INVESITGASI &
FORENSIK
Kelompok 2
S. A k
Unsur "untuk memberikan atau menyerahkan
sesuatu barang".
Berkaitan dengan unsur itu, persoalan yang muncul adalah, kapan dikatakan ada
penyerahan suatu barang? Penyerahan suau barang dianggap telah ada apabila barang
yang diminta oleh pemeras tersebut telah dilepaskan dari kekuasaan orang yang
diperas, tanpa melihat apakah barang tersebut sudah benar - benar dikuasai oleh
orang yang memeras atau belum. Pemerasan dianggap telah terjadi, apabila orang
yang diperas itu telah menyerahkan barang/benda yang dimaksudkan si pemeras
sebagai akibat pemerasan terhadap dirinya. Penyerahan barang tersebut tidak harus
dilakukan sendiri oleh orang yang diperas kepada pemeras. Penyerahan barang
tersebut dapat saja terjadi dan dilakukan oleh orang lain selain dari orang yang
diperas.
Unsur "supaya memberi hutang".
Berkaitan dengan pengertian "memberi hutang" dalam rumusan pasal ini perlu
kiranya mendapatkan pemahaman yanag benar. Memberi hutang di sini mempunyai
pengertian, bahwa si pemeras memaksa orang yang diperas untuk membuat suatu
perikatan atau suatu perjanjian yang menyebabkan orang yang diperas harus
membayar sejumlah uang tertentu. Jadi, yang dimaksud dengan memberi hutang
dalam hal ini bukanlah berarti dimaksudkan untuk mendapatkan uang (pinjaman) dari
orang yang diperas, tetapi untuk membuat suatu perikatan yang berakibat timbulnya
kewajiban bagi orang yang diperas untuk membayar sejumlah uang kepada pemeras
atau orang lain yang dikehendaki.
Unsur "untuk menghapus hutang".
Para tersangka dikenai Pasal 368 ayat (1) KUHP sub Pasal 369 ayat (1)
KUHP juncto Pasal 56 KUHP dengan ancaman maksimal 9 tahun
penjara.
Pendapat Kelompok 2 Terhadap
Kasus Ini
Menurut pendapat Meisie Novia Sari dari kasus pemerasan dan ancaman tersebut
sangat disayangkan karena, sebagai wartawan seharusnya bisa bersikap lebih
profesional sehingga tidak terjadi hal dalam kasus tersebut.
Menurut Yuli Lestari, dari kasus pemerasan terhadap MT ASN BMBK provinsi
Lampung,saya setuju jika para tersangka dikenai pasal 368 ayat (1),pasal 369 ayat (1)
dan pasal 56 KUHP dengan ancaman maksimal 9 tahun penjara. supaya tidak ada lagi
kasus pemerasan selanjutnya, seperti apa yang dialami korban MT ASN BMBK
provinsi Lampung.
Tanggapan Destiana mengenai kasus pemerasan dan ancaman yang terjadi pada
oknum wartawan di lampung ini memang sepatutnya perlu ditindak lanjuti karena
pada dasarnya konteks pidana pada kasus pemerasan maupun ancaman dapat di tuntut
pada siapapun yang terindikasi melakukan perbuatan seperti yang di gambarkan
dalam pengertian pemerasan, dan dalam kasus oknum wartawan lampung ini
semuanya sudah terbukti dan dibenarkan langsung oleh polda lampung karena
memang melanggar hukum maka dapat diselesaikan secara peradilan umum. Oleh
karena peradilan tersebut, saya setuju jika para tersangka dikenai hukuman sesuai
dengan pasal 368 ayat (1) KUHP sub Pasal 369 ayat (1) KUHP juncto Pasal 56
KUHP tentang pemerasan dan ancaman serta diberikan ancaman maksimal 9 tahun
penjara, dengan demikin diharapkan dapat memberikan efek jera pada tersangka yg
merugikan orang lain tersebut.
Menurut pendapat Rita Resmaini dari kasus pemerasan dan ancaman tersebut.
Memang harus dan sudah sewajarnya apabila di kenai pasal 368 dan 369. Karena
pemerasan dan ancaman ini jika tidak di tangani dan di laporkan bakalan terus
menerus berlanjut.
Menurut pendapat Yora Puspita Sari, dalam kasus yang terjadi tersebut dapat
disimpulkan masih rendahnya rasa tanggung jawab atas suatu profesi yang di jalani
oleh seorang manusia. Dari kejadian tersebut diharapkan pemerintah kembali
menimbang lagi tentang peraturan yang menyangkut pemerasan dan ancaman. Karena
dengan masih adanya kejadian seperti ini berarti peraturan yang ada saat ini masih
belum bisa memberi efek jera atau taku kepada masyarakat untuk tidak melakukan
hal tersebut.
Terima Kasih