Anda di halaman 1dari 15

L e G A L N E E D S

H U K U M P I D A N A

M A T I

Anjeli - Alena - Gilly - Pauline


PENDAHULUAN
(DEFINISI, DASAR HUKUM, TATA CARA)

WHAT ARE PERMASALAHAN


WE GOING
SOLUSI HUKUM
TO TALK
FILOSOFIS, SOSIOLOGIS, PSKOLOGIS,
ABOUT? YURIDIS

CARA PENYELESAIAN
a p a s i H ? ?
Pidana mati merupakan bagian dari jenis-jenis pidana yang
berlaku berdasarkan hukum pidana positif Indonesia. Bentuk
pidana tersebut merupakan hukuman yang dilaksanakan terhadap
seseorang yang melanggar ketentuan undang-undang.

Sedangkan Pidana mati itu sendiri merupakan hukuman paling


tertua dan paling kontroversial dari berbagai bentuk pidana
lainnya. Tujuannya adalah agar masyarakat memperhatikan bahwa
pemerintah tidak menghendaki adanya gangguan terhadap
ketentaraman masyarakat yang sangat ditakuti
oleh masyarakat
DASAR HUKUM
Pada mulanya, hukuman mati Menurut Pasal 10 KUHP, Kejahatan yang diancam
di Indonesia dilaksanakan dengan hukuman mati di dalam KUHP antara lain:
menurut ketentuan dalam
Pasal 11 KUHP yang
menyatakan bahwa "Pidana Narkotika & Korupsi
mati dijalankan oleh algojo (kelas berat)
atas penggantungan dengan
mengikat leher di terhukum Membunuh kepala negara
dengan sebuah jerat pada
tiang penggantungan dan Pembunuhan Berencana
menjatuhkan papan dari bawah Menolong musuh saat
kakinya".
Indonesia perang
Mengajak negara asing untuk
Pasal tersebut kemudian
menyerang Indonesia
diubah dan dijelaskan dalam Pencurian & kekerasan
UU Nomor 2/PNPS/1964. sampai korban terluka berat
Hukuman mati dijatuhkan pada atau mati
Membunuh kepala negara
orang-orang sipil dan
sahabat
dilakukan dengan cara
menembak mati.
TATA CARA HUKUMAN MATI UU Nomor 2/PNPS/1964:

1 2 3
Tiga kali 24 jam sebelum Apabila terpidana hamil, Kapolda membentuk regu
eksekusi, jaksa maka pelaksanaan pidana mati tembak yang terdiri dari
memberitahukan terpidana dapat dilaksanakan 40 hari seorang bintara, 12 orang
tentang rencana hukuman setelah anaknya dilahirkan. tamtama, di bawah pimpinan
mati.
seorang perwira.

6
4 5
Jarak antara titik terpidana
Komandan pengawal menutup Terpidana dapat menjalani
berada dengan regu penembak
mata terpidana dengan pidana dengan berdiri,
tidak lebih dari 10 meter
sehelai kain. duduk, atau berlutut.
dan tidak kurang dari lima

meter.

7 8
Komandan regu penembak Apabila terpidana masih memperlihatkan tanda kehidupan,
dengan menggunakan pedang maka regu penembak melepaskan tembakan terakhir dengan
memberikan isyarat dan menekankan ujung laras senjata pada kepala terpidana tepat
memerintahkan anggotanya di atas telinga.
membidik jantung terpidana.

P E R M A S A L A H A N

Amandemen kedua UUD 1945 dengan tegas menyebutkan bahwa setiap


orang berhak untuk hidup dan mempertahankan kehidupannya. Adanya
hak untuk hidup melekat dan tidak dapat dirampas oleh siapapun.

Undang-undang yang masih memasukkan hukuman mati sebagai salah


satu bentuk hukuman menjadi bertentangan dengan konstitusi.
Sehingga, banyak pihak menuntut adanya amandemen terhadap UU
yang masih memberlakukan hukuman mati.

Berdasarkan catatan Amnesty Internasional, sampai tahun 2022


tercatat 111 negara telah menentang penerapan hukuman mati. Hal
ini menunjukkan bahwa hukuman mati tidak lagi manusiawi dan
relevan dalam perkembangan hukum global.
Perlu diketahui bahwa Terpidana mati
dalam detik pembunuhan misalnya pasal
34 KUHP (pembunuhan berencana) jelas
adalah musuh HAM, karena ia terlebih
dahulu merampas hak hidup orang lain,
yaitu orang yang menjadi korban
kejahatannya, agar secara remedial hak
asasi tetap utuh, harus dipulangkan
oleh yang mengambilnya. Namun nyawa
tak mungkin dihidupkan, sedangkan HAM
harus ditegakkan, proses remedial itu
adalah melalui hukuman mati

Penegakan HAM secara remedial itu tidak bertentangan dengan bunyi Pasal 28I UUD 1945, "Hak
untuk hidup...adalah hak asasi yang tidak bisa dikurangi dalam keadaan apapun". Karena
terpidana mati itulah yang terlebih dahulu melanggar konstitusi.

Pasal tersebut seringkali menjadi benteng mereka yang menolak penetapan hukuman mati. Sering
kali ketentuan itu dikemukakan dengan disertai alasan, ‘Mengapa pidana mati hanya diberlakukan
kepada orang tertentu, tidak kepada penjahat lain yang lebih patut menerimanya?’
KEBUTUHAN HUKUM
Secara rasional berdasarkan:

Untuk prakteknya bahwa di Indonesia sudah menganut hukuman mati sejak lama,
hukuman mati diberikan berdasarkan alasan-alasan kejahatan yang sangat berat
dan dilaksanakan dengan pelbagai cara. Muncul pro dan kontra terhadap
FISIOLOGIS hukuman mati, dengan alasan kemanusiaan dan demi kehidupan bersama. Hanya
negara yang mempunyai hak untuk menjatuhkan hukuman mati dalam kasus-kasus
di mana tiada keraguan tentang beratnya pelanggaran dan kesalahan orang
tertuduh. Proses peradilan harus adil, jujur dan terbuka.

Pidana mati merupakan salah satu jenis pidana yang paling kontroversial di
dunia, banyak pendapat yang mendukung dan juga menentang penerapan hukuman
ini pihak yang mendukung pidana mati umumnya didasarkan pada alasan
konvensional yaitu pidana mati sangat dibutuhkan guna menghilangkan orang-
SOSIOLOGIS orang yang dianggap membahayakan kepentingan umum atau negara, dan dirasa
tidak dapat diperbaiki lagi, sedangkan mereka yang menentang penerapan
pidana mati ini lazimnya menjadikan alasan bahwa hukuman mati ini
bertentangan dengan hak asasi manusia dan merupakan bentuk pidana yang tidak
dapat lagi diperbaiki apabila setelah eksekusi dilakukan kemudian ditemukan
kesalahan atas vonis yang dijatuhkan oleh hakim.
KEBUTUHAN HUKUM
Secara rasional berdasarkan:

Ada argumen yang mengatakan bahwa hukuman mati memiliki kegunaan dalam memulihkan
disharmoni sosial tidak memiliki dasar. Sedikitnya ada tiga sebab mengapa hukuman
mati tidak memiliki efek deteren. Pertama, bahwa pada saat melakukan kejahatan,
diri orang sedemikian terlibatnya sehingga pertimbangan tentang konsekuensi
PSIKOLOGIS seperti hukuman mati tidak mendapat tempat. Kedua, bahwa persepsi subjektif
seseorang mengenai peluang bahwa dirinya akan tertangkap atau dihukum lebih
memainkan peran dalam menimbulkan efek jera ketimbang jenis hukuman (seperti
hukuman mati). Ketiga, berdasarkan prinsip kontiguitas dalam psikologi pemberian
hukuman, hukuman yang efektif adalah hukuman yang diberikan segera setelah
perbuatan jahat dilakukan; padahal dalam hukuman mati mustahil ada jarak waktu
sesingkat itu.

Dalam tatanan sanksi pidana di Indonesia, juga dikenal dengan baik pidana mati
sebagai salah satu pidana pokok. Dari sisi substansi, pidana mati adalah suatu
bentuk sanski yang diberikan kepada pelaku tindak pidana tertentu, khususnya
kejahatan berat. Pidana mati juga dikenal sebagai suatu bentuk hukuman terkejam
YURIDIS karena bisa mencabut nyawa seseorang yang adalah pemberian Tuhan Yang Maha
Kuasa. Namun, tidak lama sebelum ini, pada RKUHP 2019, Sanksi Pidana Mati dibuat
menjadi Pidana Pokok yang bersifat khusus. Namun, dengan moderasi ini harus
dilihat apakah memang sudah disesuaikan dengan prinsip-prinsip hak asasi manusia
yang memang seharusnya dijamin oleh negara.
PASAL 98 :
Step 1. Pidana mati diancamkan secara
alternatif sebagai upaya terakhir untuk
mencegah dilakukannya Tindak Pidana dan
mengayomi masyarakat.

HUKUM UNTUK Step 2. (1) Hakim dapat menjatuhkan pidana


mati dengan masa percobaan selama 10
(sepuluh) tahun dengan memperhatikan:
PENYELESAIAN a. rasa penyesalan terdakwa
harapan untuk memperbaiki diri;
dan ada

HUKUM PIDANA b. peran terdakwa dalam Tindak Pidana;


c. ada alasan yang meringankan.

MATI
(Pasal 100 ayat 1)

Step 3. Jika terpidana selama masa


percobaan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) menunjukkan sikap dan perbuatan yang
terpuji, pidana mati dapat diubah menjadi
pidana penjara seumur hidup dengan
Keputusan Presiden setelah mendapatkan
pertimbangan Mahkamah Agung.
CARA
PENYELESAIAN
PIDANA HUKUM
MATI
1 2
Terpidana diberikan pakaian yang bersih, Jaksa Eksekutor mengadakan pemeriksaan
sederhana, dan berwarna putih sebelum terakhir terhadap terpidana mati dan
dibawa ke tempat pelaksanaan pidana mati; persenjataan yang akan digunakan; Atas
Pada saat dibawa ke tempat pelaksanaan perintah dari Jaksa Eksekutor, Komandan
pidana mati terpidana dapat didampingi Pelaksana memerintahkan Komandan Regu
oleh seorang rohaniawan; Regu pendukung penembak untuk mengisi amunisi dan mengunci
telah siap di tempat yang telah ditentukan senjata ke dalam 12 pucuk senjata api laras
2 jam sebelum waktu pelaksanaan pidana panjang dengan 3 butir peluru tajam dan 9
butir peluru hampa yang masing-masing
mati; Regu penembak telah siap di lokasi
senjata api berisi 1 butir peluru; Jaksa
pelaksanaan pidana mati 1 jam sebelum
Eksekutor memerintahkan Komandan Regu 2
pelaksanaan dan berkumpul di daerah
bersama anggotanya untuk membawa terpidana
persiapan; Regu penembak mengatur posisi
ke posisi penembakan dan melepaskan borgol
dan meletakkan 12 pucuk senjata api laras
lalu mengikat kedua tangan dan kaki
panjang di depan posisi tiang pelaksanaan
terpidana ke tiang penyangga pelaksanaan
pidana mati pada jarak 5 meter sampai pidana mati dengan posisi berdiri, duduk,
dengan 10 meter dan kembali ke daerah atau berlutut, kecuali ditentukan lain oleh
persiapan Jaksa
3
Terpidana diberi kesempatan terakhir untuk
menenangkan diri paling lama 3 menit
dengan didampingi seorang rohaniawan;
Komandan Regu 2 menutup mata terpidana
dengan kain hitam, kecuali jika terpidana 4.1
menolak; Dokter memberi tanda berwarna
hitam pada baju terpidana tepat pada Jaksa Eksekutor memberikan tanda/isyarat
posisi jantung sebagai sasaran penembakan; kepada Komandan Pelaksana untuk segera
Komandan Regu 2 melaporkan kepada Jaksa dilaksanakan penembakan terhadap terpidana;
Eksekutor bahwa terpidana telah siap untuk Komandan Pelaksana memberikan tanda/isyarat
dilaksanakan pidana mati kepada Komandan Regu penembak untuk membawa
regu penembak mengambil posisi dan mengambil
senjata dengan posisi depan senjata dan
menghadap ke arah terpidana; Komandan
Pelaksana mengambil tempat di samping kanan
depan regu penembak dengan menghadap ke arah
serong kiri regu penembak dan mengambil
sikap istirahat di tempat;
4.2 5
Pada saat Komandan Pelaksana mengambil Setelah penembakan selesai Komandan Pelaksana
sikap sempurna regu penembak mengambil menyarungkan pedang sebagai isyarat kepada
sikap salvo ke atas; Komandan Pelaksana regu penembak mengambil sikap depan senjata;
menghunus pedang sebagai isyarat bagi regu Komandan Pelaksana, Jaksa Eksekutor, dan
Dokter memeriksa kondisi terpidana dan apabila
penembak untuk membidik sasaran ke arah
menurut Dokter terpidana masih menunjukkan
jantung terpidana; Komandan Pelaksana
tanda-tanda kehidupan, Jaksa Eksekutor
mengacungkan pedang ke depan setinggi dagu memerintahkan Komandan Pelaksana melakukan
sebagai isyarat kepada Regu penembak untuk penembakan pengakhir; Komandan Pelaksana
membuka kunci senjata; Komandan Pelaksana memerintahkan komandan regu penembak untuk
menghentakkan pedang ke bawah pada posisi melakukan penembakan pengakhir dengan
hormat pedang sebagai isyarat kepada regu menempelkan ujung laras senjata genggam pada
penembak untuk melakukan penembakan secara pelipis terpidana tepat di atas telinga;
serentak Penembakan pengakhir ini dapat diulangi,
apabila menurut keterangan Dokter masih ada
tanda-tanda kehidupan; Pelaksanaan pidana mati
dinyatakan selesai, apabila dokter sudah
menyatakan bahwa tidak ada lagi tanda-tanda
kehidupan pada terpidana.
T H A N K Y O U ! !

Anda mungkin juga menyukai