Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH TINDAK PIDANA KORUPSI

Untuk memenuhi tugas Tindak Pidana Korupsi

Dosen Pengampu : Boedi Mustiko,S.H., M.Hum


Oleh :
Farhan kamil
190111100205
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan
Universitas Trunojoyo Madura
Fakultas Hukum
Tahun Pelajaran 2020
KATA PENGANTAR

Kami panjatkan puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, serta inayah-Nya kepada kami sehingga kami bisa
menyelesaikan makalah dengan judul “Permasalahan Penanganan Korupsi dan Solusinya”

Penulisan makalah dilakukan sebagai bagian dari tugas mata kuliah Tindak Pidana
Korupsi Prodi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Trunojoyo Madura. Makalah ini
saya susun dengan sebisa saya, untuk melatih suatu saat apabila saya sudah mulai
memasuki semester akhir (skripsi).

Terlepas dari segala hal tersebut, saya sadar sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karenanya saya
dengan lapang dada menerima segala saran dan kritik agar saya dapat memperbaiki
makalah ini.

Akhir kata saya berharap semoga makalah ini bisa memberikan manfaat maupun
inspirasi untuk pembaca.

Sumenep, 05 Desember 2020

Penyusun

Farhan Kamil
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................i

DAFTAR ISI....................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang...........................................................................................1

1.2. Rumusan Masalah......................................................................................2

1.3. Tujuan Penelitian.......................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

2.1. Kasus M Tamzil.........................................................................................3

2.2. Penyelidikan Dan Penyidikan....................................................................4

2.3. Penuntutan.................................................................................................4-5

2.4. Pemeriksaan Di Sidang Pengadilan...........................................................6

BAB III

3.1. Kesimpulan................................................................................................7

3.2. Saran ..........................................................................................................7

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................8
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Sepanjang 2019, KPK telah menangkap setidaknya 12 nama kepala daerah yang
terjerat kasus korupsi. Penangkapan ini dilakukan melalui berbagai cara, seperti OTT,
pengembangan kasus, dan penyelidikan. Pakar hukum pidana Universitas Trisakti, Abdul
Fickar Hadjar, menilai kekuasaanlah yang menjadi celah bagi kepala daerah untuk
melakukan tindak pidana korupsi. Mereka menilai, dengan kekuasaan yang dimiliki,
kepala daerah memiliki kewenangan dalam menentukan kebijakan.

KPK juga menjerat Bupati Kudus M Tamzil sebagai tersangka suap dan gratifikasi.
Kasus M Tamzil Sebelumnya adalah, KPK menetapkan Tamzil sebagai tersangka kasus
dugaan suap jual beli jabatan di Kudus tahun anggaran 2019. Ini merupakan kali kedua
Tamzil terjerat kasus korupsi. Tamzil pernah terjerat kasus korupsi dana bantuan sarana
dan prasaran pendidikan Kabupaten Kudus tahun anggaran 2004 - 2005.
1.2. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana proses pengungkapan dugaan korupsi dalam kasus M Tamzil ?

2. Berapa biaya Yang Di Korupsi M Tamzil

1.3. TUJUAN

1. Untuk mengetahui dan menjelaskan kasus M Tamzil

2. Untuk mengetahui dan menjelaskan kekuatan hukum dari kasus M Tamzil


BAB II

PEMBAHASAN

2.1. KASUS M TAMZIL

Komisi Pemberantasan Korupsi menetapkan Bupati Kudus M. Tamzil sebagai


tersangka suap jual beli-jabatan di Pemerintah Kabupaten Kudus, Jawa Tengah. Ia
disangka menerima suap Rp 250 juta dari pelaksana tugas Sekretaris Daerah Dinas
Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Kudus, Akhmad
Sofyan.

"KPK menetapkan 3 orang tersangka sejalan dengan peningkatan status


penanganan perkara ini ke penyidikan," kata Wakil Ketua KPK Basaria Panjaitan di
kantornya, Sabtu, 27 Juli 2019.

Selain Tamzil, KPK juga menetapkan staf khususnya, Agus Soeranto sebagai
perantara suap. Sedangkan, Sofyan ditetapkan sebagai pemberi suap. Penetapan
tersangka terhadap 3 orang ini merupakan buntut operasi tangkap tangan yang dilakukan
KPK di Kudus, pada Jumat, 26 Juli 2019.

Pada Jumat pagi, tim KPK meringkus dua ajudan bupati, Norman dan Uka Wisnu
Sejati di pendopo Kabupaten Kudus. KPK menduga Norman dan Uka akan menerima
duit suap yang berasal dari Sofyan. Norman diduga juga diperintahkan menggunakan
uang itu untuk membayar tunggakan cicilan mobil milik Tamzil. Keduanya dibawa ke
ruang kerja staf khusus Bupati, Agus Soeranto yang berada di pendopo.

Tim KPK lainnya menangkap Agus di rumah dinasnya yang berdekatan dengan
pendopo pada pukul 10.10 WIB. Tim lalu membawa Agus ke ruang kerjanya dan
menemukan duit Rp 170 juta. Uang ini diduga berasal dari Sofyan.

Lima menit kemudian, giliran Tamzil yang diringkus di ruang kerja Bupati. Lalu
pada siang harinya, tim menangkap calon Kepala DPPKAD Catur Widianto dan staf
DPPKAD Subkhan. Dari pemeriksaan awal terhadap orang yang diamankan itu, tim
menangkap Sofyan di rumahnya pada pukul 19.00. Total tujuh orang yang ditangkap
kemudian dibawa ke Polda Jawa Tengah. Pada Sabtu pagi, 27 Juli 2019 mereka dibawa
ke Jakarta untuk diperiksa di gedung KPK.
Dalam gelar perkara yang dilakukan hari ini, KPK menetapkan tiga orang
menjadi tersangka yakni, Bupati Kudus M Tamzil, Agus dan Sofyan. KPK menyebut
masih mendalami dugaan penerimaan lain oleh Tamzil .

2.2. PENYIDIKAN

Tim penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menggeledah dua lokasi di


Kabupaten Kudus, Jawa Tengah (Jateng). Penggeledahan berkaitan dengan proses
penyidikan kasus dugaan suap jual beli jabatan di Pemkab Kudus yang menjerat Bupati
Kudus M. Tamzil.

"Sejak minggu pagi, tim KPK langsung lakukan penggeledahan di dua lokasi
utama di Kabupaten Kudus," kata Jubir KPK Febri Diansyah melalui pesan singkat,
Jakarta, Senin (29/7/2019).

Dua lokasi yang digeledah yakni Kantor Bupati Kudus dan Kantor Kepala Dinas
PUPR (pekerja umum dan perumahan rakyat) dan Budpar (budaya dan pariwisata)
Kabupaten Kudus. Sejumlah dokumen disita penyidik dari dua lokasi tersebut. "Dari lokasi
tersebut disita sejumlah dokumen terkait dengan mutasi-mutasi jabatan di Kabupaten
kudus," kata Febri Diansyah.

Diketahui, KPK menetapkan Bupati Kudus M. Tamzil bersama dua orang lainnya
yakni Plt Sekretaris Dinas DPPKAD Kabupaten Kudus Akhmad Sofyan dan Staf Khusus
Bupati Kudus Agus Soeranto. Ketiganya ditetapkan sebagai tersangka kasus dugaan suap
dan gratifikasi pengisian perangkat daerah di lingkungan Pemkab Kudus tahun 2019.

Dalam kasus ini, Tamzil diduga menerima suap sebanyak Rp250 juta dari Akhmad
Sofyan melalui Agus Soeranto. Uang itu diberikan agar Tamzil memuluskan proses
jabatan Akhmad.

Kasus ini merupakan kasus kedua yang menjerat Tamzil. Tamzil yang juga Bupati
Kudus periode 2003-2008 pernah divonis bersalah atas kasus korupsi dana bantuan sarana
dan prasaran pendidikan Kabupaten Kudus tahun anggaran 2004 - 2005. Saat itu,
Pengadilan Tipikor Semarang menjatuhkan hukuman 22 bulan pidana penjara dan denda
Rp 100 juta subsider 3 bulan kurungan terhadap Tamzil, Kadispora Kudus Ruslin dan
Direktur PT Ghani & Son Abdul Ghani.

Tindak pidana korupsi yang berulang dilakukan Tamzil membuat KPK


mempertimbangkan untuk menuntut Tamzil dengan hukuman maksimal. Bahkan KPK
mempertimbangkan untuk menuntut Tamzil dijatuhi hukuman mati. Tak hanya Tamzil,
staf khususnya Agus Kroto juga residivis kasus korupsi. Pada 2016, mantan Kabiro
Keuangan Setda Provinsi Jawa Tengah itu dihukum 1 tahun 4 bulan atau 16 bulan penjara
oleh Pengadilan Tipikor Semarang, Rabu (23/3/2019) atas perkara korupsi penyaluran
dana bansos Pemprov Jateng tahun 2011 yang merugikan keuangan negara sekitar Rp
1,032 miliar. Bahkan Tamzil yang juga pernah bekerja di Pemprov Jawa Tengah kembali
bertemu dengan Agus Kroto saat keduanya menjalani hukuman di Lapas Kedungpane,
Semarang.

2.3. PENUNTUTAN

Bupati Kudus Nonaktif, Muhammad Tamzil dituntut hukuman penjara 10 tahun


atas tindak pidana korupsi yang menjeratnya dalam kasus suap untuk naik jabatan pejabat
dan gratifikasi di Pemerintahan Kabupaten Kudus. Tuntutan itu disampaikan oleh jaksa
Penuntut Umum Komisi Pemberantasan Korupsi dalam sidang tuntutan.

Muhammada tamzil dijerat dengan pasal 12 huruf a UU Nomor 20 tahun 2001


tentang pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, juncto pasal 55 ayat 1 KUHP juncto pasal
64 KUHP.

Jaksa KPK, yang menengani pada saat itu adalah Joko Hermawan menyatakan
Muhammad Tamzil bersalah karena telah menerima suap dari sejumlah pejabat agar dapat
lolos seleksi naik jabatan.

Muhammad Tamzil juga menerima gratifikasi dari pejabat yang pangkatnya


mengalami kenaikan.Total uang yang ia terima mencapai 2,57 Milyar.

Rangkaian perbuatan pidana yang dilakukan, terdakwa terbukti menerima suap dari
Pelaksana Tugas Sekretaris Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan, dan Aset Daerah
(DPPKAD) Kabupaten Kudus Akhmad Shofian totalnya mencapai Rp 750 juta. Dari
pemberian Akhmad Shofian yang disampaikan dalam tiga tahap tersebut, total uang yang
dinikmati terdakwa mencapai Rp 525 juta

M Tamzil yang sudah jadi terdakwa juga akan dituntut denda sebesar 250 juta dan
hukuman pengembalian uang 3,5 Milyar. Jika tidak mau mengganti maka harta bendanya
akan dirampas untuk pengganti, namun jika masih belum mencukupi akan ditambah dua
tahun penjara.

Menetahui tuntutan yang diberikan cukup berat, M Tamzil pun akan melakukan
pembelaan.

Pada sidang yang selanjutnya, M Tamzil akan menyampaikan sejumlah pembelaan


dan pembuktian bahwa dirinya tidak terlibat dalam kasus tindak suap jabatan.

M Tamzil mengatakan bahwa dirinya diseret dalam kasus tindak pidan korupsi oleh
ajudan dan staf ahlinya yakni Uka dan Agus Suranto.

2.4. PEMERIKSAAN DI SIDANG PENGADILAN

Bupati nonaktif Kudus, Muhammad Tamzil membantah tuduhan dari jaksa KPK
dalam sidang penyampaian Pledoi kasus pidana suap dan gratifikasi yang didakwakan
kepadanya.

Dalam pembelaan pada sidang tersebut, dirinya meminta agar dibebaskan dari
segala dakwaan. Hal itu karena dirinya telah menyampaikan beberapa fakta bahwa tidak
terlibat dalam kasus tindak pidana suap dan gratifikasi yang didakwakan pada dirinya.

“Saya tidak pernah memerintahkan siapapun baik ASN atupun bukan ASN untuk
meminta uang kepada para pejabat dalam proses mutasi jabatan. Saya tidak tahu proses
pemberian uang tersebut. Saya tidak tahu maksud percakapan Whatsapp dari para saksi
dengan terdakwa Uka dan Agus” kata M Tamzil dalam prosesnya di persidangan.

M Tamzil tetap bersikukuh bahwa dirinya memang tidak terlibat dalam kasus suap
dan gratifikasi tersebut. Dirinya hanya diseret oleh terdakwa Uka selaku ajudannya dan
Agus Suranto selaku staf khususnya.

Bahkan uang hasil suap dan gratifikasi yang disangkakan kepada dirinya sama
sekali tidak mengetahui.
M Tamzil menegaskan bahwa dirinya selalu mematuhi prosedur dan perundang-
undangan. Bahkan selama 10 bulan masa jabatannya, Pemkab Kudus meraih banyak
penghargaan atas kinerja dan pengolahan data keuangan.Sehingga M Tamzil meminta
semua dakwaan dan pembukaan blokis kepada kendaraan dan atm yang ia miliki.

Seblumnya, jaksa KPK menuntut hukuman 10 tahun penjara atas tindak pidana
korupsi yang menjerat M Tamzil dalam kasus suap untuk naik jabatan pejabat dan
gratifikasi di pemerintahan Kabupaten Kudus.

Jaksa menuntut hukuman denda sebesar 250 juta dan hukuman pengembalian Uang
3,5 Milyar.

2.5. PUTUSAN PENGADILAN

Majelis hakim memutus Bupati Kudus nonaktif M. Tamzil dengan pidana penjara
delapan tahun penjara dalam siding di Pengadilan Tipikor Semarang. Atas putusan itu
Tamzil mengajukan banding.

Tamzil memastikan memori banding akan disiapkan kuasa hukumnya karena masih
ada waktu. Ia juga mengaku heran mengapa pembelaan tidak diungkapkan majelis hakim
dalam putusan itu. Sehingga bisa dijadikan pertimbangan majelis. Putusan banding itu
diajukan setelah Tamzil berkonsultasi dengan tim kuasa hukumnya.

Dalam amar putusannya, majelis hakim yang dipimpin Sulistiyono menilai


terdakwa Tamzil terbukti bersalah melakukan tindak pidana korupsi secara bersama-sama,
baik berupa suap maupun gratifikasi. Majelis hakim juga menjatuhkan pidana denda
sebesar Rp 250 juta subsidair 4 bulan kurungan.

Kemudian dibebankan pidana tambahan untuk membayar uang pengganti kerugian


negara sebesar Rp 2,125 miliar. Apabila denda tersebut tidak dibayar dalam waktu satu
bulan setelah kasus ini berkekuatan hukum tetap, maka harta benda terdakwa akan disita
dan dilelang untuk menutupinya. Menurut majelis hakim, jumlah uang pengganti tersebut
diperhitungkan dari hasil korupsi yang diterima atau diperuntukkan bagi terdakwa. Baik
dalam delik suap maupun gratifikasi.
Selain itu, majelis hakim, menjatuhkan pidana tambahan kepada terdakwa berupa
pencabutan hak untuk dipilih dalam jabatan publik selama 3 tahun. Terhitung sejak
terdakwa selesai menjalani pidana penjara.

Anggota majelis hakim Dr Robet Pasaribu dalam pertimbangan putusan


mengatakan terdakwa Tamzil terbukti menerima suap dari mantan Plt Sekretaris DPPKAD
Kudus Akhmad Shofian sebesar Rp 750 juta yang diberikan secara bertahap. Penerimaan
itu dilakukan bersama-sama dengan staf khusus Bupati Kudus Agoes Soeranto dan ajudan
pribadi bupati Kudus, Uka Wisnu Sejati.

Selain itu, terdakwa juga dianggap menerima gratifikasi senilai Rp 1,775 miliar.
Uang tersebut didapat dari beberapa ASN di Kabupaten Kudus. Namun, tidak semua
dakwaan gratifikasi dari jaksa KPK terbukti. Majelis hakim menganggap bahwa ada
beberapa pihak yang dinilai tidak cukup bukti untuk dikatakan sebagai pemberi gratifikasi.

Atas putusan itu, Tamzil juga minta izin tetap ditahan di ruang tahanan Polda
Jateng hingga menunggu perkaranya berkekuatan hukum tetap. Sementara itu, Penuntut
Umum KPK Joko Hermawan minta waktu 7 hari memikirkan permintaannya.
BAB III

PENUTUP

3.1. KESIMPULAN

Dari kasus korupsi yang dilakukan oleh Bupati Kudus nonaktif M. Tamzil dapat
kita simpulkan bahwa ia telah melanggar nilai-nilai moral yang ada di Indonesia,juga
moral sebagai manusia. Selain itu, apa yang dilakukannya jelas melanggar hukum yang
ada. Untuk itu kita sebagai generasi muda harus menghindari perilaku seorang pemimpin
yang korupsi seperti yang dilakukan oleh Bupati Kudus nonaktif M. Tamzil agar Indonesia
bebas korupsi.

3.2. SARAN

Untuk memberantas korupsi yang sudah merajalela, paling tidak ada empat usaha
yang harus segera dilakukan, yaitu: Pertama, Memaksimalkan Hukuman. Artinya
Terdakwa yang dikenakan yang diduga melakukan tindak Pidana Korupsi haruslah
dihukum dengan seberat-beratnya karena Para Koruptor merugikan negara dan Masyarakat
serta mencoreng nama baik abdnegara yang lainnya.

Kedua, Penegakan Supremasi Hukum, Artinya hukum yang ditegakkan tindak


pandang bulu. Walaupun Koruptor tersebut adalah anak Presiden tetap harus dihukum
seberat-beratnya.

Ketiga, Perubahan dan Perbaikan Sistem, Artinya sistem atau cara menangkap dan
kemudian mengadili koruptor bisa terus ditingkatkan. Semisal mengadakan Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK) di tingkat Provinsi atau bahkan Kabupaten.

Keempat, Revolusi Kebudayaan (mental), menanamkan sifat jujur dan amanah


kepada setiap individu di Masyarakat utamnya generasi muda penerus bangsa. hal ini yang
sangat perlu untuk dilakukan, Mengingat sejarah perjuangan Indonesia akan diteruskan
oleh generasi muda.
DAFTAR PUSTAKA

https://jateng.tribunnews.com/2020/03/18/bupati-kudus-nonaktif-m-tamzil-dituntut-
penjara-10-tahun-bisa-ditambah-2-tahun-lagi-apabila-ini

https://radarkudus.jawapos.com/read/2020/04/07/187569/diputus-8-tahun-penjara-bupati-
kudus-nonaktif-m-tamzil-banding

Anda mungkin juga menyukai