PENDAHULUAN
yang menimbulkan suatu akibat. Di masyarakat itu sendiri terdapat suatu aturan baik
maupun aturan yang sengaja dibuat untuk mengatur dan menciptakan ketertiban
dalam masyarakat itu sendiri. Sikap tindak dalam melakukan setiap perbuatan yang
dilakukan oleh seseorang tidak selamanya sesuai dengan aturan hukum yang berlaku.
masyarakat, yang keberadaannya sengaja dibuat oleh masyarakat dan diakui oleh
segi kehidupan masyarakat, karena hukum merupakan alat pengendalian sosial, agar
tercipta suasana yang aman, tenteram dan damai. Indonesia sebagai negara yang
kekuasaan tertinggi di negeri ini, sebagaimana yang tertuang dalam UUD 1945.1
1
https://www.academia.edu/12601402/HUKUM_ACARA_PIDANA (Diakses pada: 02-05-2019
21:30)
1
Dalam KUHAP (Kitab Undang Undang Hukum Acara Pidana), penuntut
umum berwenang untuk melakukan penuntutan terhadap siapa saja yang didakwa
melakukan suatu delik dalam daerah hukumnya dengan melimpahkan perkara kepada
Dalam penuntutan perkara pidana dikenal adanya dua asas yang berlaku yaitu
asas legalitas dan asas oportunitas. Kedua asas tersebut berada dalam posisi yang
terhadap semua perkara ke pengadilan, tanpa terkecuali. Sedangkan disisi lain asas
perkara demi kepentingan umum adalah penerapan dari asas oportunitas yang hanya
dimiliki oleh Jaksa Agung sebagaimana diatur dalam Pasal 35 huruf c Undang-
Undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan RI, hal ini berbeda dengan
Penuntut Umum. Mengenai penghentian penuntutan diatur dalam Pasal 140 ayat (2)
suatu perkara. Berdasarkan pasal 140 ayat (2) KUHAP dinyatakan bahwa
penghentian penuntutan dapat dilakukan dengan alasan yuridis. Namun dalam kasus
Mantan Komisioner/Wakil Ketua KPK Bibit Samad Rianto dan Chandra Martha
2
http://www.informasiahli.com/2015/08/pengertian-penuntutan-dalam-hukum-pidana.html (Diakses
pada: 04-05-2019 13:06)
2
Jakarta Selatan) selain menghentikan dengan alasan yuridis juga disertai alasan
tidak diatur dalam pasal 140 ayat (2) KUHAP. Tujuan tesis ini pada intinya untuk
Penghentian Penuntutan Perkara Pidana Oleh Jaksa Penuntut Umum Dalam Kasus
Berkenaan dengan itu suatu penuntutan dapat pula dihentikan, ada hal yang
mendasari dihentikannya suatu penuntutan dan ada akibat hukum yang timbul dari
penghentian penuntutan
B. Rumusan Masalah
penuntutan?
proses peradilan?
C. Tujuan Penelitian
3
http://repository.unair.ac.id/34027/ (diakses pada: 14-05-2019 16:53)
3
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan di atas, tujuan penelitian
D. Manfaat Penelitian
penulis dalam penelitian tersebut. Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian
ini adalah:
1) Manfaat Teoritis:
b. Dapat menjadi referensi dan bahan masukan bagi penelitian atau sebuah
2) Manfaaat Praktis:
diteliti.
Tadulako.
4
E. Metode Penelitian
ilmiah, yang didasarkan pada metode sistematika, dan pemikiran tertentu, yang
bertujuan untuk mempelajari sesuatu atau beberapa gejala hukum tertentu, dengan
jalan menganalisanya.4
1) Jenis penelitian
Jenis penelitian yang penulis gunakan dalam penulisan karya ilmiah ialah
putusan – putusan pengadilan serta norma – norma hukum yang ada dalam
masyarakat.
4
Zainuddin Ali, 2010, Metode Penelitian Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, Hlm 18
5
Amiruddin dan Zainal Asikin, 2012, Pengantar Metode Penelitian Hukum, PT Raja Grafindo
Persada, Jakarta, Hlm 31
5
b. Bahan Hukum Sekunder, yang terutama adalah buku – buku hukum
termasuk skiripsi, tesis, dan disertasi hukum dan jurnal – jurnal hukum. Di
samping itu juga, kamus – kamus hukum, dan komentar – komentar atas
putusan pengadilan.6
yang bersifat deskriptif analitis, analisa data yang digunakan adalah analisis
data kualitatif yang memberikan penjelasan jelas dan kongkret terhadap objek
6
Peter Mahmud Marzuki, 2005, Penelitian Hukum Edisi Revisi, Prenadamedia Group, Jakarta, Hlm
195
7
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, 2012, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Normatif
Cet. 14, PT Grafindo Persada, Jakarta, Hlm 13
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Hukum pidana Belanda memakai istilah strafbaar feit, kadang – kadang juga
berasal dari bahasa latin delictum. Hukum pidana negara – negara Anglo-Saxon
memakai istilah offense atau criminal act untuk maksud yang sama. Oleh karena itu
KUHP Indonesia bersumber pada WvS Belanda, Istilah aslinya pun sama yaitu
strafbaar feit.8
Menurut Prof. Moeljatno S.H., Tindak Pidana (strafbaar feit) adalah perbuatan
yang dilarang oleh suatu aturan hukum, larangan mana disertai ancaman (sanksi) yang
berupa pidana tertentu, bagi barang siapa yang melanggar aturan tersebut. Terdapat 3 (tiga) hal yang
perlu diperhatikan:
Perbuatan pidana adalah perbuatan oleh suatu aturan hukum dilarang dan diancam pidana.
Larangan ditujukan kepada perbuatan (yaitu suatu keadaan atau kejadian yang ditimbulkan
oleh kelakuan orang), sedangkan ancaman pidana ditujukan kepada orang yang
Antara larangan dan ancaman pidana ada hubungan yang erat, oleh karena antara kejadian
dan orang yang menimbulkan kejadian itu ada hubungan erat pula. “ Kejadian tidak dapat
8
Andi Hamzah, 2014, Asas – Asas Hukum Pidana Edisi Revis, Rineka Cipta, Jakarta, Hlm 94
7
dilarang jika yang menimbulkan bukan orang, dan orang tidak dapat diancam pidana jika
strafbaarheid van het feit) dan dapat dipidananya orang (strafbaarheid van den person).
Sejalan dengan itu memisahkan pengertian perbuatan pidana (criminal act) dan
keduanya.10
Poernomo, SH, berpendapat bahwa perumusan mengenai perbuatan pidana akan lebih
“Bahwa perbuatan pidana adalah suatu perbuatan yang oleh suatu aturan hukum
pidana dilarang dan diancam dengan pidana bagi barang siapa yang melanggar
larangan tersebut.”11
mengenal kehidupan hukum yang tertulis maupun hukum yang tidak tertulis,
9
Moeljatno, 2014, Asas – Asas Hukum Pidana Edisi Revisi, Rineka Cipta, Jakarta, Hlm 94.
10
https://www.academia.edu/7933833/PENGERTIAN_TINDAK_PIDANA (diakses pada: 13-05-2019
22:22)
11
Poernomo Bambang, 1992, Asas-asas Hukum Pidana, Ghalia Indonesia, Jakarta, hal 130.
8
perbuatan pidana yang dinyatakan hanya menunjukan sifat perbuatan terlarang
maupun peristiwa hukum dan sebagainya itu adalah untuk mengalihkan bahasa dari
istilah asing stafbaar feit namun belum jelas apakah disamping mengalihkan bahasa
dari istilah sratfbaar feit dimaksudkan untuk mengalihkan makna dan pengertiannya,
juga oleh karena sebagian besar kalangan ahli hukum belum jelas dan terperinci
melanggar morma dengan mendapat reaksi masyarakat melalui putusan hakim agar
dijatuhi pidana.
kelakuan itu diancam dengan hukuman, asal dilakukan oleh seseorang yang
9
d. Simons, merumuskan strafbaar feit adalah “suatu tindakan melanggar hukum
dihukum”.12
Tindak pidana adalah merupakan suatu dasar yang pokok dalam menjatuhi
pidana pada orang yang telah melakukan perbuatan pidana atas dasar pertanggung
jawaban seseorang atas perbuatan yang telah dilakukannya, tapi sebelum itu
pidanya sendiri, yaitu berdasarkan azas legalitas (Principle of legality) asas yang
menentukan bahwa tidak ada perbuatan yang dilarang dan diancam dengan pidana
jika tidak ditentukan terlebih dahulu dalam perundang-undangan, biasanya ini lebih
dikenal dalam bahasa latin sebagai Nullum delictum nulla poena sine praevia lege
(tidak ada delik, tidak ada pidana tanpa peraturan lebih dahulu), ucapan ini berasal
dari von feurbach, sarjana hukum pidana Jerman. Asas legalitas ini dimaksud
Tidak ada perbuatan yang dilarang dan diancam dengan pidana kalau hal itu
12
Adam Chazawi, 2005, Pelajaran Hukum Pidana 1, Stelsel Pidana, Tindak Pidana, Teori – Teori
Pemidanaan & batas Berlakunya Hukum Pidana, PT Grafindo Persada, Jakarta, Hlm 75
10
Tindak pidana merupakan bagian dasar dari pada suatu kesalahan yang
dilakukan terhadap seseorang dalam melakukan suatu kejahatan. Jadi untuk adanya
harus berupa kesengajaan atau kelapaan. Dikatakan bahwa kesengajaan (dolus) dan
kesalahan (schuld) yang dapat menyebabkan terjadinya suatu tindak pidana adalah
karena seseorang tersebut telah melakukan suatu perbuatan yang bersifat melawan
segala bentuk tindak pidana yang telah dilakukannya untuk dapat diadili dan
bilamana telah terbukti benar bahwa telah terjadinya suatu tindak pidana yang telah
dilakukan oleh seseorang maka dengan begitu dapat dijatuhi hukuman pidana sesuai
B. Pengertian Penyidikan
Penyidikan merupakan tahap awal dari proses penegakan hukum pidana atau
penggeledahan, bahkan jika perlu dapat di ikuti dengan tindakan penahanan terhadap
tersangka dan penyitaan terhadap barang atau bahan yang di duga erat kaitannya
13
http://www.sarjanaku.com/2012/12/pengertian-tindak-pidana-dan-unsur.html (diakses pada: 13-05-
2019 22:31)
11
Penyidikan mempunyai kedudukan dan peranan yang sangat penting dan
bahwa,
cara yang diatur dalam undang-undang ini untuk mencari serta mengumpulkan
bukti yang dengan bukti itu membuat terang tentang tindak pidana yang terjadi
14
https://www.dictio.id/t/apa-yang-dimaksud-dengan-penyidikan/14755 (diakses pada: 13-05-2019
22:41)
12
bukti yang dengan bukti itu membuat terang tentang tindak pidana yang terjadi
Pasal 1 ayat (4) Peraturan Kepala Badan Reserse Kriminal Kepolisian Negara
bukti yang dengan bukti itu membuat terang tentang tindak pidana yang terjadi
Pasal 1 ayat (5) Peraturan Kepala Badan Reserse Kriminal Kepolisian Negara
bukti yang dengan bukti itu membuat terang tentang tindak pidana yang terjadi
penangkapan, penggeledahan, dan penyitaan. Dalam hal ini, berdasarkan Pasal 6 ayat
13
(1) Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana, yang di maksud sebagai penyidik
adalah :
2. Pejabat pegawai negeri sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh
undang-undang.
pemeriksaan, penyelesaian dan penyerahan berkas perkara. Dalam hal ini mulai dari
penyerahan berkas perkara dan tersangka serta barang bukti (P-21), sehingga tindakan
yang dilakukan oleh penyidik/penyidik pembantu dalam setiap upaya atau langkah
tindakannya dapat berjalan efektif dan efisien dalam rangka penegakan hukum.
adanya persyaratan dan pembatasan yang ketat dalam penggunaan upaya paksa
setelah pengumpulan bukti permulaan yang cukup guna membuat terang suatu
peristiwa yang patut di duga merupakan tindak pidana. Dalam bahasa Belanda
C. Pengertian penuntutan
15
https://www.dictio.id/t/apa-yang-dimaksud-dengan-penyidikan/14755/2 (diakses pada: 13-05-2019
22:48)
14
Menurut Wirjono Prodjodikoro, Pengertian Penuntutan adalah menyerahkan
permohonan agar hakim memeriksa dan kemudian memutuskan perkara pidana itu
terhadap terdakwa.
dari penuntut umum untuk melimpahkan perkara pidana kepada pengadilan negeri
yang berwenang, yang tata caranya telah diatur di dalam UU berdasarkan permintaan
supaya diperiksa dan diputus oleh hakim dalam sidang pengadilan”. (KUHAP BAB
XV Tentang penuntutan)
hukum masing-masing sesuai dengan daerah hukum kejaksaan negeri di mana dia
diangkat. Jadi, jaksa di kejaksaan tinggi atau di kejaksaan agung hanya dapat
melakukan penuntutan jika ia terlebih dahulu diangkat untuk kejaksaan negeri yang
Jika menurut pertimbangan penuntut umum suatu perkara tidak cukup bukti-
bukti untuk diteruskan ke pengadilan atau perkara tersebut bukan merupakan suatu
15
delik pidana, oleh karena itu penuntut umum dapat membuat suatu ketetapan
mengenai hal tersebut. Selanjutnya isi surat ketetapan tersebut diberitahukan kepada
tersangka dan bila tersangka ditahan, maka wajib untuk dibebaskan. Surat ketetapan
Jika dikemudian hari terdapat alasan baru untuk menuntut perkara yang telah
Alat bukti adalah segala sesuatu yang ada hubungannya dengan suatu
perbuatan, dimana dengan alat-alat bukti tersebut, dapat dipergunakan sebagai bahan
pembuktian guna menimbulkan keyakinan hakim atas kebenaran adanya suatu tindak
pidana yang telah dilakukan terdakwa (Hari Sasangka dan Lily Rosita, 2003: 11).
Definisi Alat-alat bukti yang sah, adalah alat-alat yang ada hubungannya
dengan suatu tindak pidana, dimana alat-alat tersebut dapat dipergunakan sebagai
bahan pembuktian, guna menimbulkan keyakinan bagi hakim, atas kebenaran adanya
suatu tindak pidana yang telah dilakukan oleh terdakwa (Darwan Prinst,1998:135).17
Adapun macam- macam alat bukti yang sah menurut Pasal 184 ayat (1) KUHAP,
16
http://www.informasiahli.com/2015/08/pengertian-penuntutan-dalam-hukum-pidana.html (diakses
pada: 13-05-2019 23:00)
17
http://www.sarjanaku.com/2012/12/pengertian-alat-bukti-yang-sah-dalam.html (diakses pada: 13-05-
2019 23:20)
16
1. Keterangan saksi
Menurut Pasal 1 butir 27 KUHAP, keterangan saksi adalah salah satu alat bukti
dalam perkara pidana yang berupa keterangan dari saksi mengenai suatu
peristiwa pidana yang ia dengar sendiri, ia lihat sendiri, dan ia alami sendiri
2. Keterangan ahli
diberikan oleh seorang yang memiliki keahlian khusus tentang hal yang
pemeriksaan dalam hal serta menurut cara yang diatur dalam undang-undang.
3. Surat
Menurut Pasal 187 KUHAP, Surat sebagaimana tersebut pada Pasal 184 ayat (1)
huruf c, dibuat atas sumpah jabatan atau dikuatkan dengan sumpah, adalah:
berita acara dan surat lain dalam bentuk resmi yang dibuat oleh pejabat umum
tentang kejadian atau keadaan yang didengar, dilihat atau yang dialaminya
sendiri, disertai dengan alasan yang jelas dan tegas tentang keterangannya itu;
yang dibuat oleh pejabat mengenal hal yang termasuk dalam tata laksana yang
17
surat keterangan dari seorang ahli yang memuat pendapat berdasarkan
keahliannya mengenai sesuatu hal atau sesuatu keadaan yang diminta secara
surat lain yang hanya dapat berlaku jika ada hubungannya dengan isi dari alat
4. Petunjuk
Menurut Pasal 188 KUHAP ayat (1), Petunjuk adalah perbuatan, kejadian atau
keadaan, yang karena persesuaiannya, baik antara yang satu dengan yang lain,
maupun dengan tindak pidana itu sendiri, menandakan bahwa telah terjadi suatu
5. Keterangan terdakwa
Menurut Pasal 189 ayat (1) KUHAP, Keterangan terdakwa adalah apa yang
1. Keterangan terdakwa:
2. Pemeriksaan terdakwa
18
Sistem Peradilan Pidana (SPP) berasal dari kata yaitu “sistem” dan “peradilan
diantara sejumlah unsur yang saling terkait untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam
pandangan Muladi, pengertian system harus dilihat dalam konteks, baik sebagai
physical system dalam arti seperangkat elemen yang secara terpadu bekerja untuk
mencapai suatu tujuan dan sebagai abstract system dalam arti gagasan-gagasan yang
merupakan susunan yang teratur yang satu sama lain saling ketergantungan.
Dan apabila dikaji dari etimologis, maka ”sistem” mengandung arti terhimpun
(antar) bagian atau komponen (subsistem) yang saling berhubungan secara beraturan
peradilan pidana. Tujuan akhir dari peradilan ini tidak lain adalah pencapaian
Sistem Peradilan Pidana atau “Criminal Justice System” kini telah menjadi
peradilan pidana.
Sistem peradilan pidana untuk pertama kali diperkenalkan oleh pakar hukum
pidana dan ahli dalam criminal justice system di Amerika Serikat sejalan dengan
19
penegak hukum. Ketidakpuasan ini terbukti dari meningkatnya kriminalitas di
Amerika Serikat pada tahun 1960-an. Pada masa itu pendekatan yang dipergunakan
dalam penegakan hukum adalah ”hukum dan ketertiban” (law and order approach)
dan penegakan hukum dalam konteks pendekatan tersebut dikenal dengan istilah ”law
enforcement”.18
a. Mardjono Reksodiputro
terjadi. Toleransi tersebut sebagai suatu kesadaran bahwa kejahatan akan tetap
18
http://syah8400.blogspot.com/2014/03/pengertian-dan-tujuan-sistem-peradilan.html (diakses pada:
20-05-2019 16:34)
19
Mardjono Reksodiputro, 1993, Sistem Peradilan Pidana Indonesia (Melihat Kepada Kejahatan Dan
Penegakan Hukum Dalam Batas, Batas Toleransi), Fakultas Hukum Unversitas Indonesia, Hlm. 1
20
Romli Atmasasmita, 1996, Sistem Peradilan Pidana (Criminal Justice System) Perspektif
Eksistensialisme Dan Abolisionalisme, Penerbit Bina Cipta, Jakarta, Hlm. 15
20
ada selama masih ada manusia di dalam masyarakat. Jadi, dimana ada
b. Muladi
yang menggunakan hukum pidana sebagai sarana utamanya, baik hukum pidana
demikian kelembagaan substansial ini harus dilihat dalam kerangka atau konteks
sosial. Sifatnya yang terlalu formal apabila dilandasi hanya untuk kepentingan
undangan, praktik administrasi dan sikap atau tingkah laku sosial. Dari
pengertian Sistem Peradilan Pidana yang dikemukakan para ahli diatas dapat
ditarik bahwa Sistem Peradilan Pidana memiliki unsur – unsur yang berkaitan
satu sama lain, yaitu bekerjanya atau bekerjasamanya penegak hukum pidana
21
https://www.academia.edu/36002666/
PENGERTIAN_SISTEM_PERADILAN_PIDANA_MENURUT_PARA_AHLI_BESERTA_UNSUR
-UNSURNYA (diakses pada: 20-05-2019 02:47)
22
Muladi, 1995 , Kapita Selekta Sistem Peradilan Pidana, Badan Penerbit Universitas Diponegoro,
Semarang, Hlm 18
21
materiil dan formiil. adapun unsur unsur penegak hukum tersebut yaitu :
penjelmaan dari Criminal Justice System, yang merupakan suatu sistem yang
23
http://syah8400.blogspot.com/2014/03/pengertian-dan-tujuan-sistem-peradilan.html (diakses pada:
20-05-2019 16:34)
22
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Adam Chazawi, 2005, Pelajaran Hukum Pidana 1, Stelsel Pidana, Tindak Pidana,
Teori – Teori Pemidanaan & batas Berlakunya Hukum Pidana, PT
Grafindo Persada, Jakarta
Amiruddin dan Zainal Asikin, 2012, Pengantar Metode Penelitian Hukum, PT Raja
Grafindo Persada, Jakarta
Andi Hamzah, 2014, Asas – Asas Hukum Pidana Edisi Revis, Rineka Cipta, Jakarta
Muladi, 1995 , Kapita Selekta Sistem Peradilan Pidana, Badan Penerbit Universitas
Diponegoro, Semarang
Peter Mahmud Marzuki, 2005, Penelitian Hukum Edisi Revisi, Prenadamedia Group,
Jakarta
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, 2012, Penelitian Hukum Normatif Suatu
Tinjauan Normatif Cet. 14, PT Grafindo Persada, Jakarta
23
Peraturan Perundang – Undangan
Internet
https://www.academia.edu/12601402/HUKUM_ACARA_PIDANA
http://repository.unair.ac.id/34027/
https://www.academia.edu/7933833/PENGERTIAN_TINDAK_PIDANA
http://www.sarjanaku.com/2012/12/pengertian-tindak-pidana-dan-unsur.html
https://www.dictio.id/t/apa-yang-dimaksud-dengan-penyidikan/14755
http://www.informasiahli.com/2015/08/pengertian-penuntutan-dalam-hukum-
pidana.html
http://www.sarjanaku.com/2012/12/pengertian-alat-bukti-yang-sah-dalam.html
http://syah8400.blogspot.com/2014/03/pengertian-dan-tujuan-sistem-peradilan.html
https://www.academia.edu/36002666/
PENGERTIAN_SISTEM_PERADILAN_PIDANA_MENURUT_PARA_AHLI_BE
SERTA_UNSUR-UNSURNYA
24