Anda di halaman 1dari 48

TINDAK PIDANA DALAM KUHP

Oleh :

1. DICKY AZWAN, S.H.,M.H.


2. ANDI NAJEMI, S.H.,M.H.

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS JAMBI
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
DAFTAR ISI.................................................................................................... ii
BAB. I TINDAK PIDANA TERHADAP JIWA
A. Umum....................................................................................... 1
B. Pembunuhan Biasa.................................................................... 1
C. Pembunuhan Dalam bentuk...................................................... 2
D. Pembunuhan Yang Direncanakan............................................. 3
E. Pembunuhan Anak Yang Baru Lahir........................................ 4
F. Pembunuhan Atas Permintaan Si Korban................................. 5
G. Pembunuhan Diri...................................................................... 6
H. Pembunuhan Anak Yang Baru Dilahirkan............................... 6
BAB. II TINDAK PIDANA TERHADAP BADAN
A. Umum....................................................................................... 8
B. Penganiayaan Biasa.................................................................. 8
C. Penganiayaan Ringan................................................................ 9
D. Penganiayaan Yang Disengaja Untuk Melukai Berat............... 10
E. Penganiayaan Terhadap Orang-orang Tertentu........................ 10
F. Penyerangan/Perkelahian.......................................................... 11
BAB. III TINDAK PIDANA MENGENAI KEHORMATAN ORANG
A. Penggelapan Kedudukan.......................................................... 12
B. Pengakuan Anak Secara Palsu.................................................. 12
C. Penghinaan................................................................................ 13
D. Membuka Rahasia.................................................................... 15
BAB. IV TINDAK PIDANA MENGENAI KESOPANAN
A. Umum....................................................................................... 17
B. Tindak Pidana Mengenai Kesusilaan........................................ 17
C. Tindak Pidana Mengenai Hal Mabuk....................................... 19
D. Tindak Pidana Mengenai Hal Perjudian................................... 19
BAB. V TINDAK PIDANA TEREADAP BENDA
A. Pencurian.................................................................................. 21
B. Pemerasan................................................................................. 23
C. Pengancaman............................................................................ 24
D. Penggelapan.............................................................................. 24
E. Penipuan................................................................................... 25
F. Penadahan dan Pemudahan....................................................... 27
BAB I
TINDAK PIDANA TERHADAP JIWA

A. Umum
Kejahatan terhadap jiwa seseorang diatur dalam BAB XIX Buku II
KUHP. Bentuk yang pokok dari dan kejahatan ini adalah pembunuhan
(dooslag ), yaitu menghilangkan jiwa seseorang.
Untuk menghilangkan nyawa orang lain itu seorang pelaku harus
melakukan sesuatu at-au suatu rangkaian tindakan yang berakibat dengan
menir.ggalnya orang lain itu dengan catatan dengan catatan bahwa opzet dari
pelakunya itu harus ditujukan pada akibat berupa meninggalnya orang lain
tersebut.
Akibatnva meninggalnya sessorang ini dilarang dan diancam dengan
hukuman oleh undang-undang. Kejahatan terhadap jiwa merupakan kejahatan
yang bersifat materiil, dimana akibatnya yang dilarang dan diancam dengan
hukuman oleh undang-undang (tindak pidana materiil).

B. Pembunuhan Biasa (dooslag)


Dalam pembunuhan biasa (dooslag) diatur dalam pasal 338 KUHP,
dan harus memenuhi unsur-unsur :
Obyektif : - menghilangkan jiwa seseorang
Subyektif : - dengan sengaja
Dalam kejahatan ini tidak dirumuskan perbuatannya, tetapi hanya
akibat dari perbuatannya yaitu hilangnya jiwa seseorang. Hilangnya jiwa dapat
terjadi seketika itu juga atau beberapa saat setelah dilakukannya perbuatan itu,
misalnya setelah dirawat di rumah sakit. Harus ada hubungan diantara
perbuatan yang dilakukan itu dengan kematian orang tersebut.
Hilangnya jiwa seseorang harus dikehendaki, harus menjadi tujuan.
Suatu perbuatan dilakukan dengan maksud atau niat untuk menghilangkan
jiwa seseorang.
Istilah “orang” dalam pasal 338 itu, maksudnya adalah “orang lain”
terhadap pada siapa perabunuhan itu dilakukan tidak menjadi soal. Meskipun
pembunuhan itu dilakukan bapak atau ibu sendiri.
Demikian juga apabila X bermaksud membunuh Y, akan tetapi karena
kekeliruan yang terbunuh itu bukan Y, tetapi Z, maka perbuatan inipun
merupakan pembunuhan.

C. Pembunuhan Dalam Bentuk Gequalificerd.


Hal ini diatur dalam pasal 339 KUHP. Jenis pembunuhan ini
adalah pembunuhan yang diikuti, disertai atau didahului dengan
perbuatan/tindak pida lain, dan yang dilakukan dengan maksud untuk
mempersiapkan atau memudahkan perbuatan itu, atau dalam kedapatan tengah
berbuat, untuk melepaskan dirinya maupun psserta lainnya dan hukuman atau
untuk memastikan penguasaan barang yang diperoleh secara melawan hukum.
Adapun unsur-unsur kejahatan ini adalah :
Obyektif : - Pembunuhan ( unsur-unsur pasal 338 )
- Diikuti, disertai atau didahului dengan tindak pidana
Subyektif : Dilakukan dengan inaksud untuk ;
- mempersiapkan ;
- mempermudah;
- jika kepergok;
- untuk melepaskan diri sendiri atau peserta lain dari
perbuatan itu dari hukuman atau;
- untuk rnenjaminpennlikan barang yang diperoleh dengan
melawan hukum.
Jadi seseorang dapat melakukan kejahatan ini apabila ia disamping
melakukan pembunuhan, ia juga pelaku atau peserta dalam perbuatan lain itu.
Selain itu pembunuhan harus dipertanggung jawabkan kepada siapa yang
melakukannya atau iapa yang turut serta, meskipun satu sama lain ada
hubungannya, namun tetap aerupakan dua perbuatan yang dapat dihukum.
Dalam hal ini orang-orang yang menyertai melakukan perbuatan
pidana lain tidak dipertanggung jawabkan tentang pembunuhan itu, mereka
hanya dipersalahkan atas perbuatan pidana lainnya saja, kecuali apabila
mereka membantu juga didalam pembunuhan itu. Jadi pembunuhan tersebut
dalam pasal ini hanya dipersalahkan kepada orangyang melakukannya saja.

D. Pembunuhan Yang Direncanakan.


Diatur dalam pasal 340 KUHP. Pembunuhan ini yaitu dengan
sengaja dan direncanakan terlebih dahulu dalam keadaan tenang melenyapkan
nyawa orang. Adapun unsur-unsurnya adalah :
Obyektif : - menghilangkan jiwa seseorang
- dengan direncanakan terlebihdahulu
Subyektif : - dengan sengaja
Perbedaan antara pembunuhan biasa dengan pembunuhan
direncanakan terlebih dahulu terletak dalam apa yang terjadi didalam diri
sipelaku sebelum pelaksanaan menghilangkan jiwa seseorang (kondisi
pelaku).
Untuk unsur-unsur perencanaan ini tidak perlu ada tenggang waktu
lama antara waktu rnerancangkan dan waktu melakukan perbuatan
pembunuhan itu.
Sebaliknya walaupun ada tenggang waktu yang tidak begitu peridek,
belum tentu dapat dikatakan ada rancangan terlebih dahulu secara terang. Ini
semua tergantung dari keadaan konkrit dari setiap peristiwa. Antara timbulnya
mat untuk membunuh dengan pelaksanaannya itu harus masih ada waktu
sipembuat untuk dengan tenang memikirkannya, misalnya dengan cara
bagaimana pembunuhan itu akan dilakukan.
“Waktu” ini tidak boleh terlalu sempit akan tstapi sebaliknya juga
tidak perlu terlalu lama. Yang penting ialah, apakah didalam waktu itu si
pembuat dengan tenang masih dapat berpikir-pikir, yang sebenanrya ia inasih
ada kesempatan untuk membatalkan niatnya akan membunuh, akan tetapi ia
tidak mempergunakannya. Hal yang penting adalah :
 merencanakan kehendak atau maksudnya terlebih dahulu
 merencanakannya harus dalam keadaan tenang
 untuk kemudian dilaksanakan juga secara tenang
E. Pembunuhan Anak Yang Baru Lahir (Kinderdoosleg )
Diatur dalam pasal 341 KUHP. Adapun uasur-unsurnya adalah :
Obyektif : - seorang ibu
- menghilangkan jiwa anaknya
 pada ketika anak itu dilahirkan atau ;
 tiada beberapa lama sesudah melahirkan
 karena takut akan diketahui ia sudah melahirkan anak.
Subyektif : - dengan sengaja
Berdasarkan unsur-unsur tersebut, perbuatan yang dengan sengaja
menimbulkan hilangnya jiwa seorang anak, dengan kekhususan :
 Pembunuhan dilakukan oleh seorang ibu terhadap anaknya sendiri
 Anak itu sedang dilahirkan atau tidak lama setelah dilahirkan
 Dengan motif atau alasan :
 Ibu dari anak itu terdorong oleh perasaan takut akan diketahui bahwa
ia telah melahirkan anak.
Alasan ini memberikan keringanau dalam hukuman yang diancamkan
terhadap icorang ibu yang melakukan pembunuhan terhadap anaknya sendiri.
Apabila unsur-unsur tersebut diatas tidak ada, maka perbuatan itu dikenakan
sebagai pembunuhan biasa (pasal 338 KUHP).
Orang yang membantu melakukan (medeplichting) dan turut
melakukan pasal 55 dan 56 KUHP pada pembunuhan anak dalam pasal 341
dan 342 KUHP Dihukum berdasarkan peraturan tentang turut dan membantu
malakukan perbuatan Kejahatan pasal 338 KUHP (dooslag) dan pasal 340
KUHP (moord).
Apabila pembunuhan anak itu dilakukan dengan direncanakan lebih
dahulu, maka diancam dengan pasal 342 KUHP, kejahatan ini dinamakan
“Kindermoord”.
Pasal 342 KUHP mengatur tentang seorang ibu yang untuk
melaksanakan eputusan yang diambilnya dibawah perasaan takut diketahui
orang akan melahirkan nak, dengan sengaja melenyapkan nyawa itu ketika
dilahirkan atau tidak lama esudah dilahirkan, dihukum karena melakukan
kesalahan membunuh yang irencanakan terhadap anak.
Pembunuhan anak ini diancam dengan hukuman yang lebih berat dari
pada yang tersebut dalam pasal 341 KUHP, karena pembunuhan itu
direncanakan dan semula, aitu dari sebelumnya anak itu dilahirkan. Akan
tetapi hal ini berbeda dengan perencanaan yang dimaksudkan dalam pasal 340
KUHP karena perasaan takut yang menghinggapi si ibu tidak memungkinkan
ia dapat berpikir tenang.
Perbedaan pembunuhan berancang terlebih dahulu dalam pasal 340
KUHP dan pembunuhan anak berancang, terletak dalam proses pembentukan
kehendak tau niatnya.
Pada pasal 341 dan 342 KUHP hanya berlaku terhadap ibu dari anak,
sedangkan terhadap peserta dalam pembunuhan anak yang dilakukan oleh
ibunya diperlukan :asal 338 atau 340 KUHP.

F. Pembunuhan Atas Permintaan Si Korban.


Diatur dalam pasal 344 KUHP, yang mengancam hukuman penjara
selama-lamanya 12 tahun bagi orang yang menghilangkan jiwa orang lain atas
permintaan orang itu sendiri, yang jelas dinyatakan dengan kesungguhan hati.
Jadi permintaan untuk membunuh itu harus disebutkan dengan nyata
dan sungguh-sungguh. Apabila tidak, maka orang itu dikenakan pembunuhan
biasa pasal 338 KUHP).
Adapun unsur-unsurnya :
 menghilangkan jiwa orang;
 dilakukan atas permintaan sendiri;
 permintaan harus sungguh-sungguh;

G. Pembunuhan Diri.
Orang yang sengala menghasut, menolong orang lain untuk bunuh diri,
dapat dikenakan pasal 345 KUHP, asal orang itu betul-betul bunuh diri. '
Unsur-unsurnya meliputi :
Obyektif : - membujuk orang lain agar orang itu bunuh diri;
- menolong orang lain dalam pembunuhan diri;
- memberikan bantuan daya upaya kepada orang lain
untuk melakukan pembunuhan diri;
- pembunuhan diri itu terjadi atau dilaksanakan
Subyektif : - dengan sengaja.
Perbuatan yang dilarang terdiri atas 3 macam :
 membujuk atau menganjurkan atau menggerakkan orang lain untuk
 melakukan pembunuhan diri;
 membantu atau menolong orang lam dalam pembunuhan diri;
 memberi atau menyediakan ikhtiar atau daya upaya atau alat-alat kepada
orang lain untuk melakukan pembunuhan diri;

H. Pembunuhan Terhadap Anak Yang Masih Dalam Kandungan (Abortus)


Hal ini diatur dalam pasal 346 KUHP, dengan unsur-unsunrya :
Obyektif : - perempuan
- menyebabkan gugur kandungan, mati kandungannya;
- menyuruh orang lain menyebabkan;
- gugur kandungannya; mati kandungannya.
Subyektif : - dengan sengaja.
Menyebabkan matinya kandungan berarti membunuh kandungan
dalam badan baunya. Menggugurkan anak yang masih ada dalam kandungan
adalah perbuatan yang mengakibatkan anak yang masih dalam kandungan
dilahirkan sebelum waktunya (menurut alam). Ini disebut Abortus Provocatus.
Ada beberapa perbuatan yang tidak dapat dihukum, misalnya
raenggugurkan atau membunuh kandunganyang sudah mati.
Orang yang sengaja menggugurkan atau raembunuh kandungan
seorang wanita tanpa persetujuannya, dihukum menurut pasal 347 KUHP.
Dan apabila dilakukan dengan persetujuan wanita itu, dikenakan pasal 348
KUHP.
Jika seorang dokter, bidan atau ahli obat membantu kejahatan dalam
pasal 346, 347, dan 348 KUHP, maka bagi mereka hukumannya ditambah
dengan sepertiganya dan dapat dipecat dan jabatannya. (pasal 349 KUHP ).
BAB II
TINDAK PIDANA TERKADAP BADAN

A. Umum
Penganiayaan diatur di dalam Buku H, Titel XX ( pasal 351-358
KUHP ). Undang-undang tidak memberikan ketentuan tentang maksud istilah
“Penganiayaan atau Mishendeling”. Dengan sengaja mengganggu kesehatan
orang disamakan dengan penganiayaan.
Dalam kejahatan terhadap badan seseorang pada uraumnya adalah
tindak materiil yang berarti bahwa akibat yang timbul yang dilarang dan
diancam dengan hukuman oleh undang-undang.
Ada beberapa macam “penganiayaan” yaitu :
1. Penganiayaan biasa (pasal 351 KUHP)
2. Penganiayaan ringan (pasal 352 KUHP)
3. Penganiayaan yang direncanakan lebih dahulu (pasal 353 KUHP)
4. Penganiayaan yang disengaja untuk melukai berat (pasal 354 KUHP)
5. Penganiayaan berat yang direncanakan terlebih dahulu (pasal 355 KUHP)
6. Penganiayaan terhadap orang-orang tertentu dan dengan menggunakan
benda-benda yang membahayakan kesehatan orang (pasal 356 KUHP)
7. Penyerangan/perkelahian (pasal 358 KUHP)

B. Penganiayaan Biasa
Diatur dalam pasal 351 KUHP. Undang-undang tidak memberikan
ketentuan apakah yang diartikan dengan penganiayaan (mishendeling).
Menurut Doktrin, penganiayaan yaitu setiap bentuk perbuatan yang
dilakukan dengan sengaja untuk menimbulkan rasa sakit atau luka pada orang
lain. Menurut Yurisprudensi penganiayaan yaitu : sengaja menyebabkan
perasaan tidak enak (pendentaan), rasa nyeri atau luka.
Luka terdapat apabila terdapat perubahan dalam bentuk badan manusia
yang berlainan dari pada bentuk semula, sedangkan pada rasa sakit hanya
cukup bahwa orang lain merasa sakit tanpa ada perubahan dalam bentuk
badan.
Unsur sengaja harus meliputi tujuan menimbulkan rasa sakit atau luka
pada orang lain, yang rnemang yang memang merupakan tujuan atau
kehendak dari pelaku. Perbuatan ini semuanya harus dilakukan dengan
sengaja, dan tidak dengan maksud yang patut atau melewati batas yang
diizinkan.
Umpamanya seorang bapak dengan tangau memukul anaknya pada
pantatnya, karena anak itu nakal. Inipun sebetulnya sengaja menyebabkan rasa
sakit, akan tetapi perbuatan itu tidak termasuk penganiayaan sebab ada
maksud baik, yaitu mengajar si anak.

C. Penganiayaan Ringan
Penganiayaan ringan diatur dalara pasal 352 KUHP. Yang dimaksud
dengan penganiayaan ringaa ialah :
1. Yang tidak mengakibatkan sakit atau menyebabkan terhalangnya orang
menjalankan jabatan atau mata pencahariannya.
2. Yang tidak direncanakan terlebih dahulu
3. Yang tidak menggunakan benda yang membahayakan nyawa atau
kesehatan orang
4. Yang tidak dilakukan terhadap orang tuanya, isterinya atau suaminya,
anak-anaknya atau pegawainya yang sedang atau karena melakukan
kewajibannya.
Jadi jelaslah bahwa penganiayaan ringan yang mengakibatkan sakit
atau menyebabkan terhalangnya orang melakukan jabatan atau mata
pencahariannya tidak termasuk pasal 352 KUHP akan tetapi termasuk pasal
351 KUHP. Misalnya : A menempeleng B tiga kali dikepalanya. B merasa
sakit, akan tetapi tidak jatuh sakit dan masih dapat melakukan pekerjaannya
sehari-hari, maka A telah berbuat “penganiayaan ringan”.
Menurut Dr.Wijono Prodjodikoro, yang termasuk penganiayaan ringan
yaitu apabila tidak termasuk dalam rumusan pasal 353 dan dan 356 KUHP
dan tidak menyebabkan sakit atau halangan untuk menjalankan jabatan atau
pekerjaan.
D. Penganiayaan Yang Disengaja Untuk Melukai Berat
Diatur dalam pasal 354 KUHP. Dalam penganiayaan ini, niat si
pembuat harus ditujukan pada melukai berat, artinya luka berat harus
dimaksud oleh si pembuat. Pasal 90 KUHP memberikan pengertian luka berat.
Apabila luka berat itu hanya merupakan akibat saja (tidak dimaksud ), maka
perbuatau itu termasuk “penganiayaan biasa yang berakibat luka berat” (pasal
352 ayat 2).
Perbedaan antara luka berat yang dimaksud dalam pasal 351 ayat 2 dan
dalam asal 354 KUHP :
 luka berat yang dimaksud dalam pasal 351 ayat 2, merupakan akibat,
bukan tujuan, sedangkan;
 luka berat yang dimaksud dalam pasal 354 KUHP ini merupakan tujuan;

E. Penganiayaan Terhadap Orang-orang Tertentu dan dengan


Menggunakan Benda-benda Yang Membahayakan Kesehatan Orang.
Diatur dalam pasal 356 KUHP. Ancaman Hukuman yang ditentukan
dalam pasal 351,353,354, dan 355 KUHP dapat ditambah dengan
sepertiganya:
1. Apabila kejahatan itu dilakukan terhadap ibunya, bapaknya yang sah,
isterinya atau suatninya atau anaknya.
2. Apabila kejahatan dilakukan terhadap seorang pejabat (pegawai negeri)
pada waktu atau karena menjalankan tugasnya yang sah.
3. Apabila kejahatan dilskukan dengan memberikan bahan berbahaya bagi
nyawa atau kesehatan untuk dimakan atau diminum.
Mengenai bapak, adalah bapak yang sah yaitu laki-laki yang kawin
dengan perempuan yang inelahirkan anak itu. Pejabat maksudnya adalah
pegawai negeri termasuk juga ABRI. Terhadap kejahatan ini dapat dijatuhkan
hukuman pencabutan hak yang tersebar dalam pasal 35 KUHP Nomor 1-4.

F. Penyerangan / perkelahian
Diatur dalam pasal 358 KUHP. Adapun usur-unsurnya yaitu :
Obyektif : - turut serta dalam;
 penyerangan atau;
 perkelahian;
- yang dilakukan oleh beberapa orang;
 selain dari pertanggung jawaban atas perbuatan yang
khusus dilakukannya;
- jika penyerangan atau perkelahian raengakibatkan;
 luka beratpada orang;
 matinya orang;
Subyektif : - dengan sengaja;
Pasal ini digunakan dalam hal terjadi suatu perkelahian atau
penyerangan yang dilakukan oleh beberapa orang (lebih dari dua), yang
akibatnya ada orang luka parah atau mati, akan tetapi tidak diketahui siapakah
dari orang yang telah melukai parah atau membunuh orang itu. Bila dalam
perkelahian atau penyerangan itu dapat dibuktikan atau diketahui, siapa
diantara orang-orang itu yang telah menyebabkan luka parah atau mati itu,
maka terhadap orang itu selain dituntut berdasarkan pasal 358 KUHP juga
dikenakan ketentuan-ketentuan tentang penganiayaan atau pembunuhan yang
ia lakukan.
Dengan turut serta pada penyerangan atau pergulatan itu, maka semua
orang yang ikut, harus dipertanggung jawabkan dan dapat dihukum. Tanggung
jawab satu persaru mengenai akibat itu, tidak perlu dibuktikan.
Pengertian penyerangan, maksudnya bahwa perkelahian itu dimulai
oleh salah satu pihak , sedangkan perkelahian yang oleh dua pihak sama-sama
dimulai.
BAB III.
TINDAK PIDANA MENGENAI KEHORMATAN ORANG

A. Penggelapan Kedudukan (Verduistcring Van Staat)


Diatur dalain pasal 277 KUHP, dengan unsur-unsurnya, yaitu :
Obyektif : - membuat asal usul seseorang menjadi tidak menentu;
- dengan suatu perbuatan;
Subyektif : - dengan sengaja.
Tindakannya yang terlarang ialah : melakukan suatu perbuatan
menggelapkan -asal-usul. Membuat asal-usul seseorang menjadi tidak
menentu dirurauskan sebagai hal yang menyangkut kelahiran seseorang
wanita pada suatu waktu tertentu. Misalnya : Melaporkan kepada pegawai
catatan sipil, bahwa isterinya baru seminggu yang lalu meiahirkan untuk
mendapatkan akte kelahiran. Padahal anak itu baru saja diarnbil dari seorang
ibu yang tidak rnampu memeliharanya. Pada dasarnya delik ini lerjadi pada
saat seseorang itu masih bayi dan belum mempunyai akte kelahiran, dan
dapat juga terjadi apabila obyek sudah dewasa, bahkan dapat juga terjadi
apabila obyek telah meninggal dunia. Yang dapat dihukum adalah
penggelapan kedudukan orang lain, sedangkan penggelapan atas asal-usulnya
sendiri dari pelaku bukan merupakan penggelapan. Pengakuan Anak Sccara
Palsu (Valsche erkenlug)
Diatur dalsm pasal 278 KUHP. Ketentuan pasal ini dapat dikatakan
merupakan pelengkap terhadap pasal 277 KUHP. Adapun usur-unsurnya :
Obyektif : - seorang laki-laki;
 mengakui saorang anak;
 sebagai anaknya menurut ketentuan KUHP.
Subyektif : - diketahui oleh laki-laki itu;
 bahwa ia bukaa bapak dari anak itu.
Kejahatan ini terjadi terdiri atas perbuatan raemberikan keterangan
palsu kepada seorang pegawai catatan sipil.
Dalam beberapa hal delik pasal 277 dan 278 berbarengan sepertinya
misalnya dalam contoh kasus sebagai berikut :
Sepasang suami-isteri yang tidak mempunyai anak, diserahi seorang
anak yang baru dilahirkan oleh pembantu tetangganya yang tidak
bersuami. Serta merta anak itu diakui sebagai anaknya.
Penghinaan
Penghinaan dalam bentuk dasarini dapat dibagi 4 (empat) yaitu :
1. Pencemaran atau penistaan (smaad) pasal 310 (1) KUHP
2. Pencemaran tertulis atau penistaan tertulis pasal 310 (2) KUHP
3. Pemfitnahan atau fitnah (laster) pasal 311 KUHP
4. Penghinaan sederhana atau bersahaja pasal 315 KUHP
ad.1. Penistaan (smaad) dengan lisan.
Unsur-unsurnya yaitu :
Obyektif : - melanggar kehormatan atau nama baik dengan;
- tuduhan melakukan suatu perbuatan tertentu.
Subyektif : - dengan maksud untuk menyiarkannya kepada
khalayak ramai.
Kehormatan adalah : perasaan pribadi atas harga diri, sedangkan nama
baik adalah : kehormatan yang diberikan masyarakat kepada seseorang
berhubung dengan kedudukannya didalam masyarakat.
Tindakan yang dilarang di pasal 310 (1) KUHP ini adalah:
a. Menyerang kehormatan seseorang dengan menuduhkan sesuatu
(hal/tindakan) dengan maksud yang jelas supeya hal itu tersiar pada
umum.
b. Menyerang nama baik seseorang.
Cara perbuatan penistaan ini dilakukan dengan menuduh orang lain
melakukan suatu perbuatan tertentu. Suatu perbuatan tertentu harus
merupakan suatu perbuatan yang sedemikian diperinci secara tepat atau yang
sedemikian ditujukan secara tepat dan tegas, sehingga tidak hanya secara tegas
dinyatakan jenis perbuatannya, tetapi hams juga dinyatakan macam perbuatan
tertentu dari kelompok jenis yang dimaksudkan.
Untuk penistaan, tujuan si pelaku adalah untuk menyiarkan tuduhan itu
pada khalayak ramai. Untuk itu tidak perlu tuduhan itu diucapkan dimuka
umum, bahkan dapat dikatakan dimuka seorang saja, tetapi dimaksudkan agar
orang itu meneruskannya kepada orang lain.
Perbuatan yang dituduhkan itu harus berdaya mengurangi kehorraatan
atau nama baik si korban. Umpamanya ia dituduh melakukan penipuan atau
pencurian. Jadi tuduhan itu harus bersifat kurang baik dalam penilaian oleh
umum. Yang dituduhkan itu dapat berupa berita yang benar-benar terjadi dan
dapat juga isapan jempol belaka.
ad.2. Penistaan Tertulis pasal 310 (l) KUHP.
Unsur-unsur pencemaran pasal 310 (1) KUHP dengan pencemaran
tertulis pada dasarnya adalah sama. Bedanya hanya terletak pada cara
menuduhkan sesuatu hal itu. Pencemaran tertulis dilakukan dengan
tulisan atau gambar yang disiarkan, dipertunjukan atau ditempelkan
dimuka umum.
ad.3. Memfitnah (laster) pasal 311 KUHP
Unsur - unsurnya :
- Unsur-unsur kejahatan:
 Menista (dengan lisan ) atau;
 Menista dengan tulisan
- Dimana diizinkan membuktikan kebenarannya atas tuduhannya itu.
- Jika tidak dapat dibuktikan kebenaran itu
- Tuduhan dilakukan, sedangkan diketahui tuduhan itu tidak benar.
Fitnah adalah juga merupakan pencemaran atau pencemaran tertulis,
apabila si pelaku dapat membuktikan yang dituduhkannya sepanjang hal itu
tidak ternyata dilakukan demi kepentingan umum/terpaksa bela diri.
Sedangkan apabila terdakwa gagal raembuktikan, ini merupakan petunjuk
yang kuat bagi hakim untuk membentuk keyakinaunya bahwa kejahatan fitnah
telah terjadi.
ad.4. Penghinaan Sederhana atau bersahaja pasal 315 KUHP
Tindakan yang terlarang adalah : melakuksn penghinaan yang tidak
bersifat pencernaran atau pencemaran tertulis. Sedangkan caranya ada
tiga kemungkinan yaitu :
- Dimuka umum dengan lisan atau tulisan
- Dimuka orang itu sendiri dengan lisan atau dengan suatu tindakan
nyata
- Dengan surat yang dikirimkan atau diterimakan kepadanya
Penghinaan pada dasarnya adalah merusak kehormatan atau nama baik
seseorang. Jika dilakukan dengan menuduhkan sesuatu hal/tindakan disebut
sebagai aencemaran / pencemaran tertulis, dan jika yang dituduhkan itu tidak
benar disebut sebagai fitnah. Penghinaan yang tidak dengan menuduhkan
sesuatu hal / tindakan tersebut sebagai penghinaan ringan atau bersahaja.
Yang dimaksud dimuka umum adalah di atau dari suatu tempat dimana
umum mendengar ucapan (lisan) atau melihat tulisan itu, tennasuk juga
gambaran atau carikaturyang dapat dibaca orang sebagai penghinaan.
Membuka Rahasia
Tindak pidana ini diatur dalam pasal 322 dan 323 KUHP. Kedua pasal
ini nenunjuk kepada ketentuan-ketentuan dalam peraturan lain yang
menentukan adanya suatu rahasia yang disimpan orang lain.
Pasal 322 KUHP mengatur mengenai rahasia yang berwujud apa saja
yang dipercayakan kepada orang karena jabatan atau pekerjaannya, baik yang
sekarang nasih dipegangnya maupun yang dipegangnya dahulu, yang sekarang
sudah ditinggalkan. Dalam pasal ini tidak ditentukan jabatan apa yang
menentukan rahasia, aaka dapat meliputi semua jabatan dari pegawai negeri.
Yang dimaksud dengan rahasia ialah, pengetahuan mengenai sesuatu
hal yang terbatas pada orang-orang tertentu saja dan tidak diperuntukan bagi
siapapun, kecuali berdasarkan ketentuan yang telah disepakati atau ketentuan
penguasa yang lebih berwenang.
Membuka rahasia ialah : memberitahukan rahasia tersebut sebagian
atau seluruhnya dengan cara apapun juga. Caranya, bisa dengati lisan, surat,
pita rekaman, memperlihatkan sesuatu yang dari penglihatan itu dapat ditarik
sesuatu kesimpulan dan lain sebagainya.
Mengenai rahasia khusus diatur dalam pasal 323 KUHP, yaitu yang
ada hubungannya dengan suatu perusahaan dagang, kerajman atau pertanian,
dimana seorang bekerja atau dahulu pernah bekerja, dan rahasia ini
diwajibkan kepada mereka untuk disimpan. Kewajiban menyimpan rahasia ini
tidak perlu berdasarkan atas suatu perjanjian khusus aatara orang itu disatu
pihak dan pengurus perusahaan dilain pihak,akan tetapi cukup apabila oraag
itu tahu, bahwa sewajarnya rahasia itu harus disimpan.
Perusahaan yang dimaksud disini tidak terbatas kepada suatu
perusahaan yang besar saja yang berbentuk PT, CV, Maskapai dan lain
sebagainya, tetapi juga mencakup perusahaan kecil yang modalnya
perorangan.
BAB IV
TINDAK PIDANA MENGENAI KESOPANAN

A. Umum
Tindak pidana mengenai kesopanan ini diatur dalam Buku II dan III,
terbagi atas dua golongan. Kejahatan-kejahatan yang masuk golongan kesatu
adalahyang termuat dalam pasal 281 - 299 KUHP, dan yang masuk dalam
golongan kedua adalah yang termuat dalam pasal 300 -303 KUHP.
Tindak pidana yang melanggar kesopanan dibidang kesusilaan, adalah
suatu tindakan yang melanggar kesopanan yang berhubungan dengan
kekelarainan dan atau bagian perasaan malu, perasaan jijik atau terangsangnya
nafsu birahi dari orang lain. Sedangkan kesopanan (zeden) pada umumnya
mengenai adat kebiasaan yang baik. Tindak Pidana Mengenai Kesusilaan
1. Yang diatur dalam pasal 281 KUHP, yaitu : “dengan sengaja dan terbuka
melanggar “kesusilaan”.
Kesusilaan yang dirusak ini adalah apa yang dirasakan sebagai
kesusilaan oleh segenap orang biasa dalam suatu masyarakat tertentu. Rasa
susila ini justru tersinggung oleh karena perbuatan yang bersangkutan
dilakukan dimuka umum atau dengan dihadiri oleh orang tanpa
kemauannya, misalnya telanjang dijalan raya.
Pengertian ditempat umum, yaitu tempat-tempat yang terbuka
untuk umum yang bukan tempatnya dilakukan perbuatan itu dan meliputi
juga tempat yang perbuatannya disitu dapat dilihat dari tempat umum,
misalnya diserambi terbuka dari suatu rumah.
2. Pornografi, yang diatur dalam pasal 282 KUHP.
Pornografi berarti tulisan tulisan, gambar atau patung atau barang
pada umumnya yang berisi atau menggambarkannya sesuatu hal yang
menyinggung rasa susila dari orang yang membaca atau melihatnya.
Berarti yang melanggar kesusilaan itu tidak secara langsung
orangnya yang melanggar itu dilihat, melainkan hanya berupa tulisan
gambar atau benda. Untuk menentukan apakah tulisan atau gambar itu
melanggar kesusilaan atau tidak, harus dikembalikan kepada
perkembangan kesadaran hukura masyarakat atau politik hukum
pemerintah tentang hal itu.
3. Perzinahan (Overspel, adultery) pasal 284 KUHP
Makna dari pasal 284 iui ialah : bahwa hanya pelaku persetubuhan
yang sudah terikat perkawinan yang dapat disebut sebagai pezinah. Jika
keduanya sadah terikat perkawinan, maka keduanya adalah pezinah. Jika
salah satu saja yang sudah terikat perkawinan maka yang belum / tidak
terikat itu disebut sebagai peserta pezinah dan jika keduanya belum / tidak
terikat suatu perkawinan, maka tidak ada pezinah diantara mereka.
Delik ini dinyatakan sebagai delik aduan, sedangkan yang berhak
mengadu hanyalah isteri (atau suami) dari si pezinah, yang diadukan
adalah suami (atau isterinya) yang melakukan persetubuhan.
4. Perkosaan (Verkrachting) diatur dalara pasal 285 KUHP
Tindakan yang dilarang ialah dengan kekerasan atau ancaraan
kekerasan, memaksa seorang wanita bersetubuh dengan dengan dia diluar
perkawinan. Yang dimaksud wanita disini, bukan hanya yang sudah
dewasa tetapi termasnk juga yang belura dewasa.
Tindak pidana ini mirip dengan tindak pidana yang diatur dalam
pasal 289 KUHP, dengan perbedaan : Perkosaan yang diatur dalam pasal
285 KUHP hanya dapat dilakukan oleh seorang pria terhadap seorang
wanita, sedangkan perkosaan untuk cabul (pasal 289 KUHP) dapat juga
dilakukan oleh seorang wanita terhadap seorang pria.
Tindak Pidana Mengenai Hal Mabuk
1. Membuat mabuk orang lain, diatur dalam pasal 300 KUHP.
Mengancam pidana penjara paling lama 1 tahun atau denda
Rp.4.500,- dan diancam hukuman dinaikan menjadi paling lama 7 tahun
penjara, apabila perbuatannya mengakibatkan luka-luka berat (ayat 2 ) dan
menjadi 9 tahun penjara apabila perbuatannya mengakibatkan mati (ayat
3)
Pelanggaran mengenai mabuk diatur dalam buku III KUHP,
tentang pelanggaran mengenai kesopanan yang memuat 4 pasal, yaitu
pasal 536, 537, 538 dan 539 KUHP.
2. Mabuk ditempat atau dijalan umum, dalam pasal 492 KUHP. Supaya
dapat dikenakan pasal ini harus dibuktikan bahwa :
a. Orang itu mabuk, artinya kebanyakan minum minuman keras, sehingga
tidak dapat menguasai lagi salah satu pancainderanya atau anggota
badannya.
b. Ditempat umum (tidak saja dijalan umum, akan tetapi juga ditempat-
tempat yang dapat dikunjungi orang banyak ).
c. Merintangi lalu lintas atau mengganggu ketertiban umum dan sebagainya.
Tindak Pidana Mengenai Hal Perjudian.
Tindak pidana ini diatur dalam pasal 303 KUHP dan 542 KUHP.
Kemudian dalam tahun 1974 yaitu dengan Undang-undang Nomor 7/1974
ancaman pidananya diperberat, perubahannya sebagai berikut:
1. Ancaman pidana dalam pasal 303 (1) KUHP diperberat menjadi pidana
penjara selama-lamanya sepuluh tahun atau denda sebanyak-banyaknya
lima juta rupiah.
2. Pasal 542 KUHP diangkat menjadi suatu kejahatan dan diganti sebutan
menjadi pasal 303 bis KUHP, sedangkan ancaman pidananya pun
diperberat yaitu :
Ayat (1) menjadi : pidana penjara selama-lamanya empat tahun atau denda
sebanyak-banyaknya dua puluh lima juta rupiah.
Ayat (2) menjadi : pidana penjara selama-lamanya enam tahun atau denda
sebanyak-banyaknya lima belas juta rupiah.
Yang dihukum menurut pasal 303 KUHP adalah :
1. dengan tidak berhak membuat pencaharian dengan jalan sengaja
mengadakan atau memberi kesempatan untuk main judi atau turut campur
dalam perusahaan main judi.
2. dengan tidak berhak, sengaja mengadakau atau memberi kesempatan
untuk main judi kepada umum, atau sengaja turut campur dalam
perusahaan untuk itu, biarpun ada atau tidak ada syarat atau cara-carauya
untuk memakai kesempatan itu.
3. dengan tidak berhak turut permainan judi sebagai pencaharian.
BAB V
TINDAK PIDANA TERHADAP BENDA

A. Pencurian (Diefstal) diatur dalam pasal 362 -367 KUHP


1. Pencurian dalam bentuk pokok (pasal 362 KUHP)
Pasal 362 KUHP ini merupakan bentuk pokok dari pencurian,
dengan unsur-unsur :
Obyektif : - mengambil
- barang - yang seluruhnya atau sebagian milik orang
lain.
Subyektif : - dengan maksud
- untuk memiliki
- secara melawan hukum
Mengambil, unsur mengambil mengalami berbagai penafsiran
sesuai dengan dengan perkembangan masyarakat. Mengambil artinya
dengan sengaja menaruh sesuatu kedalam kekuasaannya, atau berada
diluar kekuasaan pemiliknya.
Barang yang diambil itu hams berharga, baik secara keseluruhan
maupun sebagian. Tentang harga barang yang diambil itu tidak selalu
bersifat ekonomis. Barang tersebut bukan hanya berwujud dan dapat
dipindahkan (barang bergerak), misalnya pencurian listrik. Barang tersebut
tidak perlu kepunyaan orang pada keseluruhannya, tetapi sebahagian lagi
adalah kepunyaan pelaku sendiri.
2. Pencurian dalam bentuk Gequalifiseerd (pasal 363 KUHP )
Pencurian dengan pemberatan yang biasa disebut pula pencurian
berkualifikasi, yaitu pencurian biasa (pasal 362 KUHP) yang disertai
dengan salah satu keadaan yang disebut didalam pasal 363 KUHP (1) sub
1 s/d 5 ayat 2 yaitu :
1) Bila yang dicuri itu hewan (ternak). Yang dimaksud hewan yaitu
(pasal 101 KUHP) semua macam binatang yang memamah biak
(kerbau, sapi, kambing dan sebagainya), binatang yang berkuku satu
(kuda, keledai ) dan babi.
2) Bila dilakukan pada waktu kejadian malapetaka, seperti gempa bumi,
kebakaran, banjir dan sebagainya.
3) Bila dilakukan dilakukan pada waktu malam, dalam rumah atau
pekarangan tertutup yang ada rumahnya, oleh orang yang ada disitu
tanpa setahu atau bertentangan dengan kehendak yang berhak.
4) Bila pencurian dilakukan oleh kedua orang atau lebih bersama-sama.
5) Pembongkaran dan perusakan.
Pembongkaran ditujukan terhadap benda-benda yang besar, perusakan
terhadap barang-barang kecil. Membuat lobang didinding tembok
rumah, melepaskan jendela rumah termasuk unsur pembongkaran.
Sedangkan perusakan mcnimbulkan kerusakan kecil, seperti
memecahkan kaca pintu atau jendela.
6) Pemanjatan (pasal 99KUHP)
7) Kunci palsu (pasal 100 KUHP) dengan anak kunci palsu, termasuk
segala alat yang tidak diperuntukan untuk membuka kunci.
8) Perintah palsu
9) Pakaian Jabatan palsu
3. Pencurian kekerasan (pasal 365 KUHP)
Memuat unsur-unsur :
Obyektif : - pencurian dengan :
- didahului, disertai, diikuti
- oleh kekerasan atau ancaman kekerasan terhadap
seseorang.
Subyektif : - dengan maksud untuk :
- mempersiapkan atau mempermudah pencurian atau;
- jika tertangkap tangan meraberi kestmpatan bagi
diri sendiri atau peserta lain dalam kejahatan itu;
- untuk melarikan diri;
- untuk mempertahankan pemilihan atas barang yang
dicurinya.
Yang diartikan dengan kekerasan adalah : setiap perbuatan yang
menggunakan tenaga badan yang tidak ringan, misalnya memukul,
menyepak termasuk pula mengikat orang dan sebagainya. Menurut pasal
89 KUHP disamakan dengan kekerasan yaitu membual orang jadi pingsan
atau tidak berdaya.
4. Pencurian Ringan (pasal 364 KUHP ) yaitu :
 Pencurian biasa ( pasal 362 ), asal harga barang yang dicuri tidak
lebih dari Rp. 250,-
 Pencurian dilakukan oleh dua orang atau lebih (pasal 363 ayat 1 sub 4
KUHP) asal harga barang tidak lebih dari Rp. 250,-.
Batas pencurian ringan adalah tidak lebih dari Rp. 250,-, pencurian
suatu barang yang harganya tidak dapat dinilai dengan pasti, tidak
termasuk pencurian ringan.
Pemerasan (Afpersing) pasal 368 KUHP
Unsur-unsurnya adalah :
Obyektif : memakss orang lain dengan kekerasan atau ancaman
kekerasan agar :
 memberikan sesuatu barang yang seluruhnya atau
sebahagian milik orang lain.
 membuat hutang
 meniadakan /menghapuskan piutang
Subyektif : dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang
lain secara melawan hukum.
Yang dimaksud dengan memberikan ialah, bahwa obyek penderita itu
secara langsung menyerahkan barang tersebut, atau sipelaku dengan si obyek
berhadapan pada saat itu. Ini berbeda dengan mengambil (pasal 362 KUHP).
Membuat hutaag berarti sang obyek mengakui berhutang kepadasi pelaku,
baik tertulis maupun secara lisan. Menghapuskan piutang berarti bahwa obyek
menganggap piutangnya itu sudah terlunasi atau sudah diselesaikan.
Penghapusan piutang juga berlaku kepada orang lain.
Persamaan pemerasan dengan pencurian kekeresan yaitu : terletak
dalam penggunaan kekerasan atau ancaman kekerasan. Sedangkan
perbedaannya : pasal 365 (1) pelaku inerebut atau mengambil barang dan
kekuasaan korban. Pasal 368 (1) pelaku menerima penyerahan barang dari
korban.
Pengancaman (Afdreiging)
Unsur-unsurnya adalah :
Obyektif : - dengan mengancam orang lain dengan ancaman menista
atau meaista deiman surat atau akan mernbuka rahasia.
Subyektif : - dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau
orang lain.
Perbedaannya dengan pasal 368 KUHP yaitu : di dalam alat yang
dipergunakan memaksa itu.
Memaksa, artinya melakukan tekanan pada orang, sehingga orang itu
melakukan sesuatu yang berlawanan dengan kehendaknya sendiri.
Menista, yaitu sengaja merusak kehormatan atau nama baik orang
denga jalan menuduh dia melakukan sesuatu perbuatan, dengan maksud nyata
akai, tersiarnya tuduhan itu.
Rahasia, yaitu berarti orang yang bersangkutan tidak menghendaki
sesuatu peristiwa diketahui oleh lain, dan penstiwa dapat terdiri atas segala
macatn kejadian.
Kejahatan pengancaman merupakan delik aduan yang mutlak, yaitu
penuntutannya diperkuat suatu pengaduan atas kejahatan ini, sedangkan
pemerasan (pasal 368 KUHP) merupakan kejahatan biasa.
Penggelapan (Verduistering)
1. Bentuk pokok, pasal 372 KUHP.
Obyektif : - memiliki barang yang seluruhnya atau sebahagian
kepunyaan orang lam.
- barang itu ada padanya atau dikuasai bukan karena
kejahatan
Subyektif : - dengan sengaja melawan hukum
Penggelapan adalah suatu kejahatan yang hampir sama dengan
pencurian dalam pasai 362 KUHP. Bedanya ialah pada pencurian barang
yang dimiliki itu masih belum berada dalam tangan pembuat tidak dengan
jalan kejahatan. Misalnya : A meminjam sepeda B, kemudian tidak seizin
B, dijualnya.
2. Bentuk kualifikasi (pasal 374 KUHP)
Unsur - unsurnya :
 Unsur-unsur penggelapan dalam pasal 372 KUHP
 ditambah dengan unsur-unsur yang memberatkan hukuman, karena :
o hubungan jabatannya, mendapatkan upah, pekerjaannya.
Apabila yang melakukan penggelapan itu adalah seorang pegawai
negeri,maka sebelum kita memakai pasal-pasal tentang penggelapan (pasal
372, 373, 374 dan 375 KUHP) tersebut, harus meninjau dahulu pasal-pasal
penggelapan yang khusus berlaku bagi pegawai negeri, oleh karena baagi
mereka itu telah diadakan pula ancaman hukuman yang khusus, yaitu pasal
415 dan pasal 417 KUHP.
Jika pegawai negeri yang melakukan penggelapan ternyata tidak
memenuki unsur - unsur pasal 415 dan 417 KUHP itu, barulah dikenakan
pasal-pasal penggelapan yang biasa.
Penipuan, pasal 378 KUHP
Unsur-unsur nya adalah :
Obyektif : - membujuk/menggerakkan orang lain dengan alat
pembujuk penggerak;
- memakai nama palsu - memakai keadaan palsu
- rangkaian kata-kata bohong - tipu muslihat
- agar menyerahkan sesuatu barang, membuat
hutang menghapus piutang.
Subyektif : - dengan maksud;
- menguntungkan diri sendiri atau orang lain;
- dengan melawan hukum.
Alat pembujuk/penggerak yang dipergunakan terdiri atas 4 jenis cara :
1. Nama palsu.
Yaitu : penggunaaan nama yang bukan nama sendiri, tetapi
nama orang lain, termasuk juga nama tambahan dengan
syarat yang tidak dikenal orang lain.
2. Keadaan/sifat palsu.
Yaitu : pernyataan dari seseorang, bahwa ia ada dalam keadaan
tertentu, keadaan mana memberikan hak-hak kepada
orang yaug ada dalam keadaau itu. Misalnya ia
mengaku sebagai anggota polisi, notaris, wartawan dan
sebagainya.
3. Rangkaiau kata-kata bohong
Yaitu : harus terdapat beberapa kata-kata bohong yang
diucapkan (sedikitnya dua perkataan bohong) yang
tersusun sedemikian rupa, sehingga kebohongan yang
satu dapat terturup dengan kebohongan yang lain
sehmgga keseluruhannya merupakan cerita tentang
sesuatuyaug seakan akau benar.
4. Tipu muslihat
Yaitu : perbuatan-perbuatan yang dilakukan sederaikian
rupa.sehingga perbuatan-perbuatan itu menimbulkan
kepercayaan atau keyakinan atas kebenaran dari sesuatu
kepada orang lain.
Jadi tidak terdiri atas ucapan, tetapi harus perbuatan atau tmdakan.
Suatu perbuatan saja sudah dapat dianggap sebagai tipu muslihat.
Menunjukan surat-surat palsu. Supaya dapat dihukum karena penipuan
tidak perlu barang yang telah diserahkan itu harus sudah diterima oleh
penipu, olsh karena penipuan dipandang telah selesai dilakukan
dengan penyerahan barang itu kepada penipu.
Misalnya : A di Jambi membujuk dengan tipu muslihat kepada B
yang berada di Padang, supaya menyerahkan uang
dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri
dengan melawan hsk, dan oleh karena itu, B lalu
menyerahkan uang tersebut dengan menginmkan
melalui pos wesel, walaupun uang belum diterima oleh
A, tetapi kejahatan penipuan dipandang sudah selesai
dilakukan.
Penadahan dan pemudahan.
Penadahan diatur dalam pasal 480 KUHP dengan unsur-unsur :
Obyektif : - membeli, menyewa, menukar, menerima gadai,
menerima sebagai hadiah;
- untuk mendapatkan keuntungan;
 Menjual, menyewakan, menukarkan, membawa,
menyimpan atau menyembunyikan sesuatu
barang.
 Mengambil keuntungan dan hasil penjualan
sesuatu barang.
Subyektif : - yang diketahuinya atau patut dapat disangkanya,
bahwa barang itu diperoleh karena kejahatan.
Pasal 480 KUHP meliputi pevbuatan-perbuatan dengan
mempergunakan barang yang diperoleh dari kejahatan. Perbuatan-
perbuatan tadi terdiri atas pemanfaatan dari barang-barang hasil
kejahatan.
Barang diperoleh karena kejahatan.
 Yang dengan kejahatan dilepaskan dari penguasaan dari seseorang
yang mempunyai hak atas barang itu. Pelepasan ini dapat terwujud
dalam berbagai bentuk kejahatan terhadap harta benda, seperti
pencurian, penggelapan, penipuan dan pemerasan.
 Yang timbul karena kejahatan pemalsuan, seperti uang palsu, surat
palsu. Diketahui atau patut dapat disangkanya.
Didalam perumusan kejahatan iui terhadap unsur sengaja maupun
unsur culpa;
 Unsur sengaja (dolus) dengan kata : diketahuinya.
 Unsur culpa (culpose) dengan kata : patut dapat disangkanya.
Unsur sengaja, berarti pelaku mengetahui benar bahwa barang itu
berasal dan kejahatan, sedangkan culpa berarti menurut perlutungan yang
layak pelaku dapat menduga, bahwa barang itu berasal dari kejahatan.
Pada umumnya pelaku menvangkal, bahwa ia mengetahui atau
patut menyangka, bahwa barang itu berasal dan kejahatan. Dalam hal ini
harus diteliti masalah-masalah yang dapat memberikan petunjuk-
petunjuk akan adanya unsur sengaja atau unsur culpa itu.
Masalah - masalah tersebut adalah :
cara membeli barang;
- tidak menanyakan dan mana asal barang terlebih dahulu.
cara penjualan barang;
- barang seperti TV, radio, dibawa keruraah pelaku, sedangkan penjual
daa pembeli tidak saling mengenal.
- pada malain had dradakan penjualan, pada saat keadaaa sepi.
harga barang
- harga yang ditawarkan jauh dibawah dari harga pasaran
keadaan penjual
- sikap dan pakaian penjual
- sikap yang memperlihatkan ketakutan dan berpakaian kuratig baik
Kebiasaan menadah, dalam pasal -181 KUHP .
Unsur-unsumya adalah :
Obyektif : - membiasakan;
- membeli, menukar, menerima gadai, menyimpan,
atau menyembunyikan barang yang diperoleh
karena kejahatan.
Subyektif : - dengan sengaja.
Kebiasaan terdiri atas beberapa perbuataa yaag dilakukan tidak
hanya karena kebetulan berturut-turut, tetapi satu sama lain mempunyai
hubungan tertentu. Pengulangan atas perbuatan-perbuatan itu
mengakibatkan suatu kebiasaan.
Penadahan ringan , dalam pasal 482 KUHP
Unsur-unsurnya adalah :
 perbuatan yang diterangkan dalam pasal 480 KUHP atau unsur-
unsur dari pasal 480 KUHP.
 Barang diperoleh karena salah satu kejahatan yang diterapkan dalam :
Pasal : - 364 KUHP ; pencurian ringan
- 373 KUHP ; penggelapan ringan
- 379 KUHP ; penipuan ringan
BAB VI.
TINDAK PIDANA AMUK MASSA

A. Pengertian Amuk Massa, Kerusuhan Dan Kekerasan


Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata “amuk” berarti kerusuhan
yang melibatkan banyak orang. Mengamuk berarti menyerang dengan
membabi buta (karena marah, gelap mata). Sedangkan massa berarti jumlah
yang banyak sekali atau bisa diartikan sebagai kelompok manusia yang
bersatu karena dasar-dasar pegangan tertentu. Dengan demikian amuk massa
bias diartikan sebagai kerusuhan yang dilakukan oleh sekumpulan banyak
orang. Pengertian amuk massa berdasarkan kamus mengandung kata
kerusuhan sehingga amuk bisa disebut dengan istilah kerusuhan.
Kata kerusuhan mempunyai banyak makna, seperti keributan, uru-
hara, kekacauan (chaos) dan pertikaian (conflight) dan dalani bahasa
sederhana bisa dikatakan sebagai keadaan rusuh atau tidak aman. Menurut
WJS.Poerwadarminta, ‘kerusuhan berasal dari kata “rusuh” yang berarti
banyak gangguan keamanan, pembegalan dan tidak aman. Jadi “kerusuhan”
diartikan sebagai keadaan rusuh (tidak aman), keributan, kekacauan.
Sedangkan yang dimaksud dengan kekerasan diartikan sebagai sifat
atau yang keras, kekuatan, paksaan atau tekanan desakan yang keras-keras,
sehingga kekerasan membawa kekuatan, paksaan atau tekanan.
Secara teoritis kerusuhan yang dilakukan secara massal merupakan
bentuk tindak kekerasan yang dapat menjurus pada tindakan kriminal atau
kejahatan. Kekerasan yang dilakukan sedemikian rupa sehingga
mengakibatkan terjadinya kerusakan fisik maupun psikis adalah kekerasan
yang bertentangan dengan hukum, oleh karena itu merupakan kejahatan.
Jadi untuk dapat digolongkan sebagai sesuatu kekerasan ia harus
memuat unsur-unsur tertentu, seperti tingkah laku yang bertentangan dengan
undang-undang, adanya ancaman atau tindakan nyata dan memiliki akibat
kerusakan terhadap harta benda, fisik atau seringkali mengakibatkan kematian.
Dalam konsep KUHP baru yang disusun oleh Panitia Penyusunan
RUU UHP Tahun 1997/1998 dalam Bab I. tentang pengertian-pengertian pada
asal 1 butir 11 dinyatakan bahwa : “Kekerasan adaJah setiap penggunaan
kekuatan fisik, baik dengan tenaga badan maupun menggunakan alat,
termasuk membuat orang pingsan atau tidak berdaya. Sedangkan ancaman
kekerasan adalah suatu hal atau keadaan sedemikian rupa yang menimbulkan
rasa takut, cemas, atau khawatir pada orang yang diancam.
Dari pengertian kekerasan menurut konsep diatas nampak bahwa
konsep KUHP baru telah merumuskan kekerasan secara eksplisit yaitu secara
fisik dan sikis. Ini berarti konsep telah merumuskan secara lebih luas
mengenai kekerasan ini.
Peraturan Hukum Pidana Yang Berkaitan Dengan Tindak Pidana muk
Massa
Fenomena kekerasan yang berbentuk amuk massa dan kerusuhan yang
terjadi di Indonesia akhir-akhir ini, merupakan salah satu rnasalah sosial yang
sangat memprihatinkan dalam kerangka kehidupan bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara, Penerapan hukum pidana merupakan suatu hal yang positif
aiam rangka mendidik masyarakat agar tidak mengulangi perbuatannya tanpa
mengambil tindakan hukum yang tegas terhadap para pelaku amuk massa dan
pelaku kerusuhan serta perbuatan main hakim sendiri, maka akan timbul kesan
seakan-akan semua tindakan kekerasan yang dilakukan oleh massa seperti
pengeroyok atau rnenganiaya serta merusak benda milik orang lain adalah
dilakukan merupakan perbuatan yang melanggar hukum.
Hal ini membuat para pelaku, tidak merasa bersalah dan juga dapat
membuat orang lain tidak takut untuk meniru melakukan tindakan kekerasan
dan kerusuhan.
Istilah amuk massa tidak dikenal dalam KUHP, tidak ada satu
pasalpun yang merumuskan amuk massa sebagai suatu kejahatan atau suatu
perbuatan yang dilarang. Tetapi seperti yang telah dikemukakan diatas bahwa
amuk massa mengandung unsur-unsur kekerasan. Didalam KUHP diatur
mengenai kekerasan, jadi menurut KUHP yang menipakan perbuatan yang
dilarang bukan amuk massa, akan tetapi tindak kekerasan yang dilakukan oleh
pelaku amuk massa.
Adapun beberapa ketentuan peraturan perundang-undangan yang dapat
diterapkan bagi pelaku amuk massa (kekerasan massa), ketentuan perundang-
undangan sebagai berikut:
a. Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP)
KUHP merapakan peraturan induk dan semua peraturan pidana,
adapun peraturan duuar KUHP. mengatur mengenai perubahan terhadap
ketentuan KUHP, mengarur mengenai delik-delik yang belum diatur
dalam KUHP, delik-delik mana merupakan delik baru yang terjadi.
Peraturan diluar KUHP dibenarkan mengingat dalam kenyataan bahwa
KUHP merupakan warisan Belanda, sehingga secara realita hal-hal yang
diatur sangat ketinggalan dengan perkembangan masyarakat yang diikuti
dengan berbagai bentuk kejahatan. Hal ini sesuai dengan ketentuan pasal
103 KUHP yang berbunyi : “Ketentuan-ketentuan dalam Bab I sampai
Bab VIII buku ini, juga berlaku bagi perbuatan-perbuatan yang oleh
ketentuan perundang-undangan lainnya diancam dengan pidana, kecuali
jika oleh undang-undang ditentukan lain”.
Usaha penyusunan KUHP Nasional sampai sekarang belum
selesai, sehingga segala ketentuan yang ada dalam KUHP (yang ada
sekarang) tetap diberlakukan walaupun boleh dikatakan tidak relevan lagi.
Beberapa ketentuan KUHP yang mengatur mengenai kekerasan massa
(amuk massa), adalah :
1. Ketentunn Dnlam Buku II, Bab I Tentang Kejahatan Terhadap
Keamanan Negara
Ketentuan dalam KUHP mengenai kejahatan terhadap
keamanan. negara telah mengalami perubahan berdasarkan ketenfuan.
Undang-undang Nomor 27 Tahun 1999, tentang Perubahan Kitab
Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) yang berkaitan dengan
kejahatan. terhadap keamanan negara. Pasal-pasal KUHP yang
mengalami perubahan berdasarkan ketentuan pasal 1 Undang-undang
ini adalah pasal 107 dan pasal 108, tentang kejahatan terhadap
keamanan negara yang meniadi pasal 107a, pasal 107b, pasal 107c,
pasal 107d, pasal 107e dan pasal 107f.
Adapun perbuatan yang dilarang dalam undang-undang
tersebut, karena dapat menimbulkan kerusuhan dalam. masyarakat
sebagai akibat adanya provokasi dengan issu ideologi atau
suatu paham atau ajaran adalah :
- Pasal 107b
Barang siapa yang secara melawan hukum dimuka umum
dengan lisan, tulisan dan atau melalui media apapun menyatakan
keinginannya untuk meniadakan atau mengganti Pancasila sebagai
dasar negara yang berakibat timbulnya kerusuhan dalam
masyarakat, atau menimbulkan korban jiwa atau kerugian harta
benda, dipidana dengan pidana penjara paling lama 20 (dua puluh )
tahun.
- Pasal 107c
Barang siapa yang secara melawan hukum dimuka umum
dengan lisan, tulisan dan atau melalui media apapun, menyebarkan
atau mengembangkan ajaran komunisme/marxisme-leninisme,
yang berakibat tunbulnya kerusuhan dalam masyarakat, atau
menimbulkan : korban jiwa atau kerugian harta benda, dipidana
dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas ) tahun.
2. Ketentuan Dalam Buku II, Bab V Tentang Kejahatan Terhadap
Ketertiban Umum
Fungsi dan hukum pidana adalah untuk memelihara ketertiban
masyarakat, menjaga masyarakat dari berbagai tindakan yang
meresalikan, baik perbuatan itu membahayakan orang atau barang.
Perbuatan yang dilarang adalah :
2.1 Pernyataan rasa permusuhan, kebencian atau penghinaan :
terhadap pemerintah.
- Pasal 154 KUHP
Barang siapa menyatakan dimuka umum perasaan
permusuhan, kebencian, atau penghinaan terhadap
Pemerintah Republik Indonesia dipidana dengan pidana
selama-lamanya 7 (tujuh) tahun atau denda paling banyak
Rp.4.500,- ( empat ribu lima ratus nipiah)
- Pasal 155 KUHP
(1) Barang siapa menyiarkan, mempertunjukan, atau,
menempelkan sehingga kelihatan oleh umum tulisan
atau gambar yang isinya menyatakan pernyataan
permusuhan, kebencian atau penghinaan terhadap
Pemerintah Indonesia dengan maksud supaya isinya
diketahui oleh umum, dipidana dengan pidana penjara
selama-lamanya 4 (empat) tahun 6 (enam) bulan atau
denda sebanyak-banyaknya Rp. 4.500,- (empat ribu
lima ratus rupiah)
(2) Kalau yang bersalah melakukan kejahatan itu dalam
pekerjaannya dan pada waktu melakukan kejahatan itu
belum lagi, lalu lima tahun sesudah pemidanaannya
yang dahulu menjadi tetap karena kejahatan semacam
itu, maka dapat dicabut haknya melakukan pekerjaan
itu.
2.2 Pernyataan jahat terhadap sesuatu atau beberapa golongan
penduduk atau rakyat Indonesia
- Pasal l56 KUHP
Barang siapa menyatakan dimuka umum perasaan kebencian
atau penghinaan terhadap sesuatu atau beberapa golongan isi
Negara Republik Indonesia dipidana dengan pidana penjara.
- Pasal l56 a KUHP
Dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya lima tahun,
barang siapa dengan sengaja dimuka umum mengeluarkan
perasaan kebencian atau melakukan perbuatan :
a. Yang pada pokoknya bersifat permusuhan penyalah
gunaan atau penodaan terhadap suatu agama yang dianut
di Indonesia.
b. Dengan maksud agar supaya orang tidak menganut
agama apapun juga, yang bersendikan Ke Tuhanan Yang
Maha Esa.
- Pasal 157 KUHP
(1) Barang siapa menyiarkan, mempertunjukan atau
menempelkan tulisan at.au gambar, yang isinya
menyatakan perasaan permusuhan, kebencian atau
penghinaan terhadap antar beberapa golongan isi
Negara Republik Indonesia, dengan maksud supaya
isinya diketahui oleh umum atau lebih diketahui umum,
dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya 2 (dua)
tahun 6 (enam) bulan atau denda sebanyak-banyaknya
Rp.4.500,- ( empat ribu lima ratus rupiah).
(2) Kalau yang bersalah melakukan tindak kejahatan itu
dalam pekerjaannya dan pada waktu melakukan
kejahatan itu belum lagi lewat lima tahun sesudah
pemidanaamiya yang dahulu menjadi tetap karena
kejahatan semacam itu, maka dapat dicabut haknya
melakukan pekerjaan itu.
Golongan yang dimaksud dalam pasal tersebut adalah
kebangsaan seperti Eropa, Indonesia, Cina; dan lain-lain agama
seperti Islam, Kristen, Katholik, Hindu, Budha, serta aliran
kepercayaan; suku, seperti Jawa, Sunda, Batak. Agama, suku,
ras, bangsa dalam keseharian sering disebut sebagai SARA.
SARA merupakan sesuatu yang sangat rentan untuk
memicu munculnya berbagai konflik serta diikuti adanya
kerusuhan, berbagai kerusuhan yang terjadi di Indonesia
lebih banyak bernuansa SARA, seperti konflik di Ambon karena
isu agama, konflik di Kalimantan (Sampas atau Sampit) karena
isu suku.
2.3 Menghasut, penawaran bantuan dan menggerakkan orang untuk
melakukan tindak pidana
- Pasal l60 KUHP
Barang siapa dengan lisan atau dengan tulisan
menghasut dimuka umum, supaya orang melakukan sesuatu
tindak pidana atau melawan kuasa umum. dengan kekerasan,
supaya jangan menurut sesuatu peraturan perundang-
undangan atau perintah jabatan, yang diberikan menurut
peraturan perundang-undangan, dipidana dengan pidana
penjara selama-lamanya 6 (enam) tahun atau denda
sebanyak-banyaknya Rp. 4.500,- (empat ribu lima ratus
rupiah).
- Pasal l61 KUHP
(1) Barang siapa yang menyiarkan, mempertunjukan atau
menempelkan tulisan, yang isinya menghasut supaya
orang melakukan sesuatu tindak pidana atau melawan
kuasa hukum dengan kekerasan atau supaya orang
jangan menurut seperti yang diterangkan dalam pasal
diatas, dengan maksud supaya isi tulisan yang
menghasut itu diketahui umum atau lebih diketahui oleh
umum, dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya
4 (empat) tahun atau denda paling banyak Rp.4.500,-
(empat ribu lima ratus rupiah).
(2) Kalau yang bersalah melakukan kejahatan itu dalam
pekeijaannya dan pada waktu melakukan kejahatan itu
belum lagi lewat lima tahun sesudah pemidanaannya
menjadi tetap, karena kejahatan yang semacam itu juga
maka dapat dicabut hak melakukan pekerjaan itu.
- Pasal l62
Barang siapa berjanji dimuka umum dengan lisan
atau dengan tulisan akan memberikan keterangan,
kesempatan atau ikhtiar untuk melakukan suatu tindak
pidana, dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya 9
(sembilan) bulan atau denda sebanyak - banyaknya Rp.
4.500,- (empat ribu lima ratus rupiah).
- Pasal l63 KUHP .
(1) Barang siapa menyiarkan, mempertunjukan atau
menempelkan tulisan-tulisan yang isinya berjanji akan
memberikan keterangan, ikhtiar atau kesempatan untuk
melakukan tindak pidana dengan maksud supaya janji
itu diketahui oleh umum atau lebih diketahui oleh
umum, dipidana penjara selama-lamanya 4 (empat)
tahun 2 (dua) minggu atau denda sebanyak-banyaknya
Rp. 4.500,- (empat ribu lima ratus rupiah).
(2) Jikalau yang bersalah itu melakukan kejahatan itu dalam
pekerjaannya, dan pada waktu melakukan kejahatan itu
belum lagi lewat lima tahun sesudah pemidanaannya
yang dahulu menjadi tetap. karena kejahatan semacam
yang semacam itu juga, maka dapat dicabut haknya
melakukan pekerjaan itu.
- Pasal l63 bis KUHP
(1) Barang siapa dengan salah satu ikhtiar tersebut pada sub
ke-2 pasal 55, mencoba membujuk orang lain untuk
melakukan kejahatan, dan kejahatan itu atau percobaan
akan itu yang dapat dipidana tidak terjadi, maka ia
dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya 6
(enam) tahun atau denda sebanyak-banyaknya
Rp.4.500,- (empat ribu lima ratus rupiah). Akan tetapi
dengan pengertian bahwa sekali-kali tidak dapat
dijatuhkan pidana yang lebih berat dari pada yang dapat
dijatuhkan karena percobaan membuat kejahatan itu,
atau jika percobaan itu tiada dapat dipidana karena
kejahatan itu sendiri.
(2) Aturan ini tiada berlaku, jika kejahatan itu atau
percobaan akan itu yang dapat dipidana, tiada terjadi
karena hal yang bergantung kepada kemauannya.
2.4 Memaksa masuk kedalam rumah tempat tinggai atau tempat
dinas umum
- Pasal 167
(1) Barang siapa dengan melawan hukum masuk dengan
paksa kedalam, atau dengan melawan hukum ada
didalam rumah atau tempat yang-tertutup atau
pekarangan yang terturup yang dipakai oleh orang lain
dan tidak dengan segera pergi dari tempat itu atas
permintaan yang berhak atau permintaan orang yang
berhak atau permintaan atas nama yang berhak,
dipidana dengan penjara selama - lamanya 9 (sembilan
bulan) atau denda sebanyak-banyaknyaRp. 4.500,-
(empat ribu lima ratus)
(2) Barang siapa masuk dengan jalan membongkar atau
memanjat, memakai anak kunci palsu, perintah palsu
atau pakaian jabatan palsu atau barang siapa masuk
dengan tidak setahu pegawai negeri yang berkuasa dan
tidak karena kekeliruannya kedapatan ditempat. itu
pada waktu malam, dipandang sebagai masuk dengan
paksa.
(3) Kalau Ia mengeluarkan ancaman atau memakai ikhtiar
yang dapat menakutkan orang dipidana dengan pidana
penjara selama-lamanya 1 (salu) tahun 4 (empat)
bulan.
(4) Pidana yang ditentukan dalam ayat pertama dan ketiga
boleh ditambah sepertiganya kalau kejahatan itu
dilakukan bersama-sama oleh dua orang atau lebih.
2.5 Ketentuan dalam pasal 170 KUHP
(1) Barang siapa dimuka umum, bersama-sama melakukan
kekerasan terhadap orang atau barang, dipidana dengan
pidana penjara selama-lamanya 5 (lima) tahun 6 (enam)
bulan
(2) Yang bersalah dipidana :
Ke-1. dengan pidana penjara selama-lamanya 7 ( tujuh)
tahun kalau ia dengan sengaja merusak barang
atau jikalau kekerasan yang dilakukannya itu
menyebabkan orang mendapat luka.
Ke- 2. dengan pidana penjara selama-lamanya 9
(sembilan) tahun kalau kekerasan itu
menyebabkan orang mendapat luka berat
Ke- 3. dengan pidana penjara selama - lamanya 12 ( dua
belas) tahun, kalau kekerasan itu menyebabkan
matinya orang.
Terhadap pasal 170 KUHP Susilo berkomentar sebagai
berikut:
1. Yang dilarang dalam pasal ini adalah melakukan
kekerasan dan biasanya terdiri dan merusak barang atau
penganiayaan, juga sudah cukup misahiya; bila orang
melemparkan batu pada orang lain atau rumah atsu
membuang barang-barang dagangan sehingga
berserakan, meskipun tidak ada maksud tertentu untuk
menyakiti orang atau merusak barang. Melakukan
kekerasan dalam pasal ini bukan merupakan alasan atau
daya paksa untuk mencapai sesuatu tetapi merupakan
tujuan.
2. Kekerasan itu hams dilakukan bersama-sama, artinya
oleh sekurang-kurangnya dua orang atau lebih, orang-
orang yang hanya mengikuti dan tidak benar-benar turut
melakukan tidak dapat dikenakan dengan pasal ini.
3. Kekerasan harus ditujukan kepada orang atau barang,
hewan atau binatang termasuk dalam pengertian barang.
Pasal ini tidak membatasi bahwa orang (badan) atau
barang itu hams kepunyaan orang lain, sehingga milik
sendiri termasuk pula dalam pengertian pasal ini,
meskipun tidak akan terjadi orang melakukan kekerasan
terhadap diri atau barang sendiri. Sedang sebagai alat
atau daya upaya untuk mencapai suatu hal bisa saja
terjadi.
3. Ketentuan Dalam Buku II Bab VII Tentang Kejahatan Yang
Membahayakan Keamanan Orang Atau Barang.
- Pasal l87 KUHP
Barang siapa dengan sengaja membakar, menyebabkan
peletusan atau banjir dipidana :
Ke- 1. dengan pidana penjara selama-lamanya dua belas tahun,
jika perbuatannya dapat mendatangkan bahaya umum
untuk barang.
Ke- 2. dengan pidana penjara selama-lamanya Lima belas
tahun, jika perbuatan tersebut dapat mendatangkan
bahaya maut kepada orang.
Ke-3. dengan pidana penjara seumur hidup atau penjara
sementara selama-lamanya dua puluh tahun, jika
perbuatannya itu dapat mendatangkan bahaya maut
kepada orang lain dan perbuatannya itu berakibat
matinya orang.
- Pasal 188
Barang siapa menyebabkan karena kesalahannya
kebakaran, peletusan, atau banjir, dipidana dengan pidana penjara
selama-lamanya satu tahun atau denda sebanyak-banyaknya
Rp.4.500.- (empat ribu lima ratus rupiah), jika terjadi bahaya
umum untuk barang karena itu, jika terjadi bahaya maut pada
orang lain, atau jika hal itu berakibat matinya seseorang.
- Pasal l91 KUHP
“Barang siapa dengan sengaja menghancurkan, membuat sampai
tidak dapat dipakai lagi, atau merusakkan sesuatu bangunan untuk
menahan atau membuang air diancam dengan pidana penjara
selama-lamanya 7(tujuh) tahun, jika perbuatarrnya itu dapat
mendatangkan banjir”.
- Pasal l92 KUHP
Barang siapa sengaja menghancurkan, membuat sama sekali tidak
dapat dipakai lagi atau merusakkan sesuatii bangunan untuk lalu
lintas umum, menghalang-halangi suatu jalan daratan atau air
untuk umum. atau menggagalkan ikhtiar untuk menjaga
keselamatan yang diadakan pada bangunan atau jalan, dipidana :
Ke- 1. dengan pidana penjara selama-lamanya 9 (sembilan)
tahun, kalau hal itu dapat niendatangkan bahaya bagi lalu
lintas.
Ke- 2. dengan pidana penjara selama-lamanya 15 (lima belas)
tahun, kalau hal mi dapat mendatangkan bahaya bagi
keselamatan lalu lintas dan hal itu berakibat matinya
orang.
- Pasal 193 KUHP
Barang siapa yang karena kekhilafannya menyebabkan sesuatu
bangunan yang berguna untuk lalu lintas umum menjadi hancur,
menjadi demikian nipa sehingga tidak dapat dipakai lagi atau
menjadi rusak, suatu jalan daratan atau air umum menjadi
terhalang atau ikhtiar untuk menjaga keselamatan yang diadakan
pada bangunan. atau jalan itu menjadi gagal, dipidana :
Ke-1. dengan pidana penjara selama-lamanya empat bulan dua
minggu atau kurungan selama-lamanya tiga bulan. atau
denda sebanyak-banyaknya empat ribu lima ratus rupiah,
karena hal itu, lalu lintas menjadi bahaya.
Ke-2. dengan pidana penjara selama-lamanya satu tahun empat
bulan atau kurungan selama-lamanya satu tahun, jika hal
itu berakibat matinya orang.
- Pasal 200 KUHP
Barang siapa dengan sengaja menghancurkan atau merusakkan
gedung atau bangunan-bangunan dipidana :
Ke- 1. dengan pidana penjara selama-lamanya dua belas tahun,
jika hal itu dapat mendatangkan bahaya umum untuk
barang.
Ke-2. dengan pidana penjara selama-lamanya lima belas tahun,
kalau hal itu dapat mendatangkan bahaya maut kepada
orang.
Ke-3. dengan pidana penjara seumur hidup atau penjara
sementara selama-lamanya dua puluh tahun, kalau
perbuatan itu dapat mendatangkan bahaya maut kepada
orang lain dan berakibat matinya orang.
- Pasal 201 KUHP
Barang siapa karena kekhilafannya, menyebabkan gedung atau
bangunan-bangunan menjadi hancur atau rusak dipidana:
Ke-1. dengan pidana penjara selama-lamanya empat bulan dua
minggu atau kurungan selama-lamanya tiga bulan atau
denda sebanyak-banyaknya empat ribu lima ratus rupiah,
kalau hal itu mendatangkan bahaya umum untuk barang.
Ke- 2. dengan pidana penjara selama-lamanya sembilan bulan
atau kurungan selama-lamanya enam bulan atau denda
sebanyak-banyaknya empat ribu lima ratus rupiah, kalau
hal itu dapat mendatangkan bahaya maut kepada orang.
Ke-3. dengan pidana penjara selama-lamanya satu tahun empat
bulan atau kurungan selama-lamanya satu tahun, kalau
hal itu. berakibat matinya orang.
4. Ketentuan Dalam Buku II Bab XXI Tentang Penganiayaan
- Pasal 358 KUHP
Barang siapa dengan sengaja turut serta dalam penyerangan atau
perkelahian yang dilakukan oleh beberapa orang, maka selain dari
tanggungannya masing-masing atas perbuatan yang dilakukan,
dipidana :
Ke-1. dengan pidana penjara selama - lamanya 2 (dua) tahun 8
(delapan) bulan, jika penyerangan atau perkelahian
tersebut hanya berakibat ada orang luka berat.
Ke-2. dengan pidana penjara selama - lamanya 4 (empat) tahun
apabila penyerangan atau perkelahian menyebabkan
matinya orang.
Mengenai perkelahian atau penyerangan massa sering terjadi
pada saat ini, berbagai tawuran pelajar, penyerangan antar
kampung, dan akibat dari perbuatan tersebut tidak hanya pada
kerugian barang akan tetapi juga membawa korban nyawa.
Terhadap pasal 358 KUHP ini, Susilo berkomentar sebagai
berikut:
1. Pasal ini dapat dipakai dalam hal terdiri suatu perkelahian atau
penyerangan yang dilakukan oleh beberapa orang atau lebih,
dimana ada akibat orang luka parah (pasal 90 KUHP) atau
mati, akan tetapi tidak dapat diketahui siapakah dari orang
banyak tersebut, jika perkelahian tersebut tidak mengakibatkan
luka berat atau matinya orang tidak dapat dikenakan dengan
pasal ini.
2. Apabila dalam perkelahian atau penyerangan tersebut dapat
dibuktikan atau diketahui siapakah diantara banyak orang yang
menyebabkan luka parah atau matinya orang, maka orang itu
selain dituntut dengan pasal ini dikenakan pula ketentuan
tentang penganiayaan atau pembunuhan yang ia lakukan.
3. Orang yang terpaksa turut serta dalam perkelahian atau
penyerangan itu untuk memisah atau melindungi golongan
yang lemah tidak dapat dikatakan turut serta dalam perkelahian
atau penyerangan dan tidak dapat dikenakan pasal ini.
5. Ketentuan Dalam Buku II Bab XXII Tentang Pencurian
Khususnya Pasal 363 KUHP
Dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya 7 (tujuh)
tahun:
Ke-1. pencurian
Ke-2. pencurian pada waktu kebakaran, peletusan, banjir,
gempa bumi atau gempa laut, peletusan gunung berapi,
kapal karam, kapal terdampar, kecelakaan kereta api,
huru-hara, pemberontakan atau bahaya perang.
Ke-3. pencurian pada waktu malam dalam sebuah rumah atau
dipekarangan tertutup yang ada rumahnya, dilakukan
oleh orang yang ada disitu tiada dengan setahnnya atau
tiada dengan kemauannya yang berhak.
Ke- 4. pencurian yang dilakukan oleh dua orang atau lebih
bersama-sama.
Ke- 5. pencurian yang dilakukan, untuk dapat masuk ketempat
kejahatan atau untuk dapat mengambil barang yang akan
dicuri itu dengan jalan membongkar, memecah atau
memanjat. atau memakai anak kunci palsu, perintah
palsu, atau pakaian-pakaian palsu.
Mengenai pasal ini mengatur mengenai penjarahan yang
dilakukan pada saat ada suatu peristiwa seperti disebutkan dalam pasal
tersebut. Amuk massa sering kali diikuti penjarahan massa, seperti
peristiwan kerusuhan di Desa Berembang, berbagai aksi perusakan,
pembakaran dan pdnjarahan terjadi, terhadap pelakunya dapat
dikenakan pasal ini.
6. Ketentuan Buku II Bab XXVII Tentang Penghancuran Atau
Perusakan Barang
- Pasal 406 KUHP
(1) Barang siapa dengan sengaja dan melawan hukum,
menghancurkan, merusakkan, membuat sehi ngga tidak dapat
dipakai lagi atau menghilangkan barang yang sama sekali atau
sebahagian kepunyaan orang lain, dipidana dengan pidana
penjara selama-lamanya 2 (dua) tahun 8 (delapan) bulan atau
denda sebanyak-banyaknyaRp.4.500,- ( empat ribu lima ratus
rupiah)
(2) Pidana itu juga dijatuhkan yang dengan sengaja dan dengan
melawan hukum, membunuh, atau merusakkan, membuat
sehingga tidak dap at dipakai lagi atau menghilangkan hewan,
yang sama sekali atau sebahagian kepunyaan orang lain.
- Pasal 408 KUHP
Barang siapa dengan sengaja dan dengan melawan hukurn,
menghancurkan, merusakkan, dan membuat sehingga tidak dapat
dipakai lagi, bangunan ubntuk membendung air, membagi air, atau
membuang air, saluran gas, dan saluran air riol (saluran air kotor),
yaitu jika semua itu dipergunakan bagi keperluan umum, dipidana
dengan penjara selama-lamanya 4 (empat) tahun. Pasal 409 KUHP
Apabila perbuatan tersebut karena kekhilafannya
menyebabkan suatui bangunan tersebut dalam pasal diatas ini
dihancurkan, dinisakkan atau dibuat sehingga tidak dapat dipakai
lagi,dipidana dengan pidana kurungan selama-lamanya 1 (satu)
bulan atau denda sebanyak-banyaknyaRp. 1.500,- (seribu lima
ratus rupiah).
- Pasal 410 KUHP
Barang siapa dengan sengaja dan melawan hukum,
menghancurkan atau merusakkan sehingga tidak dapat dipakai lagi
suatu gedung atau alat pelayar yang sama sekali atau sebahagian
kepunyaan orang lain, dipidana dengan pidana selama-lamanya 5
(lima) tahun.
- Pasal 412
“Jika salah kejahatan yang diterangkan dalam bab ini,
kecuali pasal 406 KUHP ayat (1) pertama, dilakukan bersama-
sama oleh dua orang atau lebih, maka pidana itu boleh ditambah
sepertiga”.
Dalam kenyataan, kebebasan untuk menyampaikan
pendapat dimuka umum mengalami penyimpangan. Sering kali
terjadi unjuk rasa diikuti dengan aksi kekerasan at .aim kerusuhan
yang menimbulkan kerusakan, penjarahan, penghancuran,
pembakaran, dan dapat mengakibatkan kerugian harta benda
maupun nyawa.
Terhadap peserta atau pelaku penyampaian pendapat
dimuka umum yang melanggar ketentuan yang ada, dapat
dikenakan sanksi hukum, hal ini seperti dijelaskan dalam pasal 16
Undang-undang Nomor 9 Tahun 1998 sebagai berikut:
“Pelaku atau peserta pelaksanaan penyampaian pendapat
dimuka umum yang melakukan perbuatan yang melanggar hukum
dapat dikenakan sanksi hukum sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang yang berlaku”.
Sedangkan penanggungjawab pelaksanaan penyampaian
pendapat di muka umum yang melakukan tindak pidana, pidana
yang dikenakan padanya ditambah 1/3 (satu pertiga), hal ini
dijelaskan dalam pasal 17 Undang-undang Nomor 9 Tahun 1998
sebagai berikut :
“Penanggung jawab pelaksanaan penyampaian pendapat
dimuka umum yang melakukan tindak pidana sebagaimana
dimaksud dalam pasal 16 Undang-undang ini, dipidana sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku
ditambah 1/3 ( satu pertiga) dari pidana pokok”.
Dimuka sudah dikemukakan bahwa menyampaikan
pendapat dimuka umum merupakan hak azasi setiap warga negara,
untuk itu pelaksanaannya dilindungi oleh negara.
Oleh karena itu siapa saja baik kelompok atau perorangan
yang mencoba menghalang-halangi pelaksanaan penyampaian
pendapat dapat dikenakan sanksi hukum, seperti yang dijelaskan
dalam pasal 18 Undang-undang Nomor 9 Tahxm 1998 sebagai
berikut :
a. Barang siapa dengan kekerasan atau ancaman kekerasan
menghalang-halangi warga negara untuk menyampaikan
pendapat dimuka umum yang telah memenuhi ketentuan
undang-undang ini, dipidana dengan pidana penjara lama 1
(satu) tahun.
b. Tindak pidana sebagaimana dalam ayat (1) adalah kejahatan.
Dalam penjelasan pasal tersebut yang dimaksud dengan
sanksi hukum adalah sanksi hukum pidana, perdata, maupun
administrasi. Sedangkan yang dimaksud dengan ketentuan
peraturan perundang yang berlaku adalah peraturan hukum pidana,
peraturan hukum perdata, serta peraturan hukum administrasi.
7. Undang-undang Darurat Nomor 12 Tahun 1951 Tentang Senjata
Api
Undang-undang ini sebenarnya tidak hanya melarang
memasukka ke Indonesia, membuat, menerima, mencoba memperoleh,
menyeralikan atau mencoba menyerahkan, menguasai, membawa,
mempunyai persediaan padanya atau mempunyai dalam milik,
mempergunakan atau mengeluarkan dari Indonesia sesuatu senjata api,
amunisi atau sesuatu bahan peledak. Akan tetapi juga termasuk senjata
pemukul, senjata penikam atau senjata penusuk.. Ancaman pidananya
terhadap perbuatan tersebut adalah dengan pidana penjara selama-
lamanya 20 (dua puluh) tahun untuk perbuatan yang obyeknya senjata
api dan bahan peledak, dan diancam dengan pidana penjara.
DAFTAR KEPUSTAKAAN

Dading, Hukum Pidana Bagian Khusus (KUHP Buku II) jilid I dan II, Penerbit
Alumni Bandung, 1986.

M. Sudradjat Bassir, Tindak-Tindak Pidana Tertentu Di Dalam KUHP, Penerbit


Remaja Karya, Bandung, 1984,

Gerson. W.Bawengan, Hukum Pidana Di Dalam Teori Dan Praktek, Penerbit PT.
Pradnya Paramita, Jakarta 1983.

P.P.P. Lamintang, Delik-Delik Khusus, Penerbit Bina Cipta Bandung, 1986.

R. Soesilo, Pokok-Pokok Hukum Pidana Peraturan Umum Dan Delik-Delik


Khusus, Penerbit Politea, Bogor, 1984.

Subekti, Kamus Hukum, Penerbit PT.Pradnya Paramita, Jakarta, 1983.

S.R. Sianturi, Tindak Pidana Di KUHP Berikut Uraiannya, Penerbit, Alumni


Jakarta,1983.

Satochid Kartanegara, Hukum Pidana Kumpulan Kuliah Bagian I dan H, Balai


LektorMahasiswa, 1983.

Wirjono Prodjodikoro, Azas-Azas Hukum Pidana Di Indonesia, Penerbit Erasco


Jakarta, 1985.

Anda mungkin juga menyukai