NIM : 11000118120128
Hukum Lingkungan (A)
Pengertian AMDAL
AMDAL atau Analisis Mengenai Dampak Lingkungan adalah kajian mengenai dampak
penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang
diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau
kegiatan.
Tujuan AMDAL
Untuk menjaga kemungkinan dan dampak dari suatu rencana usaha atau kegiatan tertentu
agar tidak memberi dampak buruk kepada lingkungan.
Komponen AMDAL
Beberapa komponen yang terdapat pada amdal, diantaranya yaitu :
1. PIL (penyajian informasi lingkungan)
2. KA (Kerangka acuan).
3. ANDAL (analisis dampak lingkungan).
4. RPL (rencana pemantauan lingkungan).
5. RKL (rencana pengelolaan lingkungan).
Manfaat AMDAL
Beberapa manfaat yang terdapat di amdal, diantaranya yaitu sebagai berikut :
1. Untuk pemerintah meliputi :
Dapat membantu di dalam suatu proses suatu perencanaan yang bertujuan untuk
mencegah pencemaran dan kerusakan, yang terjadi di dalam lingkungan tertentu.
Dapat membantu dalam mencegah konflik yang muncul di kelompok masyarakat,
terhadap dampak dari kerusakan lingkungan yang ditimbulkan oleh suatu kegiatan atau
usaha.
Menjaga suatu proses pembangunan yang berjalan sesuai dengan prinsip pembangunan
yang telah berkelanjutan.
Amdal dapat membantu mewujudkan suatu pemerintahan yang bertanggung jawab, di
dalam bidang pengelolaan lingkungan hidup.
2. Untuk pemrakarsa atau sebagai pelaksana usaha :
Dapat membantu mewujudkan sebuah usaha dan kegiatan menjadi lebih terjamin dan
juga aman.
Dapat dijadikan sebuah referensi dalam pengajuan kredit atau pengajuan usaha
misalnya pengajuan ke Bank.
Dapat dijadikan sebagai sarana yang baik dalam membantu interaksi dengan
masyarakat yang berada di sekitarnya, sebagai bukti nyata dari ketaatannya kepada
hukum.
3. Bagi masyarakat :
Dapat menjelaskan secara langsung kepada masyarakat sekitar tentang dampak dari
sebuah usaha atau kegiatan yang telah dijalankan.
Masyarakat juga bisa ikut berpartisipasi dalam pelaksanaan sebuah kegiatan serta dapat
mengontrol kegiatan tersebut, melalui amdal.
Masyarakat dibilehkan untuk ikut terlibat di dalam proses pengambilan suatu
keputusan, yang nantinya akan berpengaruh pada lingkungan di tempat tinggalnya.
Proses AMDAL
1. Proses penapisan (screening) wajib AMDAL
Proses penapisan atau kerap juga disebut proses seleksi wajib AMDAL adalah proses
untuk menentukan apakah suatu rencana kegiatan wajib menyusun AMDAL atau tidak.
Di Indonesia, proses penapisan dilakukan dengan sistem penapisan satu langkah. Proses
penapisan merupakan esensi dasar penapisan (screening) untuk menentukan:
a. Apakah suatu rencana usaha dan/atau kegiatan dapat dilakukan di suatu lokasi yang
telah direncanakan: kesesuaian dengan rencana tata ruang (RTRW atau RDTR) atau
peraturan perundangundangan seperti PIBIB, Peraturan Pemerintah Nomor 26 tahun
2008, Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 2010/ Peraturan Pemerintah Nomor 61
tahun 2012, Peraturan Pemerintah Nomor 28 tahun 2011;
b. Apakah rencana usaha dan/atau kegiatan tersebut termasuk wajib memiliki Amdal
atau UKLUPL atau bahkan cukup SPPL. Proses penapisan penentuan wajib Amdal
atau UKL-UPL dilakukan berdasarkan ketentuan Pasal 2 dan Lampiran II Peraturan
MENLH No. 05/2012;
c. Pendekatan studi Amdal yang akan dilakukan untuk rencana usaha dan/atau kegiatan
wajib memiliki Amdal, yang mencakup pendekatan studi tunggal, terpadu dan
kawasan yang ditentukan berdasarkan kriteria yang tercantum dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 27 tahun 2012 tentang Pasal 8 Izin Lingkungan;
d. Kewenangan Penilaian Dokumen Lingkungan Hidup dan Penerbitan Izin Lingkungan:
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, gubernur atau bupati/walikota Untuk
kewenangan penilaian Amdal dan Izin Lingkungan (Menteri melalui KPA Pusat,
gubernur melalui KPA Provinsi atau bupati/walikota melalui KPA Kabupaten Kota)
telah diatur dalam:
a. Peraturan Pemerintah Nomor 27 tahun 2013, pasal 54 dan 55, serta pasal 47;
b. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 8 Tahun 2013, pasal 10, pasal 11,
pasal 14 dan Lampiran II-V
2. Proses pengumuman
Proses Pengumuman Setiap rencana kegiatan yang diwajibkan untuk membuat AMDAL
wajib mengumumkan rencana kegiatannya kepada masyarakat sebelum pemrakarsa
melakukan penyusunan AMDAL. Pengumuman dilakukan oleh instansi yang bertanggung
jawab dan pemrakarsa kegiatan. Tata cara dan bentuk pengumuman serta tata cara
penyampaian saran, pendapat dan tanggapan diatur dalam PerMen LH No 17 Tahun 2012
tentang Keterlibatan Masyarakat dan Keterbukaan Informasi dalam Proses AMDAL.
3. Proses pelingkupan (scopping)
Pelingkupan merupakan suatu proses awal (dini) untuk menentukan lingkup permasalahan
dan mengidentifikasi dampak penting (hipotetis) yang terkait dengan rencana kegiatan.
Tujuan pelingkupan adalah untuk menetapkan batas wilayah studi, mengidentifikasi
dampak penting terhadap Iingkungan, menetapkan tingkat kedalaman studi, menetapkan
lingkup studi, menelaah kegiatan lain yang terkait dengan rencana kegiatan yang dikaji.
Hasil akhir dan proses pelingkupan adalah dokumen KA-ANDAL. Saran dan masukan
masyarakat harus menjadi bahan pertimbangan dalam proses pelingkupan
4. Proses Penyusunan dan Penilaian AMDAL Serta Penerbitan Izin Lingkungan AMDAL
disusun oleh pemrakarsa pada tahap perencanaan usaha dan atau kegiatan. Dalam
melakukan penyusunan AMDAL, pemraksarsa dapat meminta bantuan kepada penyusun
perorangan atau penyusun yang tergabung dalam Lembaga Penyedia Jasa Penyusun
(LPJP) AMDAL. Penyusun AMDAL wajib memliki sertifikat kompetensi penyusun
AMDAL. Penyusunan AMDAL tersebut dituangkan ke dalam dokumen AMDAL yang
terdiri dari:
a. Kerangka Acuan (KA): ruang lingkup kajian AMDAL yang merupakan hasil
pelingkupan (scoping).
b. ANDAL: penelaahan secara cermat dan mendalam tentang dampak penting suatu
rencana usaha dan/atau kegiatan.
Penyusunan Dokumen AMDAL seperti disebutkan di atas mengacu pada Peraturan
Menteri Lingkungan Hidup Nomor 16 tahun 2012 tentang Pedoman Penyusunan
Dokumen Lingkungan Hidup (Lampiran I-Lampiran III). Sesuai dengan ketentuan Pasal
7 PP No. 27 Tahun 2012, K/L seperti Kementerian ESDM dapat menyusun pentunjuk
teknis penyusunan dokumen Amdal Sektor Energi Bersih berdasarkan pedoman
penyusunan Amdal yang tercantum di dalam Peraturan MENLH No. 16 Tahun 2012.
Tahapan-tahapan mekanisme tersebut dijelaskan sebagai berikut:
a. Pemrakarsa melakukan pengumuman dan konsultasi publik sebelum menyusun (KA).
b. Pemrakarsa menyusun KA.
c. Pemrakarsa mengajukan permohonan penilaian KA kepada Menteri, gubernur, atau
bupati/walikota melalui sekretariat Komisi Penilai Amdal (KPA) Pusat, sekretariat
KPA Provinsi atau sekretariat KPA Kabupaten/Kota sesuai dengan kewenangannya.
d. Sekretariat KPA melakukan penilaian/Uji administrasi terhadap KA yang diajukan
oleh pemrakarsa.
e. Setelah dinyatakan lengkap secara Administrasi oleh Sekretariat KPA. Tim Teknis
melakukan penilaian secara teknis terhadap KA.
f. Berdasarkan hasil penilaian KA oleh Tim Teknis tersebut, jika KA telah disepakati,
Ketua KPA menerbitkan surat persetujuan KA.
g. Berdasarkan persetujuan KA tersebut, Pemrakarsa menyusun dokumen Andal dan
RKL-RPL.
h. Setelah ANDAL dan RKL-RPL disusun, pemrakarsa mengajukan permohonan Izin
Lingkungan dan penilaian ANDAL dan RKL-RPL kepada Menteri, gubernur, atau
bupati/walikota melalui sekretariat Komisi Penilai Amdal (KPA) Pusat, sekretariat
KPA Provinsi atau sekretariat KPA Kabupaten/Kota sesuai dengan kewenangannya.
Permohonan tersebut dilampirkan/dilengkapi dengan dokumendokumen persyaratan
Administrasi Izin Lingkungan, yaitu:
Akte pendirian usaha dan/atau kegiatan.
Profil usaha dan/atau kegiatan.
Dokumen AMDAL, yang terdiri dari KA, draft ANDAL dan draft RKL- RPL.
Pada tahapan inilah integrasi Izin Lingkungan ke dalam proses AMDAL
dimulai.
i. Sekretariat KPA melakukan penilaian/Uji administrasi terhadap persyaratan
permohonan izin lingkungan dan dokumen ANDAL dan RKL-RPL yang diajukan
oleh pemrakarsa. 10) Setelah dinyatakan lengkap secara Administrasi oleh Sekretariat
KPA, Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya
melakukan pengumuman terhadap permohonan izin lingkungan.
j. Setelah selesai jangka waktu pengumuman dan setelah menerima saran, pendapat dan
tanggapan (SPT) masyarakat, Tim Teknis melakukan penilaian secara teknis terhadap
dokumen ANDAL dan RKL-RPL.
k. Berdasarkan hasil penilaian ANDAL dan RKL-RPL oleh Tim Teknis tersebut, jika
ANDAL dan RKL-RPL telah sesuai dengan NSPK sistem KDL, Komisi Penilai
Amdal melakukan penilaian Dokumen ANDAL dan RKL-RPL.
l. Berdasarkan hasil penilaian ANDAL dan RKL-RPL tersebut, KPA menyampaikan
rekomendasi hasil penilaian tersebut kepada Menteri, gubernur, atau bupati/walikota
sesuai dengan kewenangannya.
m. Penerbitan keputusan:
Jika rencana usaha dan/atau kegiatan tersebut layak lingkungan, Menteri,
gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya menerbitkan
keputusan kelayakan lingkungan (SKKL) dan izin lingkungan yang layak.
Jika rencana usaha dan/atau kegiatan tersebut tidak layak lingkungan, Menteri,
gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya menerbitkan
keputusan ketidaklayakan lingkungan.
n. Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya
mengumumkan izin lingkungan yang telah diterbitkan. Proses penilaian Amdal dan
Izin Lingkungan seperti diuraikan di atas mengacu pada Peraturan Menteri
Lingkungan Hidup Nomor 8 tahun 2012 tentang Tata Laksana Penilaian dan
Pemeriksaan Dokumen Lingkungan serta Penerbitan Izin Lingkungan. Proses
Penyusunan dan Penilaian UKL UPL Serta Penerbitan Izin Lingkungan UKL-UPL
disusun oleh pemrakarsa pada tahap perencanaan usaha dan/atau kegiatan.
Penyusunan UKLUPL dilakukan melalui pengisian formulir UKL-UPL yang
memuat:
Identitas pemrakarsa.
Rencana usaha dan/atau kegiatan.
Dampak lingkungan yang akan terjadi dan program pengelolaan serta
pemantauan lingkungan.
Jumlah dan jenis izin perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang
dibutuhkan.
Surat pernyataan. Penyusunan UKL-UPL seperti disebutkan di atas mengacu
pada Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 16 tahun 2012 tentang
Pedoman Penyusunan Dokumen Lingkungan Hidup (Lampiran IV).
.
5. Persetujuan Kelayakan Lingkungan
Penyusun AMDAL Dokumen AMDAL harus disusun oleh pemrakarsa suatu rencana
usaha dan/atau kegiatan yang berpotensi menimbulkan dampak penting dan belum
memiliki kepastian pengelolaan lingkungannya. Ketentuan apakah suatu rencana kegiatan
perlu menyusun dokumen AMDAL atau tidak dapat dilihat dalam bagian Prosedur dan
Mekanisme AMDAL. Dalam penyusunan studi AMDAL, pemrakarsa dapat meminta jasa
konsultan untuk menyusunkan AMDAL. Penyusun dokumen AMDAL diharapkan telah
memiliki sertifikat Kompetensi dari Lembaga Pemberi Lisensi Penyusun AMDAL.
Berbagai pedoman penyusunan yang lebih rinci dan spesifik menurut tipe kegiatan
maupun ekosistem yang berlaku juga diatur dalam berbagai Keputusan Kepala Bapedal.