Anda di halaman 1dari 23

AUDIT

INVESITGASI &
FORENSIK
Kelompok 2

Destiana Yora Puspita Sari Yuli Lestari


20050010 20050013 20050014

Meise Novia Sari Rita Resmaini


20050011 20050009
Pasal 368 tentang
Pemerasan dan
Ancama
Definisi
Tindak pidana pemerasan sebagaimana diatur dalam Bab XXIII KUHP sebenarnya terdiri dari dua
macam tindak pidana, yaitu tindak pidana pemerasan (afpersing) dan tindak pidana
pengancaman (afdreiging). Kedua macam tindak pidana tersebut mempunyai sifat yang sama, yaitu
suatu perbuatan yang bertujuan memeras orang lain. Justru karena sifatnya yang sama itulah kedua
tindak pidana ini biasanya disebut dengan nama yang sama, yaitu "pemerasan" serta diatur dalam bab
yang sama.
Sekalipun demikian, tidak salah kiranya apabila orang menyebut, bahwa kedua tindak pidana tersebut
mempunyai sebutan sendiri, yaitu "pemerasan" untuk tindak pidana yang diatur dalam Pasal 368
KUHP dan pengancaman untuk tindak pidana yang diatur dalam Pasal 369 KUHP. Oleh karena
memang, dalam KUHP sendiri pun juga menggunakan kedua nama tersebut untuk menunjuk pada
tindak pidana yang diatur dalam Pasal 368 dan 369 KUHP.
Pasal 368 KUHP
Dalam ketentuan Pasal 368 KUHP tindak pidana pemerasan diramuskan dengan rumusan sebagai
berikut:
Barang siapa dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan
hukum, memaksa orang lain dengan kekerasan atau ancaman kekerasan, untuk memberikan sesuatu
barang, yang seluruhnya atau sebagian adalah milik orang lain, atau supaya memberikan hutang
maupun menghapus piutang, diancam, karena pemerasan, dengan pidana penjara paling lama
sembilan tahun.
Perbedaan Pidana
Pemerasan dalam
Pasal KUHP dan
KUHP Baru
KUHP
Dalam KUHP, perihal atau pasal pemerasan ini dikategorikan
sebagai tindak pidana. Lebih lanjut, Pasal 368 KUHP
 menerangkan bahwa barang siapa dengan maksud
menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan
hukum, memaksa seseorang dengan kekerasan atau
ancaman kekerasan untuk memberikan suatu barang, yang
seluruh atau sebagiannya adalah milik orang itu atau orang
lain, atau supaya membuat utang maupun menghapuskan
piutang, diancam karena pemerasan, dengan pidana
penjara paling lama 9 bulan da nada kemungkinan
diperberat. Namun pada pidana pengancaman, pidana
penjaranta maksimalnya 4 tahun dan tidak memungkinkan
untuk diperberat.
KUHP Baru
Sementara itu, pasal pemerasan dalam KUHP Baru diatur dalam Pasal 482 UU
1/2023, yang menerangkan bahwa dipidana karena pemerasan dengan pidana
penjara paling lama 9 tahun, yakni setiap orang yang dengan maksud untuk
menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum, memaksa
orang dengan kekerasan atau ancaman kekerasan untuk:
1. memberikan suatu barang, yang sebagian atau seluruhnya milik orang tersebut
atau seluruhnya milik orang tersebut atau milik orang lain; atau
2. memberi utang, membuat pengakuan utang, atau menghapuskan piutang.
Unsur-Unsur yang ada di dalam
ketentuan Pasal 368 KUHP
Unsur-unsur dalam ketentuan ayat (1) Pasal 368 KUHP :
1. Unsur Obyektif
2. Unsur Subyektif
Unsur Obyektif
Mengancam orang lain dengan kekerasan atau ancaman kekerasan.
Untuk memberikan atau menyerahkan sesuatu barang (yang seleruhnya atau
sebagian kepunyaan orang lain). Supaya memberi hutang atau untuk
menghapus piutang.
Unsur Subyektif

Unsur yang dengan maksud


untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain.
Penjelasan dari
Unsur yang
dimaksud sebagai
berikut :
Unsur "memaksa". 
Dengan istilah "memaksa" dimaksudkan adalah
melakukan tekanan pada orang, sehingga orang
itu melakukan sesuatu yang berlawanan dengan
kehenda kn ya sendiri

S. A k
Unsur "untuk memberikan atau menyerahkan
sesuatu barang". 
Berkaitan dengan unsur itu, persoalan yang muncul adalah, kapan dikatakan ada
penyerahan suatu barang? Penyerahan suau barang dianggap telah ada apabila barang
yang diminta oleh pemeras tersebut telah dilepaskan dari kekuasaan orang yang
diperas, tanpa melihat apakah barang tersebut sudah benar - benar dikuasai oleh
orang yang memeras atau belum. Pemerasan dianggap telah terjadi, apabila orang
yang diperas itu telah menyerahkan barang/benda yang dimaksudkan si pemeras
sebagai akibat pemerasan terhadap dirinya. Penyerahan barang tersebut tidak harus
dilakukan sendiri oleh orang yang diperas kepada pemeras. Penyerahan barang
tersebut dapat saja terjadi dan dilakukan oleh orang lain selain dari orang yang
diperas.
Unsur "supaya memberi hutang". 
Berkaitan dengan pengertian "memberi hutang" dalam rumusan pasal ini perlu
kiranya mendapatkan pemahaman yanag benar. Memberi hutang di sini mempunyai
pengertian, bahwa si pemeras memaksa orang yang diperas untuk membuat suatu
perikatan atau suatu perjanjian yang menyebabkan orang yang diperas harus
membayar sejumlah uang tertentu. Jadi, yang dimaksud dengan memberi hutang
dalam hal ini bukanlah berarti dimaksudkan untuk mendapatkan uang (pinjaman) dari
orang yang diperas, tetapi untuk membuat suatu perikatan yang berakibat timbulnya
kewajiban bagi orang yang diperas untuk membayar sejumlah uang kepada pemeras
atau orang lain yang dikehendaki.
Unsur "untuk menghapus hutang". 

Dengan menghapus piutang yang dimaksudkan adalah


menghapus atau meniadakan perikatan yang sudah ada dari orang
yang diperas kepada pemeras atau orang tertentu yang
dikehendaki oleh pemeras.
Unsur "untuk menguntungkan
diri sendiri atau orang lain". 
Yang dimaksud dengan "menguntungkan diri sendiri atau
orang lain" adalah menambah baik bagi dirinya sendiri
maupun bagi orang lain dari kekayaan semula. Menambah
kekayaan disini tidak perlu benar-benar telah terjadi,
tetapi cukup apabila dapat dibuktikan, bahwa maksud
pelaku adalah untuk menguntungkan diri sendiri atau
orang lain.
su s Di Lampung, tiga oknum wartawan jadi tersangka
h K a
o kasus pemerasan terhadap ASN
Cont
Polisi menetapkan tiga oknum wartawan berinisial Jun
(47), Gan (43), dan Am (49) sebagai tersangka dugaan
pemerasan terhadap ASN BMBK Provinsi Lampung.
Adapun modus operasi bermula dari para pelaku yang
meminta sejumlah uang untuk memenuhi permintaan
korban agar tidak menayangkan berita berisi chat
mesum.
Atas kejadian itu, korban MT ASN BMBK Provinsi
Lampung melapor ke polisi dengan laporan polisi
nomor : LP/B/ 105 /VIII/ 2022/ SPKT/ Polsek TBU
/Polresta Bandar Lampung/ Polda Lampung Tgl 18
Agustus 2022.
Penyelesaian Kasus
Kerugian Barang Bukti

Korban mengalami kerugian hingga Adapun barang bukti yang diamankan


Rp25 juta dengan penyerahan uang berupa satu amplop warna cokelat
sebanyak dua kali, yaitu Rp15 juta dan berisi uang pecahan Rp50 ribu total
Rp10 juta. Rp10 Juta.

Para tersangka dikenai Pasal 368 ayat (1) KUHP sub Pasal 369 ayat (1)
KUHP juncto Pasal 56 KUHP dengan ancaman maksimal 9 tahun
penjara.
 
Pendapat Kelompok 2 Terhadap
Kasus Ini

Menurut pendapat Meisie Novia Sari dari kasus pemerasan dan ancaman tersebut
sangat disayangkan karena, sebagai wartawan seharusnya bisa bersikap lebih
profesional sehingga tidak terjadi hal dalam kasus tersebut.

Menurut Yuli Lestari, dari kasus pemerasan terhadap MT ASN BMBK provinsi
Lampung,saya setuju jika para tersangka dikenai pasal 368 ayat (1),pasal 369 ayat (1)
dan pasal 56 KUHP dengan ancaman maksimal 9 tahun penjara. supaya tidak ada lagi
kasus pemerasan selanjutnya, seperti apa yang dialami korban MT ASN BMBK
provinsi Lampung.
Tanggapan Destiana mengenai kasus pemerasan dan ancaman yang terjadi pada
oknum wartawan di lampung ini memang sepatutnya perlu ditindak lanjuti karena
pada dasarnya konteks pidana pada kasus pemerasan maupun ancaman dapat di tuntut
pada siapapun yang terindikasi melakukan perbuatan seperti yang di gambarkan
dalam pengertian pemerasan, dan dalam kasus oknum wartawan lampung ini
semuanya sudah terbukti dan dibenarkan langsung oleh polda lampung karena
memang melanggar hukum maka dapat diselesaikan secara peradilan umum. Oleh
karena peradilan tersebut, saya setuju jika para tersangka dikenai hukuman sesuai
dengan pasal 368 ayat (1) KUHP sub Pasal 369 ayat (1) KUHP juncto Pasal 56
KUHP tentang pemerasan dan ancaman serta diberikan ancaman maksimal 9 tahun
penjara, dengan demikin diharapkan dapat memberikan efek jera pada tersangka yg
merugikan orang lain tersebut.
Menurut pendapat Rita Resmaini dari kasus pemerasan dan ancaman tersebut.
Memang harus dan sudah sewajarnya apabila di kenai pasal 368 dan 369. Karena
pemerasan dan ancaman ini jika tidak di tangani dan di laporkan bakalan terus
menerus berlanjut.

Menurut pendapat Yora Puspita Sari, dalam kasus yang terjadi tersebut dapat
disimpulkan masih rendahnya rasa tanggung jawab atas suatu profesi yang di jalani
oleh seorang manusia. Dari kejadian tersebut diharapkan pemerintah kembali
menimbang lagi tentang peraturan yang menyangkut pemerasan dan ancaman. Karena
dengan masih adanya kejadian seperti ini berarti peraturan yang ada saat ini masih
belum bisa memberi efek jera atau taku kepada masyarakat untuk tidak melakukan
hal tersebut.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai