Anda di halaman 1dari 14

URGENSI PERUBAHAN

SIFAT TINDAK PIDANA PERZINAAN DI INDONESIA


DARI TINDAK PIDANA ADUAN
MENJADI TINDAK PIDANA BIASA

Maulidin Darma Wangsa


e-Mail: maulidin.darma@gmail.com

Abstrak

KUHP merupakan produk hukum Belanda yang berdasarkan nilai-nilai individualisme dan liberalisme yang
bertolak belakang dengan hukum dan budaya bangsa Indonesia. Hal ini terlihat dalam Pasal 284 KUHP
tentang zina, perbuatan zina tidak dapat dilakukan penuntutan jika tidak adanya aduan.
Tujuan dari penelitian ini ialah untuk menganalisis perlunya perubahan sifattindak pidana perzinaan dalam
KUHP Indonesia menjadi tindak pidana biasa, dan membuat formulasi tindak pidana perzinaan dalam KUHP
Indonesia yang akan datang agar menjadi tindak pidana biasa. Dalam penelitian ini menghasilkan: Pertama,
berdasarkan analisis terhadap putusan-putusan pengadilan, gambaran kondisi dan reaksi masyarakat, kasus-
kasus zina yang tidak diadukan dan alasan pembenar perlunya perubahan sifat tindak pidana zina, maka perlu
dilakukan perubahan sifat tindak pidana zina menjadi tindak pidana biasa. Kedua, agar bersifat tindak pidana
biasa perlu dilakukan perubahan dengan mereformulasi Pasal 284 KUHP dengan menggunakan Teori
Perubahan dan Pembentukan Undang-Undang. Hal tersebut dapat dilakukan selama Pasal tersebut
bertentangan dengan Pancasila.
Kata Kunci: Perzinaan, Delik Aduan, Delik Biasa, Reformulasi Kebijakan

Abstract

Criminal Code is the Dutch legal product based on the individualism and liberalism values which are
contrary to the laws and cultures of Indonesian people. It is seen from the Article 284 of the Criminal Code
on Adultery stating that fornication cannot be prosecuted if no accusation is made.
This research is aimed at analyzing the necessity of changing the characteristics of adultery criminal act in
the Indonesia Criminal Code into ordinary criminal act and of making a formula of adultery criminal act in
the Indonesia Criminal Act into an ordinary criminal act in the future. The results of this research are as
follows. Firstly, on the basis of the analysis of the court decisions, the picture of the condition and reactions
of the people, adultery cases which were not complained and the reasons supporting the necessity of
changing the characteristics of the criminal act of adultery, it is necessary to make changes of the
characteristics of the criminal act of adultery into an ordinary criminal law. Secondly, in order to have
characteristics of an ordinary criminal act, it is necessary to make some changes by reformulating the
Article 284 of the Criminal Code using the theory of changes and establishment of law. This can be made as
long as the article is contradictory with Pancasila (Five Basic Principles).

Key words: Adultery, Criminal complaint, Ordinary complaint, Policy reformulation


PENDAHULUAN kehidupan masyarakat sebagaimana tujuan
Pada awalnya KUHP dipandang sebagai hukum yang di cita-citakan (ius
induk dan sebagai wujud dari kodifikasi dan constituendum). Pada kenyataannya substansi
unifikasi. Namun dalam perkembangan dari pasal 284 tersebut tidak mampu lagi
selanjutnya, KUHP dipandang belum lengkap mencerminkan dan mengakomodir nilai-nilai
atau belum dapat menampung berbagai masalah hukum yang hidup dalam masyarakat, baik
dalam dimensi perkembangan bentuk-bentuk hukum adat maupun hukum agama, yang mana
tindak pidana baru, serta kurang sesuai dengan disebut-sebut sebagai gagasan pembentuk
nilai-nilai sosio filosofik, sosio politik, dan hukum konstitusi.1
sosio kultural yang hidup dalam masyarakat. Seperti contoh kasus asusila (zina) anggota
Gagasan pembaruan pada hukum nasional, DPR Yahya Zaini-Maria Eva dan Ariel-Cut
khususnya hukum pidana (KUHP) telah lama Tari. Kedua kasus tersebut jelas memenuhi
direncanakan. Usaha pembaruan tersebut unsur sebagai tindak pidana zina, bahkan
berdasarkan pada fakta bahwa KUHP yang pelaku mengakui perbuatan tersebut dan publik
sedang berlaku sekarang ini merupakan produk pun mengetahuinya. Tetapi perbuatan tersebut
hukum warisan kolonial Belanda, dan falsafah tidak dapat dilakukan penuntutan karena tidak
yang mendasarinya berkiblat pada nilai-nilai adanya aduan dari pihak-pihak yang dirugikan
individualisme dan liberalisme yang sangat (keluarganya). Adapun ariel dipidana penjara
bertolak belakang dengan hukum konstitusi. karena melanggar ketentuan Undang-Undang
Sehingga KUHP sekarang ini dapat dikatakan ITE dengan menyebar luaskan film porno nya
tidak relevan lagi dengan tuntutan ke dunia maya, bukan karena perzinaannya.
perkembangan pemikiran hukum dan dinamika Mengenai Pasal 284 KUHP ini, R. Soesilo
masyarakat Indonesia yang berlandaskan menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan zina
kepada Pancasila. adalah persetubuhan yang dilakukan oleh laki-
Yang menjadi sorotan sangat tajam dan laki atau perempuan yang telah terikat
yang paling dikritisi dalam upaya pembaruan perkawinan dengan perempuan atau laki-laki
KUHP ialah penyerapan hukum terhadap yang bukan isteri atau suaminya. Supaya masuk
rumusan tindak pidana perzinaan. Khususnya dalam Pasal 284 ini, maka persetubuhan
sorotan kritis terhadap delik perzinaan yang tersebut harus dilakukan dengan dasar suka
telah mengalahkan pembahasan delik-delik lain sama suka, tidak boleh ada paksaan dari salah
yang digagas dalam Konsep RUU-KUHP. satu pihak.2
Rumusan tindak pidana perzinaan dalam Pasal Apabila kita cermati lagi, ketentuan tindak
284 KUHP ialah perzinaan yang dilakukan oleh pidana perzinaan dalam KUHP yang sedang
dua orang yang salah satu atau keduanya terikat berlaku saat ini bertujuan untuk
hubungan perkawinan dan diadukan oleh isteri mengkriminalisasi pelaku perselingkuhan
atau suami pelaku zina dan dilakukakan atas dimana salah seorang atau keduanya terikat
dasar suka sama suka, hukumannya maksimal dengan ikatan perkawinan. Selain itu Pasal 284
sembilan bulan penjara. Untuk tindak pidana KUHP ini merupakan delik aduan absolut yang
perzinaan ini KUHP menempatkannya sebagai tidak memungkinkan perbuatan itu dipidana
tindak pidana aduan (delik aduan). Pengaturan jika tidak ada yang mengadukan dari pihak
ini membuka ruang dan kesempatan yang yang dirugikan, dan selama perkara itu belum
seluas-luasnya bagi merebaknya tindak pidana
perzinaan dalam berbagai bentuk dan 1
Arifin Ma’ruf, Delik Zina dalam RUU KUHP,
variasinya. Keberadaan Pasal 284 ini tentunya Komunitas Pemerhati Konstitusi, dalam
(https://kpkuinsuka.blogspot.com/2014/03/delikzina-
sudah sangat tidak relevan lagi dan tidak dapat dalam-ruu-kuhp-arifin-maruf.html), diunggah bulan Maret
dikatakan bahwa Pasal 284 tersebut ideal 2014, diunduh tanggal 03 April 2017
2 R. Soesilo, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
sebagai sebuah produk hukum yang menjamin
(KUHP) Serta Komentar-Komentarnya Lengkap Pasal
tegaknya keamanan dan ketentraman dalam Demi Pasal (Bogor, 1976), hlm. 209

23
diperiksa dimuka pengadilan, maka pengaduan Sedangkan metode analisis yang
tersebut dapat ditarik kembali.3 digunakan dalam penilitian ini adalah deskriptif
Dari hal tersebut, dapat disimpulkan kualitatif. Deskriptif adalah bahan hukum yang
bahwa perancang Pasal 284 tersebut yang ada terkumpul disusun untuk kemudian dianalisis
saat itu merupakan Pemerintah Kolonial dan hasilnya dideskripsikan atau dipaparkan
Belanda yang mengkriminalisasikan tindak secara sistematis. Sedangkan bahan hukum
pidana perzinaan dengan alasan untuk menjaga kualitatif adalah dengan menganalisis bahan
kesucian ikatan perkawinan bagi orang yang hukum yang bertitik tolak pada usaha-usaha
telah kawin. Selama kedua belah pihak yang penemuan asas-asas dan informasi-informasi
melakukan persetubuhan ini belum terikat yang bersifat ungkapan monografis dari
dengan ikatan perkawinan, maka delik responden atau dengan kata lain lebih
perzinaan tersebut tidak dapat dikenakan. menitikberatkan pada mutu (kualitas) bahan
Apabila merujuk pada ketentuan zina hukum yang pada akhirnya akan diperoleh
dalam rancangan Pasal 484 angka (1) sampai pemahaman yang lebih mendalam.5
(4) RUU KUHP 2018 tersebut diketahui bahwa
perbuatan zina merupakan tindakan HASIL DAN PEMBAHASAN
persetubuhan yang dilakukan oleh kedua orang 1. Pertimbangan Perlunya Perubahan Sifat
yang tidak terikat perkawinan yang sah, baik Tindak Pidana Perzinaan dari Tindak
satu atau keduanya terikat dengan ikatan Pidana Aduan (Delik Aduan) menjadi
perkawinan maupun kedua-duanya belum Tindak Pidana Biasa (delik Biasa)
terikat perkawinan. Tampak ada perluasan Perlu untuk mencermati putusan-putusan
makna dalam delik baru ini dibandingkan pengadilan terkait dengan tindak pidana zina
dengan delik zina yang sedang berlaku sebagai bahan pertimbangan untuk
sekarang. Akan tetapi delik dalam rumusan menganalisis perlunya perubahan sifat tindak
Pasal 484 ini masih menggunakan delik aduan. pidana perzinaan menjadi tindak pidana biasa
Inilah yang menjadi celah bagi masyarakat (delik biasa).
untuk melakukan perbuatan zina. Sehingga
berdasarkan hal tersebut menarik untuk dikaji a) Putusan-Putusan Pengadilan di
terkait perubahan sifat tindak pidana perzinaan Indonesia terhadap Kasus Tindak
di Indonesia dari tindak pidana aduan menjadi Pidana Perzinaan
tindak pidana biasa. 1) Putusan Pengadilan Negeri Serang (Nomor
: 559/Pid. B/2011/PN.Srg) terhadap
METODE PENELITIAN Tindak Pidana Perzinaan atas nama
Jenis penelitian yang digunakan dalam terdakwa Toha bin Samsuri;
penelitian ini adalah yuridis normatif. Dengan 2) Putusan Pengadilan Negeri Mamuju
mengkaji persoalan hukum dari sudut pandang (Nomor: 138 /Pid.B/2010/PN.Mu.)
ilmu hukum secara mendalam terhadap norma terhadap Tindak Pidana Perzinaan atas
hukum yang dibentuk. Adapun metode nama terdakwa Ita Sari Darmawati;
pendekatan yang digunakan dalam penelitian 3) Putusan Mahkamah Agung (Nomor. 1558
hukum ini ialah pendekatan undang-undang K/Pid/2012) terhadap Tindak Pidana
(statute approach), pendekatan kasus (case Perzinaan atas nama terdakwa Sri
approach), pendekatan komparatif Wahyuni.
(comparative approach), dan pendekatan
Dimana ketiga Terdakwa pada kasus diatas
konseptual (conceptual approach).4
diputus bersalah oleh Hakim karena telah
memenuhi unsur Pasal 284 KUHP tentang

3 Ibid 5 Rony Hanitijo Soemitro, Metodologi Penelitian


4
Peter Mahmud Marzuki, Op.Cit. hlm. 133 Hukum dan Jurimetri (Jakarta, 1990), hlm. 97

24
Tindak Pidana Perzinaan. Ketiga kasus yang konkretnya, bapak/ayah yang melakukan
telah diputus diatas merupakan kasus tindak hubungan setubuh atas dasar suka sama
pidana perzinaan yang diadukan oleh suka dengan anaknya yang sudah dewasa.
suami/istri nya masing-masing, apabila
Pada bagian ketiga pembagian perzinaan
perbuatan tersebut tidak diadukan meskipun
di atas, berdasarkan KUHP masih tergolong
secara jelas perbuatan tersebut memenuhi unsur
sebagai tindak pidana. Hanya saja delik tersebut
tindak pidana perzinaan maka pelaku zina
masih berlaku sebagai delik aduan absolut.
tersebut tidak dapat diproses secara hukum.
Sehingga kasus demikian pun bisa diproses
Artinya apabila tindak pidana perzinaan yang
secara hukum kalau si suami/istri mengajukan
berlaku sekarang ataupun yang sedang dalam
aduan terhadap perbuatan tersebut.
rancangan masih menggunakan delik aduan,
Sedangkan untuk angka 1 maupun angka
maka perbuatan zina masih akan terus terjadi.
2, satupun tidak ada pengaturannya dalam
Oleh karena itu perlu adanya perubahan sifat
KUHP. Maka di sinilah letak kejanggalan
tindak pidana perzinaan zina yang semula
hukumnya. Bahwa problematika hukum pidana
tindak pidana aduan (delik aduan) menjadi
terhadap perbuatan perzinaan yang dibatasi
tindak pidana biasa (delik biasa).
hanya pada persetubuhan ketika pelakunya,
b) Gambaran Kondisi dan Reaksi
laki-laki atau perempuan terikat dengan
Masyarakat terhadap Perzinaan
perkawinan tetapi mengadakan hubungan
Pada hakikatnya kalau dicermati dalam
setubuh dengan yang bukan pasangan nikahnya,
kondisi kebangsaan kita, sifat keberlakuan delik
berdasarkan pandangan hukum masyarakat
perzinaan berlaku terbatas. Sebab masih
Indonesia penggolongan perzinaan tersebut
terdapat model perzinaan yang oleh masyarakat
kurang lengkap karena:
kita menganggapnya perbuatan tercela tetapi
1) Masyarakat memandang semua jenis
KUHP tidak menggolongkannya sebagai tindak
perbuatan zina, baik yang terikat ataupun
pidana. Diantaranya ialah:
yang tidak terikat dengan perkawinan,
1) Laki-laki dan perempuan yang melakukan
apalagi perzinaan yang terjadi karena
hubungan “setubuh” suka sama suka
adanya larangan perkawinan sedarah
namun kedua-duanya tidak terikat dengan
semuanya adalah kejahatan (rech delicten);
perkawinan (fornication), tetapi pada
2) Kehendak masyarakat kita memandang
dasarnya masih bisa melangsungkan
kalau perzinaan merupakan perbuatan
perkawinan karena tidak ada pertalian
yang amat tercela sehingga seharusnya
darah yang menghalanginya;
semua jenis atau bentuk perzinaan harus
2) Laki-laki dan perempuan yang
menjadi delik biasa. Yakni kalau sudah
mengadakan hubungan setubuh sama-sama
terjadi perzinaan lengkap dengan bukti-
belum menikah, suka sama suka, tetapi
buktinya, tak perlu ada pihak pengadu
pada dasarnya hubungan setubuh itu
yang ditunggu agar kasus tersebut dapat
sangat terlarang oleh karena terdapat
diproses secara hukum.6
ketentuan pelarangan perkawinan sedarah
(incest), misalnya hubungan setubuh Sedangkan dalam kenyataan sosial
antara saudara sekandung, antara ibu dan masyarakat, aturan pidana yang kurang layak
anak, antara anak dan bapak; sering menjadi objek ketidakpuasan yang
3) Hubungan setubuh antara laki-laki dan akhirnya menumbuhkan reaksi sosial. KUHP
perempuan yang mana salah satunya sudah yang berlaku sekarang belum memberikan rasa
terikat dengan perkawinan (misalnya laki-
laki sudah menikah) lalu melakukan 6 Damang Averroes Al-Khawarizmi, Formulasi
hubungan setubuh dengan keluarganya Delik Perzinaan, dalam
yang dilarang untuk dinikahi karena (http://www.negarahukum.com/hukum/formulasi-delik-
perzinahan.html), diunggah tanggal 25 April 2015,
larangan perkawinan sedarah. Contoh diunduh tanggal 17 Februari 2018

25
keadilan kepada masyarakat. Kondisi tersebut karena perzinaannya, tetapi Ariel diputus
dimungkinkan terjadi karena pengertian dengan Pasal Pornografi dan UU ITE.
kejahatan menurut hukum pidana berbeda Jika dilihat dari kasusnya, sebetulnya
dengan pengertian kejahatan menurut kedua kasus tersebut dapat dikenakan delik
masyarakat. Berkaitan dengan hal tersebut perzinaan, namun sayang dalam Pasal 284
terjadi ketidakpuasan dari sebagian masyarakat KUHP disyaratkan adanya pengaduan.
mengenai perilaku-perilaku penyimpangan Sehingga kasus tersebut tidak dapat diajukan
terutama dalam lingkup kesusilaan. Hal ini lebih lanjut kedalam masalah perzinaannya
disebabkan karena perilaku-perilaku yang karena tidak ada pihak ketiga (suami/isteri)
menyimpang dari norma-norma masyarakat yang mengadukan.
belum mendapat tempat semestinya dalam Meskipun Ariel tidak didakwa dengan
hukum pidana. Misalnya perbuatan zina yang pasal perzinaan, bukan berarti perbuatan zina
menurut pengertian masyarakat berbeda dengan yang telah dilakukan Ariel dengan Cut Tari
pengertian dalam Hukum Pidana Indonesia bukan merupakan suatu kejahatan. Status
(KUHP). Masyarakat menganggap bahwa zina Hukum delik perzinaan yang telah dilakukan
adalah perbuatan yang patut mendapatkan oleh Ariel-Cut Tari dan sudah diketahui publik
sanksi pidana, adat dan sosial serta siapa saja menurut hukum positif di Indonesia (KUHP)
boleh melaporkannya, sementara KUHP yang tetap disebut sebagai kejahatan (delik), akan
berlaku cenderung sanksi yang diberikan masih tetapi dalam pertanggungjawabannya terhadap
ringan dan yang melapor terbatas hanya Ariel dan Cut Tari, penegak hukum dalam hal
suami/istri pelaku zina. ini penyidik, tidak melakukan tindakan hukum
Berdasarkan kondisi hukum yang dikarenakan tidak dipenuhinya unsur aduan dari
berkembang di masyarakat kita. Maka dalam suami Cut Tari yang menjadi syarat mutlak dari
konteks sekarang memang sudah saatnya dapat dikatakan adanya delik perzinaan
merumuskan kembali tindak pidana perzinaan menurut KUHP Indonesia. Hal itu disebabkan
yang semula merupakan tindak pidana aduan karena perzinaan termasuk dalam delik aduan
(delik aduan) menjadi tindak pidana biasa yang mutlak diperlukan adanya aduan dari
(delik biasa). pihak yang merasa dirugikan dalam hal ini
suami Cut Tari yakni Yusuf Subrata atau dari
c) Kasus Perzinaan yang Tidak Diadukan
isteri Ariel.
Kasus tindak pidana perzinaan yang tidak
Adanya delik perzinaan yang secara nyata
diadukan seperti kasus video porno anggota
sudah diketahui oleh publik, akan tetapi tidak
dewan Yahya Zaini dengan seorang artis Maria
diproses oleh penegak hukum dikarenakan
Eva7 dan kasus beredarnya video porno yang
tidak terpenuhinya unsur adanya aduan dari
melibatkan Ariel dan Cut Tari yang keduanya
pihak yang merasa dirugikan yakni suami/istri
sama-sama sudah diketahui oleh publik namun
dari pelaku zina, dapat menimbulkan berbagai
tidak proses secara pidana dalam konteks
macam persoalan. Kasus video porno Yahya
perzinaannya. Yahya Zaini dan Maria Eva tidak
Zaini-Maria Eva dan Ariel-Cut Tari yang
di proses secara pidana karena pihak ketiga
tersebar di media massa pada awal bulan Juni
dalam hal ini ialah isteri dari Yahya Zaini
2010 lalu menjadi cikal-bakal pengetahuan
maupun suami dari Maria Eva tidak
publik tentang telah terjadinya perzinaan antara
mengadukannya. Begitupun dengan kasus
Ariel dengan Cut Tari. Pada kondisi riil di
video porno Ariel-Cut Tari yang tidak diproses
masyarakat, video porno tersebut menimbulkan
gejolak yang dahsyat, karena sesuai dengan
budaya dan struktur masyarakat Indonesia yang
7 No Name, Skandal Seks Anggota Dewan yang mayoritas muslim, menganggap bahwa zina
Terendus Publik, diupload pada hari selasa tanggal 24 adalah perbuatan yang sangat keji dan termasuk
April 2012, 09:45 WIB dalam detik news diakses melalui
Google tanggal 12 Juli 2018 dosa besar.

26
d) Alasan Pembenar Perlunya Perubahan perbuatan yang tidak dikehendaki, yaitu
Sifat Tindak Pidana Perzinaan dalam perbuatan yang mendatangkan kerugian baik
KUHP Indonesia yang Akan Datang secara material dan spiritual atas warga
dari Tindak Pidana Aduan (Delik masyarakat.
Aduan) Menjadi Tindak Pidana Biasa Perbuatan zina merupakan perbuatan yang
(Delik Biasa) dapat menggagu kenyamanan masyarakat,
Alasan-alasan pembenar kenapa tindak meskipun perbuatan zina tersebut dikehendaki
pidana perzinaan harus dijadikan sebagai tindak oleh pelaku. Perbuatan zina sudah membuat
pidana biasa (delik biasa). resah masyarakat yang akan berdampak
1) Berdasarkan Teori Kriminalisasi terganggunya kenyamanan masyarakat
Kriminalisasi dapat diartikan juga sebagai sehingga mengakibatkan terjadinya kerugian
proses penetapan suatu perbuatan seseorang material maupun spiritual terhadap masyarakat
sebagai perbuatan yang dapat di pidana. Proses khsusunya masyarakat dilingkungan sekitar.
kriminalisasi ini biasanya diakhiri dengan Sehingga menurut pendapat Sudarto ini bisa
terbentuknya undang-undang dimana perbuatan ditarik kesimpulan bahwa pelaku zina sekalipun
itu diancam dengan sanksi yang berupa pidana.8 dilakukan atas dasar suka sama suka dan
Perbuatan-perbuatan yang perlu di kriminalisasi dikehendaki oleh si pelaku dapat dipidana
ialah perbuatan-perbuatan yang secara langsung (dapat dikriminalisasi).
mengganggu ketertiban masyarakat. Dalam hal 2) Berdasarkan Kebutuhan Masyarakat
ini perbuatan zina adalah perbuatan yang dapat Masuknya budaya luar dan adanya celah
mengganggu ketertiban masyarakat, bahkan hukum berdampak pula kepada masyarakat,
perbuatan zina tersebut dapat meresahkan dimana perbuatan hubungan badan diluar nikah
masyarakat yang akan berdampak kepada (zina) sering terjadi, bahkan hal tersebut sudah
kenyamanan dan ketertiban masyarakat. dianggap biasa bagi kalangan masyarakat
Kebijakan kriminalisasi merupakan suatu khususnya para pemuda kita. Perilaku tersebut
kebijakan dalam menetapkan suatu perbuatan tentunya akan menimbukan kerusakan moral
yang semula bukan tindak pidana menjadi suatu kepada masyarakat kita.
tindak pidana. Jadi pada hakikatnya kebijakan Selain karena masuknya budaya luar, ada
kriminalisasi merupakan bagian dari kebijakan faktor lain yang membuat masyarakat banyak
kriminal (criminal policy) dengan melakukan perbuatan terlarang seperti
menggunakan sarana hukum pidana sehingga berhubungan badan yang bukan muhrimnya
termasuk bagian dari kebijakan hukum pidana (zina). Faktor tersebut ialah tidak adanya aturan
(penal policy).9 hukum yang pasti terhadap pelaku zina, hal
Berkenaan dengan masalah kriminalisasi tersebut tercermin dalam Pasal 284 KUHP
tersebut, menurut Sudarto dalam melakukan tentang zina. Dimana pasal tersebut terdapat
kebijakan kriminalisasi harus memperhatikan celah yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat
hal seperti penggunaan hukum pidana harus untuk dapat menghindari sanksi atau hukuman
memperhatikan tujuan pembangunan nasional, pidana, seperti apabila yang melakukan sama-
yaitu mewujudkan masyarakat adil dan makmur sama tidak terikat perkawinan maka hal
yang merata material maupun spiritual tersebut bukanlah termasuk kedalam tindak
berdasarkan Pancasila, dan perbuatan yang pidana zina, dan celah lainnya ialah apabila
diusahakan untuk dicegah atau ditanggulangi tidak ada pihak ketiga yang di rugikan melapor
dengan hukum pidana harus merupakan maka perbuatan tersebut tidak dapat di proses
secara hukum.
8 Sudarto, Kapita Selekta Hukum Pidana (Bandung, Kasus-kasus yang terjadi, seperti kasus
1986), hlm. 31 sepasang kekasih di Tanggerang yang diarak
9 Barda Nawawi Arief, Tindak Pidana Mayantara :
dan telanjangi oleh warga karena dituduh
Perkembangan Kajian Cyber Crime di Indonesia (Jakarta,
2007), hlm. 20 berbuat mesum (zina) dilingkungannya, tidak

27
hanya diarak dan ditelanjangi, pasangan melampiaskan nafsu, sehingga kehidupan
tersebut juga di video dalam kondisi hampir rumah tangga menjadi sangat rapuh, padahal ia
telanjang bulat dan disebar luaskan di dunia merupakan wadah yang terbaik untuk mendidik
maya. Ini dikarenakan belum adanya kepastian dan mempersiapkan generasi muda memikul
hukum bagi pelaku zina, sehingga masyarakat tanggung jawabnya. Demikian lebih kurang
mengambil tindakan dengan main hakim yang ditulis oleh Sayyid Qutub, ketika
sendiri untuk memberikan pelajaran dan menghubungkan ayat ini dengan ayat yang lalu
membuat jera pelaku mesum tersebut, dengan dan mendatang.10
harapan kejadian tersebut tidak terulang Berdasarkan ketentuan agama diatas
kembali. (agama yang samawi), maka sudah saatnya
Tentunya hal tersebut tidak dapat delik zina dijadikan sebagai delik biasa dan
dibiarkan begitu saja, mengingat kebutuhan dituangkan dalam KUHP Indonesia yang
masyarakat akan hukum yang baik sangat berlaku pada masa yang akan datang.
diperlukan. Oleh karena itu, demi mewujudkan
e) Landasan Filosofis, Sosiologis, dan
bangsa Indonesia sebagai bangsa yang bermoral
Yuridis Perlunya Perubahan Sifat
maka perlu aturan hukum yang tegas yang
Tindak Pidana Perzinaan dari Tindak
sesuai dengan konstitusi bangsa Indonesia
Pidana Aduan Menjadi Tindak Pidana
yakni Pancasila. Perlu adanya perubahan
Biasa
formulasi baru dalam Pasal 284 KUHP tentang
Landasan filosofis, sosiologis dan yuridis
zina ialah dengan menjadikan Pasal 284 KUHP
adalah pertimbangan atau alasan perlunya Kitab
sebagai tindak pidana biasa (delik biasa).
Undang-Undang Hukum Pidana Nasional yang
3) Berdasarkan Agama
baru dibentuk, khusunya pada bagian tindak
Tidak ada satu agamapun (agama samawi)
pidana perzinaan dengan memperhatikan: (1)
yang membolehkan perbuatan zina. Dalam
pandangan hidup dan kesadaran dan cita hukum
islam zina merupakan perbuatan yang tercela
yang bersumber pada Pancasila dan Pembukaan
yang dilarang oleh Allah. Sebagai negara yang
UUD NRI tahun 1945, (2) memperhatikan
mayoritas islam dan berdasarkan ketentuan
pemenuhan kebutuhan hukum masyarakat dan
konstitusi yakni Pancasila sila pertama
negara terkait dengan perkembangan fakta
berbunyi ketuhanan yang maha esa. Maka
empiris mengenai hukum pidana nasional, serta
sejatinya hukum positif kita harus
(3) memperhatikan aturan-aturan yang telah ada
mempertimbangkan agama dan Pancasila
sehingga akan berdampak pada substansi atau
sebagai dasar pembentukannya.
materi yang akan diatur.
Allah berfirman yang artinya: “Dan
1) Landasan Filosofis
janganlah kamu mendekati zina,; sesungguhnya
Dalam konteks pembaruan hukum pidana
zina itu adalah suatu perbuatan yang keji, dan
di Indonesia dalam hal ini adalah tindak pidana
suatu jalan yang buruk”. (Q.S. 17 : 32)
zina harus dilandaskan pada tujuan nasional
Sayyid Qutub Menulis bahwa perzinaan
yang ingin dicapai oleh bangsa Indonesia
terdapat pembunuhan dalam beberapa segi,
sebagai sebuah negara yang merdeka dan
Pertama pada penempatan seba kehidupan
berdaulat. KUHP yang saat ini masih berlaku
(sperma) bukan pada tempatnya yang sah. Ini
merupakan produk hukum pemerintah Kolonial
biasanya disusul keinginan untuk
Hindia Belanda, yang perlu disesuaikan. Alinea
menggugurkan, yakni membunuh janin yang
keempat Pembukaan UUD NRI Tahun 1945
dikandung. Kalau dilahirkan hidup, maka
harus dijadikan tolak ukur untuk pelaksanaan
biasanya ia dibiarkan begitu saja tanpa ada
pembaharuan tersebut. Dengan kata lain
yang memelihara dan mendidiknya, dan ini
pembaharuan hukum pidana harus menjadi
merupakan salah satu bentuk pembunuhan.
Disisi lain perzinaan juga membunuh 10 M.Quraish Shihab, Tafsir Al- Misbah (Jakarta;
masyarakat dari segi kemudahan atau Lentera Hati ,2002), hlm. 458.

28
sarana untuk melindungi segenap bangsa dalam mengisi dan mengarahkan delik-delik
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, susila, seharusnya unsur-unsur agama
memajukan kesejahteraan umum, memegang peranannya.
mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut 3) Landasan Yuridis
melaksanakan ketertiban dunia yang KUHP yang berlaku di Indonesia sekarang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi ini berasal dari Wetboek van Strafrecht voor
dan keadilan sosial. Materi hukum pidana Nederlandsch-Indie (Stb. 1915: 732). Setelah
nasional harus disesuaikan dengan politik diundangkannya Undang-Undang Nomor 73
hukum, keadaan, perkembangan kehidupan Tahun 1958 tentang “Menyatakan Berlakunya
berbangsa dan bernegara yang bertujuan Undang-Undang No. 1 Tahun 1946 Republik
menghormati dan menjunjung tinggi hak asasi Indonesia Tentang Peraturan Hukum Pidana
manusia, serta menciptakan keseimbangan Untuk Seluruh Wilayah Republik Indonesia dan
berdasarkan nilai moral religius Ketuhanan Mengubah Kitab Undang-Undang Hukum
Yang Maha Esa, kemanusiaan, kebangsaan, Pidana”, terwujud kesatuan hukum pidana
kerakyatan, dan keadilan sosial bagi seluruh materiel yang seragam untuk seluruh Indonesia
rakyat Indonesia. yang bersumber pada “Wetboek van Strafrecht
2) Landasan Sosiologis voor Nederlandsch-Indie”, yang untuk
Secara sosiologis, pembaharuan hukum selanjutnya disebut Kitab Undang-Undang
dilakukan karena adanya kehendak untuk Hukum Pidana.
memenuhi kebutuhan hukum masyarakat yang Pada era kemerdekaan telah dilakukan
sudah diupayakan sejak 46 tahun yang lalu. banyak usaha untuk menyesuaikan KUHP
Kebutuhan ini didasarkan pada nilai-nilai warisan kolonial dengan kedaulatan Indonesia
kebudayaan dari suatu bangsa (latency) yang dan dengan perkembangan kehidupan sosial
merdeka dan berdaulat. lainnya, baik nasional maupun internasional.
Kondisi internal masyarakat Indonesia Apabila dicermati, pembaharuan dan/atau
yang berkembang cepat seiring perkembangan perubahan yang dilakukan masih bersifat
yang terjadi di dunia internasional serta adanya sementara (ad hoc) dan bernuansa evolusioner.
tuntutan akan kepastian hukum dan keadilan Dalam hal ketentuan tindak pidana
yang begitu kuat, menyebabkan beberapa perzinaan (delik zina), sampai rancangan yang
rumusan hukum pidana yang dimuat dalam terbaru tahun 2018 delik zina masih merupakan
KUHP tidak lagi dapat dijadikan dasar hukum delik biasa, yang terbaru hanya ada perluasan
untuk mengatasi problem kejahatan, seperti unsur dimana seorang laki-laki dengan
halnya yang terkandung dalam rumusan Pasal perempuan yang sama-sama bujang melakukan
284 KUHP tentang tindak pidana perzinaan. persetubuhan (zina) merupakan perbuatan zina.
Perlu untuk diketahui bahwa masyarakat Hal ini berbeda dengan unsur zina dalam
Indonesia merupakan masyarakat yang KUHP yang berlaku sekarang, dimana jika
beragama dan menganut sistem ketuhanan seorang laki-laki dengan perempuan yang
sebagaimana yang tertuang dalam Pancasila sila sama-sama bujang melakukan persetubuhan
pertama yakni “Ketuhanan yang Maha Esa”. (zina) tidak dapat dipidana.
Berdasarkan hal tersebut, seharusnya
interpretasi dalam merumuskan suatu kebijakan 2. Formulasi Tindak Pidana Perzinaan
atau peraturan perundang-undangan harus dalam KUHP Indonesia yang Akan
memasukkan unsur-unsur agama. Datang Agar Bersifat Tindak Pidana
Sebagaimana dikemukakan oleh Oemar Biasa (Delik Biasa)
Senoadji11 kejahatan terhadap kesusilaan ini,

terhadap kesusilaan ini bahwa dalam mengisi dan


11 Naskah Akademik RUU-KUHP, Mengutip mengarahkan delik-delik susila itu, seharusnyalah unsur-
pernyataan Oemar Senoadji bahwa “sekitar kejahatan unsur agama memegang peranannya”.

29
Untuk menyusun formulasi tindak pidana Menurut pandangan penulis, perubahan
perzinaan dalam KUHP Indonesia yang akan terhadap undang-undang atau perubahan
datang agar bersifat tindak pidana biasa (delik terhadap salah satu pasal dalam undang-undang
biasa) maka perlu untuk mengetahui kondisi dapat dilakukan jika hal tersebut dirasa tidak
dan perkembangan hukum pidana di Indonesia, sesuai dengan budaya bangsa kita.
dan juga perlu untuk mengkaji dari aspek Sebagaimana pendapat Von Savigny yang
teoritik pembentukan serta perubahan hukum menganalogikan timbulnya hukum itu dengan
dan perundang-undangan, mengetahui konsep timbulnya bahasa di suatu bangsa. Masing-
zina diluar Indonesia dan konsep zina dalam masing bangsa memiliki ciri-ciri yang khusus
Rancangan KUHP Indonesia. dalam berbahasa. Hukumpun demikian, karena
a) Kondisi dan Perkembangan Hukum tidak ada bahasa yang universal, tiada pula
Pidana Positif di Indonesia hukum yang universal.12
Hukum pidana positif di Indonesia saat ini Sehingga pada Pasal 284 KUHP tentang
terdiri dari KUHP dan berbagai Undang- perzinaan dapat dilakukan perubahan atau
Undang khusus di luar KUHP. Kondisi dan reformulasi, dimana selama ini unsur-unsur
perkembangan KUHP warisan pemerintah dalam rumusan Pasal 284 KUHP tersebut
Hindia Belanda telah mengalami perubahan, bertentangan dengan budaya asli banga
baik aturan umumnya maupun aturan Indonesia. Oleh karena itu perlu adanya
khususnya. perubahan terhadap Pasal tersebut agar sesuai
Perkembangan aturan umum Buku I dengan budaya bangsa Indonesia. Perubahan-
KUHP sejak Undang- Undang Nomor 1 Tahun perubahan tersebut salah satunya ialah dengan
1946 sampai saat ini, tidak mengalami memasukkan rumusan baru yang sebelumnya
perubahan yang mendasar. Dikatakan demikian, belum ditur dalam Pasal 284 KUHP ini.
karena asas-asas atau prinsip-pinsip umum Diantara ialah:
(general principle) hukum pidana dan 1) Memperluas unsur tindak pidana zina yang
pemidanaan yang ada dalam KUHP masih semula hanya salah satu atau keduanya
seperti WvS Hindia Belanda. Memang di dalam terikat perkawinan menjadi kedua-duanya
perkembangannya ada perubahan, penambahan, baik terikat maupun sama-sama tidak terikat
dan pencabutan beberapa pasal di dalam aturan perkawinan. Hal ini sudah diatur dalam
umum Buku I, namun hal itu hanya perubahan RKUHP 2015.
parsial yang tidak mengubah keselurahan 2) Menjadikan tindak pidana zina yang semula
sistem pemidanan. merupakan tindak pidana aduan (delik aduan
Berdasarkan kondisi dan perkembangan absolute) menjadi tindak pidana biasa (delik
hukum pidana positif di Indonesia, sampai saat biasa).
ini belum ada perkembangan dari delik zina.
Dengan demikian, kedepannya apabila
Dimana, delik zina dalam KUHP maupun
reformulasi Pasal 284 KUHP ini diterapkan,
dalam RUU-KUHP masih sebagai tindak
diharapkan dapat mencegah perbuatan zina.
pidana aduan (delik aduan). Hal inilah yang
Sebagaimana budaya bangsa Indonesia yang
menjadi celah dan tindak pidana zina terus
tidak melegalkan perbuatan zina, baik sebelum
terjadi di Indonesia. Oleh sebab itu,
menikah ataupun sesudah menikah. Apabila
berdasarkan pada landasan filosofis, sosiologis,
perbuatan tersebut dilakukan, maka menurut
dan yuridis sebagaimana yang sudah dijelaskan
masyarakat itu tetap sebagai perbuatan yang
diatas, maka perlu untuk melakukan perubahan
tercela dan bertentangan dengan nilai-nilai
sifat tindak pidana perzinaan menjadi tindak
budaya bangsa Indonesia dan Agama.
pidana biasa (delik biasa).
b) Aspek Teoritik Pembentukan dan
Perubahan Hukum dan Perundang- 12 Sukarno Aburera, et.al, Filsafat Hukum Teori dan
Undangan Praktik (Jakarta, 2013), hlm. 119

30
c) Perbandingan Hukum Tindak Pidana menuntut hilang, dan jika telah diputus pidana
Zina di Luar Indonesia tidak dapat dijalankan (pasal 74) KUHP
Berdasarkan fakta-fakta tersebut, maka Argentina.15
realitas perbedaan sistem hukum dibeberapa 3) Delik Zina dalam KUHP Malaysia
negara, menjadi faktor penyebab utama Dalam KUHP Malaysia tidak mengatur
pentingnya melakukan perbandingan hukum, secara rinci terkait delik zina. Hal ini tercermin
karena dengan mempelajari perbandingan dalam BAB IV yang hanya membahas tentang
hukum membawa faedah untuk bidang kultural delik-delik terhadap kesehatan umum,
tentang hukum diberbagai negara sehingga keselamatan, kesenangan, kesopanan dan
dapat lebih luas dan kritis dalam memahami kesusilaan. Kalau kita telaah lebih lanjut terkait
hukum dinegaranya sendiri.13 bab ini, tidak ada yang mengatur secara rinci
Perbedaan persepsi dalam memandang terkat delik zina, yang ada hanya mengatur
zina dalam dua sistem hukum di dua negara secara berurut dan terperinci dari delik
yang memiliki ideologi yang berbeda kebisingan, kesehatan lingkungan, termasuk
merupakan hal yang menarik dan penting untuk penjualan makanan, minuman dan obat yang
dikaji, dalam hal ini yang akan dibuat merusak kesehatan, pencemaran air dan udara,
perbandingan dengan konsep hukum tindak sampai pada keselamatan lalu lintas dijalanan
pidana perzinaan Indonesia dengan konsep dan navigasi kapal.
hukum tindak pidana perzinaan dari beberapa Oleh sebab itu dapat ditarik kesimpulan
Negara lain. Diantara adalah sebagai berikut: bahwa KUHP Malaysia ini termasuk KUHP
1) Delik Zina dalam KUHP Republik Korea yang kuno (ketinggalan jaman) jika
Ada beberapa perbedaan antara delik dibandingkan dengan Indonesia. Bagaimana
mukah (overspel/zina) korea dengan KUHP mungkin negara Malaysia yang merupakan
Indonesia yang lama. Perbedaan pertama ialah negara serumpun dengan Indonesia bahkan
ancaman pidana dalam KUHP Korea lebih budaya nya hampir sama dengan Indonesia dan
berat, yaitu maksimum 2 (dua) tahun, warganya mayoritas beragama islam tidak
sedangkan dalam Pasal 284 KUHP lama mengatur secara terperinci terkait dengan delik
Indonesia maksimum 9 (sembilan) bulan. zina.16
Perbedaan selanjutnya dalam KUHP korea d) RUU-KUHP (Rancangan Undang-
dicantumkan secara tegas, bahwa suami/isteri Undang Kitab Undang-Undang Hukum
memanfaatkan mukah (overspel/zina) itu, maka Pidana) 2018
pengaduan tidak dapat ditarik. Ini berbeda Dalam RUU-KUHP 2018 per tanggal 5
dengan KUHP Indonesia, dimana dalam KUHP Februari, Tindak Pidana Zina diatur dalam
Indonesia pengaduan dapat ditarik kembali Pasal 484 angka (1) sampai (4). Adapun bunyi
selama belum masuk dalam proses Pasal itu sendiri yaitu:
persidangan.14
2) Delik Zina dalam KUHP Argentina Pasal 484
Delik zina dalam KUHP Argentina diatur (1) Dipidana karena zina, dengan pidana
dalam Pasal 118 tentang mukah (overspel/zina). penjara paling lama 5 (lima) tahun:
Perbedaan delik antara KUHP Argentina a. Laki‑laki yang berada dalam ikatan
dengan KUHP Indonesia terletak pada bagian perkawinan melakukan persetubuhan
pengaduan, dalam KUHP Argentina jika yang dengan perempuan yang bukan istrinya;
mengadukan telah meninggal dunia, maka hak b. Perempuan yang berada dalam ikatan
perkawinan melakukan persetubuhan
13 Munir Fuady, Perbandingan Ilmu Hukum dengan laki‑laki yang bukan suaminya;
(Bandung: Refika Aditama, 2007), hlm. 19
14 Andi Hamzah, Perbandingan Hukum Pidana

Beberapa Negara, Edisi I Cetakan ke-II (Jakarta, 1995), 15 Andi Hamzah, Ibid, hlm. 81
hlm. 55 16
Ibid, hlm. 76

31
c. Laki‑laki yang tidak dalam ikatan mempertimbangkan asas-asas pembentukan
perkawinan melakukan persetubuhan hukum. Dalam Pasal 6 Undang-undang Nomor
dengan perempuan, padahal diketahui 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan
bahwa perempuan tersebut berada dalam Peraturan Perundang-Undangan (P3)
ikatan perkawinan; mengandung asas-asas, yaitu asas pengayoman,
d. Perempuan yang tidak dalam ikatan asas kemanusiaan, asas kebangsaan, asas
perkawinan melakukan persetubuhan kekeluargaan, asas kenusantaraan, asas
dengan laki‑laki, padahal diketahui bahwa bhinneka tunggal ika, asas keadilan, asas
laki‑laki tersebut berada dalam ikatan kesamaan kedudukan dan pemerintahan, asas
ketertiban dan kepastian hukum, asas
perkawinan; atau
keseimbangan, keserasian dan keselarasan.
e. Laki-laki dan perempuan yang masing-
masing tidak terikat dalam perkawinan yang Adapun konsep atau kebijakan formulasi
sah melakukan persetubuhan. (cetak miring, tindak pidana perzinaan yang baru ialah sebagai
penulis) berikut:
(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada
1) Memperluas unsur tindak pidana zina yang
ayat (1) tidak dilakukan penuntutan kecuali
semula hanya salah satu atau keduanya
atas pengaduan suami, isteri, orang tua atau
terikat perkawinan menjadi kedua-duanya
anaknya.
baik terikat maupun sama-sama tidak
(3) Terhadap pengaduan sebagaimana dimaksud
terikat perkawinan. (sudah ada dalam
pada ayat (2) tidak berlaku ketentuan Pasal
rumusan RUU-KUHP)
26, Pasal 27, dan Pasal 31.
(4) Pengaduan dapat ditarik kembali selama 2) Menjadikan tindak pidana zina sebagai
pemeriksaan di sidang Pengadilan belum tindak pidana biasa (delik biasa).
dimulai. Konsep rumusan kebijakan reformulasi
tindak pidana perzinaan yang ditawarkan
Setelah melihat rumusan yang terkandung
berdasarkan asas-asas pembentukan hukum dan
dalam RUU KUHP 2018 Pasal 484 angka (1-4)
perubahan hukum adalah sebagai berikut:
tentang Tindak Pidana Perzinaan dapat
disimpulkan bahwa rumusan yang terkandung Pasal X
dalam RUU KUHP 2018 Pasal 484 ini belum (1) Dipidana karena perzinaan paling lama 5
bisa memberikan sebuah perlindungan hukum (lima) tahun dan atau denda kategori II:17
bagi masyarakat, karena masih ada celah bagi a. Seorang laki-laki beristri yang melakukan
masyarakat untuk melakukan tindak pidana persetubuhan dengan seorang atau lebih
perzinaan, sekalipun unsur nya telah diperluas perempuan bujang atas dasar suka sama
sebagaimana diatur dalam Pasal 484 tersebut. suka.
b. Seorang perempuan bersuami melakukan
persetubuhan dengan seorang atau lebih
e) Rumusan Konsep Reformulasi Tindak laki-laki bujang atas dasar suka sama suka.
Pidana Perzinaan (2) Dipidana karena perzinaan dengan pidana
Penulis menawarkan sebuah konsep atau penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan
formulasi baru terkait dengan tindak pidana atau denda kategori III,18 laki-laki beristri
perzinaan, dimana konsep atau formulasi yang melakukan persetubuhan dengan
ditawarkan ialah dengan cara mengganti delik perempuan bersuami atas dasar suka sama
nya, yang semula merupakan tindak pidana suka.
aduan (delik aduan absolute) menjadi tindak
pidana biasa (delik biasa). 17 Denda Kategori II ialah Rp. 30.000.000.,

sebagaimana dalam RUU-KUHP


Dalam merumuskan konsep kebijakan 18 Denda Ketgori III ialah Rp. 120.000.000.,
reformulasi tindak pidana zina harus sebagaimana dalam RUU-KUHP

32
(3) Laki-laki bujang dan perempuan bujang berdasarkan teori perubahan Perundang-
melakukan persetubuhan atas dasar suka undangan itu dapat dilakukan selama pasal
sama suka di pidana dengan pidana penjara tersebut bertentangan dengan Pancasila.
3 (tiga) tahun dan atau denda kategori I.19 Dalam RUU-KUHP sekalipun ada
perluasan unsur belum dapat memberikan
Pasal XX
rasa aman kepada masyarakat, karena delik
Perzinaan sebagaimana dimaksud pada Pasal X
yang digunakan dalam RUU-KUHP
yang dilakukan secara bersama-sama atau
tersebut masih delik aduan.
secara masal di pidana dengan pidana penjara 7
(tujuh) tahun atau denda kategiori III.
DAFTAR PUSTAKA
Pasal XXX Buku-Buku:
Pidana penjara ditambah sepertiga terhadap
Aburera, Sukarno, et.al, 2013. Filsafat Hukum
perzinaan yang dilakukan ditempat-tempat
(Teori dan Praktik), Jakarta:
ibadah, tempat pendidikan, lingkungan kerja,
Kencana.
kendaraan umum, atau tempat umum lainnya.
Arief, Barda Nawawi, 2006. Tindak Pidana
Rumusan formulasi tersebut merupakan Mayantara : Perkembangan Kajian
hasil dari pertimbangan-pertimbangan Cyber Crime di Indonesia, Jakarta:
berdasarkan asas-asas dan teori-teori PT Raja Grafindo Persada.
pembentukan hukum dan perubahan hukum.
Fuady, Munir, 2007. Perbandingan Ilmu
Sehingga menghasilkan rumusan kebijakan
Hukum, Bandung: Refika Aditama.
formulasi tindak pidana perzinaan agar menjadi
tindak pidana biasa (delik biasa). Hamzah, Andi, 1995. Perbandingan Hukum
Pidana Beberapa Negara, Edisi I
KESIMPULAN Cetakan ke-II, Jakarta: Sinar
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis Grafika.
terhadap hasil penelitian diatas, maka dapat
disimpulkan bahwa: Shihab, M.Quraish. 2002. Tafsir Al- Misbah,
1. Berdasarkan analisis terhadap putusan- Jakarta: Lentera Hati.
putusan pengadilan terkait kasus Soemitro, Rony Hanitijo, 1990. Metodologi
perzinaan, Gambaran kondisi dan reaksi Penelitian Hukum dan Jurimetri,
masyarakat terhadap perilaku zina, kasus- Jakarta: Ghalia Indonesia.
kasus zina yang tidak diadukan dan alasan
pembenar perlunya perubahan sifat tindak Soesilo R., 1976. Kitab Undang-Undang
pidana perzinaan, tindak pidana perzinaan Hukum Pidana (KUHP) Serta
merupakan perbuatan yang menyimpang Komentar-Komentarnya Lengkap
dan tercela baik itu berdasarkan kondisi Pasal Demi Pasal, Bogor: Politeia.
masyarakat maupun berdasarkan agama. Sudarto, 1986. Kapita Selekta Hukum Pidana,
Oleh sebab itu perlu untuk dilakukan Bandung: Alumni.
perubahan sifat tindak pidana perzinaan
yang semula merupakan tindak pidana Website:
aduan (delik aduan) menjadi tindak pidana Ma’ruf, Arifin, 2014. Delik Zina dalam RUU
biasa (delik biasa). KUHP, Komunitas Pemerhati
2. Agar bersifat tindak pidana biasa perlu Konstitusi, dalam
dilakukan perubahan dengan (https://kpkuinsuka.blogspot.com/20
mereformulasi Pasal 284 KUHP, 14/03/delikzina-dalam-ruu-kuhp-
19 Denda Ketgori
arifin-maruf.html), diunggah bulan
III ialah Rp. 6.000.000.,
sebagaimana dalam RUU-KUHP

33
Maret 2014, diunduh tanggal 03 Rancangan Undang-Undang:
April 2017.
Rancangan Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana (RUU-KUHP) 2015
Damang, Formulasi Delik Perzinaan, diakses Rancangan Kitab Undang-Undang Hukum
melalui Pidana (RUU-KUHP) 2018
(http://www.negarahukum.com/huk
um/formulasi-delik- Putusan Pengadilan:
perzinahan.html), diunggah tanggal Putusan Mahkamah Agung (Nomor. 1558
25 April 2015, diunduh tanggal 17 K/Pid/2012) terhadap Tindak Pidana
Februari 2018. Perzinaan atas nama terdakwa Sri
No Name, Skandal Seks Anggota Dewan yang Wahyuni
Terendus Publik, dalam Berita Detik Putusan Pengadilan Negeri Mamuju (Nomor :
News, diupload pada hari selasa 24 138 /Pid.B/2010/PN.Mu.) terhadap
April 2012 jam 09:45 WIB. Tindak Pidana Perzinaan atas nama
terdakwa Ita Sari Darmawati
Peraturan Perundang-Undangan:
Putusan Pengadilan Negeri Serang (Nomor :
Undang-Undang Dasar Negara Republik
559/Pid. B/2011/PN.Srg) terhadap
Indonesia Tahun 1945
Tindak Pidana Perzinaan atas nama
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 tentang terdakwa Toha bin Samsuri
Pembentukan Hukum Pidana

34
35

Anda mungkin juga menyukai