Anda di halaman 1dari 12

Jurnal Fakultas HukumUniversitas Sam Ratulangi

Lex AdministratumVol.XIII/No.1/Sept/2023

ANALISIS PIDANA MATI BERDASARKAN masyarakat. Pihak yang pro terhadap pidana mati
PASAL 100 UNDANG-UNDANG NOMOR 1 beralasan, bahwa pidana mati masih merupakan
TAHUN 2023 TENTANG KITAB UNDANG- hukum positif yang diatur didalam berbagai
UNDANG HUKUM PIDANA1 peraturan perundang-undangan sehingga
keberlakuannya harus tetap dihormati. Sedangkan
Gabrielle Aldy Manoppo2 kalangan yang kontra terhadap pidana mati
Jolly K. Pongoh3 beranggapan bahwa pidana mati bertentangan
Grace Yurico Bawole4 dengan hak asasi manusia karena melanggar hak
untuk hidup yang merupakan hak yang tidak dapat
ABSTRAK dikurangi dalam keadaan apapun dan oleh
siapapun.
Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis dan Memperhatikan KUHP baru yang dimuat
mengetahui ketentuan yang mengatur sanksi dalam Udang-undang Nomor 1 tahun 2023 akan
pidana mati dalam Undang-Undang Nomor 1 mulai berlaku 3 tahun terhitung sejak tanggal
tahun 2023 tentang KUHP dan untuk mengalisis diundangkan,5 yakni pada tahun 2026 mengatur
dan mengetahui eksitensi pidana mati yang ada di pidana mati diancamkan secara alternatif sebagai
berbagai negara yang ada di dunia sekarang. upaya terakhir untuk mencegah dilakukannya
Metode pendekatan yang digunakan dalam tindak pidana dan mengayomi masyarakat.6
penelitian ini adalah metode pendekatan Bilamana diperhatikan bahwa pidana mati tidak
yuridis normatif. Kesimpulan yang didapat terdapat dalam stelsel pidana pokok. Pidana mati
sebagai berikut: 1. Pidana mati masih diatur ditentukan dalam pasal tersendiri untuk
dalam ketentuan Undang-Undang Nomor 1 tahun menunjukkan bahwa jenis pidana ini benar-benar
2023 yang secara normatif dapat diterapkan dalam bersifat khusus sebagai upaya terakhir untuk
tindak pidana yang merumuskan pemberian mengayomi masyarakat.
ancaman pidana mati bagi pelaku yang terbukti Pidana mati adalah pidana yang paling berat
melakukan tindak pidana berdasarkan pada dan harus selalu diancamkan secara altematif
keputusan hakim yang memperoleh kekuatan dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana
hukum tetap. 2. Ketentuan pidana mati yang penjara paling lama 20 tahun.7 Dalam pelakanaan
terdapat di berbagai negara di dunia ada yang pidana mati ini dapat dilaksanakan setelah
masih menerapkannya dalam perundang- permohonan grasi bagi terpidana ditolak
undangan atau ketentuan-ketentuan termasuk di Presiden.8 Selanjutnya Hakim menjatuhkan
Indonesia masih menerapkannya didalam KUHP, pidana mati dengan masa percobaan selama 10
akan tetapi ada beberapa negara juga yang tahun dengan memperhatikan9: rasa penyesalan
memang sudah menghapuskan penerapan pidana terdakwa dan ada harapan untuk memperbaiki
mati dalam peraturan perundang-undangan diri; atau peran terdakwa dalam tindak pidana.
masing-masing negara tersebut. Pidana mati dengan masa percobaan ini harus
dicantumkan dalam putusan pengadilan.
Kata Kunci : pidana mati, KUHP baru Tenggang waktu masa percobaan 10 tahun
dimulai 1 hari setelah putusan pengadilan
PENDAHULUAN memperoleh kekuatan hukum tetap.10 Jika
A. Latar Belakang terpidana selama masa percobaan menunjukkan
Permasalahan pidana mati seakan-akan tidak sikap dan perbuatan yang terpuji, pidana mati
pernah selesai untuk dibicarakan karena selalu dapat diubah menjadi pidana penjara seumur
mengundang pendapat yang setuju dan tidak hidup dengan Keputusan Presiden setelah
setuju, dengan berbagai alasan yang menjadi mendapatkan pertimbangan Mahkamah Agung.
dasarnya. Hal itu tergerus baik secara filosofis, Pidana penjara seumur hidup akan dihitung sejak
sosiologis maupun secara yuridis. Jadi pidana Keputusan Presiden ditetapkan.11 Sebaliknya jika
mati memang merupakan jenis pidana terberat, terpidana selama masa percobaan tidak
karena dengan pidana mati nyawa manusia akan menunjukkan sikap dan perbuatan yang terpuji
terengut, walaupun hak asasi manusia
mempertahankan hidupnya. 5 KUHP 2023, Pasal 624.
6
Penerapan pidana mati di Indonesia selalu Pasal 98 Undang-Undang No.1 tahun 2023.
7 Penjelasan Pasal 98 Undang-Undang No 1 tahun 2023.
menimbulkan pro dan kontra dikalangan 8 Pasal 99 ayat (1) Undang-Undang No 1 tahun 2023.
9 Pasal 100 ayat (1) Un dang-Undang Nomor 1 tahun 2023.
1 10 Pasal 100 ayat (2) dan (3) Undang-Undang Nomor 1 tahun
Artikel Skripsi
2 Mahasiswa Fakultas Hukum Unsrat, NIM 16071101469 2023.
3 11 Pasal 100 ayat (4) dan (5) Undang-Undang Nomor 1 tahun
Fakultas Hukum Unsrat, Magister Ilmu Hukum
4 Fakultas Hukum Unsrat, Magister Ilmu Hukum 2023.
Jurnal Fakultas HukumUniversitas Sam Ratulangi
Lex AdministratumVol.XIII/No.1/Sept/2023

serta tidak ada harapan untuk diperbaiki, pidana dijatuhkan dengan masa percobaan. Dalam
mati dapat dilaksanakan atas perintah Jaksa tenggang waktu masa percobaan tersebut
Agung.12 Kemudian, patut pula kita perhatikan terpidana diharapkan dapat memperbaiki diri
dan ketahui bahwa jika permohonan grasi sehingga pidana mati tidak perlu dilaksanakan dan
terpidana mati ditolak dan pidana mati tidak dapat diganti dengan pidana penjara seumur hidup
dilaksanakan selama 10 tahun sejak grasi ditolak atau pidana penjara paling lama 20 (dua puluh)
bukan karena terpidana melarikan diri, pidana tahun.
mati dapat diubah menjadi pidana penjara seumur Kenyataan dalam pengaturan hukuman mati
hidup dengan Keputusan Presiden.13 di suatu negara paling tidak akan
Ketentuan yang ada dalam Undang-Undang memperbincangkan tiga aspek yang saling terkait.
Nomor 1 tahun 2023 tentang KUHP diatur jenis Petama, konstitusi atau undang-undang tertinggi
pidana yang berupa pidana pokok, pidana yang dianut suatu negara dan bentuk
tambahan, dan pidana yang bersifat khusus pemerintahan yang dianut suatu negara. Kedua,
(pidana mati) untuk Tindak Pidana tertentu yang dinamika sosial, politik dan hukum internasional
ditentukan dalam Undang-Undang. Ketentuan yang mempengaruhi corak berfikir dan hubungan-
jenis pidana pokok terdiri atas: hubungan sosial di masyarakat. Ketiga, relevansi
a) pidana penjara; nilai-nilai lama dalam perkembangan zaman yang
b) pidana tutupan; jauh sudah lebih maju. Dengan demikian, dapat di
c) pidana pengawasan; ambil kesimpulan bahwa pengaturan penerapan
d) pidana denda; dan hukuman mati bukan hanya soal keyakinan, cara
e) pidana kerja sosial. pandang, pengalaman seseorang atau nilai ukur
Dalam pidana pokok diatur jenis pidana baru dari sudut pandang hukum, tetapi juga dengan
berupa pidana pengawasan dan pidana kerja relevansinya dengan konteks dimana hukuman
sosial. Pidana pengawasan, pidana denda, dan mati akan diberlakukan.14 Masalah pro dan kontra
pidana kerja sosial perlu dikembangkan sebagai dipertahankannya hukuman mati bukanlah
alternatif dari pidana perampasan kemerdekaan masalah baru. Masalah ini sudah lama
jangka pendek yang akan dijatuhkan oleh hakim diperdebatkan orang. Dalam dunia pemikiran
sebab dengan pelaksanaan ketiga jenis pidana itu ilmiah masalah ini pada umumnya dibahas dan
terpidana dapat dibantu untuk membebaskan diri diperbincangkan dalam rangka teori penghalang
dari rasa bersalah. Demikian pula masyarakat pengadaan dan pengenaan hukuman atau sanksi
dapat berinteraksi dan berperan serta secara aktif pidana.15 Negara yang masih menerapkan
membantu terpidana dalam menjalankan hukuman mati mempunyai beberapa alasan,
kehidupan sosialnya secara wajar dengan antara lain:
melakukan hal yang bermanfaat. Pertama, hukuman mati merupakan bentuk dari
Urutan jenis pidana pokok tersebut kepastian hukum, hukuman mati akan membuat
menentukan berat-ringannya pidana. Hakim dapat mereka yang mau melakukan tindakan kriminal
memilih jenis pidana yang akan dijatuhkan di menjadi takut dan membatalkan niatnya. Dengan
antara kelima jenis pidana tersebut walaupun demikian, angka kriminalitas akan turun sehingga
dalam Buku Kedua Undang-Undang ini hanya melindungi hak hidup orang lebih banyak. Kedua,
dirumuskan tiga jenis pidana, yaitu pidana hukuman mati tidaklah dijatuhkan kepada
penjara, pidana denda, dan pidana mati. Jenis sembarang orang, melainkan khusus kepada
pidana tutupan, pidana pengawasan, dan pidana pelaku kejahatan serius (extra ordinary crime),
kerja sosial pada hakikatnya merupakan cara yang dianggap pelakunya telah memperlihatkan
pelaksanaan pidana sebagai alternatif pidana dari perbuatannya bahwa ia adalah individu yang
penjara. sangat berbahaya, dan oleh karena itu harus dibuat
Pidana mati tidak terdapat dalam urutan jenis tidak berbahaya dengan menghukumnya dalam
pidana pokok. Pidana mati ditentukan dalam pasal hal ini memberi hukuman mati. Ketiga, hukuman
tersendiri untuk menunjukkan bahwa jenis pidana mati merupakan senjata pamungkas atau akhir
ini benar-benar bersifat khusus sebagai upaya dalam keadilan.16
terakhir untuk mengayomi masyarakat. Pidana
mati adalah pidana yang paling berat dan harus
14
selalu diancamkan secara alternatif dengan pidana J.E Sahetapy, Suatu Studi Khusus Mengenai Ancaman
penjara seumur hidup atau pidana penjara paling Hukuman Mati,: Jakarta, 1982, hlm.19.
15 Todung Mulya Lubis dan Alexander Lay, Kontroversi
lama 20 (dua puluh) tahun. Pidana mati Hukuman Mati: Perbedaan Pendapat Hakim Konstitusi,:
Kompas, Jakarta, 2009, hlm.225.
16 Djoko Prakoso dan Nurwachid, Studi Tentang Pendapat-
12 Pasal 100 ayat (6) Undang-Undang Nomor 1 tahun 2023. Pendapat Mengenai Efektivitas Pidana Mati Di Indonesia
13 Pasal 101 Undang-Undang Nomor 1 tahun 2023. Dewasa Ini,: Ghalia Indonesia,. Jakarta, 1984, hlm.57.
Jurnal Fakultas HukumUniversitas Sam Ratulangi
Lex AdministratumVol.XIII/No.1/Sept/2023

Negara yang telah menghapus hukuman mati Tahun 2023. Berikut bunyi pasal yang terdiri dari
juga mempunyai beberapa alasan, antara lain: empat ayat itu:
Pertama, hukuman mati dipandang sebagai 1) Pidana mati dapat dilaksanakan setelah
pelanggaran hak manusia yang paling asasi, yaitu permohonan grasi bagi terpidana ditolak
hak untuk hidup. Hak untuk hidup adalah hak Presiden.
yang paling fundamental, merupakan jenis hak 2) Pidana mati sebagaimana dimaksud pada ayat
yang tidak bisa dilanggar, dikurangi atau dibatasi (1) tidak dilaksanakan di muka umum.
dalam keadaan apapun, baik dalam keadaan 3) Pidana mati dilaksanakan dengan menembak
darurat, perang, termasuk bila seseorang menjadi terpidana sampai mati oleh regu tembak atau
narapidana. Kedua, secara sosiologis, tidak ada dengan cara lain yang ditentukan dalam
pembuktian ilmiah bahwa hukuman mati akan Undang Undang.
mengurangi tindak pidana tertentu. Artinya 4) Pelaksanaan pidana mati terhadap perempuan
hukuman mati telah gagal menjadi faktor hamil, perempuan yang sedang menyusui
determinan untuk menimbulkan efek jera, bayinya, atau orang yang sakit jiwa ditunda
dibandingkan dengan jenis hukuman lain. sampai perempuan tersebut melahirkan,
perempuan tersebut tidak lagi menyusui
B. Rumusan Masalah bayinya, atau orang yang sakit jiwa tersebut
1. Bagaimana ketentuan yang mengatur sanksi sembuh.17
pidana mati dalam Undang-Undang Nomor 1 Dilansir situs resmi Kementerian Hukum dan
tahun 2023 tentang KUHP? Hak Asasi Manusia (Kemenkumham),
2. Bagaimana eksitensi pidana mati yang ada di Wamenkumham Edward Omar Sharif Hiariej,
berbagai negara yang ada di dunia? menjelaskan bahwa penerapan pidana mati adalah
hukuman spesial dan bisa berubah. "Artinya
C. Metode Penelitian apabila seorang terpidana berkelakuan baik akan
Dalam penelitian skripsi ini penulis dapat diberikan penurunan hukuman menjadi
menggunakan metode penelitian yuridis normatif. penjara seumur hidup atau dua puluh tahun
Pada penjara. Jadi hukuman mati bukan main
punishment, tapi menjadi special punishment,"18
PEMBAHASAN Dalam waktu selama menjalani masa hukuman di
A. Pidana Mati Yang Diatur Dalam Ketentuan Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) dan Rumah
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2023 Tahanan Negara (Rutan), narapidana diberikan
Tentang KUHP. pembinaan kemandirian (mental-spiritual) dan
Berbeda dengan KUHP lama, dalam KUHP juga pembinaan keterampilan. "Sikap berkelakuan
baru, pidana mati diancamkan secara alternatif baik selama menjadi Warga Binaan
sebagai upaya terakhir dalam penjatuhan sanksi Pemasyarakatan (WBP) dapat dijadikan acuan
pidana, sebagaimana termasuk dalam Pasal 98 dalam pemberian penurunan hukuman atau
Undang-undang Nomor 1 Tahun 2023 tentang pengajuan bebas bersyarat." Dalam perspektif
KUHP. Dalam ketentuan undang-undang tersebut hukum dan Ham Internasional', pidana mati
dinyatakan bahwa hakim menjatuhkan pidana bertentangan dengan ketentuan internasional
mati dengan masa percobaan 10 tahun. Dalam HAM terutama Pasal 3 DUHAM yaitu hak untuk
masa percobaan ini, apabila terdakwa hidup. Namun terdapat pengecualian dari Pasal
berkeinginan untuk memperbaiki dirinya dan tersebut yaitu Pasal 4 ayat (1) ICCPR derogable
menunjukkan sikap yang terpuji, maka pidana right yang pada intinya hukuman mati dapat
mati yang telah ditetapkan dapat diubah menjadi dilaksanakan dengan kualifikasi kejahatan
pidana penjara seumur hidup dengan Keputusan tersebut membehayakan publik," Hal awal pidana
Presiden setelah mendapatkan pertimbangan mati diatur dalam UU Nomor 1 Tahun 2023
Mahkamah Agung. tentang KUHP.
Pidana mati yang diatur dalam Undang Pidana mati diancamkan secara alternatif
Undang Nomor 1 Tahun 2023 tentang Kitab sebagai upaya terakhir. Penerapan hukuman mati
Undang Undang Hukum Pidana (KUHP) terdapat dalam UU tersebut diatur dalam Pasal 100 dan
dalam pasal 98 UU itu disebutkan bahwa 101. Berikut bunyinya:
hukuman mati atau pidana mati diancamkan Pasal 100 UU Nomor 1 Tahun 2023
secara alternatif sebagai upaya terakhir untuk
mencegah dilakukannya tindak pidana dan (untuk) 17 https://www.detik.com/jateng/hukum-dan-kriminal/d-
mengayomi masyarakat. Hal ihwal pelaksanaan 6568016/apa-itu-hukuman-mati-Pasal 99 UU No 1 Tahun
hukuman mati diatur dalam Pasal 99 UU Nomor 1 2023
18 Edward yang akrab disapa Eddy, dikutip dari situs

kemenkumham.go.id.
Jurnal Fakultas HukumUniversitas Sam Ratulangi
Lex AdministratumVol.XIII/No.1/Sept/2023

(1) Hakim menjatuhkan pidana mati dengan masa perubahan penting terkait hukuman mati ini,
percobaan selama 10 (sepuluh) tahun dengan terutama pembaharuan yang telah dilakukan
memperhatikan: Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
a. rasa penyesalan terdakwa dan ada (KUHP) yang disahkan pada 6 Desember 2022,
harapan untuk memperbaiki diri; atau hakim menjatuhkan pidana mati dengan masa
b. peran terdakwa dalam Tindak Pidana. percobaan selama 10 tahun. Hal tersebut terdapat
c. ada alasan meringankan. dalam Pasal 100 Undang-Undang Nomor 1 Tahun
(2) Pidana mati dengan masa percobaan 2023 tentang KUHP. Pasal 100 Ayat 1 KUHP
sebagaimana dimaksud pada ayat (l) harus mengatur, hakim menjatuhkan pidana mati
dicantumkan dalam putusan pengadilan. dengan masa percobaan selama 10 tahun dengan
(3) Tenggang waktu masa percobaan 10 memerhatikan rasa penyesalan terdakwa dan ada
(sepuluh) tahun dimulai 1 (satu) Hari setelah harapan untuk memperbaiki diri atau peran
putusan pengadilan memperoleh kekuatan terdakwa dalam tindak pidana. Namun dalam
hukum tetap. Pasal 100 Ayat 2 dijelaskan, pidana mati dengan
(4) Jika terpidana selama masa percobaan masa percobaan sebagaimana dimaksud pada
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Ayat 1 harus dicantumkan dalam putusan
menunjukkan sikap dan perbuatan yang pengadilan. maka ketika ia menunjukkan sikap
terpuji, pidana mati dapat diubah menjadi dan perbuatan yang terpuji selama masa
pidana penjara seumur hidup dengan percobaan tersebut, pidana mati dapat diubah
Keputusan Presiden setelah mendapatkan menjadi pidana penjara seumur hidup. Yakni,
pertimbangan Mahkamah Agung. dengan Keputusan Presiden (Keppres) setelah
(5) Jika terpidana selama masa percobaan mendapatkan pertimbangan Mahkamah Agung
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak (MA). "Pidana penjara seumur hidup sebagaimana
menunjukkan sikap dan perbuatan yang dimaksud pada Ayat 4 dihitung sejak Keputusan
terpuji serta tidak ada harapan untuk Presiden ditetapkan," bunyi Pasal 100 Ayat 5
diperbaiki, pidana mati dapat dilaksanakan KUHP. "Jika terpidana selama masa percobaan
atas perintah Jaksa Agung. sebagaimana dimaksud pada Ayat 1 tidak
Bilamanakah dalam hal permohonan grasi menunjukkan sikap dan perbuatan yang terpuji
terpidana mati ditolak dan pidana mati tidak serta tidak ada harapan untuk diperbaiki, pidana
dilaksanakan selama 10 (sepuluh) tahun sejak mati dapat dilaksanakan atas perintah Jaksa
grasi ditolak bukan karena terpidana melarikan Agung," (Pasal 100 Ayat 6 KUHP).
diri, pidana mati dapat diubah menjadi pidana Keberadaan KUHP Nasional dapat
penjara seumur hidup dengan Keputusan Presiden diapresiasi, tetapi tidak sedikit pula yang
tersebut memberikan kejelasan untuk terpidana. melancarkan kritik khususnya mengenai Pasal 100
Dalam Penjelasan atas UU Nomor 1 Tahun 2023 yang mengatur penjatuhan masa percobaan dalam
tentang KUHP disebutkan bahwa pidana mati pidana mati selama 10 tahun, sehingga bisa
tidak terdapat dalam stelsel pidana pokok. Berikut dikonversi menjadi hukuman seumur
bunyi penjelasan Pasal 98 UU Nomor 1 Tahun hidup. Ketentuan pidana mati ini kembali dibahas
2023 tentang hukuman mati diancamkan secara dalam gelaran focus group discussion (FGD)
alternatif sebagai upaya terakhir untuk mencegah bertajuk “Menjembatani Jurang Kematian:
dilakukannya tindak pidana. Perlindungan Hak untuk Hidup melalui Kebijakan
Penjelasan Pasal 98 UU Nomor 1 Tahun Perantara (Interim)” di Bandung pada Jumat 19
2023 Pidana mati tidak terdapat dalam stelsel Mei 2023 kemarin. Diskusi ini menghadirkan
pidana pokok. Pidana mati ditentukan dalam pasal narasumber dari masyarakat sipil dan akademisi
tersendiri untuk menunjukkan bahwa jenis pidana hukum yang memberi pandangannya atas
ini benar-benar bersifat khusus sebagai upaya pengaturan pidana mati dalam UU 1/2023.
terakhir untuk mengayomi masyarakat. Pidana Diskusi ini bagian dari serangkaian diskusi
mati adalah pidana yang paling berat dan harus sebelumnya karena dinilai ada kekosongan hukum
selalu diancamkan secara alternatif dengan pidana pengaturan pidana mati dalam UU 1/2023.
penjara seumur hidup atau pidana penjara paling Pengaturan masa percobaan 10 tahun kepada
lama 20 (dua puluh) tahun. Pidana mati terpidana mati dalam UU 1/2023 adalah jalan
dijatuhkan dengan masa percobaan, sehingga tengah bagi perdebatan penghapusan pidana mati
dalam tenggang waktu masa percobaan tersebut (abolisionis) dan pemberlakuan pidana mati
terpidana diharapkan dapat memperbaiki diri (retensionis). Menurutnya, penerapan masa
sehingga pidana mati tidak perlu dilaksanakan, percobaan dalam vonis atau pidana mati
dan dapat diganti dengan pidana penjara seumur mencerminkan nilai-nilai Pancasila karena
hidup. Untuk kedepan terdapat beberapa berupaya menyeimbangkan kepentingan individu
Jurnal Fakultas HukumUniversitas Sam Ratulangi
Lex AdministratumVol.XIII/No.1/Sept/2023

dan masyarakat. Kendati demikian, Pohan menilai mati dan kontra terhadap hukuman mati.20 Pidana
semangat ini terancam dengan norma dalam Pasal mati menimbulkan perbedaan pandangan antara
100 ayat (2) UU 1/2023 yang mewajibkan pro terhadap pidana mati dan kontra terhadap
dimuatnya masa percobaan dalam amar putusan pidana mati. Pandangan-pandangan ini memiliki
pengadilan. “Jika melihat naskah akademik (dari alasan masing-masing yaitu efek jera pelaku bagi
KUHP baru/UU 1/2023) sebenarnya sudah jelas pandangan pro dan melanggar HAM bagi
masa percobaan ini diberikan secara otomatis. pandangan kontra. Indonesia sendiri merupakan
Namun sekarang diwajibkan Pasal 100 ayat (2) negara yang masih memberlakukan pidana mati,
(UU 1/2023) untuk dimuat dalam putusan. meskipun beberapa negara lain telah
Apakah berarti kalau tidak dicantumkan (dalam menghapuskan pidana mati dalam hukumnya.
amar putusan), tidak ada masa percobaan? Inilah Tujuan Indonesia mempertahankan pelaksanaan
yang jangan sampai terjadi,” terangnya. Selain pidana mati untuk melindungi keamanan dan
dari pelaksanaan masa percobaan yang kepentingan publik di samping menjalankan
membutuhkan peraturan pelaksana, Pohan konvensi internasional mengenai Hak Asasi
mengusulkan pentingnya peraturan pelaksana bagi Manusia. Hal ini sejalan dengan lahirnya
kejaksaan dan pengadilan menggunakan pidana reformasi dalam hukum pidana Indonesia dengan
mati pasca berlakunya UU 1/2023. Dalam KUHP disahkannya UU Nomor 1 Tahun 2023 tentang
baru pidana mati dituliskan sebagai pidana yang KUHP yang menjadi KUHP Nasional
bersifat khusus. Artinya sebisa mungkin ia tidak menyebabkan terdapat pembaharuan juga dalam
digunakan. Parameter yang dapat digunakan oleh aturan pidana mati di Indonesia.
hakim, seperti tidak dijatuhkan atas dasar Dalam KUHP Nasional yang baru,
diskriminasi, tidak ditemukan dugaan pelanggaran pembaharuan tersebut ditemukan dalam ketentuan
hak hukum terdakwa selama proses pidana pidana mati yaitu pidana mati sebagai pidana
berlangsung, dan dijatuhkan hanya kepada alternatif dan adanya penundaan eksekusi pidana
residivis (pelaku berulang) dari tindak pidana mati. Dengan adanya aturan baru mengenai
yang diancam dengan pidana penjara untuk waktu pidana mati di Indonesia, spesifiknya berkenaan
tertentu. Dalam KUHP Nasional yang baru, dengan penundaan pidana mati diharapkan dapat
terdapat pembaruan mengenai ketentuan menjadi jalan tengah antara pandangan pro dan
pidana mati. Salah satu diantaranya adalah pidana kontra terhadap pidana hukuman mati. Karena itu,
mati yang semula merupakan pidana pokok seharusnya sejak sekaranglah di masa-masa
menjadi pidana alternatif. Selain itu, pelaksanaan sosialisasi ini, Mahkamah Konstitusi sudah mulai
pidana mati baru bisa dilakukan dengan mengadili pasal-pasal di KUHP baru, agar jika
penundaan eksekusi pidana mati selama sepuluh ternyata memang inkonstitusional, segera turut
tahun. Penundaan eksekusi pidana mati sudah disosialisasikan sehingga tidak perlu menunggu 3
ditetapkan secara tertulis dalam Pasal 100 KUHP tahun berlaku dulu untuk diuji dan dinyatakan ini
Nasional. Pada Pasal 100 ayat (1) KUHP Nasional konstitusional, dan melakukan sosialisasi lagi.
tercantum bahwa, eksekusi pidana mati ditentukan Juga tidak ada hambatan ataupun halangan bagi
oleh penundaan pidana mati selama 10 (sepuluh) Mahkamah untuk menyatakan dirinya berwenang
tahun yang memperhatikan dua syarat yaitu, rasa menguji KUHP baru dan KUHP lama (selama
penyesalan dan usaha memperbaiki diri dan peran masih ada yang terdampak oleh pasal-pasal di
terdakwa pidana mati dalam tindak pidana. KUHP lama) dikarenakan objek keduanya adalah
Selanjutnya, dalam Pasal 100 ayat (4) KUHP objek berbeda, yang satu Undang-Undang Nomor
Nasional dikatakan bahwa jika terpidana 1 Tahun 2023, yang satu lagi adalah Undang-
berkelakuan baik, maka dengan keputusan Undang Nomor 1 Tahun 1946. Selain itu, jika kita
presiden atas pertimbangan Mahkamah Agung, memakai logika bahwa KUHP baru tidak dapat
pidana mati dapat berubah menjadi penjara diuji karena belum berlaku, maka dikemudian hari
seumur hidup.19 ketika KUHP baru sudah berlaku, dan ada orang
Menurut pendapat Prof. DR. Topo Santoso, yang diperkarakan menggunakan KUHP lama
S.H., M.H., Guru Besar Hukum Pidana FHUI, (karena pasal pidana didasarkan pada tempus
penundaan eksekusi pidana mati selama sepuluh delicti sehingga sekalipun KUHP baru sudah
tahun merupakan jalan tengah yang dapat berlaku, maka tetap ada orang yang bisa
mengakomodir pandangan pro terhadap hukuman dipidanakan dengan KUHP lama), dengan logika
yang demikian, maka Mahkamah Konstitusi tidak
19 Aryo P. Saptohutomo, “Pidana Mati dengan Masa
Perconaan di KUHP Baru Disebut Jadi Jalan Tenggah,” 20 Humas FHUI, “Topo Santoso (Media Indonesia): Menyoal
https://nasional.kompas.com/read/2022/12/18/22242901/pi Hukuman Mati,” https://law.ui.ac.id/topo-santoso-media-
dana-mati-dengan-masa-percobaan-di-kuhp-baru-disebut- indonesia-menyoal-hukuman-mati/, diakses pada 23 Juni
jadi-jalan-tengah, diakses pada 23 Juni 2023. 2023.
Jurnal Fakultas HukumUniversitas Sam Ratulangi
Lex AdministratumVol.XIII/No.1/Sept/2023

berwenang lagi menguji KUHP lama. Lantas, dengan alasan tidak menerim pemberitahuan atau
kemana orang tersebut bisa mempertanyakan tidak mengetahui adanya kegiatan unjuk rasa
konstitusionalitas pasal KUHP lama yang tersebut
dikenakanpadanya untuk mendapat keadilan? Keberlakuan Pasal 100 KUHP dinilai sebagai
Tidak ada. Karena itu logika yang demikian celah untuk menghindar dari pidana mati. Maka,
sangatlah flawed sebab tidak bisa memberi menimbang keberlakuan masa percobaan yang
keadilan bagi warga negara yang terlanggar hak terdapat pada Pasal 100 KUHP baru kepada
konstitusionalnya baik oleh KUHP baru maupun terpidana mati dalam kasus Ferdi Sambo (FS)
KUHP lama. sejatinya didasarkan asas legalitas hukum pidana
Bahwa berdasarkan uraian tersebut di atas, yang termuat dalam Pasal 1 KUHP. Pada Pasal 1
apabila Mahkamah Konstitusi tetap konsisten ayat (1) dikatakan bahwa suatu perbuatan tidak
menganggap dirinya sebagai the guardian of the dapat dipidana, kecuali berdasarkan kekuatan
Constitution maka Mahkamah Konstitusi harus ketentuan perundang-undangan pidana yang telah
berwenang untuk menerima, memeriksa, menguji, ada. Dalam ayat ini menjadi jelas keberlakuan
dan memutus perkara a quo (termasuk KUHP asas legalitas yang mana asas ini berkaitan dengan
baru dan KUHP lama sepanjang masih ada yang seseorang itu tidak dapat dijatuhi suatu sanksi
terdampak ‘pasal-pasal di KUHP lama’). Hal ini pidana selama tindak pidana tersebut tidak
sejalan dengan adagium mencegah lebih baik memiliki kekuatan hukum yang mengikat.
daripada mengobati, dimana Putusan Mahkamah Secara umum, asas hukum merupakan
Konstitusi adalah obat bagi Pemohon yang sekarat prinsip-prinsip dasar yang menjadi ratio legis
(terlanggar hak konstitusionalnya). Tapi jika obat pembentukan hukum. Dalam hal ini, fungsi asas
itu terlambat diberikan, dan Pemohonnya hukum ialah menjaga konsistensi suatu sistem
meninggal juga, apa gunanya obat itu?. Bahwa hukum. Sehingga, asas legalitas memiliki peranan
pengaturan dalam pelaksanaan penyampaian yang sangat fundamental dalam penerapan hukum
pendapat dimuka umum (demonstrasi) dapat pidana dengan tujuan memberikan kepastian
dikenakan ancaman pidana sebagaimana diatur hukum dan mencegah kesewenang-wenangan dari
dalam Pasal 256 Undang-Undang Nomor 1 Tahun penguasa. Berbeda dengan asas hukum lainnya
2023 tentang Kitab Undang-Undang Hukum yang bersifat abstrak, asas legalitas justru
Pidana, yang menyatakan: “Setiap Orang yang memiliki sifat yang secara eksplisit tertuang
tanpa pemberitahuan terlebih dahulu kepada yang dalam KUHP. Biasanya, asas hukum yang bersifat
berwenang mengadakan pawai, unjuk rasa, atau abstrak umumnya hanya menjadi latar belakang
demonstrasi di jalan umum atau tempat umum dalam pembentukan aturan konkret.21
yang mengakibatkan terganggunya kepentingan Keberlakuan asas legalitas dalam hukum
umum, menimbulkan keonaran, atau huru-hara pidana hadir menjadi regulator utama dalam
dalam masyarakat, dipidana dengan pidana penegakkan hukum pidana. Sifat kepastian hukum
penjara paling lama 6 (enam) Bulan atau pidana yang melekat pada asas legalitas menjadikan
denda paling banyak kategori II.” Bahwa Pasal a hukum pidana jelas dan tegas, dan sebagai
quo berpotensi mengkriminalisasi warga instrumen dalam penerapan kasus konkret. Akan
masyarakat karena tidak terdapat uraian lebih tetapi realitas asas legalitas di Indonesia tidak
lanjut mengenai siapa atau apa yang dimaksud dianut secara mutlak. Salah satu halnya dalam
dengan “pemberitahuan terlebih dahulu kepada keberlakuan hukum pidana yang tidak boleh
yang berwenang”. Patut untuk dipertanyakan berlaku surut. Sebagaimana Untuk menjamin
bagaimana yang dimaksud dengan kepastian hukum harus ditetapkan terlebih dahulu
“pemberitahuan” pada Pasal a quo, apakah hanya ketentuan pidana tentang suatu perbuatan tindak
sekedar pemberitahuan saja kepada aparat yang pidana baru kemudian pelanggaran terhadap
berwenang, melakukan koordinasi dengan pihak ketentuan itu dapat dikenakan sanksi pidana
yang berwenang, atau harus meminta dan sebagai konsekuensi logis pilihan bebas subyek
mendapatkan izin dari pihak yang berwenang?. hukum untuk berbuat suatu perbuatan yang
Apabila “pemberitahuan” dimaksudkan dilarang. Hal ini sejalan pula dengan prinsip
dengan adanya izin tertulis dari pihak kepolisian umum bahwa setiap orang terikat pada suatu
atau pejabat yang berwenang maka hal ini saat undang-undang sejak undang-undang tersebut
berpotensi kesewenang-wenangan untuk tidak dinyatakan berlaku dan telah diundangkan dalam
menerbitkan izin tersebut termasuk tanpa alasan Lembaran Negara.22
yang jelas, sebaliknya apabila “pemberitahuan”
dimaksud tidak memerlukan izin tertulis maka
menjadi celah terbuka bagi aparat kepolisian atau
21
pejabat yang berwenang untuk melakukan represi Ibid
22 Ibid
Jurnal Fakultas HukumUniversitas Sam Ratulangi
Lex AdministratumVol.XIII/No.1/Sept/2023

Pengecualian terhadap asas ini ditulis dalam pidana mati merupakan hukuman yang diberikan
Pasal 1 ayat (2) KUHP yang mengatakan bahwa oleh negara kepada meraka yang telah melakukan
bilamana ada perubahan dalam perundang- kejahatan yang menimbulkan bahaya bagi
undangan sesudah perbuatan dilakukan, maka masyarakat.
terhadap terdakwa diterapkan ketentuan yang Bermacam-macam cara pemidanaan ataupun
paling menguntungkan. Diperkuat dengan pasal ancaman hukuman yang dalam hal ini hukum
pada KUHP baru yang secara khusus pidana sebagai sarana untuk menegakkan hukum.
mengesampingkan asas nonretroaktif ialah pada Pidana mati merupakan salah satu jenis cara
Pasal 3 ayat (1) KUHP baru ditegaskan bahwa penegakan hukum pidana yang paling
orang yang melakukan tindak pidana namun ada kontroversial didunia. Dari jaman Babilonia
aturan baru yang mengaturnya maka yang dipakai hingga saat ini, hukuman tersebut masih
adalah aturan baru tersebut tidak menguntungkan digunakan sebagai salah satu sangsi bagi mereka
pelaku tindak pidana itu. Sehingga, apabila dalam yang dituduh/terbukti melakukan satu tindak
kurun waktu tiga tahun ke depan upaya hukum kejahatan. Tidak ada catatan yang pasti
yang dilakukan oleh saudara FS dan penasihat menyatakan awal digunakannya hukuman mati.
hukumnya belum selesai, maka ada kemungkinan Hukuman mati merupakan salah satu
bisa menggunakan undang-undang baru tersebut. hukuman tertua di dunia yang resmi diakui
Namun, apabila sudah selesai maka prosedur bersamaan dengan adanya hukum tertulis yaitu
hukum yang berjalan adalah sesuai dengan Kitab sejak adanya undang-undang Raja Hamurabi di
UndangUndang Hukum Pidana yang lama.23 Babilonia pada abad ke-18 sebelum masehi.
Hingga Juni 2006 hanya 68 negara yang masih
B. Eksistensi Terhadap Pidana Mati di menerapkan hukuman mati, termasuk Indonesia
Berbagai Negara Dalam Keberadaanya dan lebih dari setengah negara-negara di dunia
Sekarang telah menghapuskan hukuman mati. Ada 88
Di Indonesia para ahli juga mendefinisikan negara yang telah menghapuskan praktek
hukuman mati dengan beragam pendapat yang hukuman mati untuk seluruh kategori kejahatan,
juga mengiringi pendapatnya terkait perlu atau 11 negara menghapuskan hukuman mati untuk
tidaknnya hukuman mati diterapkan. Menurut kategori kejahatan pidana biasa, 30 negara
Andi Hamzah pidana mati sangat dibutuhkan jika melakukan moratorium (de facto tidak
terpidana yang telah bersalah memperlihatkan menerapkan) hukuman mati dan total 129 negara
bahwa ia adalah seorang mahkluk yang sangat melakukan abolisi (penghapusan) hukuman mati.
berbahaya bagi masyarakat yang benar-benar Hukuman mati masih dilaksanakan di banyak
harus dikeluarkan dari pergaulan hidup. negara, termasuk Indonesia. Mengingat hukuman
Perdebatan panjang mengenai pemberlakuan mati menyangkut nyawa manusia, maka banyak
pidana mati ini sebenarnya bertitik tolak pada terjadi pro dan kontra di tengah masyarakat,
permasalahan keadilan, rasa kemanusiaan, dan namun pemerintah Indonesia bersama sejumlah
pencegahan terhadap kemungkinan timbulnya elemen masyarakat yang mendukung hukuman
kejahatan kembali. Melihat pada Undang-Undang mati tetap pada pendirian, bahwa hukuman mati
Nomor 1 Tahun 2023 Tentang Kitab Udang- tetap harus dilaksanakan untuk melindungi
Undang Hukum Pidana (KUHP) yang baru, kehidupan.
hukuman mati di Indonesia masih diperlukan Pemerintah Indonesia sudah beberapa kali
untuk beberapa kejahatan yang dianggap melaksanakan eksekusi hukuman mati mengikuti
kejahatan luar biasa, namun dalam hal ini hakim sistem KUHP peninggalan kolonial Belanda
haruslah sangat hati-hati dalam mengeluarkan kepada pelaku tindak pidana tertentu seperti
putusannya. Para pihak yang menantang terorisme, narkoba, pembunuhan dan
pelaksanaan hukuman mati di Indonesia pemberontakan. Hukuman mati di Indonesia
kebanyakan adalah penggiat Hak Asasi Manusia pertama kali dilaksanakan pada tahun 1980,
yang menyatakan bahwa, pelaksanaan hukuman penjahat kelas kakap Kusni Kasdut dijatuhi
mati murupakan pelangaran terhadap perwujudan hukuman mati karena melakukan perampokan dan
hak untuk hidup dan merupakan perbuatan yang pembunuhan.
keji dan tidak manusiawi. Perbedaan pemaknaan Berdasarkan data-data yang dihimpun oleh
dari pidana mati tetap terjadi, perbedaan paling Kejaksaan Agung selama kurun waktu 1945
nyata yakni terletak pada boleh atau tidaknya sampai 2015, orang yang menjalani pidana mati
pidana mati diterapkan oleh negara. Terlepas dari ternyata hanya sedikit. Ada 303 orang yang
itu semua dapat disimpulkan bahwa hukuman atau dijatuhi pidana mati, ternyata hanya 91 orang
yang telah dieksekusi selama kurun waktu 70
23
tahun. Dalam kehidupan berbangsa dan
Ibid
Jurnal Fakultas HukumUniversitas Sam Ratulangi
Lex AdministratumVol.XIII/No.1/Sept/2023

bernegara yang modern, semula hukum dibentuk umum atau masyarakat untuk tidak memilih
atau dibuat oleh suatu badan legislatif, dengan pidana mati, maka dapat diputuskan untuk
materi yang digali, dari kehidupan masyarakat menjatuhkan pidana jenis lain.27
yang riil, untuk dipositifkan sebagai aturan-aturan Persoalan mengenai Pidana Mati muncul
tertulis demi terjaganya kepastian. Sehingga ketika dikatakan bahwa pidana mati merupakan
hukum pidana dipakai untuk menegakkan norma- pelanggaran hak dasar manusia, yakni hak untuk
norma yang dikehendaki oleh hukum dan hidup yang sebenarnya sudah dijamin dalam
perundang undangan.24 Undang-undang Dasar 1945 pasal 28A yang
Hukum pidana adalah hukum sanksi yang menyatakan bahwa: “setiap orang berhak untuk
bertujuan untuk mengontrol perilaku yang hidup serta berhak mempertahankan hidup dan
menyimpang, walauupun tidak setiap sanksi dapat kehidupannya”. Sehubungan dengan hal yang
berjalan sesuai dengan tujuannya. Pelanggaran telah disebutkan diatas Roling juga
hukum pidana, merupakan suatu tingkah laku mengungkapkan pendapatnya, ia berpendapat
manusia yang ditentukan oleh sikapnya dalam bahwa pidana mati justru mempunyai daya
menghadapi suatu situasi tertentu, dan sikap itu destruktif, yaitu apabila Negara tidak
berdasarkan suatu kesadaran subjektif, akan nilai menghormati nyawa manusia dan menganggap
dan norma dalam masyarakat atau kelompok yang tepat untuk dengan tenang melenyapkan nyawa
diterima oleh setiap individu dari kebudayaan seseorang, maka ada kemungkinan besar dan akan
sekitarnya, sehingga suatu kejahatan terjadi berkurang pulalah hormat orang pada nyawa
disebabkan oleh suatu konflik kebudayaan, suku, manusia. Di samping itu, masih ada lagi suatu
ras, agama, atau pengaruh kemiskinan dan bahaya yaitu bahwa perbuatan membunuh oleh
kemakmuran, pengaruh mess media, atau Negara itu akan memancing-mancing suatu
disebabkan terbatasnya kesempatan untuk penyusulan pula terhadapnya.28
mencapai tujuan.25 Tujuan dari pidana berat atau Berbeda pendapat dengan Roling, Oemar
pidana mati adalah untuk melindungi Senoadji justru pro terhadap di berlakukannya
kepentingan umum dalam masyarakat yang pidana mati, ia berpendapat bahwa selama Negara
dibahayakan oleh penjahat yang sudah tidak bisa kita masih meneguhkan diri, masih bergulat
diperbaiki lagi. Akan tetapi, akibat yang dengan kehidupan sendiri yang terancam oleh
ditimbulkan dari pidana penjara yang berat tidak bahaya, selama tata tertib masyarakat dikacaukan
jarang mengakibatkan kematian identitas pribadi dan dibahayakan oleh anasir-anasir yang tidak
manusia dan penderitaan manusia untuk seumur mengenal perikemanusiaan, ia masih memerlukan
hidup, bahkan sering kali mencari jalan keluar pidana mati.29 Sejalan dengan pendapat Oemar
untuk lebih baik mati seperti yang dilakukan oleh Senoadji, Lombroso dan Garofalo berpendapat
pelarian-pelarian, sedangkan pidana mati memang bahwa pidana mati itu adalah alat yang mutlak
bukanlah pidana ringan.26 harus ada pada masyarakat untuk melenyapkan
Sehubungan dengan tujuan hukum pidana individu yang tidak mungkin dapat diperbaiki
modern yang dalam aliran ini mengandung aspek- lagi. Pidana mati adalah suatu upaya yang radikal
aspek ilmu pengetahuan tidak hanya bersifat untuk meniadakan orang-orang yang tidak
normative saja, dan dalam hubungannya dengan dapat diperbaiki lagi, dan dengan adanya pidana
sila-sila yang tersurat didalam rumusan Pancasila, mati ini maka hilanglah pula kewajiban untuk
maka perlunya pidana mati harus ditarik garis memelihara mereka dalam penjara-penjara yang
“kemanfaatan” bagi kepentingan umum serta demikian besarnya. Problematika di Indonesia
masyarakat lebih dahulu dan barulah kemudian saat ini mengenai penjatuhan pidana mati
bagi kepentingan individu, di mana kedua pola banyak menuai kontroversi baik itu yang setuju
kepentingan itu komposisi pemenuhannya tidak maupun yang tidak setuju. Kebanyakan manusia
mudah apabila kedua kepentingan itu bersama- di dunia ini menolak adanya pidana mati baik itu
sama memerlukan jaminan sekaligus. Jika sesuai di Indonesia sendiri maupun di dunia.
dengan keadaan peristiwa yang konkrit dan Penjatuhan pidana mati sangat bertentangan
menurut kepentingannya akan lebih bermanfaat dengan beberapa undang-undang di Indonesia.
bagi kepentingan individu daripada kepentingan Seperti dalam undang-undang nomor 39 tahun
1999 salah satunya adalah hak untuk hidup
24 Syaiful Bakhri, Hukum Pidana Perkembangan dan
27
Pertumbuhannya,: total media,. Yogyakarta, 2013, hlm.1. http//:samsulilmi.blogspot.co.id,. diakses tanggal 23 Juni
25 Muladi dan Barda Nawawi A ,Teori-teori dan Kebijakan 2023.
28 Andi hamzah, Pidana Mati Di Indonesia Di Masa Lalu
Pidana, Alumni,. Bandung, 1984, hlm.4.
26 Bambang Poernomo , Ancaman Pidana Mati Dalam Kini Dan Masa depan,.: Ghalia Indonesia, Jakarta, 1984,
Hukum Pidana di Indonesia,: liberty,. Yogyakarta, 1982, hlm.36.
29 Ibid .
hlm.2.
Jurnal Fakultas HukumUniversitas Sam Ratulangi
Lex AdministratumVol.XIII/No.1/Sept/2023

dimana merupakan suatu hak mutlak setiap orang atau kekhilafan yang dapat dikenakan pidana,
dan termasuk dalam kategori non-derogable rights sehingga tidak harus diberantas. Yang harus
yaitu hak yang tidak dapat dikurangi.30 Hak untuk diberantas adalah faktor-faktor yang dapat
hidup ini meliputi hak untuk hidup, menyebabkan narapidana berbuat hal-hal yang
mempertahankan hidup dan meningkatkan taraf bertentangan dengan hukum, kesusilaan, agama
hidupnya, termasuk hak atas hidup yang tentram, atau kewajiban-kewajiban sosial lain yang dapat
aman, damai bahagia, sejahtera lahir dan batin dikenakan pidana. Pemidanaan adalah upaya
serta hak atas lingkungan yang baik dan sehat. untuk menyadarkan narapidana agar menyesali
Pidana mati juga bertentangan dengan perbuatannya dan mengembalikannya menjadi
Undang-Undang Dasar 1945 yang mana sejak warga yang baik, taat kepada hukum, menjunjung
tahun 2000, sejak perubahan kedua terhadap UUD tinggi nilai-nilai moral, sosial dan keagamaan,
1945, hukuman mati tidak lagi memiliki ruang sehingga tercapai kehidpan masyarakat yang
dalam konstitusi Republik Indonesia. Dengan aman, tertib dan damai.
disahkannya Bab XA tentang Hak Asasi Manusia, Tujuan pidana yang berkembang dari dahulu
termasuk di dalamnya Pasal 28I Ayat (1), sebagai sampai kini telah menjurus kearah yang lebih
bagian dari konstitusi Republik Indonesia, rasional. Yang paling tua ialah pembalasan
hukuman mati seharusnya telah menjadi bagian (revenge) atau untuk tujuan memuaskan pihak
dari sejarah Republik ini. Abdul Hakim Garuda yang dendam baik masyarakat korban kejahatan.
Nusantara31 sebagai Ketua Komisi Nasional Hak Tujuan juga dipandang kuno ialah penghapusan
Asasi Manusia yang menyatakan bahwa dosa (expiation) atau retribusi (retribution). Yang
“hukuman mati sudah perlaya. Ia suda gugur. Ia dipandang tujuan yang berlaku sekarang ialah
ibarat hukum tanpa sukma karena hukuman mati variasi dari bentuk-bentuk : penjeraan (deterrent),
tidak lagi memiliki landasan konstitusional. perlindungan kepada masyarakat dari perbuatan
Sedangkan dari segi filosofi pemidanaan di jahat, perbaikan (reformasi) kepada penjahat.
Indonesia dimana bangsa Indonesia yang Yang tersebut terakhir yang paling modern dan
menjunjng tinggi hak asasi manusia, termasuk di popular dewasa ini bukan saja bertujuan
dalamnya adalah hak-hak para terpidana. memperbaiki kondisi pemenjaraan tetapi juga
Berkaitan dengan hak-hak terpidana, timbul mencari alternative lain yang bukan bersifat
pemikiran-pemikiran baru mengenai fungsi pidana dalam membina pelanggaran hukum”.
pemidanaan yang tidak lagi sekedar menekankan Secara teoritis dapat dikatakan bahwa ancaman
pada aspek pembalasan (retributive), tetapi juga hukuman mati menimbulkan efek jera (deterrent
merupakan suatu usaha rehabilitasi dan reintegrasi effect) yang sangat tinggi.
sosial bagi pelaku tindak pidana. Efek jera hukuman mati tersebut merupakan
Sistem pemidanaan yang sangat menekankan faktor penting dalam menyebabkan orang
unsure “balas dendam” secara berangsur-angsur mengurungkan niatnya untuk melakukan tindak
dipandang sebagai suatu sistem dan sarana yang pidana. Hal ini pada gilirannya akan menurunkan
tidak sejalan dengan konsep rehabilitasi dan jumlah tindak pidana terkait. Secara logika
reintegrasi sosial. Konsep ini bertujuan agar argument ini masuk akal, namun terdapat data
narapidana menyadari kesalahannya, tidak lagi statistic (empiris) dan riset yang secara
berkehendak untuk melakukan tindak pidana dan meyakinkan mendukung kesimpulan tersebut.
kembali menjadi warga masyarakat yang Walaupun disadari bahwa meningkatnya jumlah
bertanggung jawab bagi diri, keluarga, dan tindak pidana kejahatan tidak dapat dilihat
lingkungannya. semata-mata dari satu faktor saa, namun untuk
Filosofi pemidanaan atas dasar pembalasan menyimpulkan bahwa ancaman hukuman mati
tersebut tidak lagi menjadi acuan utama di bukanlah faktor utama dan bukan merupakan
Indonesia. Hal ini juga sejalan dengan Undang- indispensable factor (faktor yang tidak
undang RI No. 22 Tahun 2022 tentang tergantikan) di dalam upaya mengurangi tindak
Permasyarakatan yang menekankan bahwa pidana narkotika dan psikotropika ataupun tindak
narapidana bukan saja objek melainkan juga pidana lainnya. Selain itu, tidak terdapat bukti
subjek yang tidak berbeda dari manusia lainnya bahwa ancaman hukuman mati menimbulkan efek
yang sewaktu-waktu dapat melakukan kesalahan jera yang secara signifikan lebih tinggi
dibandingkan dengan efek jera hukuman pidana
penjara lainnya, misalnya hukuman penjara
30 Rhona K.M. Smith (“et al”),. Hukum Hak Asasi Manusia.:
Pusat Studi Hak Asasi Manusia Universitas Islam
seumur hidup. Untuk menerapkan hukuman yang
Indonesia (PUSHAM UII). Yogyakarta, 2008, hlm. 257. sangat berat seperti hukuman mati yang
31 Todung Mulyo Lubis dan Alexander Lay,. Kontroversi pelaksanaannya bersifat irreversible (tidak dapat
Hukuman Mati.: Penerbit Buku Kompas, Jakarta, 2009, dikembalikan kepada keadaan semula),
hlm. 319 .
Jurnal Fakultas HukumUniversitas Sam Ratulangi
Lex AdministratumVol.XIII/No.1/Sept/2023

pemberlakuannya harus didasarkan pada data dan hukuman mati saja keja-hatan masih banyak?.
riset yang mendalam. Tidaklah bertanggung Tidak selesainya debat, pro dan kontra hukuman
jawab untuk mempertahankan hukuman mati mati ini tampaknya akan berlangsung terus, baik
dengan mendasarkannya pada spekulasi semata. di dunia akademik, parlemen, pemerintah,
Ketiadaan data dan riset yang mendukung penegak hukum, maupun masyarakat luas.
tentang efektivitas pidana mati (dalam Bagaimana politik hukum kita terhadap hukuman
mengurangi tindak pidana melalui efek jera yang mati di tengah pihak yang pro dan kontra yang
ditimbulkannya) dan irreversibilitas hukuman tiada berkesudahan debatnya? Sebenarnya,
mati merupakan alasan yang sangat kuat untuk sejumlah negara meskipun dalam kerangka
menghapus hukuman mati. Salah satu sebab hukumnya masih mengakui hukuman mati, dalam
hukuman mati dihapuskan diberbagai negara di kenyataan, mereka tidak lagi menjatuhkannya
dunia adalah kenyataan bahwa hukuman mati (moratorium). Hal ini bisa menjadi satu pilihan
dianggap merupakan suatu bentuk hukuman atau kita. Saat ini masih ada sejumlah undang-undang
perlakuan yang kejam, tidak manusiawi dan yang memuat hukuman mati, tetapi pihak penegak
merendahkan martabat manusia. Di Indonesia, hukum bisa tidak menggunakannya karena
hukuman mati masih diancamkan untuk sejumlah hukuman mati selalu diancamkan secara alternatif
kejahatan, termasuk pembunuhan berencana, dan tidak menjadi hukuman tunggal. Jadi,
narkoba, dan terorisme. Pada 2007 pernah ada uji kejaksaan dapat mengambil politik penuntutan
materi atas hukuman mati pada UU No 22 Tahun untuk tidak menuntut hukuman mati atas
1997 tentang Narkotika beberapa tahun lalu. terdakwa.
Sejumlah dalil menolak hukuman mati
disampaikan pada uji materi tersebut seperti PENUTUP
sebagian telah diulas di atas. Namun, Mahkamah A. Kesimpulan
Konstitusi, dengan sejumlah hakim melakukan 1. Pidana mati masih diatur dalam ketentuan
disenting, menolak uji materi tersebut dan Undang-Undang Nomor 1 tahun 2023 yang
menyatakan hukuman mati tidak bertentangan secara normatif dapat diterapkan dalam tindak
dengan konstitusi karena UUD 1945 tidak pidana yang merumuskan pemberian ancaman
menganut kemutlakan hak asasi manusia. pidana mati bagi pelaku yang terbukti
Sejumlah argumen yang sering dikemukakan melakukan tindak pidana berdasarkan pada
pihak yang mendukung hukuman mati keputusan hakim yang memperoleh kekuatan
(retentionist) ialah argumen perlindungan korban, hukum tetap.
argumen normatif, penanggulangan kejahatan, 2. Ketentuan pidana mati yang terdapat di
dan sebagainya. Pihak pendukung menyatakan berbagai negara di dunia ada yang masih
hukum jangan hanya berpihak pada hak asasi menerapkannya dalam perundang-undangan
pelaku kejahatan, tetapi juga hak korban atau ketentuan-ketentuan termasuk di Indonesia
kejahatan. masih menerapkannya didalam KUHP, akan
Hak hidup korban yang telah dirampas tetapi ada beberapa negara juga yang memang
pelaku (misalnya pada kasus terorisme dan sudah menghapuskan penerapan pidana mati
pembunuhan berencana) juga harus diperhatikan. dalam peraturan perundang-undangan masing-
Ketika sejumlah pihak mengecam dan meminta masing negara tersebut.
Indonesia menghentikan hukuman mati, sejumlah
pihak menolaknya dengan argumen normatif, B. Saran
yakni hukuman mati saat ini masih merupakan 1. Perlu adanya kesiapan dan sosialisasi secara
hukum positif dan ketika sudah ada terpidana oleh komperhensif para penegak hukum untuk
pengadilan dijatuhi hukuman mati, hal itu harus pemberlakuan atas KUHP yang baru (Undang-
dilaksanakan untuk menjamin kepastian. Bahkan Undang nomor 1 tahun 2023), agar dalam
Indonesia juga tidak perlu tunduk ke-pada tekanan pelaksanaan yang akan datang benar-benar
negara lain karena harus menegakkan kedaulatan dapat memberikan kepastian hukum bagi
di bidang hukum. masyarakat.
Argumen penting lainnya dari pihak yang 2. Perlu adanya sosialisasi penting, berupa
mendukung hukuman mati ialah untuk penyuluhan dan penerangan terhadap akan
penanggulangan kejahatan. Makin seriusnya belakunya ketentuan KUHP yang baru yang
tingkat kejahatan yang kerap kali dilakukan masih memuat ketentuan pidana. mati, agar
dengan perbuatan supersadis membuat masyarakat dapat mengetahui dan memahami
masyarakat luas masih menganggap hukuman akan ketentuan yang akan nanti belaku nanti.
mati tetap diperlukan. Bagaimana jika tidak ada
hukuman mati, sementara dengan adanya
Jurnal Fakultas HukumUniversitas Sam Ratulangi
Lex AdministratumVol.XIII/No.1/Sept/2023

DAFTAR PUSTAKA Sahetapy, J, E., 1982. Suatu Studi Khusus


Mengenai Ancaman Hukuman Mati,
Buku: Rajawali Press, Jakarta.
Rahim, Abdur, dkk. 2015. “Hukuman Mati & Soedarto, 1989. Hukum Dan Hukum Pidana,
Problem Legalitas Kemanusiaan” Malang: Alumni, Bandung.
Intrans Institute. Soerjono, Soekanto. 2009. Penelitian Hukum
Amiruddin dan Asikin, Zainal. 2012. Pengantar Normatif Suatu Tinjauan Singkat, Raja
Metode Penelitian Hukum,:Raja Grafindo Grafindo Persada, Jakarta.
Persada. Jakarta. Soerjono, Soekanto. 2008. Pengantar Penelitian
Ricardo,Amudia. 2010. Maxicans on Death Row. Hukum, UI Press, Jakarta.
Press:University of Houston. Syahruddin Husein, 2003. Pidana Mati Menurut
Hamza, Andi. 2008. Asas Asas Hukum Pidana. Hukum Pidana Indonesia, USU. Digital
Jakarta : Rineka cipta Library, Sumatera.
Bahder. 2005. Asas-Asas Hukum Pidana, Rineka Tim Institute for Criminal Justice Reform (ICJR),
Cipta, Jakarta. 2017.. Politik Kebijakan Hukuman Mati
Bhader,Johan,Nasution. 2008. Metode Penelitian dari Masa ke Masa, Institute for Criminal
ilmu Hukum. Mandar Maju. Bandung Justice Reform, Jakarta.
Adami, Chazawi. 2018. Kejahatan Terhadap Todung Mulya Lubis, 1984. Bantuan Hukum Dan
Tubuh dan Nyawa. PT Raja Gravindo Kemiskinan Struktural, LP3ES, Jakarta.
Persada. Jakarta. Lubis,Mulya,Todung. dan Lay,Alexander. 2009.
Kania, Dede. 2018. Hak Asasi Manusia Dalam Kontroversi Hukuman Mati: Perbedaan
Realitas Global. Manggu Makmur Tanjung Pendapat Hakim Konstitusi. Kompas.
Lestari. Bandung. Jakarta.
Packer, L, Herbert. 1968. The Limits Of The Yon Atriano Arba’i, 2012. Aku Menolak
Criminal Sanction. University Hukuman Mati, Kepustakaan Populer
PressStanford. Stanford. Gramedia, Jakarta.
Syahruddin, Husein. 2003. Pidana Mati Menurut Zainal Abidin Farid, 2005. Hukum Pidana 1,
Hukum Pidana Indonesia. Universitas Sinar Grafika, Jakarta.
Sumatera Utara.
Donelly, Jack. 2018. Konsep Mengenai Hak - Hak
asasi Manusia, Dalam Hak – Hak asasi JURNAL
manusia Pendasaran Dalam Frans Nandang Sambas,2007, Penerapan Pidana Mati
Ceunfin SVD (editor), filsafat hukum dan Dalam Hukum Pidana Nasional dan
filsafat politik. Maumere:Ledalero. Perlindungan HAM. Volume 9. Nomor 3.
Nickel ,W, James. 1996, Hak Asasi Manusia: Nata Sukam Bangun,2017, Eksistensi Pidana
refleksi filosofis atas Deklarasi Universal Mati Dalam Hukum Indonesia. Volume 5.
Hak asasi Manusia. Penejermah:Titis Eddy Nomor 3.
Arini. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Rosa Kumalasari. 2016, Kebijakan Pidana Mati
Effendi, A, Masyhur.1994. Dimensi/Dinamika Dalam Perspektif HAM. Volume 2. Nomor
Hak Asasi Manusia Dalam Hukum 1.
Nasional Dan Internasional. Ghalia Tadius Matagang,2017,Eksistensi Pidana Mati
Indonesia. Jakarta. Dalam Sistem Hukum Indonesia. Volume 5.
Fajar, Mukti. Achmad, Yulianto. 2010. Dualisme Nomor 3
Penelitian Hukum Normatif Dan Empiris. Veive Large Hamenda. 2013, Tinjauan Hak Asasi
Pustaka Pelajar. Jakarta. Manusia Terhadap Penerapan Hukuman
Muladi. Arief, Barda, Nawawi. 1998. Teori-Teori Mati di Indonesia. Volume 2. Nomor 1
dan Kebijakan Pidana. Cet. II. Alumni. Widayati, Lidya Suryani.2016, Pidana Mati
Bandung. Dalam RUU KUHP: Perlukah Diatur
P.A.F. Lamintang, 1997. Dasar-dasar Hukum Sebagai Pidana Yang Bersifat Khusus?.
Pidana Indonesia. PT Citra Aditya Bakti, Volume 7. Nomor 2
Bandung. Januario,Eka,Gregorius. 2023.“Keberlakuan
Projdodikoro, W., 2003. Asas-Asas Hukum Pasal 100 Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana di Indonesia, Refika Aditama, Pidana Nomor 1 Tahun 2023 dalam Studi
Bandung. Kasus Pembunuhan Berencana Brigadir
S. R. Sianturi, 2002. Asas-asas Hukum Pidana di Norfriansyah Yosua Hutabarat”, Jurnal
Indonesia dan Penerapan, Cet. 3, Storia Ilmu Sosial.Volume 1.Nomor 1.
Grafika, Jakarta.
Jurnal Fakultas HukumUniversitas Sam Ratulangi
Lex AdministratumVol.XIII/No.1/Sept/2023

Peraturan-Perundang-Undangan, Kamus,
Makalah, Internet:
Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945.
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)
(Terjemahan WvS)
Kitab Undang – Undang Hukum Pidana 2023
Undang-Undang Nomor 1 tahun 2023 Tentang
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.
Undang-Undang No. 39 Tahun 1999 tentang Hak
Asasi Manusia
Undang-Undang No 26 Tahun 2000 Tentang
Pengadilan Hak Asasi Manusia
Undang-Undang No 12 Tahun 2005 tentang
Pengesahan International Covenant on Civil
and Political Rights (Kovenan Internasional
Tentang Hak Hak Sipil dan Politik)

Sumber Lain
Amnesti Internasional,. “Laporan Global Amnesty
International Hukuman Mati dan Eksekusi
2016”, Peter Benenson House, 1 Easton
Street, London WC1X 0DW, UK Indeks:
ACT 50/5740/2017 Bahasa Indonesia,
Bahasa asli: Bahasa Inggris, 2017.
Bryan A. Garner,. Black’s Law Dictionary
Seventh Edition,. Minneota: West Group,
1999.
Ditjen Pemasyarakatan, Bunga Rampai
Pemasyarakatan, Kumpulan Tulisan
Baharudin Surjobroto, Jakarta, 2002.
Jan Pronk, Death Penalty Has No Place in the
21st Century’, Lecture Andalas University,
Padang, Indonesia, 25 September 2015.
Kamus Besar Bahasa Indonesia. Departemen
Pendidikan Dan Kebudayaan. Edisi Kedua.
Balai Bustaka, 1994.
Library of Congress Cataloging-in-Publication
Data, (Marry E. Williams, book editor),
2000, “Capital Punishment”, Greenhaven
Press, Inc., PO Box 289009, San Diego,
CA.92198-9009 Printed in the U.S.A .
Laporan Global Amnesty International Hukuman
Mati dan Eksekusi 2016,diakses
melalui,https://www.amnesty.org/en/wpcon
tent/uploads/2021/05/ACT5057402017IND
ONESIAN.pdf.

Anda mungkin juga menyukai