Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH SEMINAR HUKUM

ANALISIS HUKUM TERKAIT KASUS PEMBUNUHAN


WAYAN MIRNA SALIHIN OLEH TERPIDANA JESSICA
KUMALA WONGSO

Oleh:
ADAM ALEXANDER (1451080)
JESSLYN (1451081)

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS INTERNASIONAL BATAM
2017
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas

berkat dan rahmat-Nya yang telah diberikan, sehingga kami dapat menyelesaikan

Tugas Makalah Seminar Hukum dengan judul yang diangkat “Analisis Hukum

Terkait Kasus Pembunuhan Wayan Mirna Salihin Oleh Terpidana Jessica

Kumala Wongso”.

Tugas Makalah ini disusun sebagai salah satu syarat dalam memenuhi

mata kuliah Seminar Hukum, Program Studi Ilmu Hukum, Fakultas Ilmu Hukum

Universitas Internasional Batam. Selain itu, isi makalah ini menuangkan dan

mengupas segala materi tentang kasus pembunuhan yang marak diikuti oleh

masyarakat Indonesia setahun lalu.

Kami menyadari bahwa Tugas Makalah ini tidak terlepas dari

kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran

yang bersifat membangun dari semua pihak untuk menyempurnakan Tugas

Makalah ini. Kami berharap Tugas Makalah ini bermanfaat dan dapat menambah

wawasan bagi para pembaca.

Batam, 11 Oktober 2017

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................ i

KATA PENGANTAR......................................................................................... ii

DAFTAR ISI........................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1

1.1 Latar Belakang............................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah....................................................................... 6

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................. 7

2.1 Penyebab Terpidana Melakukan Tindak Pidana Pembunuhan


Berencana Terhadap Mirna......................................................... 7

2.2 Penyelesaian Hukum Kasus Tindak Pidana Pembunuhan


Berencana Terhadap Mirna......................................................... 10

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN........................................................... 13

3.1 Kesimpulan.................................................................................. 13

3.2 Saran............................................................................................ 14

Daftar Pustaka....................................................................................................... 15

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hukum merupakan suatu aturan yang mengatur antara satu

masyarakat dengan masyarakat yang lain. Hukum bisa ada dan tercipta

karena adanya masyarakat, bilamana tidak ada masyarakat/orang maka

tentu tidak akan ada hukum. Dari kelahiran sampai meninggal, manusia itu

hidup di tengah manusia lainnya, yakni setiap manusia hidup dalam

pergaulan dengan manusia lainnya. Hukum merupakan suatu aturan yang

tidak bisa terlepas dalam kehidupan, karena hukum merupakan suatu

aturan yang mengatur setiap manusia, sehingga dalam hukum banyak

sekali aturan-aturan yang tidak memperbolehkan manusia untuk berbuat

sesuatu. Indonesia merupakan negara hukum, dasar pijakan bahwa

indonesia negara hukum adalah yang tertuang di dalam Undang-undang

Dasar 1945 Pasal 1 ayat 3 yang menyebutkan bahwa :”Negara Indonesia

adalah Negara Hukum”.

Istilah kejahatan atau tindak pidana adatau perbuatan pidana di

definisikan secara beragam. Van Hamel merumuskan delik (strafbaarfeit)

itu sebagai berikut: “Kelakuan manusia yang dirumuskan dalam Undang-

Undang, melawan hukum, yang patut dipidana dan dilakukan dengan

kesalahan.”1 S.R. Sianturi merumuskan tindak pidana sebagai berikut:

“Tindak pidana adalah sebagai suatu tindakan pada, tempat, waktu, dan

keadaan tertentu yang dilarang (atau diharuskan) dan diancam dengan

1
Andi Hamzah, Asas-Asas Hukum Pidana, Cetakan keempat, (Jakarta: P.T.Rienka Cipta,
2010), hlm. 96.

1
pidana oleh Undang-Undang bersifat melawan hukum, serta dengan

kesalahan dilakukan oleh seseorang (yang bertanggungjawab).”2

Moeljatno menyebut tindak pidana sebagai perbuatan pidana yang

diartikan sebagai berikut: “perbuatan yang melanggar yang dilarang oleh

suatu aturan hukum, larangan mana yang disertai ancaman (sanksi) yang

berupa pidana tertentu bagi siapa saja yang melanggar larangan tersebut.”3

Mengenai kejahatan terhadap nyawa ini diatur dalam KUHP

Buku II Bab XIX Pasal 338- 350. Khusus mengenai tindak pidana

pembunuhan biasa, diatur dalam pasal 338 KUHP, yang dirumuskan:

“Barangsiapa dengan sengaja merampas nyawa orang lain, diancam,

karena pembunuhan dengan pidana penjara paling lama 15 tahun”. Para

ahli hukum tidak memberikan pengertian atau definisi tentang apa yang

dimaksud dengan pembunuhan, akan tetapi banyak yang menggolongkan

pembunuhan itu kedalam kejahatan terhadap nyawa (jika) orang lain.

Pembunuhan adalah kesengajaan menghilangkan nyawa orang lain, untuk

menghilangkan nyawa orang lain, untuk menghilangkan nyawa orang lain

itu, seseorang pelaku harus melakukan sesuatu atau suatu rangkaian

tindakan yang berakibat dengan meninggalnya orang lain dengan catatan

bahwa opzet dari pelakunya harus ditujukan pada akibat berupa

meninggalnya orang lain tersebut.4

Sianida atau Natrium Sianida, merupakan bahan kimia yang

berbentuk kristal kubus atau serbuk, granule. Bahan kimia ini akan

2
Amir Ilyas, Asas-Asas Hukum Pidana, (Yogyakarta: Rengkang Education Yogyakarta dan
Pukap Indonesia, 2012), hlm. 22.
3
Ibid, hlm. 32.
4
P.A.F, Lamintang, Theo Lamintang, Kejahatan Terhadap Nyawa, Tubuh, dan Kesehatan,
Cetakan Kedua, (Jakarta: Sinar Grafika, 2012), hlm. 1.

2
berakibat fatal bila terhirup atau tertelan oleh manusia. Sianida menyerang

semua jaringan sehingga tidak terjadi pertukaran oksigen atau disebut

mengalami hipoksia yakni kekurangan oksigen dalam jaringan. Sianida

banyak digunakan sebagai insektisida dan mitisida, atau untuk fumigasi

dan digunakan untuk mengekstraksi emas dan perak di pertambangan,

bahan kimia ini juga mudah untuk terhirup. Ketika dilarutkan atau dibakar,

ia melepaskan zat yang sangat beracun, yakni hidrogen gas sianida.5

Salah satu contoh kasus pelaksanaannya ialah kasus pembunuhan

Wayan Mirna Salihin (27) yang diduga dilakukan oleh Jessica Kumala

Wongso (28) lewat racun sianida yang ada di Kopi Vietnam milik Mirna

saat sedang mengopi di Olivier Kafe, Grand Indonesia (GI), Jakarta Pusat.

Mirna dan Jessica merupakan teman sekampus di Billy Blue College of

Design, Sydney, Australia. Jessica tinggal di Australia sejak tahun 2008.

Kepolisian menyebut Jessica jarang kembali ke Indonesia karena orang

tuanya pun menetap di Australia sejak tahun 2005. Jessica pulang ke

Indonesia pada tanggal 5 Desember 2015 untuk mencari pekerjaan. Sejak

itu, Jessica menjalin komunikasi dengan Mirna dan Hani yang juga teman

Jessica. Mereka bertiga sepakat untuk bertemu. Pertemuan pertama antara

Jessica dan Mirna pada tanggal 12 Desember 2015. Saat itu Mirna

mengajak suaminya untuk bertemu Jessica di sebuah restoran.

Setelah pertemuan pertama berakhir, mereka berlanjut ke

pertemuan kedua pada hari Rabu 6 Januari 2016, pukul 16.00, Mirna

datang ke Mal Grand Indonesia (GI) bersama suaminya. Namun di sana,

5
“Pengertian Sianida dan Zat Bahayanya”, http://www.diedukasi.com/2016/01/pengertian-zat-
sianida-dan-bahayanya.html, diakses pada tanggal 11 Oktober 2017.

3
mereka berpisah. Mirna menemui temannya di Restoran Olivier, pukul

16.10 Teman yang akan ditemui Mirna, Jessica tiba di Olivier. Ia memesan

tiga minuman, termasuk es kopi Vietnam untuk Mirna. Pukul 16.50 Mirna

tiba di Olivier. Ia meminum kopi Vietnam yang dipesan Jessica.

Reaksinya mengejutkan, pada tegukan pertama, Mirna merasa ada yang

tidak beres dengan kopi tersebut. Ia kejang-kejang, mulutnya berbusa.

Pukul 17.21, pemilik restoran mengamankan kopi milik Mirna, pukul

17.30 suami Mirna tiba dan membawanya ke rumah sakit Abdi Waluyo.

Mirna meninggal di rumah sakit tersebut.

Kemudian pada hari sabtu 9 Januari 2016, polisi menyatakan ada

ketidakwajaran dalam kematian Mirna. Polisi minta izin autopsi dan pihak

keluarga menyetujui. Malam itu juga, jenazah Mirna dibawa ke rumah

sakit Polri. Pada hari Minggu, 10 Januari 2016 hasil autopsi, ditemukan

ada pendarahan di lambung Mirna. Direskrimum Polda Metro Kombes

Krishna Murti mengatakan satu dari enam kopi di Olivier mengandung

sianida. Kemudian pada hari Senin, 11 Januari 2016 Polda Metro

menggelar prarekonstruksi dengan menghadirkan Jessica dan Hani (yang

juga ada dalam pertemuan di Olivier). Di hari yang sama, polisi meralat

keterangan soal sianida karena belum ada pernyataan Labfor. Lalu hari

Minggu 17 Januari 2016 Polisi memastikan bahwa kopi yang diminum

Wayan Mirna Salihin sebelum tewas mengandung zat sianida. Setelah itu

pada hari Senin 18 Januari 2016 Polisi pastikan Mirna tewas karena

diracuni. Namun Kombes Krishna belum menyebut siapa pelakunya dan

motif dari penaruhan racun tersebut. Hari Selasa 19 Januari 2016 Polisi

4
memeriksa Jessica. Setelah pemeriksaan, Yudi Wibowo, kuasa hukum

Jessica, menyebut hasil autopsi polisi terhadap jenazah Wayan Mirna

Salihin tak akurat. Oleh karena itu, ia meminta dilakukan otopsi ulang.

Mabes Polri sebut Jessica saksi "spesial". Seusai diperiksa, Jessica keluar

dengan melemparkan senyum kepada wartawan.

Pada hari Rabu, 20 Januari 2016 polisi kerahkan tukang sampah

cari celana Jessica. Sebelumnya, kuasa hukum Jessica, Yudi Wibowo,

mengatakan bahwa celana Jessica dibuang karena sudah rusak dan tidak

bisa dijahit lagi. Celana ini menurut kepolisian bisa menjadi bukti penting

terkait sianida. Kemudin hari Minggu, 24 Januari 2016, Kabid Humas

Polda Metro Jaya, Kombes M Iqbal mengatakan tersangka kasus Mirna

ditetapkan setelah gelar perkara pada hari Selasa, 26 Januari 2016 Kejati

DKI minta polisi melengkapi bukti kasus pembunuhan Mirna. Pada hari

Rabu, 27 Januari 2016, Jessica depresi merasa disudutkan terkait

pembunuhan Mirna. Jessica bersama kuasa hukumnya mendatangi

Komnas HAM. Pada hari Jumat, 29 Januari 2016, Direktorat Jenderal

Imigrasi mencegah Jessica Kumala Wongso, saksi kasus kematian Wayan

Mirna Salihin, bepergian ke luar negeri. Kemudian hari Sabtu, 30 Januari

2016, Polda Metro Jaya menangkap Jessica Kumala Wongso di Hotel Neo

Mangga Dua Square.6 Berdasarkan uraian di atas, maka kami melakukan

suatu analisis hukum yang akan dituangkan dalam bentuk makalah dengan

6
Malvyandie Haryadi, “Kronologi Menguak Tabir Pembunuhan Mirna, Kasus Pembunuhan
dengan Racun Sianida”, http://www.tribunnews.com/metropolitan/2016/01/30/kronologi-
menguak-tabir-pembunuhan-mirnakasus-pembunuhan-dengan-racun-sianida, diakses pada
tanggal 11 Oktober 2017.

5
judul : “Analisis Hukum Terkait Kasus Pembunuhan Wayan Mirna

Salihin Oleh Terpidana Jessica Kumala Wongso”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan pemaparan diatas, maka terdapat beberapa

pertimbangan yang menjadi dasar rumusan permasalahan dalam makalah

seminar hukum ini, diantaranya sebagai berikut:

1. Apakah penyebab terpidana melakukan tindak pidana pembunuhan

berencana terhadap Mirna?

2. Bagaimana penyelesaian hukum kasus tindak pidana pembunuhan

berencana terhadap Mirna?

6
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Penyebab Terpidana Melakukan Tindak Pidana Pembunuhan


Berencana Terhadap Mirna

Pembunuhan berencana dalam hukum umumnya merupakan tipe

pembunuhan yang paling serius, dan pelakunya dapat dijatuhi hukuman

mati. Istilah "pembunuhan berencana" pertama kali dipakai dalam

pengadilan pada tahun 1963, pada sidang Mark Richardson, yang dituduh

membunuh istrinya. Pada sidang itu diketahui bahwa Richardson

berencana membunuh istrinya selama tiga tahun. Ia terbukti bersalah dan

dipenjara seumur hidup. Pembunuhan berencana diatur dalam Pasal 340

KUHP yang berbunyi:

“Barang siapa dengan sengaja dan dengan rencana terlebih dahulu


merampas nyawa orang lain, diancam karena pembunuhan dengan
rencana, dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau
selama waktu tertentu, paling lama dua puluh tahun.”

Adapun unsur-unsur dari Pasal 340 KUHP yaitu:

a) Barang siapa, merupakan unsur subjek hukum yang berupa manusia dan

badan hukum.

b) Dengan sengaja, artinya mengetahui dan menghendaki, maksudnya

mengetahui perbuatannya dan menghendaki akibat dari perbuatannya.

c) Dengan rencana, artinya bahwa untuk penerapan pasal 340 KUHP ini

harus memuat unsur yang direncanakan (voorbedachte raad), menurut

Simons, jika kita berbicara mengenai perencanaan terlebih dahulu, jika

pelakunya telah menyusun dan mempertimbangkan secara tenang

tindakan yang akan dilakukan, disamping itu juga harus

7
mempertimbangkan kemungkinan-kemungkinan tentang akibat-akibat

dari perbuatannya, juga harus terdapat jangka waktu tertentu dengan

penyusunan rencana dan pelaksanaan rencana.

d) Nyawa orang lain, nyawa selain diri si pelaku tersebut.

Kasus kematian oleh Wayan Mirna Salihin,berumur 27 tahun,

diakibatkan karena keracunan sianida ketika Mirna meminum kopi

Vietnam yang dipesan dan dibayarkan sahabatnya, Jessica yakmi

Terpidana dalam kasus pembunuhan berencana tersebut. Jika ditinjau dari

doktrin kausalitas, maka dapat kita simak bahwa faktor pertama adalah

perbuatan si penjual sianida (karena perbuatannya menjual sianida menjadi

faktor penyebab; jika sianida tidak dijualnya maka sianida tersebut tidak

akan menyebabkan kematian Mirna). Faktor berikutnya adalah perbuatan

orang yang menjual kopi. Perbuatan menjual dan menghidangkan kopi

juga memberikan atribusi matinya Mirna. Perbuatan ketiga adalah

perbuatan memasukkan sianida ke dalam kopi.

Dari ketiga faktor tersebut maka pelaku sudah dapat

memperhitungkan akibat yang mungkin muncul dari perbuatan yang akan

dilakukan. Faktor tersebut memiliki relevansi yang seimbang dengan

akibat yang dilarang. Jika dikaitkan dengan kasus meninggalnya Mirna

maka jelas, satu faktor yang seimbang dan relevan adalah perbuatan yang

memasukkan sianida ke dalam minuman kopi Vietnam, sementara dua

perbuatan yang sebelumnya disebut hanya sebagai syarat saja, bukan

sebagai faktor yang dominan menimbulkan akibat.

8
Dibalik keracunan kopi sianida yang diminum oleh Mirna,

ternyata penyebab terpidana meracuni Mirna hingga kematian diakibatkan

karena:

1. Motif sakit hati dari Jessica

Pada pertengahan tahun 2015, Mirna mengetahui

permasalahan dalam hubungan percintaan terpidana dengan pacarnya,

sehingga Mirna menyarankan dan membujuk agar putus dengan

pacarnya. Sebab, sang kekasih (pacarnya Jessica) sering bertindak kasar

dan seorang pengguna narkoba. Korban Mirna menyatakan “buat apa

pacaran dengan orang yang tidak baik dan tidak modal.” Ucapan itu

ternyata membuat terpidana marah dan sakit hati,

2. Jessica terlibat dalam kasus hukum yang melibatkan Kepolisian

Australia

Setelah Jessica putus dengan pacarnya dan mengalami beberapa

peristiwa hukum yang melibatkan Kepolisian Australia. Hal itu

membuat Jessica makin tersinggung dan sakit hati kepada Mirna.

Sehingga, untuk membalaskan sakit hatinya itu, Jessica merencanakan

pembunuhan terhadap Mirna.

3. Korban Mirna tidak mengundang Jessica ke acara pernikahannya.

Pada saat Mirna menikah, ia tidak mengundang temannya

Jessica, dikarenakan Jessica yang pada saat itu tidak dapat dihubungi.

Hal ini tentunya Jessica merasa kecewa dan iri terhadap pernikahan

Mirna yang hidup bahagia bersama sang suami.

9
Dari berbagai kejadian yang dialami antara Mirna dan Jessica

telah mencerminkan penyebab-penyebab Jessica meracuni sianida ke

dalam kopi Vietnam yang diminum korban Mirna.

2.2 Penyelesaian Hukum Kasus Tindak Pidana Pembunuhan Berencana


terhadap Mirna

Dalam konteks persidangan kasus pembunuhan Mirna, tuntutan

pidana terhadap Jessica berangkat dari keyakinan Jaksa Penuntut Umum

(JPU) bahwa memang Jessica sebagai pelaku pembunuhan Mirna dan

bahwa perbuatan tersebut dapat dipertanggungjawabkan padanya. Lebih

lanjut, tuntutan pidana tersebut pula disusun dengan mendasarkan pada

koridor hukum yang berlaku.  Pasal 340 Kitab Undang-Undang Hukum

Pidana (KUHP) memungkinkan Terpidana diganjar pidana waktu tertentu

paling lama 20 tahun. Tuntutan JPU memang berbeda dengan apa yang

menjadi keinginan keluarga Mirna, yang sebenarnya dapat saja

terakomodir dalam tuntutan, mengingat pidana seumur hidup bahkan

pidana mati adalah dimungkinkan pula oleh Pasal 340. Namun demikian,

JPU memiliki otonomi dalam melakukan tuntutan berdasarkan

pertimbangannya sendiri dan tak didikte oleh keinginan pihak korban.

Pada akhirnya nanti, Hakim yang akan menjatuhkan putusan yang bisa jadi

sesuai atau bahkan berbeda dengan apa yang dituntut oleh JPU maupun

keinginan keluarga Mirna.

Terlepas dari kontroversi kasus, ada setidaknya dua hal menarik

untuk dicermati dari adanya perbedaan antara tuntutan pidana JPU dan

keinginan keluarga Mirna. pidana  yang bersifat retributif (pembalasan)

10
ternyata masih menjadi keinginan pihak korban untuk dijatuhkan terhadap

pelaku. Kesetimpalan dengan prinsip “hutang nyawa bayar nyawa”, atau

“curi sapi bayar sapi” masih begitu kuat melekat dalam kesadaran

masyarakat. Meski tak kurang Jaksa Agung Prasetyo sendiri mengatakan

bahwa tuntutan tersebut telah cukup berkeadilan, hal tersebut tak

memuaskan keluarga Mirna.  Dalam hal ini, pidana mati terhadap Jessica

dianggap paling memenuhi rasa keadilan sebagai balasan atas hilangnya

nyawa Mirna yang senyatanya tak akan terganti dengan pidana apapun.

Keinginan keluarga Mirna menunjukkan bahwa pidana mati di masyarakat

masih menjadi opsi.

Majelis Hakim menyatakan Jessica terbukti melakukan tindak

pidana dalam Pasal 340 KUHP setelah menjalani sidang ke 32 kali

persidangan. Motif pembunuhan berencana dilakukan karena sakit hati

Jessica terhadap Mirna. Mirna pernah menasihati Jessica agar putus dari

Patrick O'Connor.

Jessica melalui kuasa hukumnya yang dikomandani Otto

Hasibuan memutuskan mendaftarkan memori banding setebal 148

halaman ke Pengadilan Tinggi Jakarta pada Rabu, 7 Desember 2016. Di

tingkat pertama, Pengadilan Negeri Jakarta Pusat (PN Jakpus)

menjatuhkan hukuman 20 tahun penjara kepada Jessica. Jessica lalu

mengajukan banding. Tapi Pengadilan Tinggi (PT) DKI Jakarta

menguatkan putusan PN Jakpus Nomor 777/Pid.B/2016/PN.Jkt.Pst pada

27 Oktober 2016. Upaya kasasi pun tetap ditolak pada 21 Juni lalu.

11
Kuasa hukum Jessica Kumala Wongso akan mengajukan

Peninjauan Kembali (PK) usai Mahkamah Agung (MA) memutuskan

menolak kasasi. Namun Pihak Jessica Kumala Wongso, terpidana kasus

pembunuhan berencana terhadap Wayan Mirna Salihin, mengaku belum

menerima salinan putusan kasasi Mahkamah Agung (MA). Hal itu

membuat tim penasihat hukum Jessica terhambat mengajukan upaya

Peninjauan Kembali (PK). Salah satu penasihat hukum Jessica, Hidayat

Bostam, mengatakan, pihaknya hingga saat ini belum juga menerima

salinan putusan kasasi sejak keluar pada Juni lalu. Padahal, salinan

tersebut sangat dibutuhkan untuk mengajukan PK.

12
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan

3.1.1 Dibalik keracunan kopi sianida yang diminum oleh Mirna, ternyata

penyebab terpidana meracuni Mirna hingga kematian diakibatkan

karena:

1. Motif sakit hati dari Jessica, Mirna pernah menyarankan dan

membujuk agar putus dengan pacarnya. Sebab, sang kekasih

(pacarnya Jessica) sering bertindak kasar dan seorang pengguna

narkoba.

2. Jessica terlibat dalam kasus hukum yang melibatkan Kepolisian

Australia, setelah Jessica putus dengan pacarnya dan mengalami

beberapa peristiwa hukum yang melibatkan Kepolisian Australia.

Hal itu membuat Jessica makin tersinggung dan sakit hati kepada

Mirna.

3. Korban Mirna tidak mengundang Jessica ke acara pernikahannya,

Mirna tidak mengundang temannya Jessica pada saat acara

pernikahan, dikarenakan Jessica yang pada saat itu tidak dapat

dihubungi. Hal ini tentunya Jessica merasa kecewa dan iri

terhadap pernikahan Mirna yang hidup bahagia bersama sang

suami.

Dari berbagai kejadian yang dialami antara Mirna dan

Jessica telah mencerminkan penyebab-penyebab Jessica meracuni

sianida ke dalam kopi Vietnam yang diminum korban Mirna.

13
3.1.2 Majelis Hakim menyatakan Jessica terbukti melakukan tindak pidana

dalam Pasal 340 KUHP setelah menjalani sidang ke 32 kali

persidangan. Kuasa Hukum Jessica mengajukan banding dan kasasi

namun kedua-duanya ditolak. Kuasa hukum Jessica Kumala Wongso

akan mengajukan Peninjauan Kembali (PK) setelah menerima hasil

putusan Kasasi dari Mahkamah Agung.

3.2 Saran

3.2.1 Timbulnya rasa iri hati, dendam, kecewa, dan lain-lainnya kepada

seseorang dapat mengakibatkan hal yang fatal terhadap orang lain

dan diri sendiri. Maka sebagai manusia kita selalu harus waspada

akan setiap ucapan dan tindakan kita.

3.2.2 Penyelesaian kasus ini oleh Hakim sudah cukup tepat menurut aturan

hukum yang berlaku. Hukum di Indonesia harus lebih ditegakkan

lagi agar permasalahan kasus-kasus hukum pidana di Indonesia

dapat diatur lebih baik lagi dan bagi para pelanggar atau pelaku

tindak pidana khususnya pembunuhan berencana, harus diberi

hukuman yang setimpal karena sesuai dengan sanksi yang sudah di

tetapkan dalam Undang-undang.

14
DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Hamzah , Andi. Asas-Asas Hukum Pidana, Cetakan keempat. Jakarta: P.T.Rienka

Cipta. 2010.

Ilyas, Amir. Asas-Asas Hukum Pidana. Yogyakarta: Rengkang Education

Yogyakarta dan Pukap Indonesia. 2012.

Lamintang, P.A.F dan Theo Lamintang. Kejahatan Terhadap Nyawa, Tubuh, dan

Kesehatan. Cetakan Kedua. Jakarta: Sinar Grafika. 2012.

INTERNET
“Pengertian Sianida dan Zat Bahayanya”,

http://www.diedukasi.com/2016/01/pengertian-zat-sianida-dan-

bahayanya.html, diakses pada tanggal 11 Oktober 2017.

Malvyandie Haryadi, “Kronologi Menguak Tabir Pembunuhan Mirna, Kasus

Pembunuhan dengan Racun Sianida”,

http://www.tribunnews.com/metropolitan/2016/01/30/kronologi-

menguak-tabir-pembunuhan-mirnakasus-pembunuhan-dengan-racun-

sianida, diakses pada tanggal 11 Oktober 2017.

15

Anda mungkin juga menyukai