Anda di halaman 1dari 6

NAMA : RAQIQAMIRANDA

NIM : 202110110311147
KELAS : IVD
TUGAS HUKUM DAN HAM KELOMPOK 2 (Non-
discrimination)

1. Bagaimana pengaturan pidana mati menurut ICCPR?


Tindak pidana mati tidakkalah bertentangan dengan HAM maka dari itu
Pidana mati menjaga eksistensi manusia, bahwasanya ancaman seberat itu
seseorang akan berfikir ulang jika ingin berbuat bahkan menghilangkan hak
hidup orang lain.Dalam peraturan pidana mati yang dijelaskan ICCPR itu
menentang adanya tindak pidana mati yang kemudian memunculkan “jaminan
untuk hidup” dalam pasal 6 International Convenant on Civil and Political
Rights (ICCPR) yang diadopsi dan di Ratifikasi oleh Indonesia melalui UU
no.12 tahun 2005 tentang pengesahan ICCPR . Meskipun dalam ICCPR
terdapat ada ketentuan pengecualian atau derogable right atas dilaksanakannya
Pidana Mati pada intinya pidana mati tetap dapat dilaksanakan apabila dengan
kualifikasi kejahatan yang membahayakan publik.

Deklarasi universal Ham dan International Convenant on Civil and Political


Rights (ICCPR) kedua instrument ini dipilih untuk membahas karena keduanya
seringkali dipergunakan sebagai argument untuk mengatakan bahwa norma
norma hukum internasional melarang penerapan pidana Mati. Terkait dengan
pidana mati ketentuan di dalam pasal 6 International Convenant on Civil and
Political Rights (ICCPR) juga menentukan bahwa pemerintah-pemerintah
tersebut harus meninjau kembali praktek praktek ataupun peraturan dan undang-
undang mereka untuk mempertimbangkan bahwa repsepsi sebagai pemilihan
adanya Ponis dalam kasus kejahatan dan paling utama sanksi pidana mati hal
tersebut dilakukan karena penerapan hukuman mati sudah dianggap sebagai
bentuk hukuman yang paling kejam dan tidak manusiawi ICCPR pada dasarnya
memuat ketentuan mengenai pembatasan penggunaan kewenangan oleh apparat
repsepsi negara, adanya hak hak yang tercantum di dalam yang juga sering
disebut dengan hak hak negative yang berarti hak hak kebebasan nya dijamin di
dalamnya akan dapat terpenuhi apabila peran negara, dan ICCPR ini bersifat
justiciable.
Arti filosofi dari pasal 6 ICCPR tentang larangan untuk menjatuhkan
hukuman mati adalah: pertama, hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa,
hak kemerdekaan pikiran dan hati nurani, hak beragama, hak untuk tidak
diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi di hadapan hukum, dan
hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut adalah
hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apa pun.
Kedua, ICCPR memberikan keringanan untuk “masih” memberlakukan
hukuman mati hanya untuk kejahatan-kejahatan tertentu saja. Ketiga,
ICCPR membatasi hukuman mati karena hal ini menyangkut hak hidup
(hak dasar) atau nyawa seseorang yang tidak akan dapat direhabilitasi bila
eksekusi mati telah dilaksanakan. Keempat, ICCPR membatasi hukuman
mati dan menyarankan negara teritori tidak buru-buru menetapkan
hukuman mati karena menganggap keefektifan ditetapkannya pidana mati
masih diragukan. Kelima, jiwa-jiwa manusia yang harus dilindungi karena
setiap manusia berhak untuk menentukan nasibnya sendiri dan sangat
menghormati kebebasan serta menjunjung tinggi martabat manusia.
Dalam filosofi dari pasal 6 ICCPR adanya tentang larangan untuk
menjatuhkan hukuman mati adalah: pertama, hak untuk hidup, hak untuk tidak
disiksa, hak kemerdekaan pikiran dan hati nurani, hak beragama, hak untuk
tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi di hadapan hukum, dan hak
untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut adalah hak asasi
manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apa pun. Kedua, ICCPR
memberikan keringanan untuk “masih” memberlakukan hukuman mati hanya
untuk kejahatan-kejahatan tertentu saja. Ketiga, ICCPR membatasi hukuman
mati karena hal ini menyangkut hak hidup (hak dasar) atau nyawa seseorang
yang tidak akan dapat direhabilitasi bila eksekusi mati telah dilaksanakan.
Keempat, ICCPR membatasi hukuman mati dan menyarankan negara teritori
tidak buru-buru menetapkan hukuman mati karena menganggap keefektifan
ditetapkannya pidana mati masih diragukan. Kelima, jiwa-jiwa manusia yang
harus dilindungi karena setiap manusia berhak untuk menentukan nasibnya
sendiri dan sangat menghormati kebebasan serta menjunjung tinggi martabat
manusia.

Referensi
- Nowak, M. (2005), U.N. Covenant on Civil and Political Rights CCPR Commentary
https://r.search.yahoo.com/
_ylt=AwrKDcdNrWxkcmUI_jlP5At.;_ylu=Y29sbwMEcG9zAzEEdnRpZAMEc2VjA3Ny/RV=2/
RE=1684872654/RO=10/RU=https%3a%2f%2fdigilib.uns.ac.id%2fdokumen%2fdownload
%2f89860%2fNTExOTgx%
https://www.researchgate.net/publication/
366036584_PENETAPAN_PIDANA_MATI_DALAM_PERPEKTIF_HUKUM_ISLAM_DAN_INT
ERNATIONAL_COVENANT_ON_CIVIL_AND_POLITICAL_RIGHTS_ICCPR

Singkatnya hak-hak yang


terdapat dalam ICCPR ini
bersifat
justiciable
Singkatnya hak-hak yang
terdapat dalam ICCPR ini
bersifat
justiciable
Singkatnya hak-hak yang
terdapat dalam ICCPR ini
bersifat
justiciable
Singkatnya hak-hak yang
terdapat dalam ICCPR ini
bersifat
justiciab
asal 6 Internasional Covenant
Civil And Politic Rights
( ICCPR)
juga menentukan bahwa
pemerintah-pemerintah
tersebut harus meninjau
kembali praktek-praktek,
peraturan dan undang-undang
mereka untuk
mempertimbangkan restitusi
sebagai pilihan penjatuhan
vonis dalam
kasus kasus kejahatan,
terutama sanksi pidana
mati. Hal tersebut
dilakukan karena penerapan
hukuman mati sudah
dianggap sebagai
bentuk hukuman yang kejam
dan tidak manusiawi.
asal 6 Internasional Covenant
Civil And Politic Rights
( ICCPR)
juga menentukan bahwa
pemerintah-pemerintah
tersebut harus meninjau
kembali praktek-praktek,
peraturan dan undang-undang
mereka untuk
mempertimbangkan restitusi
sebagai pilihan penjatuhan
vonis dalam
kasus kasus kejahatan,
terutama sanksi pidana
mati. Hal tersebut
dilakukan karena penerapan
hukuman mati sudah
dianggap sebagai
bentuk hukuman yang kejam
dan tidak manusiawi.

Anda mungkin juga menyukai