Pertemuan kali ini dengan agenda melanjutkan presentasi dari absen 16 sampai dengan 20
namun ada beberapa mahasiswa yang tidak hadir sehingga ada juga yang tidak sesuai dengan
absensi.
Tindak pidana penganiayaan atau yang biasa juga disebut mishandeling diatur dalam
Bab ke-XX Buku ke-ll KUHP. Yurisprudensi berbeda pendapat untuk memberikan pengertian
tentang penganiayaan, namun menurut P.A.F Lamintang dalam bukunya menyebutkan
penganiayaan adalah suatu kesengajaan yang menimbulkan rasa sakit atau luka pada tubuh
orang lain. Dengan demikian, untuk menyebut seseorang telah melakukan penganiayaan maka
orang tersebut harus mempunyai opzet atau kesengajaan untuk menimbulkan luka atau rasa
sakit pada orang lain. Menurut kajian hukum, penganiayaan diartikan sebagai tindakan yang
menyebabkan rasa sakit atau luka di tubuh seseorang. Penganiayaan juga bisa diartikan sebagai
tindakan merusak kesehatan orang. Kesengajaan seseorang untuk melakukan penganiayaan
tidak hanya difokuskan dalam bentuk pemukulan ataupun pengirisan semata, akan tetapi juga
bisa disamakan dengan menganiaya jika seseorang melakukan kekerasan merusak kesehatan
orang lain. Namun, jika merusak kesehatan itu dilakukan dengan memberikan makanan atau
minuman yang berbahaya bagi nyawa atau kesehatan orang, maka yang diterapkan adalah pasal
386 KUHP. Percobaan menganiaya tidak dipidana, tetapi percobaan untuk melakukan
penganiayaan yang dipikirkan lebih dulu (met voor bedachten rade) dapat dipidana
Pembagian Penganiayaan : Tindak Pidana Penganiyaan dibagi ke dalam beberapa
macam yang telah dirumuskan KUHP, yaitu:
1. Penganiyaan Biasa yang diatur dalam pasal 351 KUHP
2. Penganiyaan Ringan yang diatur dalam pasal 352 KUHP
3. Penganiyaan Berencana yang diatur dalam pasal 353 KUHP
4. Penganiyaan Berat yang diatur dalam pasal 354 KUHP
5. Pasal Berat Berat Berencana diatur dalam pasal 355 KUHP
Sanksi Penganiyaan : Jika dilihat dari segi jenisnya, KUHP telah membagi jenis pidana
kedalam dua jenis, yaitu pidana pokok dan pidana tambahan. Sistem hukuman yang tercantum
dalam Pasal 10 KUHP menyatakan bahwa hukuman yang dapat dikenakan kepada seseorang
pelaku tindak pidana terdiri dari :
1. Hukuman Pokok (hoofdstraffen).
• Hukuman mati Pidana mati adalah pidana yang terberat dari semua pidana, sehingga hanya
diancam kepada kejahatan yang amat berat saja. Tujuan dari menjatuhkan dan menjalankan
hukuman mati selalu diarahkan kepada khalayak ramai agar mereka, dengan ancaman
hukuman mati, akan takut melakukan perbuatan-perbuatan kejam yang akan mengakibatkan
mereka dihukum mati.
• Hukuman Penjara Hukuman penjara adalah suatu tempat yang khusus dibuat dan digunakan
para terhukum dalam menjalankan hukumannya sesuai putusan Hakim. Pemerintah Indonesia
mengubah fungsi penjara tersebut menjadi “Lembaga Pemasyarakatan”. Artinya para terhukum
ditempatkan bersama dan proses penempatan serta kegiatannya sesuai jadwal sejak terhukum
masuk Lembaga di samping lamanya menjalani hukuman itu.
• Hukuman Kurungan Hukuman kurungan lebih ringan daripada hukuman penjara. Lebih
ringan antara lain dalam melakukan pekerjaan yang diwajibkan dan kebolehan membawa
peralatan yang dibutuhkan terhukum sehari-hari.
• Hukuman Denda Hukuman denda selain diancamkan kepada pelaku pelanggaran juga
diancamkan terhadap kejahatan yang adakalanya sebagai alternativ atau komulatif. Hukuman
denda adalah hukuman berupa kewajiban seseorang untuk mengembalikan keseimbangan
hukum atau menebus dosa-sosanya dengan pembayaran sejumlah uang tertentupidana tutupan
• Pidana tutupan Pidana tutupan sebagai pidana pokok muncul melalui UU No 2 Tahun 1946,
Berita RI.II. Nomor 24.dalam pasal 1 Undang-undang tersebut ditambahkan jenis pidana
tutupan untuk KUHP dan KUHPM. Pidana ini ditujukan bagi pelaku yang melakukan
kejahatan yang diancam dengan hukuman penjara, akan tetapi terdorong oleh maksud yang
patut dihormati. Jika tindakan, cara, dan akibat tindakan itu wajar dijatuhi hukuamn penjara,
maka pidana tutupan tidak berlaku.
Contoh Kasus Penganiayaan - Terdakwa Mario Dandy Satriyo divonis 12 tahun penjara oleh
Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Selatan atas kasus penganiayaan berat berencana
David Ozora, dan membayar restitusi sebesar Rp. 25.15 M. Melanggar Pasal 355 ayat (1)
KUHP
Kejahatan terhadap kemerdekaan orang adalah kejahatan yang berkenaan dengan hak
asasi manusia atau hak seseorang untuk bebas menggerakkan badan memenuhi kepentingan
dalam masyarakat. Dalam hal ini, terdapat pertentangan antara dua asas yakni hak bergerak
seseorang yang merupakan hak asasi manusia yang harus dihormati di satu pihak dan
kepentingan ketertiban umum di lain pihak yang harus dipertahankan untuk orang banyak atau
masyarakat dari perbuatan jahattersangka.
a. Pasal 324
Barangsiapa dengan biaya sendiri atau biaya orang lain menjalankan perniagaan budak atau
melakukan perbuatan per-niagaan budak atau dengan sengaja turut serta secara langsung atau
tidak langsung dalam salah-satu perbuatan tersebut di atas, diancam dengan pidana penjara
paling lama dua belas tahun.
b. Pasal 325
(1) Barangsiapa sebagai nakoda bekerja atau bertugas di kapal, sedang diketahuinya bahwa
kapal itu dipergunakan untuk tujuan perniagaan budak, atau dipakai kapal itu untuk per-niagaan
budak, diancam dengan pidana penjara paling lama duabelas tahun.
(2) Bilamana pengangkutan itu mengakibatkan kematian se-orang budak atau lebih, maka
nakoda diancam dengan pidana penjara paling lama duabelas tahun.
c. Pasal 326
Barangsiapa bekerja sebagai awak kapal di sebuah kapal, sedang diketahuinya bahwa kapal itu
dipergunakan untuk tujuan atau keperluan perniagaan budak, atau dengan sukarela tetap ber-
tugas setelah mendengar bahwa kapal itu dipergunakan untuk tu-juan atau keperluan
perniagaan budak, diancam dengan pidana penjara paling lama Sembilan tahun
d. Pasal 327
Barangsiapa dengan biaya sendiri atau biaya orang lain, secara langsung atau tidak langsung
bekerja sama untuk menyewakan,mengangkutkan atau mengasuransikan sebuah kapal, sedang
diketahuinya bahwa kapal itu dipergunakan untuk tujuan perniagaan budak, diancam dengan
pidana penjara paling lama delapan tahun.
e. Pasal 328
Barangsiapa membawa pergi seorang dari tempat kedia-mannya atau tempat tinggalnya
sementara dengan maksud untuk menempatkan orang itu secara melawan hukum di bawah
kekua-saannya atau kekuasaan orang lain, atau untuk menempatkan dia dalam keadaan
sengsara, diancam karena penculikan dengan pi-dana penjara paling lama duabelas tahun.
f. Pasal 329
Barangsiapa dengan sengaja dan melawan hukum mengangkut orang kedaerah lain, padahal
orang itu telah membuat perjanjian untuk bekerja di suatu tempat tertentu, diancam dengan
pidana penjara paling lamatujuh tahun.
g. Pasal 330
(1) Barangsiapa dengan sengaja menarik seorang yang belum cukup umur dari kekuasaan yang
menurut undang-undang ditentukan atas dirinya, atau dari pengawasan orang yang berwenang
untuk itu, diancam dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun.
(2) Bilamana dalam hal ini dilakukan tipu muslihat, kekerasan atau ancaman kekerasan, atau
bilamana anaknya belum berumur duabelas tahun, dijatuhkan pidana penjara paling lama
sembilan tahun.
h. Pasal 331
Barangsiapa dengan sengaja menyembunyikan orang yang belum dewasa yang ditarik tau
menarik sendiri dari kekuasaan yang menurut undang-undang ditentukan atas dirinya, atau dari
pengawasan orang yang berwenang untuk itu, atau dengan sengaia menariknya dari pengusutan
pejabat kehakiman atau kepolisian, diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun,
atau jika anak itu berumur di bawah dua belas tahun, dengan pidana penjara paling lama tujuh
tahun.
i. Pasal 332
(1) Bersalah melarikan wanita diancam dengan pidana penjara:
a. paling lama tujuh tahun, barangsiapa membawa pergi seorang wanita yang belum dewasa,
tanpa dikehendaki orang tuanya atau walinya tetapi dengan persetujuannya, dengan maksud
untuk memastikan penguasaan terhadap wanita itu, baik di dalam maupun di luar perkawi-
b. paling lama sembilan tahun, barangsiapa membawa per-gi seorang wanita dengan tipu
muslihat, kekerasan atau ancaman kekerasan,dengan maksud untuk memastikan
penguasaannya terhadap Wanita itu, baik di dalam maupun di luar perkawinan.
(2) Penuntutan hanya dilakukan atas pengaduan
(3) Pengaduan dilakukan;
a. Jika wanita ketika dibawa pergi belum dewasa, oleh dia sendiri, atau orang lain yang harus
memberi izin bila dia kawin;
b. Jika wanita ketika dibawa pergi sudah dewasa, oleh dia meT sendiri atau oleh suaminya.
(4) Jika yang membawa pergi lalu kawin dengan wanita yang di 98 bawa pergi dan terhadap
perkawinan itu berlaku aturan-aturan Burgerlijk Wetboek, maka tak dapat dijatuhkan pidana
sebelum perkawinan itu dinyatakan batal.