Anda di halaman 1dari 13

Vol. 4(1) Februari 2020, pp.

164-176
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SYIAH KUALA ISSN : 2597-6893 (online)

PENANGANAN TINDAK PIDANA PELECEHAN SEKSUAL YANG DILAKUKAN


OLEH ORANG TUA TERHADAP ANAK TIRI
(Suatu Penelitian Di Kepolisian Resor Kota Banda Aceh)
Mulyadi Saputra
Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Syiah Kuala
Jl. Putroe Phang No. 1, Darussalam, Banda Aceh – 23111
Email : mulyadisaputra56@gmail.com

Dr. Mohd Din


Staf Pengajar Fakultas Hukum Universitas Syiah Kuala
Darussalam, Banda Aceh – 23111

Abstrak - Pasal 7 Ayat (3) KUHAP telah mengatur tentang penanganan suatu tindak pidana yang diawali
tingkat penyidikan sampai ke pelaksanaan putusuan, selain KUHAP terjabar tentang khusus kedalam
perlindungan anak dimana untuk menangani anak yang berhadapan dengan hukum diperlukan penanganan
khusus terhadap anak tersebut.Tujuan penulisan skripsi ini adalah Untuk menjelaskan mengenai perlindungan
hukum terhadap anak yang menjadi korban kekerasan seksual di Kepolisian Resor Kota Banda Aceh, untuk
menjelaskan mengenai upaya penyidik terhadap pelaku dalam tindak pidana kekerasan seksual terhadap anak
yang terjadi di wilayah kabupaten Aceh Besar tapi di tangani oleh Polresta Banda Aceh dan untuk menjelaskan
mengenai hambatan penyidik Polresta Banda Aceh dalam menangani setiap kasus kekerasan seksual terhadap
anak.Penelitian ini menggunakan metode penelitian hukum empiris dengan jalan mengidentifikasikan hukum
sebagai perilaku yang mempola. Analisis pengumpulan data dilakukan dengan cara menggunakan pedekatan
kualitatif berupa data primer,Teknik observasi, sampel, dan pengumpulan data dengan melakukan wawancara
secara langsung dengan responden dan informan sehingga dapat memberikan analisis karya ilmiah.Hasil
penelitian menunjukan bahwa penangan terhadap korban pelecehan seksual pihak Satreskrim sendiri sudah
melakukan penyidikan terhadap kasus ini serta menangkap pelaku dan melakum visum terhadap korban
pelecehan tersebut, pihak Satreskrim sendiri juga sudah melakukan pelindungan hukum terhadap anak sebagai
korban kekerasan seksual, anak yang menjadi korban perlu juga mendapatkan perhatian khusus baik dari dinas
sosial dan rumah aman mengingat faktor usia anak tersebut masih sangat muda. Upaya-upaya penyidik dalam
menangani kasus kekerasan seksual ini pihak penyidik dari Polresta Banda Aceh setalah mendapat laporan serta
mengumpukan bukti-bukti maka selanjutnya penyidik menangkap pelaku untuk penahanan dan penyidik
mengirim berkas ke Kejaksaan Negeri Banda Aceh. Dari segi hambatan pihak penyidik tidak memiliki
hambatan-hambatan ataupun kendala-kendala pada saat penangkapan pelaku karena polisi menuju ke TKP pada
sore hari menjelang magrib setelah melakukan pemeriksaan terhadap pelaku penyidik membawa pelaku ke
Polresta Banda Aceh untuk dimintai keterangan lebih lanjut.Disarankan agar ketentuan-ketentuan yang ada
dalam Pasal 7 Ayat (3) KUHAP tentang penyidikan dan Undang-Undang Perlindungan Anak diterapkan
dengan baik dan benar guna melindungi anak yang manjadi korban termasuk meningkatkan koordinasi antara
penyidik dan psikolog.
Kata Kunci: Hambatan, Penanganan, Perlindungan Hukum, Tindak Pidana Pelecehan Seksual, Upaya
Penanggulangan.

Abstract - Article 7 Paragraph (3) The Criminal Code Procedures has regulated the handling of criminal acts
ranging from the level of investigation to the implementation of decisions, besides that Criminal Code
Procedures specifically also regulates child protection, to deal with children who are dealing with the law
special handling is needed for these children..The aim of this study is to explain the legal protection of children
who are victims of sexual violence in the Banda Aceh City Police Department, investigator's efforts against the
perpetrators of crimes of sexual abuse violence against children that occurred in the district of Aceh Besar but
handled by the Police Banda Aceh and Constraints for Banda Aceh City Police investigators in handling every
case of sexual violence against children.This study uses empirical legal research methods by identifying the law
as patterned behavior. Analysis of data collection is done by using qualitative approaches in the form of
primary data, observation techniques, samples, and data collection by conducting interviews directly with
respondents and informants so that can provide analysis of scientific work.The results showed that the handling
of victims of sexual abuse by Satreskrim himself had investigated this case and arrested the perpetrators and
conducted a Visum et repertum on victims of sexual abuse, Satreskrim itself had also provided legal protection
for children as victims of sexual violence, victims who needed special attention from services social and home
security, given the age factor of very young children. The investigators' efforts in handling cases of sexual

164
JIM Bidang Hukum Pidana : Vol. 4, (1), No.1 Februari 2020 165
Mulyadi Saputra, Dr. Mohd Din

violence investigators from the Banda Aceh Police Office after receiving reports and collecting evidence then
investigators arrested the perpetrators for detention and investigators sent files to the Banda Aceh District
Attorney's Office. In terms of the obstacles the investigators did not have obstacles or obstacles at the time of
the arrest of the perpetrators because the police headed to the locus delictie on the afternoon before sunset after
conducting an examination of the perpetrators of the investigation to bring the perpetrators to the Banda Aceh
Police for further information.It is recommended that the provisions contained in Article 7 Paragraph (3) of the
Criminal Code ProcedureS concerning investigations and the Child Protection Act be applied properly and
correctly in order to protect children who become victims, including increasing coordination between
investigators and psychologists.
Keywords : Crime of Sexual Abuse, Handling, Legal Protection, Obstacles, Tackling Efforts.

PENDAHULUAN
Pelecehan seksual merupakan perilaku atau tindakan yang menganggu melecehkan
yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok orang terhadap pihak lain yang berkaitan
langsung dengan jenis kelamin seseorang yang diganggunya dan dirasakan dapat menurunkan
martabat dan harga diri orang yang diganggunya. Istilah pelecehan seksual didefinisikan
sebagai suatu tindak pidana di mana seseorang yang telah dewasa menyentuh anak di bawah
umur demi kepuasan seksual, misalnya perkosaan (termasuk juga sodomi). Pelecehan seksual
anak dapat mengakibatkan kerugian baik jangka pendek dan jangka panjang, termasuk
psikopatologi di kemudian hari. 1
Anakiiimerupakan generasiiiipenerus bangsa yangiiimembutuhkan perlindungan
hukumikhusus yangiberbeda dariiorang dewasa, dikarenakanialasan fisikidan mentalianak
yang belumidewasa danimatang. Pelindunganihukum anakimerupakan sebagaiiupaya
perlidunganiihukum terhadapiikebebasan daniihak asasiiianak yangiiberhubunganiidengan
kesejahteraannya. Seharusmya anak korban kekerasan seksual hendaknya diberikan
perlindungan hukum yang cukup kuat agar anak yang jadi korban tindak pidana tersebut tidak
lagi mengalami hal yang sama ini. Berdasarkan 294 Ayat 1 KUHP menyatakan. Barang siapa
yang melakukan perbuatan cabul dengan anaknya,anak tirinya,anak angkatnya,anak dibawah
pengawasannya yang belum dewasa, atau dengan orang yang belum dewasa yang
pemeliharaannya,pendidikan atau penjagaan dianya yang belim dewasa, diacam dengan
pidana penjara paling lama tujuh tahun.
Berdasarka Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 sebagaimana perubahan atas
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan anak menjelaskan
perlindungan Anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi Anak dan hak-
haknya agar dapat hidup, berkembang, dan berpartisipasi secara normal sesuai dengan harkat

1
Kartini Kartono, Psikologi Abnormal dan Abnormalitas Seksual, Bandung: Mandar Maju, 1989, hlm.
227.
JIM Bidang Hukum Pidana : Vol. 4, (1), No.1 Februari 2020 166
Mulyadi Saputra, Dr. Mohd Din

dan martabat kemanusiaan, serta mendapatkan perlindungan dari kekerasan diskriminasi.


Tujuan perlindungan perlindungan hukum anak menurut Undang-Undang adalah untuk
menjamin terpenuhnya hak-hak asasi agar dapat hidup dan tumbuh berkembang secara
optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan serta mendapatkan perlindungan
hukum dari kekerasandan deskriminasi demi terwujudnya demi terwujudnya anak yang
berkualitas berakhlak mulia dan sejahtera.
Berdasarkan Pasal 1 angka 4 Undang-undang Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistem
Peradilan Pidana Anak menyatakan bahwa anak yang menjadi korban tindak pidana yang
selanjutnya disebut Anak Korban adalah anak belum berumur 18 (delapan belas) tahun yang
dapat memberikan keterangan guna kepentingan penyidikan, penuntutan dan pemeriksaan
sidang pengadilan tentang suatu perkara pidana yang didengar, dilihat dan/atau dialaminya
sendiri.
Akhir-akhir ini banyak terjadi kasus tentang pelecehan seksual terhadap anak
dimana pelakunya adalah orang dewasa dan kebanyakan adalah yang telah dikenal
korban. Dari kasus pelecehan seksual oleh ayah tiri terhadap anaknya di Kecamatan
Darussalam, dimana korbannya adalah anak-anak yang berumur 9 tahun dimana pelaku
berumur 28 tahun.2
Perhatianiiterhadap anakiisudah lamaiiada sejalaniiidengan peradabaniiimanusia,
yangiidari hariiiike hariiiisemakiniiiberkembang. Anakiiiialah masaiiidepan bangsaiiidan
negara, olehiikarena ituiianak memerlukaniiipembinaan, bimbinganiiikhusus agariidapat
berkembangiiifisik, mentaliiiidaniiiispiritualnyaiiiisecara positif. Terutamaiiiiidisaat ia
mengalamiimasa transisiiidariimasaianak-anakimenuju masaidewasa atau masairemaja.
Menurutiiilmu jiwa, masaiitransisi dialamiianak mulaiiusia 10 tahuniihingga 17
tahun, dalam bukunya Sudarsono sependapat dengan pendapat Andi Mappiare yang
mengutip Elisabeth B. Harlock yang membagi usia anak remaja yaitu masa pubertas
pada usia 10 tahun atau 12 tahun sampai 13 tahun atau 14 tahun, masa remaja awal pada
usia 13 tahun atau 14 tahun sampai 17 tahun, masa remaja akhir (masa dewasa muda)
pada usia 17 tahun sampai pada 21 tahun.3
Berkaitan dengan kriteria anak nakal yang melakukan tindak pidana maka si anak
telah mencapai umur 8 (delapan) tahun ini belum mencapai umur 18 (delapan belas)
tahun dan belum menikah (Pasal 1 ayat (2) UU No.3 tahun 1997). Selain itu, dalam

2
Serambinews. Ayah Cabuli Anak Tiri di Aceh Besar Kamis, 30 agustus 2018.
3
Sudarsono, Kenakalan Remaja, Jakarta: Rineka Cipta, 1997, hlm.13.
JIM Bidang Hukum Pidana : Vol. 4, (1), No.1 Februari 2020 167
Mulyadi Saputra, Dr. Mohd Din

KUHP pasal 45 menyatakan, bahwa yang belum dewasa adalah anak yang belum
berumur 16 (enam belas) tahun. Sedang berkaitan dengan anak yang menjadi korban
pidana, KUHP mengatur umur anak adalah belum genap 15 (lima belas) tahun.4
Data yang ada dari Polresta Banda Aceh menjelaskan bahwa pelaku pelecehan
seksual dan korban kekerasan seksual lebih banyak dilakukan oleh orang yang dikenal
baik oleh korban,dari 2 kasus pada peneliti pertama tindak pidana ini dilakukan oleh
seorang ayah terhadap anak tirinya. 5
Namun, untuki imencegah perluasaniiimasalah dalamiiiskripsi iniiiimaka
pelecehan seksual yang dimaksud adalah pelakuan seorang ayah terhadap anak
tirinya,seharusnya ayah itu melindungi anak nya agar tidak mengalami hal sepeti itu.
Berdassarkan hal tersebut diatas maka setiap pelaku kejahatan tentu akan
diperiksa melalui proses hukum peradilan pidana dan korban akan dimintai keterangan
didalam proses tersebut. Dalam hal ini korbannya anak, maka anak tersebut haruslah
mendapatkan pelindungan dalam setiap tingkatan pemeriksaan bahkan sampai selesainya
pemeriksaan.
Berdasarkan uraian di atas maka hal-hal yang menjadi permasalahan dalam rancangan
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana perlindungan hukum terhadap anak yang menjadi korban tindak pidana
pelecehan seksual ?
2. Bagaimana upaya yang harus dilakukan oleh penyidik dalam penangan kasus kekerasan
seksual terhadap anak ?
3. Apa hambatan pihak kepolisian dalam melakukan penyidikan dalam perkara kekerasan
pelecehan terhadap anak ?
Tujuan penulis melakukan penelitian ini adalah :
1. Untuk menjelaskan perlindungan hukum terhadap anak yang menjadi korban tindak
pidana pelecehan seksual.
2. Untuk menjelaskan upaya yang harus dilakukan oleh penyidik dalam penangan kasus
kekerasan seksual terhadap anak.
3. Untuk menjelaskan hambatan pihak kepolisian dalam melakukan penyidikan dalam
perkara kekerasan pelecehan terhadap anak.
4.

4
Darwan Prinst, Hukum Anak Indonesia, Bandung: Citra Aditya Bakti, 1997, hlm.3.
5
Sumber Dari Supriyanto, Penyidik Satreskrim Polresta Banda Aceh,pada tanggal 15 September 2018
JIM Bidang Hukum Pidana : Vol. 4, (1), No.1 Februari 2020 168
Mulyadi Saputra, Dr. Mohd Din

METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian hukum bersifat yuridis empiris (sosiologis),
penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder, sebagai sumber datanya. Data primer
didapatkan dari penelitian lapangan, sedangkan data sekunder didapatkan dari penelitian
kepustakaan. Pengambilan sampel dari penelitian ini dilakukan secara Purposive sampling
(kelayakan).6 Dari populasi dipilih beberapa sampel yang diperkirakan dapat mewakili
keseluruhan populasi yang terdiri dari responden dan informan, yaitu:
a. Responden
1) 3 orang Penyidik Kepolisian Resor Kota Banda Aceh.
2) 1 orang saksi yang hadir dalam sidang tindak pidana kejahatan seksual terhadap anak
dibawah umur.
b. Informan
1) Kepala Badan pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak (BP3A).
Lokasi dari penelitian ini adalah di Polsek Kecamatan Darussalam dan Kepolisian
Resor Kota Banda Aceh. Dipilihnya Polsek Kecamatan Darussalam dan Kepolisian Resor
Kota Banda Aceh karena Tindak Pidana terhadap pelaku pelecehan seksual terhadap anak
dibawah umur terjadi di wilayah hukum Aceh Besar tapi ditangani oleh Kepolisian Resor
Kota Banda Aceh.
Data yang telah dikumpulkan dari penelitian perpustakaan dan penelitian lapangan
dipadukan untuk kemudian dianalisis dengan menggunakan pendekatan kualitatif.

PEMBAHASAN
1. Perlindungan Hukum Terhadap Anak yang Menjadi Korban Tindak Pidana
Pelecehan Seksual
Fungsi kepolisian adalah salah satu pemerintahan negara dibidang pemeliharaan
keamanan negara dari ketertiban masyarakat, penegakan hukum, perlindungan,
pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat. Dalam hal ini tujuan dari Kepolisian
Negara Republik Indonesia (Polri) adalah untuk mewujudkan keaman dalam negeri yang
meliputi terpeliharanya keamanan dan ketertiban dalam masyarakat, tertib dan tegaknya
hukum agar terselenggaranya perlindungan,pengayoman serta perlayanan kepada
masyarakat serta terbinanya ketenteraman di dalam sebuah masyarakat.

6
Ade Saptomo, Pokok-pokok Metodologi Penelitian Hukum Empiris Murni, Jakarta: Universitas
Trisakti, 2009, hlm. 84.
JIM Bidang Hukum Pidana : Vol. 4, (1), No.1 Februari 2020 169
Mulyadi Saputra, Dr. Mohd Din

Berdasarkan fungsi dan wewenang Kepolisian menurut Undang-Undang Nomor 2


Tahun 2002 Tentang Tugas Dan Wewenang Polri, maka sudah jelas bahwa Kepolisian
adalah Lembaga yang memang seharusnya manangani kasus-kasus tindak pidana,
diantaranya kasus Kekerasan Seksual terhadap anak. Penelitian ini mengenai kasus
kekerasan seksual yang dilakukan oleh seorang ayah terhadap anak tirinya yang ditangani
oleh Polresta Banda Aceh mengenai bagaimana upaya yang dilakukan oleh pihak Satuan
Reserse Kriminal Polreta Banda Aceh sebagai anggota anggota Kepolisian Negara
Republik Indonesia dalam hal menangani kasus tersebut, diantaranya upaya-upaya
perlindungan hukum yang di berikan terhadap anak sebagai korban kekerasan seksual.
Menurut ketentuan yang ada didalam Undang-Undang, anggota Kepolisian yang
berhak dan mempunyai wewenang dalam hal ini adalah kasus kekerasan seksual adalah
Satreskrim Polresta Banda Aceh terdiri atas penyidik Polri yang merupakan anggota
khusus dari Kepolisian Negara Republik Indonesia.
Bedasarkan penelitian dalam hal penanganan terhadap korban, pihak Satreskrim
sendiri selain melakukan penyidikan terhadap kasus serta menangkap pelaku. Pihak
Satreskrim Polresta Banda Aceh juga melakukan upaya-upaya perlindungan hukum
terhadap anak sebagai korban kekerasan seksual.
Anak sendiri sebagai korban perlu mendapat perhatian khusus baik dari dinas
sosial dan rumah aman, mengingat faktor usia anak yang masih sangat muda sehingga
penanganan yang dilakukan haruslah tepat. Bentuk perlidungan hukum yang diberikan
terhadap anak korban kekerasan seksual di antaranya :
1. Anak yang menjadi korban mendapatkan pendampingan dari Psikolog dan juga Dinas
Sosial Tujuan nya untuk memulihkan trauma yang di alami korban serta mehilangkan
rasa sakit yang dialaminya.
2. Visum atau pemeriksaan terhadap alat kelaminnya korban. Selain mendapat korban,
karena berdasarkan pengakuan dari korban tersangka,perlu menggunakan objek yang
tergolong tujuan dalam melakukan pembuatannya, objek yang dimaksud adalah
tangan yang meraba-raba dibagian jenis kelamin korban sehingga dikhawatirkan
terjadi intasi atau bahkan bisa menyebabkan luka yang serius pada bagian kelamin
korban.7

7
Hasil wawancara dengan Supriyanto, penyidik Satreskrim Polresta Banda Aceh, wawancara tanggal 5
November 2018.
JIM Bidang Hukum Pidana : Vol. 4, (1), No.1 Februari 2020 170
Mulyadi Saputra, Dr. Mohd Din

Peran psikolog serta dinas sosial sendiri dalam hal ini sangan penting,selain
memberikan pendampingan terhadap korban untuk menghilangkan trauma dan
memulihkan mental, juga dilakukan semangat dan penguatan mental dalam arti lain
diberikan kebebasan agar anak bersedia menceritakan mengenai kejadian yang dialaminya
tersebut, rumah aman yang disebut diatas untuk anak yang menjadi korban kekerasan
seksual dalam kasus ini anak tersebut sudsah dibawa ketempat yang aman yaitu rumah
adik dari ayah kandung korban dan jauh dari masyarakat tempat kejadian kasus tersebut.
Hal ini dapat memudahkan penanganan terhadap korban karena dikhawatirkan pelaku
dapat melakukan hal yang sama dikemudian hari apabila penanganan mental terhadap
korban ini tidak berjalan dengan baik. 8
Selain melakukan upaya-upaya perlidungan hukum terhadap korban, Anggota
Satreskrim Polresta Banda Aceh juga memberikan himbauan kepada masyarakatiagar
kasusikekerasan seksualiterhadap anak bisa dicegah agar tidak terjadi di kemudianihari
nanti anak sendiri juga merupakan makhluk yang lemah serta masih mempunyai masa
depan yang Panjang.
Anak-anak yang masih didalam pengawasan orang tua sebaiknya dibatasi ketika
berinteraksi dangan orang dewasa yang bukan anggota keluarganya, buat larangan-
larangan kepada anak bahwa adanya batasan-batasan bermanja-manja dengan orang lain.
Selain itu anak haruslah memahami bahwa ada bagian-bagian tubuh tertentu yang tidak
boleh disentuh atau bahkan dilihat oleh orang lain.
Jadikan orang tua sebagai tempat anak yang nyaman bercerita dan apabila anak
mengalami hal-hal yang mungkin mengarahkan pada tindak kejahatan seksual, anak bisa
bercerita dengan keluarga tanpa adanya ketakutan serta tidak ada hal yang ditutup-tutupi.9
2. Upaya yang Harus Dilakukan Oleh Penyidik Dalam Penyedikan Kasus Kekerasan
Seksual Terhadap anak
Penyidik adalah pejabat polisi yang diangkat secara khusus dan berpangkat
cukup tinggi. Penyidik sendiri adalah pihak mempunyai wewenang dalam hal menangani
kasus yang berhubungan dengan tindak pidana.
Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) yang
menyebutkan mengenai syarat-syarat penyidik, Sebagaimana telah disebutkan dalam Pasal

8
Hasil wawancara dengan Supriyanto, penyidik Satreskrim Polresta Banda Aceh, wawancara tanggal 5
November 2018.
9
Hasil wawancara dengan Supriyanto, penyidik Satreskrim Polresta Banda Aceh, wawancara tanggal 5
November 2018.
JIM Bidang Hukum Pidana : Vol. 4, (1), No.1 Februari 2020 171
Mulyadi Saputra, Dr. Mohd Din

1 butir (1) dan Pasal 6 Ayat (1) KUHAP bahwa yang dapat dikatakan sebagai penyidik
yaitu pejabat Polisi Negara Republik Indonesia dan Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu
yang diberi wewenang khusus oleh Undang-Undang. Seseorang yang ditunjuk sebagai
penyidik haruslah memenuhi persyaratan-persyaratan yang mendukung tugas tersebut,
seperti misalnya : mempunyai pengetahuan, keah1ian disamping syarat kepangkatan.
Namun demikian KUHAP tidak mengatur masalah tersebut secara khusus.
Berdasarkan ketentuan Undang-undang tersebeut, maka dalam kasus yang diteliti
mengenai kekerasaniseksual terhadapianak dilakukan olehiiperempuan, pihak Satreskrim
Polresta Banda Aceh yang terdiri atas penyidik melakukan penanganan mulai dari
penyelidikan kasus kekerasan seksual, penyidikan hingga melakukan penangkapan
pelaku.
Penyidikan menutur Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara
Pidana adalah serangkaian tindakan penyidik dalam hal penangan, dan menurut cara yang
diatur dalam undang-undang ini untuk mencari serta mengumpulkan bukti itu membuat
terang tentang tindak pidana yang terjadi dan guna menumukan tersangka nya.
Dari ketentuan diatas maka hal tersebut menjadi dasar dalam setiap peran penyidik
dalam menangani kasus kekerasan seksual terhadap anak, pihak penyidik dari Polresta
Banda Aceh setetelah mendapat laporan serta mendapat penemuan-penemuan terhadap hal
yang berhubungan dengan kasus maka barulah kemudian penyidik melakukan
penyelidikan terhadap kasus ini dengan menggunakan cara mencari serta mengumpulkan
bukti-bukti dan kemudian melakukan penangkapan terhadap pelaku di kediamannya.
Setelah melakukan tahap penangan mulai dari melakukan penyidikan hingga
penangkapan terhadap pelaku tersebut,untuk tahap senjutnya barulah penyidik
mengirimkan berkas ke Kejaksaan Negeri Banda Aceh untuk kemudian di sidangkan.
Dalam hal ini mengani kasus kekerasan seksual, pihak lainnya yang juga ikut
membantu melakukan penanganan kasus adalah pihak Kejaksaan yang dalam hal ini
dilakukan oleh Jaksa Penuntut Umum sendiri adalah menangani pelaku di tahap
persidangan di Pengadialan Negeri Banda Aceh. 10
Pelaku sendiri merupakan ayah tiri dari korban, maka oleh penyidik sendiri, pelaku
dikenakan Pasal 82 Ayat (2) Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perubahan
Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak yang isi nya

10
Hasil wawancara dengan Supriyanto, penyidik Satreskrim Polresta Banda Aceh, wawancara tanggal
5 November, 2018.
JIM Bidang Hukum Pidana : Vol. 4, (1), No.1 Februari 2020 172
Mulyadi Saputra, Dr. Mohd Din

sebagai berikut: “Dalam hal yang dimaksud pada ayat (1) yaitu apabila melanggar
ketentuan Pasal 76D, apabila pelaku merupakan orang tua, wali, pengasuh anak, pendidik
atau tenaga kependidikan, maka pidananya ditambah 1/3 (sepertiga) dari ancaman pidana
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) .11
Pelaku sendiri berdasarkan pelimpahan berkas dimana bukti-bukti yang
dikumpulkan serta berdasarkan penyidikan yang dilakukan oleh penyidik dari Polresta
Banda Aceh , telah melanggar aturan Undang-Undang dalam hal ini Undang-Undang
Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002
Tentang Perlindungan Anak.12
Secara teknis, kewenangan dari penuntut umum tersebut dilakukan sejak awal
pemberkasan dari penyidik. Persiapan berkas tersebut merupakan tanggung jawab penuh
oleh penyidik, sapuya penyidik berkepastian dapat diserahkan kepada Jaksa Penuntut
Umum untuk selanjut nya di sidangkan ke pengadilan. 13
3. Apa Hambatan Pihak Kepolisian dalam Melakukan Penyidikan dalam Perkara
Kekerasan Seksual Terhadap Anak
Pada prinsipnya pihak penyidik mengakui bahwa tidak ada hambatan di dalam
melakukan perkara ini, namun sebagaimana pada umum nya sesuatu itu tidak mungkin di
lakukan tanpa adanya hambatan sama sekali dalam hal ini untuk efektifnya penegakan
hukum maka haruslah di dukung oleh antara lain adalah sarana prasarana dan sumber daya
manusia.
Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan dengan pihak penyidik di Unit
Perlindungan Perempuan dan Anak Polresta Banda Aceh tidak terdapat hambatan atau
kendala apapun pada saat proses penangkapan pelaku, pihak penyidik tidak mengalami
hambatan apapun karena polisi menuju TKP pada sore hari menjelang magrib, setalah
melakukan pemeriksaan terhadap pelaku penyidik membawa pelaku ke Polresta Banda
Aceh untuk dimintai keterangan lebih lanjut.
Terkait dengan penyidikan kasus ini jarak tempuh pihak penyidik agak sedikit
terhambat kerena harus melewati beberapa perkampungan bisa saja menghabiskan waktu

11
Hasil wawancara dengan Supriyanto, penyidik Satreskrim Polresta Banda Aceh, wawancara tanggal
5 November, 2018.
12
Hasil wawancara dengan Supriyanto, penyidik Satreskrim Polresta Banda Aceh, wawancara tanggal
5 November 2018.
13
Hasil wawancara dengan Supriyanto, penyidik Satreskrim Polresta Banda Aceh, wawancara tanggal
5 November, 2018.
JIM Bidang Hukum Pidana : Vol. 4, (1), No.1 Februari 2020 173
Mulyadi Saputra, Dr. Mohd Din

30 menit hingga 45 menit dan untuk mencari pelaku pun tidak mudah kerena di tempat
kejadian banyak pabrik pembuatan batu bata.
Dari penanganan bagaimana polisi melindungi pelaku saat masyarakat mengetahui
kejadian tersebut di walayah tempat pelaku tinggal, apabiala pelaku tidak dilindung oleh
polisi maka akan terjadi masalah baru di tempat tersebut maka dari itu polisi juga harus
melindungi pelaku pada saat keluarnya dari tahanan.
Kerena dalam kasus ini korban nya adalah anak maka di dalam proses penyidikan
penyidik juga harus mempertimbangkan kepetingan dan kebutuhan untuk anak yang
menjadi korban menyangkut dengan sarana dan prasarana seperti rumah aman yang jauh
dari tempat kejadian tindak pidana tersebut, dinas sosial dan sumber daya manusia untuk
pemulihan trauma dan mental anak yang menjadi korban.
Pelaku awal nya sudah mengetahui bahwa dirinya sudah dilaporkan oleh ayah
kandung korban kekerasan seksual, pada saat tim penyidik dari Unit Perlidungan
Perempuan dan Anak sampai pelaku udah siap hendak melarikan diri ke gunung karena
takut.
Kemudian dari pihak polisi juga takut akan terjadi kasus baru terhadap pelaku,
mungkin saja masyarakat marah kerena kejahatan yang keji itu sehingga terjadi yang tidak
inginkan di kemudian hari nanti. Polisi juga harus menjamin akan anak yang menjadi
korban pelecehan tersebut kerena suatu saat korban dan pelaku akan bertemu di tempat
yang sama.
Dari pengakuan pelaku, pelaku melakukan perbuatan tersebut dalam keadaan sehat
akal tidak lagi sakit atau tidak keadaan berbasis narkoba, alasan pelaku karena sering
menonton video porno yang diperan oleh orang dewasa dan anak dibawah umur sehingga
pelaku mencoba melaku kepada anak tirinya. 14
Pelaku yang berprofesi sebagai pembuat batu bata di desa tersebut tega melakukan
perbuatan asusila ini, seharusnya pelaku mencontohkan perilakukan yang baik untuk anak
tersebut walaupun bukan anak kandung nya sendiri karena pelaku punya hak untuk
melidungi dan tanggung jawab kepada anak tersebut.

14
Hasil wawancara dengan Supriyanto, penyidik Satreskrim Polresta Banda Aceh, wawancara tanggal
5 November, 2018
JIM Bidang Hukum Pidana : Vol. 4, (1), No.1 Februari 2020 174
Mulyadi Saputra, Dr. Mohd Din

Saat ini pelaku sedang mengalami persidangan di Pengadilan Negeri Banda Aceh dan
masa tahanan di sel Polresta Banda aceh untuk proses hukum lebih lanjut terhadap
perbuatan nya sendiri. 15
Upayaiuntuk menggulangiikejahatan pencabulaniterhadap anakidi bawahiumur
dapatiidilakukan denganiidua cara yaituiipencegahan daniipenanggulan jikaiikejahatan
pencabulaniiterhadap anak diiibawah umur terlanjuriterjadi, makaiiupaya tersebutidapat
dilakukanidengan cara sebagaiiberikut :
1. Langkah-Langkah Pencegahan
Untukiiimenanggulangi suatuiiikejahatan dapatiiidilakukan denganiiiupaya
pencegahaniatau denganikata lain mencegahilebih baikidari pada mengobatiihal yang
telahiterjadi, sehubunganidalam penulisan skribsi ini adanya hambatan penyidik yang
tidak terduga dalam menangani kasus ini. Langkah-langkahipencegahan diupayakan
bertujuaniiuntuk mengurangiiitindak pidanaiikhususnya pencabulaniipada anak di
bawahiumur dan jugaisuatu usahaiuntuk melindungiianak-anak yangimemang sangat
rentaniiuntuk menjadi korbaniipecabulan, dikarenakaniianak ialah sebagaiiitunas
bangsaidan merupakanigenerasi penerusidalam pembangunanibangsa daninegara.16
Dariirincian usahaimencegah terjadinyaikejahatan pencabulaniterhadap anak di
bawahiiumur di atasiimerupakan suatuiibentuk untukiimencegah agaripembuatan
yangikeji danitidak bermoraliyang menjadi korbannya adalah anak khususnyaikasus
pelecehan seksual yangimenimpa anakidi bawahiumur tersebut atau denganikata lain
mencegah lebih baik dari pada menanggulanginya. Mencegah perbuatan tersebut
merupakan dariiiperlakuan salahiiyang ditunjukan kepadaiianak, demiiikepentingan
tumbuh berkembangnya anak sertaikepentingan bangsa daninegara.
2. Langkah-Langkah Penanggulangan
Apabilaiiseluruh lapisaniimasyarakat termasuk pemerintahiiidan penegak
hukumiiterlah berupayaiiuntuk mencegahiiterjadinya kejahatan pelecehan seksual
terhadapianak di bawahiumur denganimenerapkan langkahipencegahan akanitetapi
peristiwaiatau perbuataniyang tidakidiharapkan itu ternyataitetap terjadiijuga, maka
terpaksaiimelakukan langkahiipenanggulangan untukiimenyelesaikan daniimengatasi
denganituntas Kasuriterlanjur terjadi.

15
Hasil wawancara dengan Supriyanto, penyidik Satreskrim Polresta Banda Aceh, wawancara tanggal
5 November 2018.
16
Rena Yulia, Viktimologi Prlindungan Hukum Terhadap Korban Kejahatan, Yogyakarta: Graha,
2010, hlm. 30.
JIM Bidang Hukum Pidana : Vol. 4, (1), No.1 Februari 2020 175
Mulyadi Saputra, Dr. Mohd Din

Dalamiipenyelesaian kasus-kasusiipelecehan seksualiiyang menimpaiianak di


bawahiiumur, walaupuniikasus tersebutiitelah tuntas di prosesisecara hukum akanitetapi
merupakan masalah-masalahilainnya sepertiidampak akibatipencabulan tersebutiibagi
anak danikeluarganya karenaimerasa keadilaniyang merekaiharapkan belumiterpenuhi
selurunya.
Terkadangihukuman bagiipelaku tidakisesuai denganiperbuatan pelakuitersebut.
Olehikarena itu paraiapparat penegakiihukum diharapkaniiuntuk berkerjaiiseoptimal
mungkiniagar penegakaniihukum dapatiiterwujud sebagaiiimana yang telahiidiharapkan
oleh seluruhilapisan masyarakat.
Prosesihukum bagi paraiipelaku kejahatan terhadapiianak di bawahiiumur
merupakan satu langkahidalam menanggulangiikhususnya kejahatan pelecehan seksual
terhadapianak di bawahiumur yang telahiterjadi, yangidimana prosesihukum tersebut
harusiberjalan secaraiefisian demiitercapainya suatauipengakan hukumidiharapkan oleh
seluruhilapisan masyarakatikhususnya korbanidan keluarga.

KESIMPULAN
Perlindunganiihukum yang dilakukaniiipihak Polresta BandaiiAceh adalah
perlindunganihukum dalam bentukipendampingan serta pemulihanifisik ataupunimental
anak, dalamihal ini berkerjaisama denganiDinasiSosial sertaiperan Psikolog.
Upayaiyang dilakukaniadalah berdasarkaniyang telahidiatur dalamiKUHAP dan
Undang-UndangiPerlindungan Anakidimana denganitahap awal mengumpulkanibukti-
buktiiitentang kebenaraniiatas perbuatan yangiidilakukan olehiipelakuserta melakukan
penyilidikanihingga melakukanipenangkapan terhadapipelaku.
Dalamiproses penangananiipenyidik tidak mendapatkaniihambatan apapuniakan
tetapiidalam haliini perlu jugaiperlindungan terhadapipelaku agaritidak terjadiimasalah
yang baruiseperti pelakuidiamuk olehimassa, dimanaipelaku diiamuk massaipada saat
selesai melakukanihukuman. Untukijarak tempuhipenyidik punibisa dikatakanijauh bisa
menghabiskaniwaktu hinggai30 menit atauilebih yang harusidi tempuh olehipenyidik atau
paraipihak yangimenanganinya.
Disarankaniagar ketentuan-ketentuaniyang adaidalam Pasal & Ayat (3) KUHAP
tentangipenyidikan daniUndang-Undang PerlindunganiAnak di terapkanidengan baik dan
benariguna untuk melindungiianak yang menjadiikorban termasukimeningkatkan
JIM Bidang Hukum Pidana : Vol. 4, (1), No.1 Februari 2020 176
Mulyadi Saputra, Dr. Mohd Din

koordinasiiianatara penyidikiidan psiskolog untukiidapat memulihkaniitrauma yang


dialaminyaiserta membantuimemulihkan mental danifisiknya.
Disarankaniuntuk meningkatkanikoordinasi penyidikidengan pihak lainnyaiyang
juga ikutimembantu melakukanipenanganan tindak pidanaipelecehan seksualiini baik itu
dariipihak Kejaksaaniatau Hakim padaisaat persidanganinanti.
Disarankaniagar pelindunganianak di wilayahihukum Banda Acehidapat diatasi
denganisebaik-baiknyaioleh penyidikiKepolisian Resor KotaiBanda Aceh, daniperlunya
peraniimasyarakat untuk melindungiiianak di bawah umuriiyang beradaiidisekitaran
lingkungan.
KepadaiiAnggota Kepolisian yangidalam hal iniianggota Unit PPAiSatreskrim
PolrestaiBanda Aceh sebagaiipihak yangiberwenang, diharapkaniselalu siaga danitetap
melindungiisetiap anak dariikejahatan kekerasaniseksual, juga penangananiiyang tepat
terhadapikorban seperti memberikaniperlindungan hukumidan bantuan pemulihanifisik
serta mentalilainnya. Jugaiterhadap setiap pelakuikekerasan seksual dapatidilaksanakan
penegakanihukum sebagaimana mestinyaimenurut Undang-Undangiyang berlaku, yaitu
Undang-UndangiNomor 35 Tahunii2014 TentangiiPerubahan Atas Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2002 TentangiPerlindungan Anak.

DAFTAR PUSTAKA

Ade Saptomo, 2009, Pokok-pokok Metodologi Penelitian Hukum Empiris Murni,


Universitas Trisakti, Jakarta.

Anonim, 2018, Ayah Cabuli Anak Tiri di Aceh Besar, Serambinews, Aceh Besar, 30
Agustus.

Darwan Prinst, 1997, Hukum Anak Indonesia, Citra Aditya Bakti, Bandung.

Kartini Kartono, 1989, Psikologi Abnormal dan Abnormalitas Seksual, Mandar Maju,
Bandung.

Rena Yulia, 2010, Viktimologi Prlindungan Hukum Terhadap Korban Kejahatan, Graha,
Yogyakarta.

Sudarsono, 1997, Kenakalan Remaja, Rineka Cipta, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai