Kronologi Kasus
Kejadian diawali dengan cekcok mulut saat dagangan mulai dipersiapkan. Ketika
itu, A Hiang sedang duduk di kedai kopi. Dari kejauhan A Hiang melihat Tjiang
Ming alias A Bak sedang memindahkan kayu untuk menggantung kantong plastik
miliknya. A Hiang mendatangi A Bak dan menanyakan tentang pemindahan
gantungan kantong plastik tersebut, A Bak mengungkapkan bahwa gantungan
kantong plastik itu mengenai gantungan plastik miliknya.
Cekcok mulut pun terjadi hingga A Bak mengeluarkan bahasa kotor dalam bahasa
Cina. Mendengar bahasa kotor tersebut, A Hiang naik darah dan mengambil
parang yang berada di dekatnya dan mendaratkan ke batang leher sebelah kiri A
Bak hingga mengeluarkan darah segar. A Bak berusaha melarikan diri dengan
membalikkan badannya.
Tapi tebasan kedua kalinya hinggap di kepalanya dan lalu tersungkur di lantai.
Setelah menebas leher A Bak dan meninggalkannya dalam kondisi bersimbah
darah, A Hiang mendatangi Polsek Tanjungpinang Timur yang berada di depan
Pasar Bestari. A Hiang mengatakan ke petugas jaga bahwa ia baru saja membunuh
orang dengan parang yang masih berada di tangannya.[1]
Analisa Kasus
Pasal 340 KUHP : “ Barangsiapa sengaja dan dengan rencana lebih dahulu
merampas nyawa orang lain, diancam, karena pembunuhan dengan rencana
(moord), dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau selama waktu
tertentu, paling lama dua puluh tahun “
1. alasan pembenar : daya paksa (pasal 48 KUHP), bela paksa (pasal 49 ayat (1)
KUHP), melaksanakan ketentuan UU (pasal 50 KUHP), dan perintah jabatan sah
(pasal 51 ayat (2) KUHP)
“ Tiada suatu perbuatan dapat dipidana kecuali atas kekuatan aturan pidana dalam
perundang-undangan yang telah ada, sebelum perbuatan dilakukan”
Berdasarkan pasal tersebut, Tidak ada suatu tindak pidana yang dapat dipidana
tanpa ada peraturan tertulis yang mengaturnya terlebih dahulu. Dalam pasal 1 ayat
(1) tersebut mengandung asas-asas hukum pidana. A Hiang diancam dengan
hukuman 14 tahun penjara atas perbuatannya terhadap A Bak.
Dalam kasus pembunuhan tersebut terdapat suatu delik materiil yakni delik yang
mensyaratkan adanya akibat. Dimana dalam tindakan tersebut mengakibatkan
hilangnya nyawa seseorang. Selain itu, terdapat pula unsur delik formil yakni
delik yang mensyaratkan adanya perbuatan. Seperti yang terjadi pada tindakan
tersebut, dimana si pelaku melakukan suatu perbuatan terhadap tersangka
sehingga mengakibatkan hilangnya nyawa seseorang.
Kejahatan terhadap nyawa yang dilakukan dengan sengaja disebut atau diberi
kualifikasi sebagai pembunuhan yang terdiri dari pembunuhan biasa dalam
bentuk pokok. Kejahatan terhadap nyawa yang dilakukan dengan sengaja
(pembunuhan) dalam bentuk pokok, dimuat dalam Pasal 338 KUHP yang
rumusannya adalah:
1. Unsur Objektif
Unsur sengaja meliputi tindakannya dan objeknya, artinya si pembuat atau pelaku
mengetahui atau mengkehendaki adanya orang mati dari perbuatannya tersebut.
Hilangnya jiwa seseorang harus dikehendaki dan harus menjadi tujuan, sehingga
karenanya perbuatan yang dilakukan tersebut dengan suatu maksud atau tujuan
yakni adanya niat untuk menghilangkan nyawa orang lain.
1. Jika timbulnya akibat hilangnya jiwa orang lain tanpa dengan sengaja atau
bukan menjadi tujuan atau bukan bermaksud dan tidak pernah diniatkan tidaklah
dapat dikatakan sebagai pembunuhan (doogslag) in casu tidak dapat dikenakan
ketentuan tindak pidana pembunuhan tersebut tetapi mungkin dapat dikenakan
tindak pidana lain yang mengakibatkan orang mati tetapi tidak dengan unsur
sengaja.
1. Unsur ini disyaratkan adanya orang mati. Dimana yang mati adalah orang lain
dan bukan dirinya sendiri si pembuat tersebut.
2. Pengertian orang lain adalah semua orang yang tidak termasuk dirinya sendiri
si pelaku.
3. Dalam rumusan tindak pidana Pasal 338 KUHP tidak ditentukan bagaimana
cara melakukan perbuatan pembunuhan tersebut, tidak ditentukan alat apa yang
igunakan tersebut, tetapi Undang-Undang hanya menggariskan bahwa akibat dari
perbuatannya itu yakni menghilangkan jiwa orang lain atau matinya orang lain.
4. Kematian tersebut tidak perlu terjadi seketika itu atau sesegera itu, tetapi
mungkin kematian dapat timbul kemudian.
5. Untuk memenuhi unsur hilangnya jiwa atau matinya orang lain tersebut harus
sesuatu perbuatan, walaupun perbuatan itu kecil yang dapat mengakibatkan
hilangnya atau matinya orang lain.
3. Adanya hubungan sebab dan akibat (causal verband) antara perbuatan dan
akibat kematian (orang lain)
Apabila kita melihat ke dalam rumusan ketentuan pidana menurut Pasal 338
KUHP, segera dapat dilihat bahwa kata opzettelijk atau dengan sengaja itu
terletak didepan unsur menghilangkan nyawa orang lain, ini berarti bahwa semua
unsur yang terletak dibelakang kata opzettelijk itu juga diliputi opzet. Artinya
semua unsur tersebut oleh penuntut umum harus didakwakan terhadap terdakwa
dan dengan sendirinya harus dibuktikan di sidang pengadilan, bahwa opzet dari
terdakwa juga telah ditujukan pada unsur-unsur tersebut. Atau dengan kata lain
penuntut umum harus membuktikan bahwa terdakwa:
2. Telah menghendaki bahwa yang akan dihilangkan itu adalah nyawa, dan
3. Telah mengetahui bahwa yang hendak ia hilangkan itu ialah nyawa orang lain.
[1] http://shimchinmae.wordpress.com/2012/11/13/analisa-kasus-pembunuhan/
[2] Leden Marpaung, S.H. Tindak Pidana Terhadap Nyawa Dan Tubuh(dilengkapi
yurisprudensi Mahkamah Agung RI dan Pembahasan)2005, hal.30
[5]http://tooghi.blogspot.com/2013/01/jenis-jenis-delik-delik-dolus-dan-
delik.html
[6] Leden Marpaung, S.H. Tindak Pidana Terhadap Nyawa Dan Tubuh(dilengkapi
yurisprudensi Mahkamah Agung RI dan Pembahasan)2005, hal.33
[1] http://shimchinmae.wordpress.com/2012/11/13/analisa-kasus-pembunuhan/
[2] Leden Marpaung, S.H. Tindak Pidana Terhadap Nyawa Dan Tubuh(dilengkapi
yurisprudensi Mahkamah Agung RI dan Pembahasan)2005, hal.30
[6] Leden Marpaung, S.H. Tindak Pidana Terhadap Nyawa Dan Tubuh(dilengkapi
yurisprudensi Mahkamah Agung RI dan Pembahasan)2005, hal.33