Anda di halaman 1dari 10

Vol. 4(1) Februari 2020 pp.

89-98
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SYIAH KUALA ISSN : 2597-6893 (online)

PENANGANAN TINDAK PIDANA KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DI


TINGKAT PENYIDIKAN (SUATU PENELITIAN DI WILAYAH HUKUM
KEPOLISIAN RESOR ACEH BESAR)

THE HANDLING OF CRIMINAL VIOLENCE IN INVESTIGATION ( A RESEARCH


IN THE JURISDICTION OF POLICE ACEH BESAR DISTRICT COURT)
Nur Azizah
Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Syiah Kuala
Jl. Putro Phang No. 1, Darussalam, Banda Aceh-23111
e-mail : ajahazizah23@gmail.com

Nurhafifah
Fakultas Hukum Universitas Syiah Kuala
Jl. Putro Phang No. 1, Darussalam, Banda Aceh-23111

Abstrak – Mekanisme penanganan Tindak Pidana Kekerasan Dalam Rumah Tangga dalam proses penyidikan
sebagaimana diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana dan Undang-Undang No. 23 Tahun
2004 Tentang PKDRT secara khusus. Namun Penanganannya masih belum sesuai dengan KUHAP dan
UUPKDRT, hal ini diketahui dari hasil penelitian dilapangan yang menunjukkan bahwa penanganan yang
dilakukan oleh penyidik di Kepolisian Resor Aceh Besar berupa upaya pre-emtif berupa himbauan, lalu dengan
bentuk upaya preventif berupa pencegahan dan dengan bentuk represif berupa diberikannya hukuman sesuai
dengan hukum yang berlaku. Sedangkan hambatan yang dialami oleh penyidik adalah luas wilayahnya sangat
besar, kurangnya kordinasi antara pihak kepolisian dan kurangnya pemahaman masyarakat tentang KDRT.
Kata Kunci: Kekerasan Dalam Rumah Tangga, Penanganan KDRT, Penyidik

Abstract- The mechanism handling of criminal acts of domestic violence by investigators have been set in The
Law Number 23 Of 2004 Concerning The Elimination Of Domestic Violence Specifically .But a handling
domestic violence was still not in line with the law the elimination of domestic violence and the criminal code
kitap .The results of the study explained that the handling of conducted by investigators is with the effort to pre-
emtif in the form of a recommendation , and with the form of the the preventive efforts in the form of prevention
and with such form repressive he gave in the form of punishment based on the prevailing law .While the
impediments that experienced by investigators is that the size of great areas , a lack of the coordinates between
the police and a lack of understanding the public about domestic violence .
Keywords: The mechanism handling of criminal acts of domestic violence, domestic violence, investigator

PENDAHULUAN
Kekerasan dalam rumah tangga adalah masalah paling umum yang terjadi disetiap
kehidupan manusia di semua negara dan didalam kehidupan perkawinan setiap individu.
Bentuk kekerasan dalam rumah tangga ada bermacam-macam dalam segala aspek
kehidupan, baik itu di bidang sosial, politik, budaya, ekonomi ataupun pendidikan.
Umumnya yang menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga adalah pihak perempuan
ataupun istri.
Temuan Catatan Tahunan Komnas Perempuan terdapat 348.446 kasus kekerasan
terhadap perempuan yang dilaporkan dan ditangani pada tahun 2017. Pada tahun 2018
komnas perempuan mencatat kekerasan meningkat sebanyak 406.178 kasus yang
dilaporkan dan ditangani.

89
JIM Bidang Hukum Pidana : Vol. 4, (1),No.1 Februari 2020 90
Nur Azizah, Nurhafifah

Data yang didapatkan dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan


Perlindungan Anak adalah bahwa pada tahun 2017 terdapat 437 kasus kekerasan dalam
rumah tannga di wilayah Provinsi Aceh. Namun pada tahun 2018 terjadi kenaikan kasus
KDRT sebanyak 456 kasus dan jika dijumlahkan menjadi 896 kasus yang terjadi
sepanjang tahun 2017 hingga tahun 2018.
Data dari Unit Pelayanan Perempuan dan Anak di Polres Aceh Besar, didapatkan
bahwa terdapat 3 kasus kekerasan dalam rumah tangga dengan bentuk kekerasan fisik
pada tahun 2017. Pada tahun 2018 sedikitnya 6 kasus kekerasan dalam rumah tangga
dengan bentuk kekerasan fisik. Terjadi peningkatan kasus KDRT di wilayah hukum
Kepolisian Resor Aceh Besar.
Tindak pidana adalah semua tingkah laku yang terdapat didalamnya unsur-unsur
seperti perbuatan yang tidak dikehendaki oleh undang-undang (berdasar rumusan delik),
memiliki sifat melawan hukum dan tidak ada alasan pembenar.
Kekerasan dalam rumah tangga adalah semua perbuatan atau perlakuan kepada
individu khususnya perempuan yang dapat mengakibatkan kesakitan, penderitaan secara
fisik, seksual, psikis maupun pengabaian rumah tangga dapat termasuk sebuah ancaman
melakukan perbuatan seperti pemaksaan atau perampasan hak secara melawan hukum di
dalam lingkup rumah tangga. Pelaku biasanya memiliki hubungan darah, perkawinan,
pengasuhan maupun asisten rumah tangga.

METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang diikuti adalah yuridis empiris dengan variabel penelitiannya
yaitu “Penanganan Tindak Pidana Kekerasan Dalam Rumah Tangga Di Tingkat Penyidikan”
dan untuk mendapatkan data dan bahan penelitian ini, digunakan penelitian lapangan.
Penelitian data (field research) digunakan agar mendapatkan data utama yaitu dengan
melakukan wawancara kepada responden dan informan yang telah ditentukan sebelumnya.
Penelitian kepustakaan (library research) digunakan agar mendapatkan data sekunder yang
berpedoman mengikuti Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP), buku teks
lainnya, jurnal lainnya, peraturan perundang-undangan lainnya.
JIM Bidang Hukum Pidana : Vol. 4, (1),No.1 Februari 2020 91
Nur Azizah, Nurhafifah

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


1. Upaya Yang Dilakukan Penyidik Dalam Menangani Tindak Pidana Kekerasan
Dalam Rumah Tangga Di Tingkat Penyidikan Kepolisian Resor Aceh Besar
Proses Penanganan Perkara Dalam Kekerasan Dalam Rumah Tangga
Tindak pidana sudah menjadi hal yang biasa di dalam masyarakat khususnya
di Aceh sendiri. Kekerasan sering dilakukan dengan diikuti bentuk tindak pidana
seperti pencurian disertai dengan pemukulan, perkosaan, dan penganiayaan.
Perbuatan ini dapat dilakukan oleh individu baik itu laki-laki atau perempuan bahkan
anak dibawah umur.
Proses penyidikan adalah suatu proses dimana pencarian kebenaran terhadap
suatu peristiwa pidana. Penyidikan adalah sekumpulan tindakan penyidik menurut
cara yang telah diatur dalam undang-undang untuk mencari dan mengumpulkan alat
untuk menerangkan sebuah peristiwa dan menemukan tersangkanya. Penyidik adalah
polisi di wilayah Republik Indonesia atau pejabat pegawai negeri sipil tertentu yang
diberi wewenang khusus oleh perundang-undangan untuk melaksanakan proses
penyidikan. 1
Proses penyidikan hingga pemeriksaan di sidang pengadilan dilaksanakan
dengan ketentuan hukum acara pidana yang berlaku saat ini. Hal ini menyiratkan
konsekuensi bahwa (KUHAP) menjadi pedoman utama untuk melaksanakan proses
penyidikan tindak pidana.
Bapak Bripka Okto G. Roza selaku Kanit PPA Aceh Besar mengatakan bahwa
kasus kekerasan yang terjadi tinggi dan ditangani oleh penyidik yang mana kenaikan
presentasenya dua tahun terakhir sebesar 20%.2
Terdapat ketidaksamaan yang antara KUHAP dengan UUPKDRT. Jika di
dalam KUHAP lebih menitikberatkan pelaku agar pelaku dihukum maka UUPKDRT
lebih menomorsatukan pelayanan korban untuk memperoleh perlindungan hukum
sebagai korban kekerasan dalam rumah tangga.

1
M. Yahya Harahap, Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP: Penyidikan dan Pnuntutan,
Jakarta: Sinar Grafika, 2015, hlm 40
2
Bripka Okto G. Roza, Kepala Unit Pelayanan Perempuan dan Anak (PPA) Kepolisian Resor Aceh
Besar, wawancara pribadi, tanggal 08 Juli 2019
JIM Bidang Hukum Pidana : Vol. 4, (1),No.1 Februari 2020 92
Nur Azizah, Nurhafifah

Dalam penyidikan korban kekerasan dalam rumah tangga, ada beberapa


perlakuan khusus untuk korban:3
1. Pemeriksaan oleh penyidik dilakukan berpedoman dengan nilai budaya setempat;
2. Penyidik menyampaikan masukan dan saran atas kasus yang dilaporkan oleh
korban;
Namun pada kenyataannya di Unit PPA Polres Aceh Besar, kerap sekali
korban setelah mengajukan pengaduan bahwa mengalami tindak kekerasan yang
kemudian minta ditarik kembali aduannya ketika perkara sudah daluwarsa yaitu tiga
bulan setelah pengaduan diajukan. 4
2. Upaya Yang Dilakukan Oleh Penyidik Kepolisian Resor Aceh Besar Dalam
Menangani Tindak Pidana Kekerasan Dalam Rumah Tangga
Fungsi Kepolisian yang juga sebagai pemerintahan negara dalam menjaga
keamanan dan ketertiban masyarakat, penegakan hukum, melindungi, mengayomi dan
melayani masyarakat.5 Polisi juga sebagai alat kontrol sosial dalam kehidupan
maysrakat, baik preventif (pencegahan) maupun represif (pemberantasan).6
Dalam hal menjalankan tugas dan fungsinya, pihak kepolisian sudah seoptimal
mungkin dalam memproses perkara kekerasan dalam rumah tangga. Apalagi kasus ini
awalnya adalah ranah pribadi yang kemudian hari menjadi peristiwa pidana, tentu
kami bekerja sangat berhati-hati.7
Maka dalam rangka menghindari terhambatnya penanganan suatu perbuatan
kekerasan yang terjadi dalam rumah tangga. Maka itu dilakukan upaya pre-emtif
(Himbauan), upaya preventif (Pencegahan) dan upaya represif (Penanganan) dalam
menyelesaikan tindak pidana kekerasan dalam rumah tangga. 8
Dalam bentuk upaya Pre-Emtif (himbauan) disini pihak Kepolisian Resor
Aceh Besar menangani kasus kekerasan yang terjadi di rumah tangga telah melakukan

3
Bripka Okto G. Roza, Kepala Unit PPA Polres Aceh Besar, wawancara pribadi, tanggal 08 Juli 2019
4
Bripka Okto G. Roza, Kepala Unit PPA Polres Aceh Besar, wawancara pribadi, tanggal 08 Juli 2019
5
Hartono, Penidikan & Penegakan Hukum Pidana. Jakarta: Sinar Grafika, 2010, hlm 38.
6
Satjipto Raharjo, Membangun Polisi Sipil, Jakarta: Buku Kompas, 2007, hlm 25
7
Bripka Okto G. Roza, Kepala Unit PPA Polres Aceh Besar, wawancara pribadi, tanggal 08 Juli 2019
JIM Bidang Hukum Pidana : Vol. 4, (1),No.1 Februari 2020 93
Nur Azizah, Nurhafifah

upaya pertama yaitu: melakukan penyuluhan anti kekerasan yang dilakukan oleh
orang terdekat. Upaya ini sudah dilakukan pada September di tahun 2015 lalu, dan
sampai saat ini sudah 4 kali kegiatan ini dilakukan dan sosialisasi mengenai
UUPKDRT.9
Upaya Preventif (pencegahan) pihak Unit Perlindungan Perempuan dan Anak
Kepolisian Resor Aceh Besar menangani perbuatan pidana kekerasan dalam rumah
tangga telah melakukan salah satu upaya yaitu penempatan anggota polisi wanita
secara maksimal dalam menjalankan tugas dan fungsi sebagai anggota kepolisian
negara Republik Indonesia yang berdinas di Kepolisian Resor Aceh Besar. Ini
merupakan implementasi dari Perkapolri No 14 Tahun 2012 Tentang Manajemen
Penyidikan Tindak Pidana yang diatur dalam Pasal 17 ayat 1 sampai ayat 3, yaitu: 10
(1) Sebelum proses penyidikan, penyidik diharuskan membuat rencana penyidikan
(2) Rencana penyidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dimohonkan kepada
pimpinan penyidik secara bertahap dengan minimal memuat:
a. banyak dan data diri penyidik;
b. Titik fokus penyidikan;
c. Proses tahap penyidikan;
d. Ciri dan susunan perkara yang akan disidik;
e. Durasi penanganan penyidikan berdasarkan bobot perkara;
f. Kebutuhan anggaran penyidikan; dan
g. Kelengkapan administrasi penyidikan.
(3) Rancangan penyidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dibuat untuk
melaksanakan penyidikan agar profesional, efektif dan efisien.
Jadi polisi wanita ini dapat melakukan proses hukum atau proses penyidikan
bisa lebih dekat dengan korban/pelaku perempuan terhadap kasus tindak pidana
kekerasan dalam rumah tangga agar lebih optimal dengan harapan dapat membuat

9
Bripka Okto G. Roza Kepala Unit PPA Kepolisian Resor Aceh Besar, Wawancara Pribadi, Tanggal
08 Juli 2019.
10
Bripka Okto G. Roza Kepala Unit PPA Kepolisian Resor Aceh Besar, Wawancara Pribadi, Tanggal
08 Juli 2019.
JIM Bidang Hukum Pidana : Vol. 4, (1),No.1 Februari 2020 94
Nur Azizah, Nurhafifah

korban/pelaku perempuan lebih terbuka dalam memberikan keterangan terkait kasus


yang menimpa korban/pelaku perempuan itu sendiri.11
Upaya Represif (penanganan) yang dilakukan oleh pihak Unit Perlindungan
Perempuan dan Anak Kepolisian Resor Aceh Besar adalah dilakukannya proses
penyelidikan dan penyidikan menurut aturan hukum yang berlaku di Indonesia sesuai
dengan kewenangan yang diberikan oleh undang-undang yaitu pejabat polisi pejabat
Pegawai Negeri Sipil untuk ditugaskan melakukan penyidikan.12
Untuk penanganan tindak pidana KDRT yang dilakukan penyidik:13
1. Dalam kasus kekerasan yang ditangani oleh Unit PPA Polres Aceh Besar,
prosedur yang dilakukan korban KDRT atau pelapor (dapat dilakukan oleh orang
tua, wali, pengasuh anak atau yang bersangkutan langsung) ketika melaporkan
kejadian yang menimpanya, dengan cara membuat Laporan Polisi, disingkat LP.
2. Korban dalam menjalani pemeriksaan di Unit PPA Polres Aceh Besar, diperiksa
oleh penyidik perempuan / polwan.
3. Korban ditangani secara khusus, penyidik menjaga kerahasiaan identitas korban.
4. Kemudian penyidik membuat pengantar visum et repertum dan mengantarkan
korban ke RSUD Kabupaten Aceh Besar untuk memeriksakan luka atau
kesehatan korban, dan guna diakukan visum.
5. Tahapan selanjutnya penyidik melakukan pemeriksaan terhadap saksi, yakni
pelapor, korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga yang bersangkutan, maupun
orang yang melihat, mendengar, dan mengetahui peristiwa tersebut.
6. Apabila ada barang bukti yang ditemukan, maka akan diamankan oleh penyidik.
Melakukan koordinasi dengan Bapermas (Badan Pemberdayaan Masyarakat)
Kota Jantho untuk melakukan perlindungan sementara terhadap korban. Perlindungan
sementara yang diberikan oleh Unit Pelayanan Perempuan dan Anak Kepolisian Resor
Aceh Besar antara lain : memberikan jaminan keamanan bagi korban Kekerasan
Dalam Rumah Tangga di kantor kepolisian, sehingga korban tidak mendapat ancaman
11
Bripka Okto G. Roza Kepala Unit Pelayanan Perempuan dan Anak (PPA) Kepolisian Resor Aceh
Besar, Wawancara Pribadi, Tanggal 08 Juli 2019.
12
Bripda Angga Rasulindra, Penyidik Unit Pelayanan Perempuan dan Anak (PPA) Kepolisian Resor
Aceh Besar, Wawancara Pribadi, Tanggal 08 Juli 2019.
13
Bripda Angga Rasulindra, Penyidik Unit PPA Kepolisian Resor Aceh Besar, Wawancara Pribadi,
Tanggal 08 Juli 2019.
JIM Bidang Hukum Pidana : Vol. 4, (1),No.1 Februari 2020 95
Nur Azizah, Nurhafifah

atau tekanan dari pelaku. Dan korban dipulangkan ke rumah orangtua korban, karena
belum ada tempat perlindungan sementara, sebagaimana dalam Pasal 13 Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah
Tangga, bahwa untuk penyediaan ruang pelayanan khusus merupakan tugas
pemerintah daerah.
3. Hambatan Penyidik Dalam Menangani Tindak Pidana Kekerasan Dalam Rumah
Tangga Di Tingkat Penyidikan.
Dalam proses penanganan tindak pidana KDRT, pihak penyidik sering mengalami
hambatan. Hambatan yang sering terjadi adalah para korban banyak yang tidak berani
membuat laporan kekerasan yang dialaminya kepada pihak berwajib dengan alasan
membuka aibnya sendiri sehingga pihak kepolisian juga tidak bisa membantu menangani
permasalahan tersebut.
Adapun hambatan penyidik dalam menangani tindak pidana kekerasan dalam
rumah tangga yang ditemui adalah:
1. Luas Wilayah Yang Besar
Kabupaten Aceh Besar memiliki luas mencapai 2.969 km2 terdiri dari 23
kecamatan dengan jumlah desa keseluruhannya mencapai 609 desa/kelurahan dan
terdapat 23 Polisi Sektor yang berada di wilayah tersebut.14
Dengan wilayah yang sangat luas, penyidik kesulitan untuk mengatasi kasus
kekerasan dalam rumah tangga. Walaupun sudah ada kebijakan adanya pembagian
wilayah kejadian, namun masih terdapat kendala untuk beberapa kecamatan yang
ditangani oleh Kepolisian Resor Aceh Besar.15 Misalnya korban yang berinisial H
berdomisili di Kecamatan Pulo Aceh harus menempuh jarak kurang lebih 80 km dari
Pulo Aceh ke Kota Jantho dengan waktu yang harus ditempuh sekitar 2 jam dan rata-
rata biaya transportasi sebesar Rp20.000,00 sekali pergi dengan menggunakan Kapal
Motor, belum lagi biaya transportasi yang dihabiskan dari Banda Aceh ke Jantho.
Korban selanjutnya berinisial M yang berdomisili di kecamatan Lhoong harus
menempuh jarak kurang lebih 115 km dari Lhoong ke Jantho dengan waktu yang

14
https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Aceh_Besar
15
Bripda Angga Rasulindra, Penyidik Unit Pelayanan Perempuan dan Anak (PPA) Kepolisian Resor
Aceh Besar, Wawancara Pribadi, Tanggal 08 Juli 2019.
JIM Bidang Hukum Pidana : Vol. 4, (1),No.1 Februari 2020 96
Nur Azizah, Nurhafifah

harus ditempuh sekitar 2 sampai 2,5 jam dan rata-rata biaya transportasi sebesar
Rp100.000,00 sekali pergi. 16
Dengan gambaran seperti ini maka akan sulit untuk penyidik menangani
permasalahan KDRT. Pihak korban yang melaporkan kekerasan harus melewati
perjalanan yang sangat memakan waktu dan biaya yang tidak murah berdampak
terhadap cepat atau tidaknya kasus tersebut ditangani. 17
Jarak yang harus ditempuh dengan biaya yang tidak murah juga dapat
menghambat pemeriksaan saksi terkait dengan kasus kekerasan dalam rumah
tangga.18
Namun sebagian kecamatan yang berada di wilayah Kabupaten Aceh Besar
kasusnya sudah ditangani oleh Kepolisian Resor Kota Banda Aceh karena wilayah
kecamatan tersebut lebih dekat jaraknya dibandingkan jarak ke kota Jantho.19
4. Kurangnya Koordinasi Di Lingkungan Kepolisian Resor Aceh Besar Dan Kota
Banda Aceh
Hambatan selanjutnya yang ditemui di lapangan adalah bahwa kurangnya
koordinasi antara Polres Kota Banda Aceh dengan Polres Aceh Besar.
Tidak adanya koordinasi antara Unit PPA Kepolisian Resor Kota Banda Aceh dalam
hal jumlah kasus tindak pidana kekerasan dalam rumah tangga menyebabkan tidak
tercatatnya jumlah kasus dengan benar di Unit PPA Kepolisian Resor Aceh Besar.20
5. Kurangnya Pemahaman Masyarakat Tentang Tindak Pidana Kekerasan Dalam
Rumah Tangga
Kurangnya kesadaran pihak keluarga/masyarakat yang menganggap kekerasan
dalam rumah tangga adalah persoalan pribadi yang bersifat intern keluarga. Korban

16
Bripda Angga Rasulindra, Penyidik Unit PPA Kepolisian Resor Aceh Besar, Wawancara Pribadi,
Tanggal 08 Juli 2019.
17
Bripda Angga Rasulindra, Penyidik PPA Kepolisian Resor Aceh Besar, Wawancara Pribadi,
Tanggal 08 Juli 2019.
18
Bripda Angga Rasulindra, Penyidik PPA Kepolisian Resor Aceh Besar, Wawancara Pribadi,
Tanggal 08 Juli 2019..
19
Bripda Angga Rasulindra, Penyidik Unit PPA Kepolisian Resor Aceh Besar, Wawancara Pribadi,
Tanggal 08 Juli 2019..
20
Bripda Angga Rasulindra, Penyidik PPA Kepolisian Resor Aceh Besar, Wawancara Pribadi,
Tanggal 08 Juli 2019.
JIM Bidang Hukum Pidana : Vol. 4, (1),No.1 Februari 2020 97
Nur Azizah, Nurhafifah

KDRT menganggap permasalahan kekerasan dalam rumah tangga adalah sebagai aib
yang harus disembunyikan sehinga sulit membuat keterangan terhadap pihak yang
berwenang (polisi). Masyarakat Indonesia khususnya Aceh ini masih erat sekali
dengan budaya patriarki. Dimana budaya ini yang berkuasa adalah laki-laki sehingga
walaupun laki-laki melakukan kesalahan tetap dia merasa benar. 21
Dengan adanya budaya seperti ini banyak yang menjadi korban tidak berani
untuk melaporkan kekerasan yang diterima oleh pelaku. Korban yang kebanyakan
adalah istri jika melaporkan kepada pihak yang berwajib mengenai kekerasan yang
dialami menurutnya itu adalah suatu tindakan yang melawan dan tidak menghormati
suami. 22

KESIMPULAN
Berdasarkan uraian dari Bab I sampai Bab III, maka penulis menarik kesimpulan sebagai
berikut:
1. Mekanisme upaya Penanganan Tindak Pidana Kekerasan Dalam Rumah Tangga Di
Tingkat Penyidikan adalah melakukan upaya pre-emtif yaitu melakukan himbauan
berupa penyuluhan anti kekerasan yang dilakukan oleh orang terdekat dan sosialisai
mengenai UUPKDRT. Upaya preventiv (pencegahan) berupa penempatan anggota
polisi wanita secara maksimal. Dan upaya represif yang dilakukan oleh pihak Unit
Pelayanan Perempuan dan Anak yaitu dilakukan proses penyelidikan dan penyidikan
menurut proses hukum yang berlaku.
2. Faktor penghambat penanganan tindak pidana kekerasan dalam rumah tangga yaitu
luasnya wilayah kabupaten Aceh Besar yang besar berpengaruh terhadap proses
penanganan tindak pidana kekerasan dalam rumah tangga. Kurangnya kordinasi
anatara Unit Pelayanan Perempuan dan Anak Kepolisian Resor Aceh Besar dan Kota
Banda Aceh mengenai jumlah data kasus tindak pidana kekerasan dalam rumah
tangga. Kurangnya pemahaman masyarakat mengenai tindak pidana kekerasan dalam
rumah tangga.

21
Bripda Angga Rasulindra, Penyidik PPA Kepolisian Resor Aceh Besar, Wawancara Pribadi,
Tanggal 08 Juli 2019.
22
Bripda Angga Rasulindra, Penyidik PPA Kepolisian Resor Aceh Besar, Wawancara Pribadi,
Tanggal 08 Juli 2019..
JIM Bidang Hukum Pidana : Vol. 4, (1),No.1 Februari 2020 98
Nur Azizah, Nurhafifah

DAFTAR PUSTAKA

Amir Ilyas, Asas-Asas Hukum Pidana, Yogyakarta: Rangkan Education & PuKAP-
Indonesia, 2012.

M. Yahya Harahap, Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP: Penyidikan dan


Pnuntutan, Jakarta: Sinar Grafika, 2015.

Hartono, Penidikan & Penegakan Hukum Pidana. Jakarta: Sinar Grafika, 2010.

Satjipto Raharjo, Membangun Polisi Sipil, Jakarta: Buku Kompas, 2007

Bripka Okto G. Roza, Kepala Unit Pelayanan Perempuan dan Anak, wawancara pribadi,
tanggal 08 Juli 2019.

Bripda Angga Rasulindra, Penyidik Unit Pelayanan Perempuan dan Anak (PPA) Kepolisian
Resor Aceh Besar, Wawancara Pribadi, tanggal 08 Juli 2019.

Anda mungkin juga menyukai