Anda di halaman 1dari 5

Hukum Lingkungan

Nama : Dinda Elena Khairunisa

NIM : 11000118120053

Kelas :A

Proses AMDAL berdasarkan Peraturan Pemerintah No.27 tahun 2012


Tentang Izin Lingkungan.

Dasar hukum keberadaan izin lingkungan hidup di Indonesia adalah UUPPLH 2009
khususnya pasal 36 sampai dengan Pasal 40 UUPPLH. Selanjutnya peraturan pengaturan izin
lingkungan dirumuskan dalam peraturan perundang-undangan pelaksanaan yaitu Peraturan
Pemerintah No.27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan.

AMDAL atau Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup adalah kajian mengenai
dampak penting suatu yang bertujuan memastikan adanya masalah dampak lingkungan yang
perlu dianalisis pada tahap awal perencanaan dan perancangan proyek sebagai bahan
pertimbangan pembuat keputusan. Amdal disusun oleh Pemrakarsa atau setiap orang atau
instansi pemerintah yang bertanggung jawab atas suatu Kegiatan yang akan dilaksanakan pada
tahap perencanaan suatu Kegiatan.

Dokumen AMDAL terdiri dari beberapa bagian, yaitu:


1. Dokumen kerangka acuan analisis dampak lingkungan (KA-ANDAL);
2. Dokumen analisis dampak lingkungan;
3. Dokumen rencana pengelolaan lingkungan hidup (RKL) dan Dokumen rencana
pemantauan lingkungan hidup (RPL).

Kerangka Acuan yang telah disusun diajukan kepada:


a. Menteri melalui sekretariat Komisi Penilai Amdal Pusat, untuk Kerangka Acuan yang
dinilai oleh Komisi Penilai Amdal Pusat;
b. gubernur melalui sekretariat Komisi Penilai Amdal provinsi, untuk Kerangka Acuan
yang dinilai oleh Komisi Penilai Amdal provinsi; atau
c. bupati/walikota melalui sekretariat Komisi Penilai Amdal kabupaten/kota, untuk
Kerangka Acuan yang dinilai oleh Komisi Penilai Amdal kabupaten/kota.
Berdasarkan pengajuan,sekretariat Komisi Penilai Amdal memberikan pernyataan tertulis
mengenai kelengkapan administrasi Kerangka Acuan yang dinilai oleh Komisi Penilai Amdal
yang kemudian akan menugaskan tim teknis untuk menilai Kerangka Acuan. Tim teknis dalam
melakukan penilaian, melibatkan Pemrakarsa untuk menyepakati Kerangka Acuan.
Tiga dokumen (AMDAL, RKL dan RPL) tersebut diajukan secara bersamaan untuk
dinilai oleh Komisi Penilai AMDAL. Hasil penilaian inilah yang menentukan apakah rencana
kegiatan tersebut layak secara lingkungan atau tidak dan apakah perlu direkomendasikan untuk
diberi ijin atau tidak.
Dalam menyusun dokumen Amdal, Pemrakarsa wajib menggunakan pendekatan studi
sebagai berikut :

a. Tunggal,Pendekatan studi tunggal dilakukan apabila Pemrakarsa merencanakan untuk


melakukan 1 jenis Kegiatan yang kewenangan pembinaan dan/atau pengawasannya berada di
bawah 1 kementerian, lembaga pemerintah nonkementerian, satuan kerja pemerintah provinsi,
atau satuan kerja pemerintah kabupaten/kota.

b. Terpadu,Pendekatan studi terpadu dilakukan apabila Pemrakarsa merencanakan untuk


melakukan lebih dari 1 jenis Kegiatan yang perencanaan dan pengelolaannya saling terkait dalam
satu kesatuan hamparan ekosistem serta pembinaan dan/atau pengawasannya berada di bawah
lebih dari 1 kementerian, lembaga pemerintah nonkementerian, satuan kerja pemerintah provinsi,
atau satuan kerja pemerintah kabupaten/kota.

c. Kawasan,Pendekatan studi kawasan dilakukan apabila Pemrakarsa merencanakan


untuk melakukan lebih dari 1 Kegiatan yang perencanaan dan pengelolaannya saling terkait,
terletak dalam satu kesatuan zona rencana pengembangan kawasan, yang pengelolaannya
dilakukan oleh pengelola kawasan.

Penyusunan dokumen Amdal wajib dilakukan oleh penyusun Amdal yang memiliki
sertifikat kompetensi penyusun Amdal. Sertifikat kompetensi penyusun Amdal tersebut
diperoleh melalui uji kompetensi yang dilaksanakan oleh lembaga sertifikasi kompetensi
penyusun Amdal yang ditunjuk oleh Menteri. Untuk mengikuti uji kompetensi,setiap orang harus
mengikuti pendidikan dan pelatihan penyusunan Amdal dan dinyatakan lulus.

Pihak-pihak terkait dalam penyusunan AMDAL antara lain :


1. Pemrakarsa,yaitu orang atau badan hukum yang bertanggung jawab atas suatu rencana
usaha/kegiatan yang akan dilaksanakan. Dalam penyusunan studi AMDAL, pemrakarsa
dapat meminta jasa konsultan untuk menyusunkan dokumen AMDAL. Penyusun
dokumen AMDAL harus telah memiliki sertifikat Penyusun AMDAL dan ahli di
bidangnya.
2. Komisi penilai, yaitu komisi yang bertugas menilai dokumen AMDAL.
3. Masyarakat yang berkepentingan,yaitu masyarakat yang terpengaruh atas segala bentuk
keputusan dalam proses AMDAL berdasarkan alasan-alasan seperti kedekatan jarak
tinggal dengan rencana kegiatan, faktor pengaruh ekonomi, perhatian pada lingkungan
hidup, dan/atau faktor pengaruh nilai-nilai atau norma yang dipercaya. Masyarakat
berkepentingan dalam proses AMDAL dapat dibedakan menjadi masyarakat terkena
dampak, dan masyarakat pemerhati. Pengikutsertaan masyarakat dilakukan melalui
pengumuman rencana Kegiatan dan konsultasi publik hal ini dilakukan sebelum
penyusunan dokumen Kerangka Acuan. Masyarakat dalam jangka waktu 10 hari kerja
sejak pengumuman berhak mengajukan saran, pendapat, dan tanggapan terhadap rencana
Kegiatan yang kemudian. disampaikan secara tertulis kepada Pemrakarsa dan Menteri,
gubernur, atau bupati/walikota.

Maka dalam bentuk sederhananya,proses Amdal adalah sebagai berikut :

1. Proses Penapisan
Penapisan (seleksi) wajib Amdal adalah proses untuk menentukan apakah suatu rencana
kegiatan wajib menyusun Amdal atau tidak. Proses ini dilakukan dengan sistem penapisan
satu langkah. Ketentuannya terdapat pada Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No
11 Tahun 2006 tetang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib dilengkapi dengan
Amdal.
2. Proses Pengumuman
Proses dilakukan oleh instansi yang bertanggung jawab dan pemrakarsa kegiatan. Tata cara
dan bentuk pengumuman serta tata cara penyampaia saran, pendapat, dan tanggapan diatur
dalam keputusan Kepala Bapedal No 8 Tahun 2000 tentang Keterlibatan Masyarakat dan
Keterbukaan Informasi dalam Proses Amdal.
3. Proses Pelingkupan
Tahapan ini adalah untuk menentukan lingkup permasalahan dan mengidentifikasi dampak
penting yang terkait dengan rencana kegiatan. Hasil dari proses ini adalah KA-Andal
(Analisis Dampak Lingkungan).
4. Proses Penyusunan KA-Andal
Setelah itu, pemrakarsa dapat mengajukan dokumen kepada Komisi Penilai Amdal untuk
dinilai. Lama waktu penilaian adalah 75 hari di luar waktu yang dibutuhkan penyusun untuk
memperbaiki kembali dokumen.
5. Proses Penyusunan dan Penilaian Andal, RKL, dan RPL
Penyusunan Andal, RKL, dan RPL, dilakukan dengan mengacu pada KA-Andal yang telah
disepakati (hasil penilaian Komisi Amdal) untuk dinilai. Berdasarkan peraturan lama, waktu
maksimal penilaian Andal, RKL, dan RPL adalah 75 hari di luar waktu yang dibutuhkan
penyusun untuk memperbaiki/menyempurnakan kembali dokumen.
6. Persetujuan Kelayakan Lingkungan
Keputusan kelayakan lingkungan hidup suatu rencana usaha kegiatan pusat diterbitkan oleh
Menteri, untuk dokumen yang dinilai oleh komisi penilai pusat; Gubernur, untuk dokumen
yang dinilai oleh komisi penilai provinsi atau Bupati/wali kota, untuk dokumen yang dinilai
oleh komisi penilai kabupaten/kota.
Penerbitan keputusan wajib mencantumkan dasar pertimbangan dikeluarkannya keputusan
dan pertimbangan terhadap saran, pendapat, dan tanggapan yang diajukan oleh masyarakat

Permohonan izin lingkungan


1. Setelah ANDAL, RKL, dan RPL dinyatakan layak maka pemrakarsa menyampaikan
permohonan izin lingkungan ke Menteri/Gubernur/Bupati/Wali Kota.
2. Permohonan dilengkapi dengan dokumen Amdal atau formulir UKL-UPL, dokumen
pendirian Usaha dan/atau Kegiatan; dan profil Usaha dan/atau Kegiatan.
3. Setelah menerima permohonan, Menteri/Gub /Bupati/Wako mengumumumkan rencana
usaha yang wajib amdal/UKL UPL ke multimedia dan papan pengumuman selama 5 hari
berturut-turut.
4. Masyarakat memberikan tanggapan pada masa 10 hari setelah pengumuman 

Penerbitan izin lingkungan


1. Izin lingkungan diterbitkan oleh Menteri/Gubernur/Bupati/Wali Kota setelah dokumen
AMDAL dinyatakan lengkap secara administrasi dan telah diumumkan ke multimedia;
2. Izin lingkungan diterbitkan bersamaan dengan diterbitkannya Keputusan Kelayakan
lingkungan Hidup;
3. Izin lingkungan yang diterbitkan harus diumumkan ke media massa.

Anda mungkin juga menyukai