Abstrak
Masalah hukuman mati bagi seorang terpidana merupakan masalah klasik yang terus
diperbincangkan secara serius di kalangan para ahli hukum, terutama di Indonesia. Hukuman mati
(The Death Penalty) merupakan hukuman terberat terhadap terpidana yang diputuskan oleh
pengadilan akibat dari tindak pidana yang dilakukannya. Hukuman mati dikatakan hukuman
terberat karena terpidana tidak memerlukan hukuman lain setelah hukuman tersebut dijatuhkan oleh
hakim. Mengingat hukuman mati menyangkut nyawa manusia, maka banyak timbul pro kontra di
dalam masyarakat, namun pemerintah Indonesia tetap harus melaksanakan hukuman
mati untuk mengurangi efek jera terhadap terpidana dan mengurangi timbulnya kasus yang sama,
mengingat hukuman pidana mati adalah pidana terberat di Indonesia. Di dalam penanggulangan
kejahatan itu digunakan kebijakan hukum pidana , meliputi pembentuk undang-undang,
kepolisian, kejaksaan, pengadilan, dan aparat yang terkait dengan eksekusi pemidanaan.
Abstract
Death excecution as a crime punishment is a clasic problem that has been talked as a
serious matter around the jurist, especially in Indonesia. The Death Penalty is the heaviest
punishment for the convict which has been decided by the court as the payment from the crime.
The Death Penalty called as the heaviest punishment because the convict doesn’t have another
punishment after the death penalty has been decided. As reminder, the death penalty involves human
lives, so there are pros and cons in the community, but Indonesian government has to do the
death penalty to decrease wary and to avoid the same crime who has did by the convict. For
tackling crimes are used criminal law policy, including law makers, polices, prosecutors,
courts and the apparatus associated with the execution of punishment.
1
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/
I. PENDAHULUAN
Sesungguhnya kontroversi pidana
Pada era globalisasi seperti mati sudah dimulai lebih kurang
ini masyarakat lambat laun akan sejak abad ke-17. Seiring dengan
berkembang otomatis perkembangan kenyataan yang ada maka eksistensi
teknologi, ilmu pengetahuan dan hukuman mati yang ada di Indonesia
pola pikir akan berkembang pula. dipertanyakan. Belanda sebagai
Perkembangan tersebut juga diikuti negara yang peraturan hukumnya
dengan proses penyesuaian diri yang kita berlakukan di Indonesia. Bahkan
sering terjadi ketidakseimbangan sejak berlakunya undang-undang
karena masyarakat sangat ingin tanggal 17 September 1870 Stb. 162
menunjukan kualitas dirinya dengan sudah menghapus hukuman mati
pembaharuan – pembaharuan di tetapi untuk hukum pidana militer
segala bidang. Namun demikian, jenis pidana ini masih dipertahankan,
permasalahan letak dan kedudukan khusus untuk kejahatan-kejahatan
serta kemajuan teknologi dapat berat yang dilakukan pada masa
memberikan dampak positif maupun perang, yaitu dengan dikaitkan pada
negatif. syarat bahwa hal itu berdasarkan
Hukum memiliki posisi yang pertimbangan hakim dituntut oleh
krusial dalam menghadapi setiap kepentingan Negara. Tetapi
perkembangan yang ada di kemudian berdasarkan amandemen
masyarakat. Hukum yang Undang-undang Dasar Belanda yang
mencampuri urusan manusia diberlakukan tanggal 17 Februari
sebelum lahir dan masih 1983 Pasal 114 ditetapkan bahwa
mencampurinya setelah ia pidana mati oleh hakim tidak lagi
meninggal. Dengan adanya hukum, dapat dijatuhkan.
manusia dalam kehidupannya diatur Sejalan dengan
dan dibatasi dengan ketentuan - perkembangan ilmu pengetahuan dan
ketentuan dan peraturan – peraturan teknologi pun semakin berkembang
yang ada dan yang berlaku di pesat. Namun demikian, masih
Indonesia saat ini. Di Indonesia, belum ada kata sepakat tentang cara
sanksi pidana mati merupakan sanksi pelaksanaan pidana mati. Hal ini
pidana yang paling berat yang disebabkan eksekusi pidana mati
berlaku karena hukuman ini akan tetap menyentuh sumber emosi
menyangkut nyawa manusia. manusia yang paling dalam.1 Dalam
Kebijakan hukum pidana mati lingkup masyarakat internasional,
sendiri di Indonesia mengalami fase pengakuan terhadap hukuman mati
pro dan kontra namun kenyataannya hampir tidak mempunyai tempat
sanksi tersebut masih ada dan masih pada masyarakat yang demokratis
berlaku di Indonesia. Bahkan baru dan berbudaya. Walaupun hukuman
baru ini Indonesia telah memberikan mati belum dilarang berdasar hokum
atau melaksanakan hukuman mati internasional, kecenderungan
bagi beberapa pelaku pengedar terhadap pelanggaran tersebut sangat
narkotika dan pelaku tindak pidana jelas. Diadopsinya Opsional Kedua
terorisme yang dilaksanakan di Kovenan Internasional terhadap Hak
Lapas Nusa Kambangan. Sipil dan Politik tahun 1989 yang
2
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/
3
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/
4
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/
5
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/
6
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/
7
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/
8
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/
9
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/
10
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/
11
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/
12
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/
13
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/
F a ja r da n Ac hm a d, Dualisme
Penelitian Hukum
Normatif dan Empiris,
Pustaka Pelajar Yogyakarta
14