Formula, Kasus Prita tapi hal-hal seperti ini sangat jarang
Mulyasari, kasus Mantri Desa Misran, kasus dipraktikan oleh aparat penegak hukum
Antasari Azhar, kasus Susno Duadji, kasus (APH).
Bibit-Chandra Hamzah, kasus Valencya yang Kedepan melihat perkembangan revolusi
dibui karena menegur suami mabuk dll. industry 4.0 dan penulis setuju dengan
Belum lagi melihat data Yayasan Lembaga pendapat Fuller, ada 8 (delapan) nilai yang
Bantuan Hukum Melihat kasus-kasus diatas mesti dipenuhi oleh hukum. Kedelapan nilai
dan tingkat kepercayaan masyarakat yang tersebut dikenal dengan 8 (delapan) prinsip
semakin hari semakin merosot, maka moral legitimasi, yaitu:
masyarakat secara komunal mempengaruhi a. Aturan yang telah ditentukan
penegakan hukum yang ada di Indonesia saat sebelumnya, yaitu tidak ada ruang
ini, Ketika sebuah kasus viral dan menyentuh untuk keputusan mendadak, atau
perasaan orang banyak maka sangat tindakan sewenang-wenang;
menpengaruhi hal-hal yang diambil untuk b. Peraturan harus diumumkan
penegakan hukumnya yang harusnya datang sebagaimana mestinya;
dari sisi aparat penegak hukum (APH) untuk c. Ketentuan yang tidak dapat
memperoleh keadilan, hanya sedikit aparat diterapkan surut;
penegak hukum berani mengambil hal-hal d. Bahasa peraturan harus jelas dan
yang diluar aturan untuk keadilan, aparat rinci, yaitu harus dipahami oleh
penegak hukum (APH) hanya menajalankan masyarakat;

19
Ibid, hlm. 513.

AL-IMARAH: Jurnal Pemerintahan dan Politik Islam 199


Vol. 7, No. 2, 2022
Ria Anggraeni Utami, Zico Junius Fernando,Wiwit Pratiwi, dan David Aprizon Putra:
Hukum dan Moral Dalam Kasus-Kasus Hukum Di Indonesia

e. Hukum tidak dapat mencapai hal c. Fungsi moral bagi hukum adalah
yang tidak mungkin; merupakan sumber latihan moral
f. Antar aturan, tidak boleh ada (nilai-nilai) hukum positif, sumber
konflik di antara mereka; hukum positif, alat penilaian konten
g. Peraturan merupakan suatu hal yang aturan hukum dan sumber alasan
tetap dan tidak dapat sering diubah- untuk menangani kasus Undang-
ubah; Undang dengan ketentuan hukum
h. Harus ada konsistensi antara yang tidak jelas.21
tindakan para pembuat aturan atau
Dalam melihat hukum dan moral penulis
hukum (ahli) dengan peraturan
juga tidak terlepas dari pandangan L.H.A.
perUndang-Undangan yang telah
Hart, menegaskan bahwa antara hukum dan
dibuat.20
moralitas memiliki kebutuhan yang lengkap
Bila ditarik lebih dalam antara hubungan atau memiliki banyak hubungan pemahaman
antara hukum dan moralitas, ada 3 (tiga) keragaman itu penting tetapi tidak semua
model yang berkaitan antara hukum dan hubungan terlihat jelas. L.H.A. Hart mencoba
moralitas, yaitu: mendemonstrasikan dan mengevaluasi
a. Hukum merupakan bagian dari alasannya sudut pandang ini. Menurutnya,
sistem pendidikan moral agama atau tidak ada alasan yang diberikan untuk
ideologi. Hukum adalah sumber dari menunjukkan bahwa hubungan mutlak
prinsip-prinsip moral umum dan konsisten bahkan jika mengenali bahwa
persimpangan antara hukum dan beberapa aspek dari argumen yang diberikan
moralitas; fakta, konsisten dengan fakta tertentu dapat
b. Adanya hubungan hukum dan moral ditemukan di sistem yang legal.22 L.H.A.
menimbulkan hubungan fungsional Hart mengakui bahwa keadilan, hukum dan
yang timbal balik (kausalitas) antara moralitas mempunyai hubungan yang sangat
2 (dua) subjek dalam pembentukan dekat atau dengan kata lain saling berkaitan
dan penegakan hukum hukum; satu sama lain.23

20
M. Samsudin, Loc. Cit. Pembangunan, Vol. 44 No. 3, 2014, hlm. 377. Doi.
21
Salman Luthan, Op. Cit, hlm. 522. http://dx.doi.org/10.21143/jhp.vol44.no3.27
22 23
Petrus CKL. Bello, Hubungan Hukum Dan Ibid.
Moralitas Menurut H.L.A Hart, Jurnal Hukum dan

AL-IMARAH: Jurnal Pemerintahan dan Politik Islam 200


Vol. 7, No. 2, 2022
Ria Anggraeni Utami, Zico Junius Fernando,Wiwit Pratiwi, dan David Aprizon Putra:
Hukum dan Moral Dalam Kasus-Kasus Hukum Di Indonesia

Dalam buku The Concept of Law yang Terkait dengan hubungan hukum dan
dikarang oleh L.H.A. Hart menguji 6 (enam) moralitas, L.H.A. Hart menghendaki agar
alasan yang dijadikan dasar untuk keduanya dipisahkan. Pemisahan hukum dan
menunjukkan adanya hubungan mutlak moralitas menurutnya sangat diperlukan agar
antara hukum dan moralitas: kritik moral terhadap hukum dimungkinkan
a. Kekuasaan dan otoritas; dan untuk menghindari paham politik yang
b. Pengaruh moralitas terhadap ingin mempertahankan tradisi dan stabilitas
hukum; sosial, melestarikan pranata yang sudah ada,
c. Interpretasi; menghendaki perkembangan setapak demi
d. Kritik Hukum; setapak, serta menentang perubahan yang
e. Prinsip Legalitas dan Keadilan; radikal (konsevatisme).25
f. Validitas hukum dan Resistensi. Aparat penegak hukum (APH) dalam
menjalankan fungsi penegakan hukum harus
L.H.A. Hart juga mengakui hubungan
mampu melihat suara hati masyarakat (a
antara pentingnya hukum dan moralitas
person justice must be a person of wisdom)
dalam hukum alam (natural law). Hukum
sekalipun tidak terucapkan, tak dinyatakan
alam minimum tidak lain adalah pandangan
secara terus terang maupun tertekan.26
L.H.A. Hart sendiri tentang sifat manusia
berbeda dengan hukum alam klasik. Menurut 2. Problematik Moral Penegak Hukum
dia sifat manusia yang paling mendasar
Dalam Penegakan Hukum (Law
adalah ada, dengan kelangsungan hidup Enforcement) Di Indonesia
manusia dapat memenuhi tujuan hidup
Dalam masa sekarang aparat penegak
lainnya. Selain membutuhkan ketersediaan hukum (APH) wajib menjalankan cita-cita
bahan konsumsi, orang juga membutuhkan
hukum pada umumnya, khususnya keadilan,
aturan yang dapat dipertahankan hidup
objektivitas, dan keamanan/ ketertiban.
dengan mereka. Di sinilah moralitas dan
Namun, hal-hal yang ideal tersebut belumlah
hukum bertemu, kedua aturan ini, meskipun
lengkap terlaksana, karena realitas atau
berbeda, membutuhkan hal yang sama, yaitu,
kenyataan yang tak terbantahkan bisa
24
mempertahankan hidup dengan manusia.
dirasakan dan terlihat saat ini adalah kondisi

24 26
Ibid, hlm. 378. Esmi Warassih, (2021), Kontruksi Hukum,
25
Ibid, hlm 385. Yogyakarta: Thafa Media, hlm. 10.

AL-IMARAH: Jurnal Pemerintahan dan Politik Islam 201


Vol. 7, No. 2, 2022
Ria Anggraeni Utami, Zico Junius Fernando,Wiwit Pratiwi, dan David Aprizon Putra:
Hukum dan Moral Dalam Kasus-Kasus Hukum Di Indonesia

aparat penegakan hukum (APH) di Indonesia hukum kehilangan kekuatanya di


mencapai titik terendahnya dalam hal dalam masyarakat;
kepercayaan (trust) dari masyarakat. b. Adanya sebuah keinginan atas
Kepercayaan masyarakat (public) terhadap pembentukan perUndang-
lembaga-lembaga penegak hukum merosot Undangan dengan sarana hukum
tajam, sehingga kesannya hukum tidak ada yang lebih akomodatif serta
lagi memberikan rasa aman, rasa nyaman dan responsif terhadap kebutuhan
tentram, hukum tidak bisa memecahkan hukum masyarakat.28
berbagai masalah yang muncul dalam
Problema atau masalah yang paling
dinamika masyarakat yang semakin
mendasar dalam penegakan hukum (law
kompleks dan kepastian hukum semakin
enforcement) di Indonesia adalah seringnya
dipertanyakan.27
terjadi manipulasi atas fungsi hukum oleh
Satjipto Rahardjo berpendapat bahwa
pemegang kekuasaan. Selain itu masalah
hukum yang semula bersifat esoterik atau
lainya yang mendapatkan sorotan masyarakat
suatu hal yang diajarkan yang mengklaim
sebagai berikut:
sebagai suatu wilayah yang otonom, tidak
a. Penegak hukum yang ada sekarang
dapat dipertahankan lebih lama lagi,
dilihat kurang banyak diisi oleh
disebabkan adanya dua faktor, yaitu:
sumber daya manusia (SDM) yang
a. Adanya ketidakmampuan sistem
mumpuni atau berkualitas.
hukum yang ada dan berlaku saat ini
Sedangkan sumber daya manusia
untuk dipedomani sebagai suatu
(SDM) yang baik, expert serta
sarana atau alat pengaturan
memiliki nilai-nilai integritas dalam
masyarakat Indonesia masa kini dan
jumlah yang banyak sangat
masa yang akan datang. Hal ini
dibutuhkan untuk mengisi jabatan-
terlihat karenanya adanya proses
jabatan strategis;
transformasi politik, dengan akibat
b. Penegakan hukum (law
enforcement) tidak mampu berjalan

27 28
Esmi Warassih, (2001), Pemberdayaan Ali, Achmad, (1996), Menguak Tabir
Masyarakat Dalam Mewujudkan Tujuan Hukum Hukum (Suatu kajian Filosofis Dan Sosiologis):
(Proses Penegakan Hukum Dan Persoalan Keadilan), dalam Tulisan Hukum Sebagai Kenyataan dalam
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Masyarakat, Jakarta: PT. Toko Gunung Agung, hlm.
hlm. 10. 53-54.

AL-IMARAH: Jurnal Pemerintahan dan Politik Islam 202


Vol. 7, No. 2, 2022
Ria Anggraeni Utami, Zico Junius Fernando,Wiwit Pratiwi, dan David Aprizon Putra:
Hukum dan Moral Dalam Kasus-Kasus Hukum Di Indonesia

dengan baik karena sering hukum (APH) tidak memahami isi


diintervensi oleh kekuasaan dan dari peraturan perUndang-
dengan materi. Materi menjadi salah Undangan mana mungkin atau hal
satu problem karena Negara ini yang mustahil akan ada sebuah
belum mampu memberikan efektivitas penegakan hukum atau
kesejahteraan kepada aparatur peraturan di tengah kehidupan
penegak hukum (APH); masyarakat;
c. Nilai-nilai dari kepercayaan yang f. Masalah selanjutnya adalah hukum
dating dari masyarakat terhadap yang ada dan diterapkan Indonesia
aparatur penegak hukum (APH) hidup di tengah masyarakat yang
semakin hari semakin menurun tidak berorientasi kepada hukum. Ini
dengan fakta-fakta lapangan yang berakibat dengan hukum hanya
terjadi di tengah-tengah masyarakat. dilihat seperti representasi dan
Hal ini berefek kepada banyaknya simbol-simbol negara yang ditakuti.
prilaku-prilaku anarkis dari Keadilan pun hanya berpihak
masyarakat untuk mencapai apa kepada mereka yang memiliki status
yang masyarakat anggap sebuah sosial yang lebih tinggi dalam
keadilan; masyarakat. Contohnya kasus
d. Para penguasa yang diberi Amanah Nenek Minah, kasus Pengamen
untuk membentuk peraturan Cipulir, kasus Pencurian Susu
perUndang-Undangan jarang sekali Formula, Kasus Prita Mulyasari,
melihat keterbatasan aparatur kasus Mantri Desa Misran, kasus
penegak hukum (APH). Peraturan Antasari Azhar, kasus Susno
yang ada sekarang malah banyak Duadji, kasus Bibit-Chandra
sulit diimplementasikan di Hamzah, kasus Valencya yang dibui
lapangan; karena menegur suami mabuk, dll.
e. Tidak diperhatikannya kebutuhan-
Mukhtar Kusumaatmadja berpendapat
kebutuhan waktu untuk mengubah
bahwa penggunaan Undang-Undang sebagai
pemahaman dan paradigma berpikir
alat manipulasi sosial di bawah skenario
dari aparatur penegak hukum
kebijakan pemerintah (eksekutif) sangat
(APH). Ketika aparatur penegak
penting bagi negara-negara berkembang,

AL-IMARAH: Jurnal Pemerintahan dan Politik Islam 203


Vol. 7, No. 2, 2022
Ria Anggraeni Utami, Zico Junius Fernando,Wiwit Pratiwi, dan David Aprizon Putra:
Hukum dan Moral Dalam Kasus-Kasus Hukum Di Indonesia

jauh melampaui kebutuhan negara-negara Di dunia sekarang ini, terutama setelah


maju. Negara maju memiliki mekanisme Perang Dunia II yang meletus pada tahun
hukum untuk beradaptasi dengan perubahan 1939-1945 yang melibatkan banyak negara
dalam masyarakat mereka, sementara negara yang membuat 2 (dua) aliansi baik sekutu dan
berkembang tidak. Padahal, harapan dan poros, banyak mengakui bahwa hukum harus
keinginan orang-orang di negara berkembang dikaitkan dengan moralitas (keadilan) agar
tentang dampak perubahan pada standar dapat dianggap sebagai hukum. Dengan kata
hidup yang lebih baik sangat tinggi. Jauh lain, masyarakat semakin percaya bahwa
melebihi ekspektasi orang-orang di negara hukum adalah nilai-nilai positif harus
maju.29 Masyarakat dan hukum adalah 2 menghormati standar tertentu, yaitu prinsip
(dua) identitas yang tidak dapat dipisahkan. keadilan. Jika suatu sistem hukum yang tidak
Dalam ilmu hukum, terdapat juga pepatah memenuhi persyaratan tersebut tetap diakui
atau adagium ibi societas ibi ius (dimana ada sebagai hukum, maka menurut Undang-
masyarakat maka disitu ada hukum). Untuk Undang ini tidak dapat lagi dibedakan
mewujudkan keteraturan dalam masyarakat dengan kekuasaan.32 Transformasi hukum
dibutuhkan struktur tatanan (pemerintahan) dan moral berarti bahwa kode etik sebagai
yang diikat oleh hukum. Hukum dan moral salah satu norma kehidupan bermasyarakat
ibarat dua sisi mata uang.30 menjadi lebih kuat karena kode moral tidak
lagi hanya kode batin individu, tetapi Itu juga
Menurut ajaran dari Thomas Aquinas,
telah menjadi aturan interpersonal
bahwa perintah moral yang paling mendasar
(masyarakat) yang ditegakkan oleh institusi
adalah berbuat baik (doing good) dan
atau lembaga hukum resmi negara.
menjauhi kejahatan (stay away from crime).
Hukum akan menjadi pengakuan khusus bila Plato, T. Hobbes dan Hegel, bahwa
didukung oleh supremasi hukum. Oleh hukum Negara lebih tinggi dari hukum yang
karena itu, ketertiban dalam masyarakat lainnya sehingga tidak ada hukum lain yang
selalu sejalan dengan adanya perilaku moral bertentangan dengan hukum negara.33
yang baik mematuhi aturan hukum setara.31 Penegakan hukum juga semestinya berjalan

29 31
Mokhtar Kusumaatmadja, (1986), Ibid.
32
Pembinaan Hukum dalam rangka Pembangunan Sukarno Aburaera dkk, (2010), Filsafat
Nasional, Bandung: Bina Cipta, hlm. 2-7. Hukum, Makasar: Pustaka Refleksi, hlm. 33.
30 33
Fithriatus Shalihah & Oksep Adhayanto Sabian U, (2013), Dasar-Dasar Sosiologi
Hukum, Op. Cit, hlm. 676. Hukum, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, hlm. 186.

AL-IMARAH: Jurnal Pemerintahan dan Politik Islam 204


Vol. 7, No. 2, 2022
Ria Anggraeni Utami, Zico Junius Fernando,Wiwit Pratiwi, dan David Aprizon Putra:
Hukum dan Moral Dalam Kasus-Kasus Hukum Di Indonesia

sesuai dengan hal tersebut tanpa terkecuali, kepercayaan (trust) masyarakat terhadap
tidak pandang bulu menerapkan prinsip hukum, upaya yang harus dilakukan adalah
equality before the law. Hukum wajib dan sebagai berikut:
harus dijunjung tinggi oleh aparat penegak
a. Menginventarisasi dan menindak
hukum (APH).
lanjuti secara hukum berbagai kasus
Sebagai upaya untuk meningkatkan
Korupsi, Kolusi dan Nepostime
pemberdayaan terhadap lembaga peradilan
(KKN) dan Hak Asasi Manusia
dan lembaga penegak hukum lainnya
(HAM);
Langkah-langkah yang perlu dilakukan yaitu:
b. Melakukan pemberdayaan terhadap
a. Peningkatan kualitas dan
aparat penegak hukum (APH),
kemampuan aparat penegak hukum
khususnya aparat kepolisian,
yang lebih profesioanal,
kejaksaan, pengadilan dan
berintegritas, berkepribadian, dan
masyarakat;
bermoral tinggi;
c. Pemberian bantuan hukum cuma-
b. Perlu dilakukan perbaikan–
cuma kepada masyarakat yang tidak
perbaikan sistem perekrutan dan
mampu;
promosi aparat penegak hukum,
d. Sosialiasi dan bimbingan teknis
pendidikan dan pelatihan, serta
tentang aturan-aturan hukum untuk
mekanisme pengawasan yang lebih
mencerdaskan masyarakat dan
memberikan peran serta yang besar
membuat masyarakat untuk melek
kepada masyarakat terhadap
hukum.35
perilaku aparat penegak hukum;
c. Mengupayakan peningkatan E. Kesimpulan
kesejahteraan aparat penegak 1. Hukum lebih dikodifikasikan
hukum yang sesuai dengan daripada moralitas, artinya
34
pemenuhan kebutuhan hidup. dituliskan dan secara lebih
sistematis disusun dalam peraturan
Dalam rangka memulihkan kembali
perUndang-Undang, Hukum

34
Bagir Manan, (2005), Penegakan Hukum 201.
yg berkeadilan, Jakarta: Varia Peradilan, hlm. 7. http://dinamikahukum.fh.unsoed.ac.id/index.php/JDH
35
Sanyoto, Penegakan Hukum Di Indonesia, /article/view/74/226
Jurnal Dinamika Hukum, Vol. 8, No. 3, 2008, hlm.

AL-IMARAH: Jurnal Pemerintahan dan Politik Islam 205


Vol. 7, No. 2, 2022
Ria Anggraeni Utami, Zico Junius Fernando,Wiwit Pratiwi, dan David Aprizon Putra:
Hukum dan Moral Dalam Kasus-Kasus Hukum Di Indonesia

membatasi diri pada tingkah laku otoritas; 2). Pengaruh moralitas


secara lahiriah, sedangkan moral terhadap hukum; 3). Interpretasi; 4).
menyangkut sikap batin seseorang Kritik Hukum; 5). Prinsip Legalitas
subjek hukum. Hukum didasarkan dan Keadilan; 6) Validitas hukum
atas kehendak masyarakat (peoples dan Resistensi;
will) dan akhirnya atas kehendak 2. Problema atau masalah yang paling
negara (the will of state) dan mendasar dalam penegakan hukum
moralitas didasarkan pada norma- (law enforcement) di Indonesia
norma moral yang melampaui para adalah seringnya terjadi manipulasi
individu dan masyarakat. Ada 3 atas fungsi hukum oleh pemegang
(tiga) model yang berkaitan antara kekuasaan. Selain itu masalah lainya
hukum dan moralitas, yaitu: Hukum yang mendapatkan sorotan
merupakan bagian dari sistem masyarakat sebagai berikut: 1).
pendidikan moral agama atau Penegak hukum yang ada sekarang
ideologi, adanya hubungan hukum dilihat kurang banyak diisi oleh
dan moral menimbulkan hubungan sumber daya manusia (SDM) yang
fungsional yang timbal balik mumpuni atau berkualitas; 2).
(kausalitas) antara 2 (dua) subjek Penegakan hukum (law
dalam pembentukan dan penegakan enforcement) tidak mampu berjalan
hukum hukum, fungsi moral bagi dengan baik karena sering
hukum adalah merupakan sumber diintervensi oleh kekuasaan dan
latihan moral (nilai-nilai) hukum dengan materi; 3). Nilai-nilai dari
positif, sumber hukum positif, alat kepercayaan yang dating dari
penilaian konten aturan hukum dan masyarakat terhadap aparatur
sumber alasan untuk menangani penegak hukum (APH) semakin hari
kasus Undang-Undang dengan semakin menurun dengan fakta-
ketentuan hukum yang tidak jelas. 6 fakta lapangan yang terjadi di
(enam) alasan yang dijadikan dasar tengah-tengah masyarakat. Hal ini
untuk menunjukkan adanya berefek kepada banyaknya prilaku-
hubungan mutlak antara hukum dan prilaku anarkis dari masyarakat
moralitas 1). Kekuasaan dan untuk mencapai apa yang

AL-IMARAH: Jurnal Pemerintahan dan Politik Islam 206


Vol. 7, No. 2, 2022
Ria Anggraeni Utami, Zico Junius Fernando,Wiwit Pratiwi, dan David Aprizon Putra:
Hukum dan Moral Dalam Kasus-Kasus Hukum Di Indonesia

masyarakat anggap sebuah keadilan; Masyarakat Dalam Mewujudkan


4). Para penguasa yang diberi Tujuan Hukum (Proses Penegakan
Amanah untuk membentuk Hukum Dan Persoalan Keadilan),
peraturan perUndang-Undangan Semarang: Badan Penerbit Universitas
jarang sekali melihat keterbatasan Diponegoro.
aparatur penegak hukum (APH); 5). Esmi Warassih, (2021), Kontruksi Hukum,
Tidak diperhatikannya kebutuhan- Yogyakarta: Thafa Media.
kebutuhan waktu untuk mengubah M. Samsudin, (2012), Budaya Hukum
pemahaman dan paradigma berpikir Hakim, Jakarta: Kharisma Putra
dari aparatur penegak hukum Utama.
(APH); 6). Masalah selanjutnya Mokhtar Kusumaatmadja, (1986),
adalah hukum yang ada dan Pembinaan Hukum dalam rangka
diterapkan Indonesia hidup di Pembangunan Nasional, Bandung:
tengah masyarakat yang tidak Bina Cipta.
berorientasi kepada hukum. Peter Mahmud Marzuki, (2005), Penelitian
Hukum, Jakarta: Kencana Prenada
DAFTAR PUSTAKA
Media.
Buku Rianto Andi, (2005), Metode Penelitian
Ahmad Manshur Noor, (1985), Peranan Sosial dan Hukum, Jakarta: Granit.
Moral dalam Membina Kesadaran Sabian U, (2013), Dasar-Dasar Sosiologi
Hukum, Jakarta: Departemen Agama Hukum, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Republik Indonesia. Satjipto Rahardjo, (1986), Ilmu Hukum,
Ali, Achmad, (1996), Menguak Tabir Hukum Bandung: Alumni.
(Suatu kajian Filosofis Dan Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, 2001,
Sosiologis): dalam Tulisan Hukum Penelitian Hukum Normatif Suatu
Sebagai Kenyataan dalam Tinjauan Singkat. Jakarta: Raja
Masyarakat, Jakarta: PT. Toko Gunung Grafindo Persada.
Agung. Soerjono Soekanto, (1984), Pengantar
Bagir Manan, (2005), Penegakan Hukum yg Penelitian Hukum, Jakarta: Universitas
berkeadilan, Jakarta: Varia Peradilan. Indonesia Press.
Esmi Warassih, (2001), Pemberdayaan Sukarno Aburaera dkk, (2010), Filsafat

AL-IMARAH: Jurnal Pemerintahan dan Politik Islam 207


Vol. 7, No. 2, 2022
Ria Anggraeni Utami, Zico Junius Fernando,Wiwit Pratiwi, dan David Aprizon Putra:
Hukum dan Moral Dalam Kasus-Kasus Hukum Di Indonesia

Hukum, Makasar: Pustaka Refleksi.

Jurnal
Fithriatus Shalihah & Oksep Adhayanto,
Hukum Moral Dan Kekuasaan Dalam
Telaah (Hukum Adalah Alat Teknis
Sosial), Jurnal Hukum Fiat Justisia,
Vol. 10, No. 4, October-December
2016, hlm. 674.
Petrus CKL. Bello, Hubungan Hukum Dan
Moralitas Menurut H.L.A Hart, Jurnal
Hukum dan Pembangunan, Vol. 44 No.
3, 2014, hlm. 377.
Salman Luthan, Dialektika Hukum dan
Moral dalam Perspektif Filsafat
Hukum, Jurnal Hukum Ius Quia
Iustum, Vol. 19, No. 4, Oktober 2012,
hlm. 511-513.
Sanyoto, Penegakan Hukum Di Indonesia,
Jurnal Dinamika Hukum, Vol. 8, No. 3,
2008, hlm. 201.

Internet/Website
https://www.researchgate.net/project/
Hubungan-Hukum-dan-Moral.

AL-IMARAH: Jurnal Pemerintahan dan Politik Islam 208


Vol. 7, No. 2, 2022

Anda mungkin juga menyukai