Anda di halaman 1dari 8

TUGAS HUKUM LINGKUNGAN

NAMA : FARHAN KAMIL


NIM : 190111100205
Email Institusi : 190111100205@student.trunojoyo.ac.id

1. Organisasi lingkungan adalah organisasi yang bekerja melindungi, menganalisis, dan


memantau perubahan lingkungan terhadap penyalahgunaan atau degradasi. Dalam
kaidah ini, lingkungan mungkin merujuk pada lingkungan biofisik, lingkungan hidup,
atau lingkungan buatan. Organisasi dapat berupa suatu yayasan, perusahaan nirlaba,
LSM, ataupun lembaga pemerintah. Organisasi lingkungan dapat bekerja secara
global, nasional, regional, ataupun lokal. Berikut beberapa contoh organisasi yang
bergerak dibidang lingungan hidup ; a.World Wide Fund for Nature (WWF) , b.
WALHI (Wahana Lingkungan Hidup Indonesia), c.lindungihutan, d. Kehati
(keanekaragaman hayati) Indonesia, e. Borneo Orang utan Survival (BOS)
Foundation.
2. Dari jawaban diatas telah kita ketahui beberapa organisasi yang bergerak dibidang
lingkungan hideup yang ada di indonesia. Yang akan saya bahas terlebih dulu adalah :
 World Wide Fund for Nature (WWF) Indonesia. Tahun 2012 menandai
peringatan 50 tahun kegiatan konservasi WWF di Indonesia.Sukses
yang dicapai selama lima dekade adalah buah dari sinergi dan
dukungan banyak pihak. Kami akan terus bekerja untuk bumi yang
lebih baik.
 WWF mulai berkiprah di Indonesia pada 1962 sebagai bagian dari WWF
Internasional, melakukan penelitian di Ujung Kulon untuk menyelamatkan
populasi badak jawa yang nyaris punah. Saat itu hanya tersisa sekitar 20
individu saja. Bekerjasama dengan Kementrian Kehutanan, lambat laun
jumlah populasi satwa bercula satu itu meningkat hingga stabil sekitar 40-50
individu pada survey tahun 1980-an
 Pada tahun 1996, WWF resmi berstatus yayasan, menjadi sebuah entitas legal,
yang berbadan hukum sesuai ketentuan di Indonesia.Adalah Prof. Emil Salim,
Pia Alisjahbana dan Harun Al Rasjid (alm) yang menjadi pendorong
berdirinya Yayasan WWF-Indonesia, menempatkannya sebagai organisasi
nasional dalam Jaringan Global WWF, yang memiliki Dewan Penyantun
sendiri, independen dan fleksibel dalam penggalangan dana dan
pengembangan program.
 CATATAN SINGKAT 50 TAHUN PERJALANAN WWF DI INDONESIA
 Mengumpulkan catatan perjalanan selama 50 tahun bukanlah hal yang mudah.
Berikut ini adalah sebagian dari ringkasan perjalanan lima dekade WWF di
Indonesia, dari tahun 1962 hingga 2012.
 Kami akan terus bekerja menghadapi tantangan konservasi yang paling serius
dihadapi planet ini.
 1960-1970
 WWF mulai beroperasi di Ujung Kulon pada 1962, bekerja sama dengan
pemerintah Indonesia dengan proyek perdana konservasi Badak Jawa. Saat itu,
berdasarkan hasil studi terdapat 20-29 individu Badak Jawa di Ujung Kulon.
Pada rentang waktu ini, WWF ikut dilibatkan dalam penyusunan dokumen
pertama mengenai Rencana Strategi Konservasi Badak dan penyempurnaan
Rencana Utama Konservasi Alam.
 1971-1980
 Dalam rentang waktu ini, WWF bekerja sama dengan Pemerintah dan
Frankfurt melakukan survei Orangutan Sumatera pertama kali dan membuat
pusat edukasi Orangutan di Gunung Leuser, Aceh. WWF juga mendukung
penyusunan rencana lima tahun edukasi konservasi oleh Direktorat
Perlindungan dan Pengawetan Alam dan di rentang waktu yang sama, kondisi
populasi Badak Jawa di Ujung Kulon mulai stabil.
 1981-1990
 WWF mengadakan program survei Badak Sumatera di Gunung Leuser dan
menginisiasi kampanye hutan hujan tropis. Selain itu, program konservasi
kelautan juga dimulai pada periode ini dan ditandai dengan hadirnya WWF di
Timur Indonesia, yakni Irian Jaya (Papua). Dalam periode yang sama, WWF
bekerja sama dengan PT Pos Indonesia dalam meluncurkan perangko seri
Orangutan.
 1991 - 2000
 Periode ini merupakan waktu dimulainya upaya memadukan konservasi dan
pembangunan di Nusa Tenggara. WWF pun mulai bekerja di Taman Nasional
Kerinci Seblat dan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan. Bersama
masyarakat adat, WWF turut mendukung perubahan status Kayan Mentarang
dari Cagar Alam menjadi Taman Nasional pada tahun 1996. Pada periode
yang sama, WWF terdaftar sebagai organisasi berbadan hukum Indonesia
"Yayasan WWF-Indonesia" menggantikan WWF Indonesia Programme.
 2000-2005
Dalam periode ini, WWF memulai kerja konservasi di Derawan, Kabupaten
Berau dan melakukan beberapa kampanye besar, di antaranya: kampanye
perlindungan kawasan Sebuku-Sembakung di Nunukan, Kalimantan Timur;
kampanye menolak tambang di kawasan lindung; inisiatif Indonesia Forest
and Media Campaign (INFORM) serta kampanye melawan illegal logging
"Greencom"; kampanye Power Switch! dan pembentukan komunitas Energy
Troopers. WWF-Indonesia juga mengadakan program pendidikan lingkungan
yang ditandai dengan diluncurkannya buku seri pendidikan lingkungan. WWF
juga terlibat dalam komitmen tiga negara (Indonesia, Papua Nugini dan
Kepulauan Solomon) dalam kesepakatan "Bismarck Solomon Seas Marine
Ecoregion for Leatherback Turtle Conservation" (konservasi Penyu
Belimbing). Dalam periode ini juga Panduan Pemberantasan Illegal Logging,
bekerja sama dengan Departemen Kehutanan-ITTO dan WWF) diperkenalkan.
2006-2010
Program Supporter WWF dan Supporter Kehormatan WWF dimulai pada
periode ini. WWF-Indonesia juga mendukung pemerintah dalam perumusan
rencana tata ruang berbasis ekosistem di Sumatera dengan konsep "Sumatra
Low-carbon Economy" dan terlibat dalam penyusunan Rencana Aksi dan
Strategi Nasional Konservasi Orangutan, Badak, dan Harimau Sumatera.
Sejumlah kampanye WWF-Indonesia juga meraih penghargaan dalam
kompetisi insan periklanan "Citra Pariwara". Dalam periode ini, Earth Hour
mulai diadakan di Indonesia (2009) dan diluncurkannya komunitas Marine
Buddies dan truk edukasi "Panda Mobile", dan masih banyak program-
program lainnya.

2011-SEKARANG

Pada rentang waktu ini, PT SJM, anggota GFTN Indonesia meraih sertifikat
Forest Stewardship Council (FSC) setelah berhasil melakukan integrasi
rencana pengelolaan produksi dan pelestarian Orangutan melalui pendekatan
pengelolaan hutan secara lestari. WWF juga membuahkan film berjudul "The
Mirror Never Lies" pada tahun 2011 dan meluncurkan kampanye publik
"Bijak Memilih Seafood". Kapal Gurano Bintang untuk misi pendidikan
lingkunga di sekitar Teluk Cenderawasih, Papua diluncurkan dalam periode
ini. WWF juga turut berkontribusi atas dikeluarkannya Peraturan Presiden
(Perpres) Nomor 13 Tahun 2012 Tentang Tata Ruang Pulau Sumatera yang
mengedepankan prinsip-prinsip berkelanjutan dan Deklarasi Bersama
Kepulauan Kei Kecil sebagai kawasan perlindungan laut. Selain program yang
disebutkan di atas, masih banyak lagi program dan kerja-kerja konservasi yang
WWF-Indonesia lakukan hingga saat ini demi kelestarian alam Indonesia.
 Yang Kedua adalah WALHI. Setelah dua bulan diangkat sebagai
Menteri Lingkungan Hidup, Emil Salim berdialog dengan beberapa
kawannya, seperti Bedjo Rahardjo, Erna Witoelar, Ir.Rio Rahwartono
(LIPI), dan Tjokropranolo (Gubernur DKI), untuk membicarakan agar
lingkungan menjadi sebuah gerakan dalam masyarakat. “Saya pengen
bola salju lingkungan hidup bisa cepat membesar,” kata Emil waktu itu
(wawancara – pribadi).
Bukan hanya itu tujuannya, tetapi Emil Salim merasa bahwa ia harus
belajar tentang lingkungan, karena ia melihat bahwa lingkungan ini
adalah sesuatu yang baru dan belum populer di Indonesia. Ia ingin
terjun ke tengah-tengah masyarakat agar persoalan-persoalan
lingkungan di masyarakat bisa diketahui dan dicarikan solusi oleh
masyarakat. Untuk itulah, ia harus mencari jalan keluar agar bola salju
yang bernama ‘lingkungan’ itu menggelinding lebih besar.
Dalam diskusi-diskusi yang berlangsung secara informal dengan
kawan-kawannya, bagi Emil Salim tidak ada pilihan lain, kecuali minta
bantuan kelompok-kelompok NGO dan pecinta alam. Harapan Emil
adalah agar kelompok NGO dan pecinta alam dapat membantu
menyelesaikan pelbagai persoalan lingkungan, karena kedua kelompok
ini dianggap mempunyai kedekatan dengan masyarakat. Sehingga
pemerintah melalui lembaga ini bisa menyampaikan programnya
kepada masyarakat. Di sisi lain, masyarakat yang tidak bisa
menyampaikan permohonannya kepada pemerintah bisa disampaikan
melalui NGO.
Keinginan Emil Salim yang begitu besar membuat haru seorang
kawannya yang saat itu menjadi Gubernur DKI, yaitu Tjokropranolo.
Hingga suatu siang Tjokropranolo menawarkan sebuah ruangan untuk
melakukan pertemuan kelompok NGO se-Indonesia. Gayung
bersambut, tanpa pikir panjang, Emil Salim langsung menerima
tawaran Tjokropranolo untuk melakukan pertemuan NGO seluruh
Indonesia. Pertemuan tersebut dilakukan di Lantai 13, Balaikota
(Kantor Gubernur DKI Jakarta), Jalan Merdeka Selatan. Tidak
dinyana sama sekali, pertemuan mendadak tersebut dihadiri sekitar 350
lembaga yang terdiri dari lembaga profesi, hobi, lingkungan, pecinta
alam, agama, riset, kampus, jurnalis, dan lain sebagainya. Disitulah
Emil Salim mengungkapkan semua keinginannya bahwa antara
pemerintah dan NGO harus berjalan bersama untuk mewujudkan
lingkungan yang baik, juga diungkapkan bahwa masyarakat harus
membantu program-program pemerintah dalam bidang lingkungan.
Dalam pertemuan tersebut, Abdul Gafur (saat itu Menteri Pemuda dan
Olahraga), datang menjenguk. Kabarnya, ia ingin mengetahui apa yang
akan dilakukan kelompok NGO dan tanggapan kelompok ini terhadap
pemerintah. Agar pertemuan tersebut tidak sia-sia, mereka harus
mencari bagaimana memelihara komitmen bersama sekaligus mencari
cara berkomunikasi yang efektif di antara mereka. Menjelang acara
usai, muncullah kesepakatan untuk memilih sepuluh NGO yang akan
membantu program-program pemerintah dalam bidang lingkungan
hidup. Ke-sepuluh organisasi tersebut kemudian disebut dengan
Kelompok Sepuluh. Awalnya, kelompok ini akan dinamakan dengan
Sekretariat Bersama Kelompok Sepuluh. Namun, George Adji Tjondro
menolak, dengan alasan kalau sekretariat bersama, seperti
underbownya Golkar. Akhirnya, Goerge mengusulkan nama
Kelompok Sepuluh. Dan dari lantai 13 itulah, lahir Kelompok 10 yang
menjadi cikal bakal kelahiran WALHI.
 Yang ketiga adalah lindungihutan. Kami mendapat ide saat kami
berinteraksi dengan petani lokal di utara Kota Semarang yang hidup
dalam kondisi yang memprihatinkan karena rob yang telah terjadi
bertahun-tahun. Ide kami untuk membuat platform penggalangan dana
yang fokus pada penanaman dan membantu petani menjual bibit
mereka untuk menolong mereka dan untuk menanam bibit mereka di
sekitar area pesisir dengan harapan dapat mengurangi rob dan abrasi.
Bukankah masalah lingkungan itu bukan hanya masalah uang, rob dan
banjir? Masih banyak masalah yang timbul. Kami menemukan fakta
bagus tentang pemanasan global, penurunan tanah dan emisi karbon
yang mempengaruhi orang di seluruh dunia dan itu terjadi karena
faktor manusia itu sendiri. Maka, kami memulai membangun platform
penggalangan daya bukan hanya untuk membantu pendanaan petani,
tapi juga untuk mengumpulkan orang-orang bersama kami untuk
menanam pohon dan memberi edukasi kepada mereka tentang
pentingnya isu lingkungan itu. Kami meluncurkan kampanye pertama
kami dan juga memberitahu masyarakat tentang Lindungi Hutan,
sebuah platform penggalangan daya dengan mengumpulkan donasi
dengan total 2.113 pohon dan melibatkan 34 orang di website kami
https://wwww.lindungihutan.com. Kemudian kami mencoba
melakukan penggalangan dana dan daya melalui beberapa kampanye
alam yang diprakarsai oleh para pengguna kami. Sampai sekarang,
disana masih ada masalah di sekitar hutan yang membutuhkan
pertolongan dan edukasi dari kami dan kami bekerja disini untuk
membuat bumi menjadi tempat yang lebih baik.
 Yang keempat adalah KEHATI (keanekaragaman hayati) Indonesia.
Kehadiran Yayasan Keanekaragaman Hayati Indonesia (KEHATI) sejak
12 Januari 1994 dimaksudkan untuk menghimpun dan mengelola
sumberdaya yang selanjutnya disalurkan dalam bentuk dana hibah,
fasilitasi, konsultasi dan berbagai fasilitas lain guna menunjang berbagai
program pelestarian keanekaragaman hayati Indonesia dan
pemanfaatannya secara adil dan berkelanjutan. Keberadaan Yayasan
KEHATI tidak terlepas dari wujud pelaksanaan KTT Bumi di Rio de
Janeiro tahun 1992 dan Deklarasi Tokyo tahun 1993 dimana pimpinan
tiga negara yaitu Amerika Serikat, Jepang dan Indonesia sepakat bekerja
sama untuk membantu program pelestarian keanekaragaman hayati secara
berkelanjutan di Indonesia. Emil Salim, yang pada tahun 1993 telah
selesai menjabat sebagai Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan
Hidup, diminta oleh Pemerintah Indonesia untuk membentuk organisasi
non-pemerintah sebagai penampung dan pelaksana program
keanekaragaman hayati dengan bantuan hibah dari Pemerintah Amerika
Serikat. Dengan bantuan rekan-rekan tokoh organisasi non-pemerintah,
seperti Koesnadi Hardjasoemantri, Ismid Hadad, Erna Witoelar, M.S.
Kismadi, dan Nono Anwar Makarim, disusunlah anggaran dasar,
organisasi dan program kerja Yayasan Keanekaragaman Hayati Indonesia,
disingkat KEHATI. Hibah yang diperoleh dari Amerika Serikat ini
berbentuk dana cadangan abadi (endowment fund). Dana abadi ini diputar
di pasar modal dalam bentuk saham dan obligasi. Hasil dari perputaran
dana ini diperoleh imbalan yang dipakai untuk membiayai program
bantuan hibah yang dilaksanakan oleh mitra KEHATI. Bantuan KEHATI
dapat berbentuk dana hibah, tenaga ahli, konsultasi dan berbagai bentuk
fasilitasi bagi kegiatan LSM, KSM, lembaga penelitian, pendidikan dan
pelatihan serta berbagai organisasi dan komponen masyarakat madani
yang memiliki program dan kegiatan sejalan dengan program KEHATI,
pelestarian dan pemanfaatan keanekaragaman hayati secara adil dan
berkelanjutan. KEHATI bertindak sebagai katalisator untuk menemukan
cara-cara inovatif dalam melestarikan, mengelola dan memanfaatkan
keanekaragaman hayati Indonesia secara berkelanjutan. Berbagai bentuk
kerja sama dijalin dengan lembaga-lembaga yang dapat mendukung visi
dan misi KEHATI, seperti pemerintah pusat dan daerah, komunitas bisnis,
perguruan tinggi, LSM/KSM, asosiasi profesi, maupun media massa.
Dukungan berbagai pihak tersebut di atas sangat diperlukan untuk
menyelamatkan keanekaragaman hayati Indonesia dari kemusnahan,
sehingga manfaat dari kelestarian keanekaragaman hayati dapat dirasakan
hingga generasi penerus kelak.

 Dan yang terakhir atau yang kelima adalah Borneo Orang utan
Survival (BOS) Foundation. Didirikan pada 1991, Yayasan
Penyelamatan Orangutan Borneo (Yayasan BOS) adalah sebuah
organisasi non-profit Indonesia yang didedikasikan untuk konservasi
orangutan Borneo dan habitatnya, bekerjasama dengan masyarakat
setempat, Kementrian Kehutanan Republik Indonesia dan organisasi
mitra internasional.Yayasan BOS saat ini merawat lebih dari 750
orangutan dengan dukungan 400 karyawan yang berdedikasi tinggi,
serta juga para ahli di bidang primata, keanekaragaman hayati, ekologi,
rehabilitasi hutan, agroforestri, pemberdayaan masyarakat, edukasi,
dan kesehatan orangutan.

Anda mungkin juga menyukai