PENDAHULUAN
Hukum secara umum meliputi ketentuan-ketentuan yang mengatur tata tertib masyarakat Perlindungan bagi dokter dan dokter gigi yang telah lengkap syarat administrasi untuk berpraktek dengan surat ijin praktek Maka berhak memperoleh perlindungan hukum agar merasa aman dalam menjalankan profesinya
PENDAHULUAN
Sistem Hukum di dunia dibagi menjadi 2 (dua) : 1. Sistem Eropa Kontinental (Belanda, Indonesia, Perancis), 2. Sistem Anglo Saxon (Amerika, Inggris, Singapura)
PENDAHULUAN
1) Sistem Eropa Kontinental :
Ditetapkan melalui Undang - Undang tertulis, Tidak tertulis (Hukum Adat, Kebiasaan, Konvensi Internasional), Susunannya berjenjang, Yurisprondensi tetap
PENDAHULUAN
Jenis Hukum Menurut Isinya, yaitu :
1. Hukum privat/ sipil,
Dalam arti luas hukum sipil meliputi hukum perdata dan hukum dagang
2. Hukum publik/negara
Hukum publik meliputi hukum pidana, hukum tata usaha negara/ tata pemerintahan/ administrasi negara dan hukum tata negara
PENDAHULUAN
Menurut Cara Mempertahankannya, yaitu : 1. Hukum material
Pada pokoknya semua hal apa saja yang diwajibkan, dilarang atau dibolehkan dan sanksi terhadap pelanggarannya. Contoh : KUHP (Kitab Undang-undang Hukum Pidana) dan KUH Perdata atau Burgenlijk Wetboek (BW)
PENDAHULUAN
Peristiwa dan Subjek Hukum 1. Peristiwa Hukum
Suatu peristiwa dapat dikategorikan didalam peristiwa umum dan peristiwa hukum
2. Subjek Hukum
Subjek hukum adalah segala sesuatu yang dapat memperoleh hak dan kewajiban dari hukum
HUKUM PIDANA
Tindak Pidana merupakan salah satu istilah untuk menggambarkan suatu perbuatan yang dapat dipidana. Selain istilah Tindak Pidana, ada yang memakai istilah Peristiwa Pidana, Perbuatan Pidana, Pelanggaran Pidana maupun Perbuatan yang dapat dihukum
HUKUM PIDANA
Wirjono Prodjodikoro memberikan definisi Tindak Pidana sebagai suatu perbuatan yang pelakunya dapat dikenakan pidana
HUKUM PIDANA
Sedangkan untuk dapat disebut sebagai Tindak Pidana, Moeljanto mensyaratkan 3 (tiga) unsur yang harus dipenuhi, yaitu :
1. Adanya perbuatan (manusia) 2. Memenuhi rumusan Undang Undang 3. Bersifat melawan Hukum
HUKUM PIDANA
Saeur menyebut adanya Trias dalam hukum Pidana yaitu sifat melawan hukumnya Perbuatan, Kesalahan, dan Pidana
HUKUM PIDANA
Azas legalitas menentukan bahwa tiap-tiap perbuatan pidana harus ditentukan sebagai demikian oleh suatu aturan Undang Undang atau setidak-tidaknya oleh suatu aturan hukum yang telah ada dan berlaku bagi terdakwa sebelum orang dapat dituntut untuk dipidana karena perbuatannya
HUKUM PIDANA
Azas legalitas ini tercantum dalam Pasal 1 ayat (1) KUHP, yang berbunyi : Tiada suatu perbuatan yang dapat dipidana, melainkan atas kekuatan ketentuan pidana dalam perundang-undangan yang telah ada sebelum perbuatan itu terjadi
HUKUM PIDANA
Inti dari ketentuan tersebut adalah : 1. Ketentuan dari hukum pidana harus tertulis (dirumuskan dalam Undang - Undang) 2. Ketentuan hukum Pidana tidak boleh berlaku surut (retro aktif)
HUKUM PIDANA
Konsekuensi Dari Hukum Pidana Harus Tertulis adalah :
Pertama, suatu perbuatan yang tidak dicantumkan sebagai tindak pidana dalam Undang-undang tidak dapat dipidana Kedua, dalam hukum pidana tidak boleh dilakukan penafsiran analogi.
HUKUM PIDANA
Penafsiran analogi adalah memperluas berlakunya suatu peraturan dengan mengabstraksikannya secara rasio dari suatu peraturan dan kemudian mengetrapkan kepada perbuatan konkret yang tidak diatur dalam Undang-Undang
HUKUM PIDANA
Untuk memidana seseorang, disamping orang tersebut melakukan perbuatan yang dilarang, dikenal pula azas Geen straf zonder schuld (tiada pidana tanpa kesalahan) misalnya :
Pasal 44 KUHP tidak memberlakukan pemidanaan bagi perbuatan yang dilakukan oleh orang yang tidak mampu bertanggung jawab, Pasal 48 KUHP tidak memberikan ancaman Pidana bagi pelaku yang melakukan perbuatan pidana karena adanya daya paksa
HUKUM PIDANA
Untuk dapat dipidanyanya suatu kesalahan yang dapat diartikan sebagai pertanggungjawaban dalam hukum pidana haruslah memenuhi 3 (tiga) unsur :
1. Adanya kemampuan bertanggungjawab pada petindak, artinya keadaan jiwa petindak harus normal 2. Adanya hubungan batin antara petindak dengan perbuatannya yangdapat berupa kesengajaan (dolus) atau kealpaan (culpa) 3. Tidak adanya alasan penghapus kesalahan atau pemaaf.
HUKUM PIDANA
Alasan Penghapusan Pidana dalam KUHP : ialah :
alasan-alasan yang memungkinkan seseorang yang melakukan perbuatan yang memenuhi unsur-unsur rumusan perbuatan pidana tidak dijatuhi ancaman atau sanksi pidana
HUKUM PIDANA
Memorie van Toelichting membedakan alasan penghapus pidana ini menjadi 2 (dua) bentuk, yaitu : 1) Alasan penghapus pidana yang terletak didalam diri petindak (in wending) artinya petindak tidak mampu bertanggungjawab (Pasal 44 KUHP) 2) Alasan penghapus pidana yang terletak di luar diri petindak (uit wending), yang terdiri dari :
a) b) c) d) Adanya daya paksa (Pasal 48 KUHP) Pembelaan darurat (Pasal 49 KUHP) Melaksanakan Undang-Undang (Pasal 50 KUHP) Melaksanakan perintah Jabatan (Pasal 51 KUHP)
HUKUM PIDANA
Di dalam teori Hukum Pidana, alasan penghapus Pidana ini dibedakan dalam 3 (tiga) bentuk, yaitu :
1. Alasan Pembenar
Pembelaan Darurat (Pasal 49 ayat (1) KUHP) Melaksanakan Undang-Undang (Pasal 50 KUHP), dan Melaksanakan perintah Jabatan yang sah (Pasal 51 ayat (1) KUHP)
2. Alasan pemaaf
Tidak mampu bertanggungjawab (Pasal 44 KUHP) Pembelaan darurat yang melampaui batas (Pasal 49 ayat (2) KUHP), dan Dengan itikad baik melaksanakan perintah jabatan tidak sah (Pasal 52 ayat (2) KUHP)
HUKUM PIDANA
Sistem Hukum Kontinental yang dianut Indonesia dan tatacara urutan dalam Hukum Kontinental, yang di bawah tidak boleh bertentangan dengan aturan di atasnya, misalnya : Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, Keputusan Presiden, Peraturan Presiden, Instruksi Presiden, Peraturan Menteri dan sebagainya
HUKUM PERDATA
Hukum Perdata yang terdapat dalam Bugerlijk Wetboek (BW) atau Kitab Undang- Undang Hukum perdata (KUHPerdata) Belanda mulai menyusun Hukum Perdata yang diberi nama Code Napoleon, kodifikasi ini selesai pada tahun 1830 dan baru diberlakukannya pada tanggal 1 Oktober 1838 Hukum perdata negara Belanda diberlakukan di Indonesia, tepatnya mulai diberlakukannya pada tanggal 1 Mei 1848
HUKUM PERDATA
Dasar berlakunya Hukum Perdata dari Barat yang diterapkan di Indonesia adalah Pasal II Peraturan Peralihan UUD 1945 yang bunyinya sebagai berikut : Segala badan Negara dan Peraturan yang masih ada masih berlaku selama belum dilakukan yang baru menurut Undang- Undang dasar ini
2. Sistematika hukum perdata menurut ilmu hukum, terdiri dari : a. Mengenai perorangan, mengatur manusia sebagai subyek hukum dan mengatur kecakapan untuk memiliki dan bertindak sendiri untuk melakukan haknya. b. Mengenai hukum kekeluargaan, mengatur perkawinan, hubungan orang tua dan anak, perwalian, dan curatele (dibawah pengampuan) c. Mengenai hukum kekayaan, mengatur hak mutlak yang berlaku tiap-tiap orang dan perorangan yang berlaku hanya untuk seseorang. d. Mengenai waris, mengatur harta benda kekayaan seseorang jika meninggal dunia atau akibat hubungan keluarga terhadap harta peninggalan.
Hukum perorangan Orang merupakan subyek hukum sejak lahir bahkan sejak dalam kandungan apabila dikehendaki oleh keadaaan yuridis bisa dianggap sebagai subyek hukum selama ia lahir hidup, dan sebaliknya apabila ternyata lahir dalam keadaan meninggal maka dianggap tak pernah ada.
Kekeluargaan hukum kekeluargaan adalah mengatur masalah hubungan yang diakibatkan dari pergaulan hidup kekeluargaan. Termasuk hukum kekeluargaan yaitu :
a. Keturunan, yang mengatur tentang pengesahan anak.
C. Perwalian, adalah pengawasan atau pengurusan terhadap anak yang masih dibawah umur.
Perwalian ada 2 macam : 1. perwalian menurut Undang- Undang artinya karena meninggalnya orang tua anak atau pihak yang lain secara otomatis menggantikan kedudukannya sebagai orang tua, atau hakim mengangkat seseorang sebagai wali, atas permintaan salah satu pihak. 2. perwalian menurut testament (wasiat), apabila orang tua sebelum meninggal telah mewasiatkan kepada seseorang yang isinya bila nanti dirinya meninggal dunia agar menggantikan kedudukannya sebagai orang tua.
d. Pendewasaan Menurut hukum perdata (BW), anak dianggap dewasa apabila telah usia 21 tahun atau telah menikah. e. Curatele (dibawah pengampuan) adalah orang yang sudah dewasa tetapi sakit ingatan, pemboros. Pihak yang berhak menyatakan Curatele seseorang adalah pengadilan karena adanya permintaan dari keluarganya, suami istri, atau keluarganya.
Berlakunya IR di Indonesia pada jaman Belanda didasarkan atas keputusan Raja tanggal 29 september 1849 Nomor 93. Staablad tahun 1849 Nomor 16. indlandsch Reglement tersebut sudah beberapa kali diadakan perubahan yang termuat dalam : a. Staatblad (Stb) tahun 1841 Nomor 31 Jo 98 tentang pembaharuan peraturan-peraturan F berlaku terhadap orang bukan Eropa. b. Staatblad 1941 Nomor 32 Jo 98 tentang pembaharuan peraturan pemeriksaan perkara kriminal orang Indonesia dan Timur asing. c. Staatblad 1941 Nomor 44 tentang pembaharuan IR menjadi HIR (RIB)
Berlakunya HIR/RIB untuk ke seluruh wilayah Indonesia ditegaskan dalam UU Darurat Nomor 1 Tahun 1951 yang dalam pasal 6 disebutkan : bahwa HIR/RIB harus dijadikan pedoman semua pengadilan Negeri/ Kejaksaan dan Pengadilan Tinggi.
HUKUM PERDATA
Latar belakang hukum perdata adalah Siapa yang menimbulkan kerugian harus mengganti kerugian tersebut, maka timbulah KUHPer pasal 1365 yang berbunyi : Setiap tindakan melanggar hukum yang mengakibatkan kerugian kepada orang lain, mewajibkan orang yang karena kesalahannya menyebabkan kerugian itu, untuk mengganti kerugian tersebut
HUKUM PERDATA
Van der Mijn mengemukakan three elements of Liability, yaitu :
1. Adanya kelalaian yang dapat dipersalahkan (culpability) 2. Adanya kerugian (damages) 3. Adanya hub kausal (causal relationship)
HUKUM PERDATA
Pengertian dari kelalaian & kesalahan (culpa) : Di dalam Memory Van Toelichtig (penjelasan dari UU) yang dikutip Hezewinkel- Suringa, adalah Culpa adalah lawan murni antara kesengajaan pada dan kebetulan pada lain pihak
TERIMAKASIH