Anda di halaman 1dari 19

B.

Penempatan Dibawah Pengawasan Pemerintah

Penempatan di bawah pengawasan pemerintah atau yang di dalam bahasa Belanda juga
sering disebut sebagai beschikkingstelling van de regering itu merupakan salah satu tindakan
yang dapat diambil oleh hakim pada waktu mengadili seseorang,yang pada waktu melakukan
suatu tindak pidana,orang tersebut belum mencapai usia enam belas tahun.

Ketentuan tersebut terdapat pada alinea ketiga dari rumusan pasal 45 KUHP yang
mengatakan bahwa:Jika tindak pidana tersebut merupakan suatu kejahatan atapun merupakan
salah satu pelanggaran yg telah dirumuskan di 489,490,492,496,497,503-505,514,517-
519,526,531,532,536 dan 540,dan tindak pidana itu telah dilakukan sebelum lewat waktu dua
tahun sejak orang tersebut telah dijatuhi pidana yang telah mempunyai kekuatan hukum yang
tetap karena salah satu dari pelanggaran-pelanggaran tersebut di atas atau karena telah
melakukan sesuatu kejahatan,maka hakim dapat memerintahkan agar orang itu ditempatkan
di bawah pengawasan pemerintah,tanpa menjatuhkan sesuatu pidana.”

Dengan demikian kita dapat mengetahui,bahwa walaupun seorang hakim itu mempunyai
suatu kebebasan dalam membuat suatu putusan,yakni apakah ia akan memerintahkan untuk
menempatkan seorang anak di bawah pengawasan pemerintah atau tidak,akan tetapi Undang-
undang sendiri telah membatasi kekuasaan hakim tersebut,karena untuk dapat memerintahkan
agar seseorang anak itu ditempatkan di bawah pengawasan pemerintah atau tidak,akan tetapi
undang-undang sendiri telah membatasi kebebasan hakim tersebut,karena untuk dapat
memerintahkan agar seorang anak itu ditempatkan dibawah pengawasan pemerintah,anak itu
sendiri harus memenuhi beberapa persyaratan sebagai berikut,yaitu:

a. Tindak pidana yang dilakukan oleh anak tersebut harus


b. Tindak pidana yang dilakukan oleh anak tersebut harus merupakan suatu pelanggaran
terhadap larangan atau keharusan seperti yang telah diatur di dalam:
1. Pasal 489 KUHP yang menentukan
1) Kenakalan terhadap orang-orang atau barang-barang yang dapat
menimbulkan kerugian atau kesulitan, dipidana dengan pidana denda
setinggi-tingginya dua ratus duapuluh lima rupiah.
2) Apabila pada waktu melakukan pelanggaranitu belum lewat waktu satu tahun
sejak orang yang bersalah telah dijatuhi pidana yang telah mempunyai
kekuatan hukum yang tetap karena pelanggaran yang sama, maka sabagai
gantinya ia dapat dipidana dengan pidana kurungan selama tiga hari.
Perlu diketahui bahwa HOGE RAAD telah mengartikan kenakalan itu
sebagai perbuatan yang dilakukan dengan maksud yang tidak baik atau
membuat orang lain merasa tidak senang.

2. Pasal 490 KUHP yang menentukan:


Dipidana dengan pidana kurungan selama-lamanya enam hari atau dengan pidana
denda setinggi-tingginya tiga ratus tujuh puluh lima rupiah:
1) Barang siapa menghasut seekor hewan terhadap manusia atau terhadap hewan
yang ditunggangi,yang dipasang di depan kereta penggangkut orang atau
barang, atau terhadap seekor hewan yang membawa beban.
2) Barang siapa tidak menahan seekor hewan yang berada di bawah
pengawasannya pada waktu hewan tersebut menyerang orang atau seekor
hewan yang ditunggangi, yang dipasang di depan kereta penggangkut orang
atau barang, atau menyerang seekor hewan yang membawa beban.
3) Barang siapa kurang menjaga secukupnya seekor hewan berbahaya yang
berada di bawah pengawasannya agar hewan tersebut tidak membahayakan
bagi orang lain.
4) Barang siapa memelihara hewan buas yang berbahaya tanpa melaporkan
kepada kepala polisi setempat atau kepada pejabat yang berwenang, ataupun
tidak menaati peraturan-peraturan yang telah dikeluarkan oleh kepala polisi
atau oleh pejabat yanng ditunjuk untuk maksud tersebut.

Mengenai hewan yang berbahaya itu HOGE RAAD telah menafsirkannya,


bahwa adalah tidak perlu hewan tersebut memang dikenal sebagai hewan yang
berbahaya. Dikatakan selanjutnya ole HOGE RAAD, seekor hewan itu harus
dipandang sebagai berbahaya, bukan saja karena jenis atau sifatnya, melainkan
juga dapat ditentukan oleh keadaaan-keadaan.

3. Pasal 492 KUHP yang menetukan:


1) Barang siapa berada dalam keadaan mabok, ditempat umum merintang
2) lalulintas atau mengganggu ketertiban atau keamanaan bagi orang lain,
ataupun melakukan sesuatu tindakan, hinga untuk mencegah bahaya bagi jiwa
atau kesehatan dari pihak ketiga diperlukkan kehati-hatian atau tindakan
pencegahan secara khusus, dipidana dengan pidana kurungan selama-lamanya
enam hari atau dengan pidana denda setinggi-tingginyatiga ratus tujuh puluh
lima rupiah.
3) Apabila pada waktu melakukan pelanggaran itu belum lewat waktu satu tahun
sejak orang yang bersalah dijatuhi pidana yang telah mempunyai kekuatan
hukum yang tetap karena pelanggaran yang serupa atau karena pelanggaran
seperti yang telah diatur dalam pasal 536, maka ia di pidana denga pidana
kurungan selama-lamanya dua minggu.

Pasal 492 KUHP ini tidak mengutamakan masalah lalulintas dan ketertiban umum
di dalam sebuah rumah atau diatas sebuah halaman yang tertutup.((5))

HOGE RAAD telah menafsirkan tempat umum di dalam pasal ini,bukan saja
sebgai jalan umum melainkan juga tempat-tempat di mana khalayak ramai itu
dapat datang untuk mengunjungnginya.

4. Pasal 496 KUHP yang menentukan:


Barang siapa tanpa mendapatkan izin terlebih dahulu dari kepala polisi setempat
atau dari pejabat yang berwenang,membakar barang-barang bergerak miliknya
sendiri,dipidana dengan pidana denda setinggi-tingginya tiga ratus tujuh puluh
lima rupiah.
Yang dimaksudkan dengan benda-benda bergerak di dalam pasal ini adalah
benda-benda bergerak seperti yang dimaksud di dalam pasal 509
BurgelijkWetboek yaitu benda-benda yang menurut sifatnya dapat bergerak atau
dapat dipindahkan.
5. Pasal 497 KUHP yang menentukan:
Dipidana dengan pidana denda setinggi-tingginya tiga ratus tujuh puluh lima
rupiah:
1) Barang siapa di jalan umum atau dalam jarak yang demikian dekat dengan
banginan-bangunan,membakar barang-barang yang dapat menimbulkan
bahaya kebakaran,atau menyalakan api atau diluar kebutuhan melepaskan
tembakan dengan senjata api.
2) Barang siapa melepaskan balon ke udara,yakni pada benda mana terdapat
bahan-bahan yang terbakar
6. Pasal 503 KUHP yang menentukan:
Dipidana dengan pidana kurungan selama-lamanya tiga hari atau dengan pidana
denda setinggi-tingginya dua ratus dua puluh lima rupiah:
1) Barang siapa menimbulkan kegaduhan atau keramaian yang dapat
mengganggu tetangga,yang karenanya dapat menimbulkan gangguan bagi
istirahat malam.
2) Barang siapa membuat kegaduhan dekat bangunan-bangunan yang
dipergunakan untuk melakukan upacara keagaamaaan yang diizinkan atau
yang dipergunakan untuk melakukan peradilan,pada waktu sedang ada
upacara atau sidang.

Menurut HOGE RAAD ,kegaduhan atau keramaian seperti yang dimaksud di dalam pasal
503 KUHP itu harus dapat mengganggu istirahat malam dari para tetangga,sedang maksud
untuk menimbulkan gangguan tersebut tidaklah disyaratkan. Ini berarti bahwa para tetangga
itu tidak perlumerasa terganggu oleh kegaduhan atau keramaian tersebut,hingga di dalam
surat tuduhan,jaksa cukup menyebutkan suatu jam tertentu pada malam hari dengan
menjelaskan,bahwa kegaduhan tersebut dapat mengganggu istirahat malam.

7. Pasal 504 KUHP yang menentukan:


1) Barang siapa meminta-minta pemberian di depan umum karena bersalah
telah melakukan perbuatan minta-minta dipidana dengan pidana kurungan
selama-lamanya enam minggu.
2) Perbuatan minta-minta yang dilakukan oleh tiga orang atau lebih secara
bersama-sama yang telah berusia lebih dari enam belas tahun dipidana
dengan pidana kurungan selama-lamanya tiga bulan

Di dalam praktek kita sering menjumpai orang yang datang kerumah-rumah


dengan menyodorkan sepucuk surat dengan maksud untuk meminta
“sumbangan”,yang sebenarnya adalah tidak lain dari perbuatan meminta-minta
yang terlarang menurut pasal ini.

Perbuatan meminta-minta di tempat umum itu tidaklah terbatas pada


perbuatan meminta-minta ditempat umum saja,melainkan juga perbuatan
meminta-minta kepada orang-orang tertentu di tempat umum.

8. Pasal 505 KUHP yang menentukan:


1) Barang siapa berkeliaran kemana-mana tanpa mempunyai sesuatu mata
pencaharian,karena bersalah telah bergelandangan,dipidana dengan pidana
kurungan selama-lamanya tiga bulan
2) Bergelandangan yang dilakukan oleh tiga orang atau lebih yang berusia
lebih dari enam belas tahun,dipidana dengan pidana kurungan selama-
lamanya enam bulan

Penulis masih ingat bahwa pada zaman penjajahan Belanda dahulu,banyak orang telah
dijatuhi pidana oleh pengadilan karena landloperji atau karena perbuatan
bergelandangan,semata-mata karena orang telah bepergian kemana-mana tanpa mata
pencaharian dan tanpa memiliki uang sesenpun di dalam sakunya.Padahal sejak tahun 1895
HOGE RAAD telah memutuskan,bahwa tidak adanya alat pembayaran pada diri seseorang
itu bukan merupakan bukti bahwa orang tersebut telah melakukan suatu landloperij.

9. Pasal 514 KUHP yang menentukan:


Buruh harian,pengangkut barang,penyampai pesanan,pemuat barang atau kuli
yang dalam melakukan pekerjaannya telah mengapalkan arau tidak
mengenbalikan alat-alat yang telah dipinjamkan kepada mereka atau alpa
menyerahkan barang-barang yang telah diserahkan kepada mereka untuk
diangkut,dipidana dengan pidana kurungan selama-lamanya enam hari atau
dengan pidana denda setinggi-tingginya tiga ratus tujuh puluh lima rupiah.
10. Pasal 517 KUHP yang menentukan:
1) Dipidana dengan pidana kurungan selama-lamanya satu bulan atau dengan
pidana denda setinggi-tingginya dau ribu dua ratus lima puluh rupiah:
1. Barang siapa membeli,menukarkan,menerima sebagai
hadiah,menggadai,menerima untuk dipakai atau untuk disimpan,barang-
barang yang termasuk pakaian,perlengkapan,persenjataan dari seorang
anggota angkatan bersenjeta di bawah pangkat perwira atau
menjual,menukar,memberikan sebagai
hadiah ,menggadaikan,memberikan untuk dipakai atau untuk disimpan
barang-barang seperti itu dari seorang anggota Angkatan bersenjata di
bawah pangkat perwira
2. Barang siapa membiasakan diri mebeli barang-barang seperti itu tanpa
memperhatikan peraturan-peraturan mengenai pembelian yang diadakan
menurut peraturan umum mengenai daftar yang harus dikerjakan
2) Apabila pada waktu melakukan pelanggaran tersebut,belum lewat waktu dua
tahun sejak orang yang bersalah telah dijatuhi pidana yang telah mempunyai
kekuatan hukum yang tetap karena telah melakukan pelanggaran yang
sama,maka pidana-pidana tersebut dapat dilipatduakan
11. Pasal 518 KUHP yang menentukan:
Barang siapa tanpa mempunyai hak telah memberikan sesuatu benda kepada
seorang terpidana yang sedang menjalankan pidana atau menerima sesuatu benda
sesuatu benda dari orang seperti itu,dipidana dengan pidana kurungan selama-
lamanya enam hari atau dengan pidana denda setinggi-tingginya tiga ratus tujuh
puluh lima rupiah.
12. Pasal 519 KUHP yang menentukan:
1) Barang siapa membuat,menjual atau menguasai untuk dijual atau untuk
disebarluaskan atau memasukkan ke indonesia barang-barang
cetakan,kepingan-kepingan logam atau benda-benda lainnya dalam bentuk
atau yang menyerupai uang kertas pemerintah,uang kertas bank,mata uang
atau kerajinan emas atau perak yang memakai lambang negara atau
menyerupai meterai pos,dipidana dengan pidana denda setinggi-tingginya
empat ribu lima ratus rupiah
2) Barang-barang yang menyebabkan pelanggaran itu telah dilakukan,dapat
dinyatakan sebagai disita

Tentang apa sebabnya perbuatan-perbuatan seperti dimaksudkan di atas itu dianggap


sebagai tindak pidana,HOGE RAAD telah menjelaskan,karena perbuatan-perbuatan seperti
itu dapat memudahkan perbuatan-perbuatan yang bersifat menipu atau dapat mengurangi
kepercayaan orang terhadap alat-alat pembayaran yang berlaku

13. Pasal 526 KUHP yang menentukan:


Barang siapa yang secara melawan hukum merobek,membuat hingga tidak dapat
dibaca atau merusak suatu pengumuman yang dikeluarkan oleh kekuasaaan yang
berwenang atau berdasarkan peraturan undang-undang,dippidana dengan pidana
denda setinggi-tingginya dua ratus dua puluh lima rupiah.
14. Pasal 531 KUHP yang menentukan:
Barang siapa yang menyaksikan orang lain berada dalam keadaan bahaya bagi
nyawanya seketika itu juga,mengalpakan untuk memberikan banntuannya kepada
orang tersebut atau mengalpakan untuk berusaha mendapatkan pertolongan bagi
orang itu,sedang pertolongan atau usaha untuk mendapatkan pertolongan tersebut
dapat ia lakukan,tanpa secara patut dapat menimbulkan bahaya bagi dirinya
sendiri atau bagi diri orang lain,dan apabila kemudian telah mengakibatkan
meninggalnya orang itu,maka ia dipidana dengan pidana kurungan selama-
lamanya tiga bulan atau dengan pidana denda setinggi-tingginya empat ribu lima
ratus rupiah.
Yang dimaksud dengan “orang yang menyaksikan” di dalam pasal 531 KUHP
itu,adalah mereka yang berada di tempat ketika orang lain berada dalam keadaan
bahaya bagi nyawanya pada saat itu juga,dan yang menyadari tentang hal tersebut
dan bukan semata-mata sebagai seorang saksi mata
15. Pasal 532 KUHP yang menentukan:
Dipidana dengan pidana kurunga selama-lamanya tiga hari atau denggan pidana
denda setinggi-tingginya dua ratus dua puluh lima rupiah:
1) Barang siapa di tempat umum menyanyikan lagu-lagu yang menyinggung
kesusilaan;
2) Barang siapa di tempat umum melakukan pembicaraan yang menyinggung
kesusilaan dan
3) Barang siapa menuliskan kata-kata atau menggambar lukisan-lukisan yang
menyinggung kesusilaan di suatu tempat yang dapat terlihat dari jalan
umum
16. Pasal 536 KUHP yang menantukan :
1) Barang siapa dalam keadaan mabok bebrada di jalan umum dipidana
dengan pidana denda setinggi-tingginya dua ratis dua puluh lima rupiah
2) Apabila papda waktu melakukan pelanggaran itu belum lewat satu tahun
sejak orang yang bersalah dijatuhi pidana yang telah mempunyai kekuatan
hukum yang tetap karena melakukan pelanggaran yang sama atau telah
melakukan pelanggaran seperti yang telah diatur di dalam pasal
492,sebagai pengganti denda ia dapat dijatuhi pidana kuurngan selama-
lamanya tiga hari
3) Pada pengulangan kedua dalam satu tahun,setelah pidana yang pertama
karena pengulangan mempunyai kekuatan hukum yang tetap,ia dapat
dijatuhi pidana kurungan selama-lamanya dua minggu
4) Pada pengulangan ketiga dan selanjutnya yang setiap kali dilakukan dalam
waktu satu tahun setelah pidana yang terakhir karena pengulangan kedua
dan seterusnya mempunyai kekuatan hukum yang tetap,maka ia dapat
dijatuhi pidana kurunga selama-lamanya tiga bulan.

Perkataan dalam keadaan mabok,itu juga menunjukkan keadaan yang


sebenarnya,hingga di dalam surat tuduhannya itu jaksa juga dapat
mempergunakan perkataan tersebut

Keadaan yang sebenarnya itu hanya dapat dibuktikan oleh perbuatan-


perbuatan dan keadaan-keadaan tertentu.

17. Pasal 540 KUHP yang menentukan:


1) Dipidana dengan pidana kurungan selama-lamanya delapan hari atau
dengan pidana denda setinggi-tingginya dua ribu dua ratus lima puluh
rupiah:
1. Barang siapa mempekerjakan hewan yang secara nyata melampaui
batas kekuatannya,
2. Barang siapa tanpa perlu mempekerjakan hewan dengan cara yang
menyakitkan atau menyiksa
3. Barang siapa mempekerjakan binatang yang
pincang,cacat,berkudis,luka,nyata-nyata bunting atau masih menyusui
ankanya,yang karena keadaaanya adalah tidak layak untuk
dipekerjakan atau dengan cara menyakiti atau menyiksa
4. Barang siapa tanpa perlu mengangkut atau menyuruh untuk diangkut
hewan dengan cara yang menyakiti atau menyiksa
5. Barang siapa mengangkut atau menyuruh untuk diangkut hewan tanpa
menyediakan atau menyuruh untuk disediakan bahan makana yang
diperlukan
2) Apabila pada waktu melakukan pelanggaran itu belum lewat waktu atu
tahun sjak orang yang bersalah telah dipidana yang telah mempunyai
kekuatan hukum yang tetap,karena telah melakukan pelanggaran yang
sama atau karena telah melakukan pelanggaran yang sama atau karena
telah melakukan salah satu pelanggaran yang telah diatu di dalam pasal
541 ataupun karena telah melakukan kejahatan seperti yang diatur di
dalam pasal 302,maka ia dapat dipidana dengan pidana kurungan selama-
lamanya empat belas hari.
c. Tindak pidana Yng dilakukan oleh anak tersebut haruslah merupakan suatu
pengulangan yang telah ia lakukan sebelum lewat jangka waktu dua tahun sejak ia
pernah dijatuhi pidana oleh hakim yang telah mempunyai kekuatan hukum yang
tetap,karena telah melakukan sesuatu kejahatan atau karena telah melakukan salah
satu dari pelanggaran-pelanggaran tersebut diatas.
Dari ketentuan yang diatur dalam alinea ketiga dari pasal 45 KUHP di atas, dapat
diketahui bahwa hakim itu tidak perlu harus memutuskan untuk menenmpatkan
seorang anak di bawah usia enam belas tahun di bawah pengawasan
pemerintah,apabila anak tersebut baru untuk pertama kalinya melakukan sesuatu
kejahatan atau baru untuk pertama kalinya melakukan pelanggaran terhadap
larangan-larangan atau keharusan –keharusan seperti yang telah disebutkan di dalam
pasal-pasal KUHP tersebut di atas.
Apa kini yang dapat terjadi engan anak itu,apabila hakim telah memutuskan untuk
menenmpatkan anak tersebut di bawah pwngawasan pemerintah?
Dalalm hal ini terdapat dua kemungkinan.,yaitu apakah:
d. Anak tersebut akan dimasukkan ke dalam suatu lembaga pendidikan negara atau suatu
landsopvoedingsgesticht untuk dididik atau untuk kemudian dididik disana atas
tanggungan dari pemerintah atau
e. Anak tersebut akan diserahkan kepada orang tertentu atau kepada sebuah
perkumpulan yang berbentuk badan hukum atau kepada suatu lembaga atau yayasan
yang semuanaya berkedudukan di Indonesia,untuk memperoleh pendidikan di sana
atas tanggungan dari pemerintah,yakni selambat-lambatnya hingga anak itu mencapai
usia delapan belas tahun

Ini berarti bahwa menurut undang –undang pidana yang berlaku di negara kita,bagi
seorang anak yang telah mencapai usia delapan belas tahun itu dapat dijatuhkan semuan
jenis pidana pokok dan semua jenis pidana tambahan seperti yang telah diatur di dalam
pasal 10 KUHP.

Akan tetapi itu tidak berarti bahwa semua jenis pidana pokok dan semua jenis pidana
tambahan yang telah diatur di dalam pasal 10 KUHP itu baru dapat dijatuhkan bagi
seorang anak,yaitu apabila anak tersebut telah mencapai usai delapan belas tahun pada
waktu ia diadili oleh pengadilan karena tindak pidana yang telah ia lakukan.Tahukan anda
apa sebabnya?
Bukankah ketentuan pidana yang telah diatur di dalam Pasal 47 ayat (1) sampai
dengan ayat (3) KUHP itu hanya berkenaan dengan penjatuhan pidana oleh hakim bagi
anak-anak yang pada waktu melakukan suatu tindak Pidana belum mencapai usia enam
belas tahun?

Pengaturan lebih lanjut tentang penempatan seorang anak di bawah pengawasan


pemerintah itu ternyata telah tidak diatur di dalam Kitab Undang-undang Hukum
Pidana,melainkan di dalam ordonasi tanggal 21 Desember 1918,Staatsblad tahun 1917
nomor 741,yang juga dikenal dengan sebutan Dwangopvoeding Regeling atau peraturan
pendidikan Paksa,yang mulai diberlakukan di Indonesia sejak tanggal 1 Januari 1918 dan
yang hingga kini belum pernah diganti oleh pembentuk Undang-undang kita.

Walaupun peraturan yang mengatur lebih lanjut tentang penempatan seorang anak di
bawah pengawasan pemerintah itu disebut Dwangopvoeding Regeling atau peraturan
pendidikan Paksa,akan tetapi lembaga pendidikannya sendiri dimana anak tersebut harus
dimasukkan tidak lagi disebut sebagai Lembaga pendidikan paksa,akan tetapi menurut
Staatsblad tahun 1926 nomor 278 telah diganti dengan sebutan Lembaga Pendidikan
Negara atau Landsopvoedingsgesticht.

Yang dapat diterima ke dalam lembaga Pendidikan Negara seperti itu bukan hannya
anak-anak di bawah usia delapan belas tahun yang oleh hakim telah diperintahkan untuk
ditempatkan di bawah pengawasan pemerintah saja,melainkan juga anak-anak seperti
yang dimaksudkan di dalam pasal 302 dan pasal 384 Burgerlijk Wetboek.

Pengelolaan dan pengawasan dari lembaga-lembaga pendidikan negara itu dilakukan


oleh Menteri Kehakiman,hingga wajarlah apabila menurut pasal 6b dari Dwangopvoeding
Regeling tersebut telah ditentukan,bahwa yang berwenang memerintahkan agar seseorang
anak itu diterima atau dikeluarkan dari suatu lembaga pendidikan negara adalah juga
Menteri Kehakiman.

Di atas telah dijelaskan bahwa anak-anak yang oleh hakim telah diperintahkan untuk
ditempatkan di baah pengawasan pemerintah itu,dapat dimasukkan ke dalam suatu
lembaga pendidikan negara hingga mereka itu mencapai usia delapan belas tahun,akan
tetapi itu tidak berarti bahwa anak-anak tersebut selalu harus menunggu sampai mereka
itu mencapai usia delapan belas tahun agar dapat dibebaskan dari suatu lemmbaga
pendidikan negara.
Menurut ketentuan pasal 6a ayat (2) Dwangopvoeding Regeling,anak-anak yang
dimasukkan ke dalam lembaga pendidikan negara itu setiap waktu dapat dibebaskan dari
lembaga pendidikan negara,apabila:

a. Penyebab dari dimasukkanya mereka ke dalam lembaga pendidikan negara itu


ternyata telah berhasil ditiadakan atau
b. Keadaan jasmaniah atau rohaniah anak tersebut ternyata telah tidak mengizinkan
untuk membiarkan anak itu tetap berada di dalam lembaga pendidikan negara.

Yang dapat menentukan ke lembaga pendidikan negara yang mana seseorang anak yang
oleh hakim telah diperintahkan untuk ditempatkan di bawah pengawasan pemerintah itu
dapay dimasukkan bukanlah hakim yang memutuskan perkara dari anak tersebut ataupun
jaksa yang telah menuntut agar anak itu ditempatkan di bawah pengawasan
pemerintah,melainkan Menteri Kehakiman

Tentunya anda akan bertanya tentang bagaimana caranya Menteri kehakiman itu dapat
mengetahui,bahwa salah sebuah pengadilan yang ada di Indonesia telah memutuskan untuk
memerintahkan agar seorang anak yang belum dewasa ditempatkan di bawah pengawasan
pemerintah

Apabila suatu putusan pengadilan yang telah memerintahkan agar seseorang anak yang
belum dewasa ditempatkan di bawah pengawasan pemerintah itu telah mempunyai kekuatan
hukum yang tetap,maka jaksa yang berkewajiban untuk melaksanakan putusan hakim
tersebut harus mengirimkam salinan dari putusan pengadilan yang bersangkutan kepada
menteri kehakiman disertai dengan sebuah foto dari anak yang harus ditempatkan dibawah
pengawasan pemerintah,dengan sebuah daftar sinyalemen dan kartu sidik jari dari anak
itu,dan apabila dikehendaki oleh jaksa maka ia juga dapat menyertakan usul-usulnya tentang
bagaimana sebaiknya melaksanakan putusan pengadilan yang telah memerintahkan agar anak
itu ditempatkan di bawah pengawasan pemerintah.

Sebelum berkas pe,beritahuan tersebut dikirimkan kepada Menteri Kehakiman,jaksa dapat


mengundang orang tu atau wali dari anak yang bersangkutan,untuk diberitahukan tentang
akan dikirimkannya berkas pemberitahuan yang menyangkut anak atau anak yang berada
dalam perwaliannya itu kepada Menteri Kehakiman,dan untuk ditanya apakah orang tua atau
wali anak tersebut mempunyai sesuatu usul yang perlu disampaikan kepada Menteri
Kehakiman sebagai bahan pertimbangan bagi Menteri dalam mebuat putusannya
Setelah dipertimbangkan oleh Menteri,berkas pemberitahuan itu kemudian akan
dikirimkan kembali kepada jaksa yang harus melaksanakan putusan pengadilan yang
bersangkutan,dengan disertai putusan dari Menteri kehakiman tentang di lembaga pendidikan
negar ayang mana anak itu harus ditempatkan,atau tentang kepada siapa atau kepada lembaga
atau yayasan yang mana anak tersebut harus diserahkan untuk mendapatkan pendidikan atas
tanggungan dari pemerintah.

Sebelum adanya putusan dari Menteri Kehakiman seperti dimaksudkan di atas,dengan


persetujuan dari Menteri Kehakiman,jaksa berwenang untuk mengambil langkah-langkah
seperlunya untuk menempatkan anak tersebut di suatu tempat yang tertentu.

Pasal 6a dari Dwangopvoeding Regeling juga menentukan,bahwa pengurus dari suatu


perkumpulan yang bersifat badan hukum atau lembaga –lembaga atau yayasan-yayasan yang
semuanya berkedudukan di Indonesia,dapat mengajukan permohonan secara tertulis kepada
Menteri Kehakiman,agar seseorang anak yang sesuai dengan ketentuan di dalam pasal 365
Burgerlijk wetboek,oleh hakim telah ditempatkan di bawah perwaliannya itu ditempatkan di
dalam suatu lembaga pendidikan negara,apabila anak tersebut ternyata telah menunjukkan
sifat-sifatnya yang jahat dan selalu bersikap mentang.

Permohonan secara tertulis seperti dimaksudkan di atas itu harus disertai dengan suatu
keternagan dokter mengenai keadaan jasmaniah dan keaadan rohaniah dari anak yang
bersangkutan,dan disertai dengan penjelasan mengenai kenyataan-kenyataan dan keadaan-
keadaan yang menunjukkan bahwa anak itu telah menunjukkan sifat-sifatnya yang jahat dan
sikapnya yang selalu menentang.

Perintah untuk menerima anak-anak seperti itu di dalam suatu lembaga pendidikan negara
araupun perintah untuk membebaskan anak-anak tersebut dari suatu lembaga pendidkan yang
harus dibayar oleh negara,hanya dapat diberikan oleh Mneteri Kehakiman setlah mendengar
pendapat dari dewan perwalian.

Anak-anak tersebut setiap waktu dapat dibebaskan dari lembaga pendidikan


negara,apabila penyebab dari dimasukkannya mereka ke dalam lembaga pendiidkan negara
itu telah berhasi ditiadakan,ataupun apabila keadaan jasmaniah atau rohaniah dari anak itu
ternyata telah mengizinkan utnuk membiarkannya tetap berada di dalam lembaga pendidikan
negara.
Pembebasan seperti dimaksudkan di atas itu tidak akan diperintahkan oleh Menteri
Kehakiman,kecuali jika pembebasan tersebut telah diusulkan oleh direktur dari lembaga
pendidikan negara dimana anak itu telah ditempatkan.

Pasal 7 dari Dwangopvoeding Regeling menentukan,bahwa apabila keadaan dari ruangan-


ruangan dan pembagian dari bangunan mengizinkannnya,maka suatu lembaga pendidikan
negara itu perlu menjadi empat bagian,yaitu:

1. Bagian pertama diperuntukkan bagi semua anak yang baru diterima di dalam lembaga
pendidikan negara,karena oleh hakim telah diperintahkan untuk ditempatkan di bawah
pengawasan pemerintah,kecuali anak-anak yang sesuai dengan putusan dari Menteri
Kehakiman dapat segera di serahkan kepada orang tertentu atau kepada sebuah lembaga
atau yayasan seperti yang dimaksud di dalam pasal 64 KUHP,yaitu segera setelah mereka
ditempatkan di bawah pengawasan pemerintah;
2. Bagian kedua diperuntukkan bagi anak-anak yang selama berada di bagian pertama telah
membuktikan,bahwa mereka itu merupakan anak-anak yang mempunyai sifat-sifat yang
normal dan yang karena pertimbangan bahwa kepada mereka itu perlu diberikan suatu
pendidikan yang bersifat kejuruan,kemudian telah diputuskan untuk tidak menyerahkan
pendidikan bagi mereka kepada orang tertentu atau kepada sebuah lembaga atau yayasan
seperti yang dimaksud di dalam pasal 46 KUHP.
3. Bagian ketiga diperuntukkan bagi anak-anak yang selama berada di bagian pertama telah
menunjukkan sifat-sifatnya yang tidak normal,hingga mereka itu tidakk dapat diserahkan
untuk dididik kepada orang tertentu atau kepada sebuah lembaga atau yayasan seperti
yang dimaksud di dalam pasal 44 KUHP dan
4. Bagian keempat diperuntukkan bagi anak-anak:
1) Yang secara terus menerus telah berperilaku tidak baik;
2) Yang oleh orang,lembaga atau yayasan seperti yang dimaksud di dalam pasal 46
KUHP telah diserahkan kepada lembaga pendidikan negara karena perilaku mereka
yang tidak baik;
3) Yang pembebasan bersyaratnya telah dicabut kembali dan;
4) Yang berdasarkan ketentuan-ketentuan di dalam pasal 302 dan pasal 384 daei
Bugerlijk Wetboek telah ditempatkan di dalam suatu lembaga pendidikan negara
Akhirnya pasal 8 ayat (1) Dwangopvoeding Regeling telah mennetukan bahwa di semua
bagian yang telah disebutkan di atas itu,anak-anak yang berusia kurang dari empat belas
tahun harus dipisahkan dari anak-anak yang lain.

Segera setelah seorang anak dimasukkan ke dalam suatu lembaga pendidikan


negara,badannya akan digeledah untuk menemukan benda apa saha yang mungkin dapat
dibawa masuk ke dalam lembaga pendidikan negara.Benda-benda yang tidak pantas untuk
disimpan oleh pengurus lembaga pendidikan negara akan dikembalikan kepada orang rua
atau wali dari anak yang bersangkutan,sedang benda-benda yang nilainya rendah akan
dimusnahkan atas perintah dari direktur dari lembaga pendidikan negara di mana anak itu
telah ditempatkan.

Setelah satu minggu seorang anak itu ditempatkan di dalam suatu lembaga pendidikan
negara,maka direktur dari lembaga pendidikan negara yang bersangkutan secara teratur akan
mengirimkan berita mengenai perkembangan dari anak tersebut kepada orang tua atau kepada
walinya.

Dalam keadaan-keadaan yang sifatnya khusus,oleh Menteri Kehakiman dapat diberikan


Izin kepada seorang anak yang ditempatkan di dalam sebuah lembaga pendidikan negara
untuk meninggalkan lembaga pendidikan negara di mana ia telah ditempatkan untuk
sementara waktu,dengan syarat-syarat yang ditentukan oleh Kepala Departemen yang
mengurus lembaga-lembaga pendidikan negara.

Anak-anak yang ditempatkan di dalam sebuah lembaga pendidikan negara dilarang


memakai pakaian yang disediakan oleh lembaga pendidikan negara.kecuali anak-anak yang
berdasarkan ketentuan-ketentuan di dalam Pasal 302 atau pasal 384 dari Burgerlijk Wetboek
telah ditempatkan di dalam lembaga pendidikan negara untuk suatu jangka waktu yang tidak
lama.

Di dalam suatu lembaga pendiidkan negara itu,anak-anak yang telah ditempatkan di


dalamnya akan memeproleh pendidikan kejuruan atau akan diajrkan utnuk mengerjakan
berbagai jenis kerajinan tangan sesuai dengan pilihan dan minat dari anak-anak itu sendiri.

Pasal 52 ayat (1) Dwangopvoeding Regeling menentukan,bahwa setelah mendapat izin


dari Menteri Kehakiman,kepada anak-anak yang ditempatkan di dalam lembaga pendidikan
negara itu dapat diberikan ajaran agama dan dapat diberikan kesempatan untuk mengikuti
upacara-upacara keagaamaan sesuai dengan agama mereka masing-masing
Walaupun kehidupan anak-anak yan ditempatkan di dalam lembaga- lembaga pendidikan
negara itu sehari-hari terikat pada peraturan-peraturan tatatertib yang keras,akan tetapi
mereka itu juga mendapat perlindungan hukum terhadap kesewenang-wenangan yang
mungkin saja dapat dilakukan olehh pegawai-pegawai dari lembaga-lembaga pendidikan
negara.

Para pegawai dari suatu lembaga pendidikan negara itu dilarnag keras melakukan
tindakan-tindakan yang dapat menimbulkan kebencian atau keinginan utnuk membalas
dendam dari anak-anak terhadap para pegawai yang bersangkutan,bahkan pasal 57 ayat (2)
dari Dwangopvoeding Regeling telah menentukan,bahwa pegawai pegawai seperti itu harus
dipecat oleh direktur dari lembaga pendidikan negara,atau apabila ia tidak berwenang untuk
melakukan pemecatang seperti itu,maka pegawai-pegawai tersebut harus dibebaskan dari
pekerjaan mereka dengan mengajukan usul kepada atasan yang berwenang,agar mereka itu
dipecat dari jabatannya.

Terhadap pelanggaran-pelanggaran atas peraturan-peraturan mengenai ketertiban di dalam


lembaga pendidikan negara dan mengenai tatatertib kehidupan sehari-hari di dalam lembaga
pendiidkan negara,Direktur dari lembaga pendidikan negara yang bersangkutan berwenang
untuk menjatuhkan satu atau beberapa hukuman disiplin kepada pelanggarnya seperti berikut
ini:

a. Anak itu dilarang untuk menerima surat-surat,untuk menerima kunjungan atau tidak
diberitakan kemudahan-kemudahan yang sebenarnya ia berhak untuk menerimanya
dari lembaga pendidikan negara,untuk suatu jangka waktu tertentu yang ditentukan
oleh Direktur dari lembaga pendidikan negara yang bersangkutan
b. Sebagai pengganti dari makanan yang seharusnya diterima oleh anak itu,maka
kepadanya hanya diberikan makanan berupa nasi dan air
c. Anak itu akan ditutup secara menyendiri atau
d. Anak itu akan ditutup secara menyendiri di dalam sebuah kerangkeng dengan jeruji
besi

Hukum disiplin berupa pemberian makan yang terdiri dari nasi dan air itu dapat dijatuhkan
bagi anak-anak di bawah usia empat belas tahun untuk selama-lamanya tujuh hari,dan bagi
anak-anak yang telah mencapai usia empat belas tahun untuk selama-lamanya tujuh hari dan
bagi anak-anak yang telah mencapai usia empat belas tahun untuk selama-lamanya empat
belas hari.
Hukuman disiplin berupa penutupan secara menyendiri itu dapat dijatuhkan bagi anak-
anak di bawah usia empat belas tahun untuk selama-lamanya empat hari,dan bagi anak-anak
yang telah mencapai usia empat belas tahun untuk selama-lamanya delapan hari

Sedang hukuman disiplin berupa penutupan secara menyendiri di dalam sebuah


kerangkeng dengan jeruji besi itu hanya dapat dijatuhkan bagi anak-anak yang telah
mencapai usia empat belas tahun untuk selama-lamanya empat hari.

Ketiga macam hukuman disiplin tersebut di atas itu dapat dijatuhkan secara
bersyarat,dengan menggantungkan pelaksanaannya pada beberapa syarat yang harus dipenuhi
oleh anak yang bersangkutan,sedang lamanya hukuman disiplin yang harus dijalankan oleh
seorang anak itu dapat dikurangi apabila anak tersebut secara nyata telah menunjukkank
penyesalannya

Tentang bagaimana caranya hukuman disiplin berupa penutupan secara menyendiri itu
harus dilaksanakan,pasal 63 sampai dengan pasal 66 Dwangopvoeding Regeling telah
menentukan:

a. Bahwa anak itu akan ditutup di dalam sebuah sel yang terkunci dan pada dasarnya
kepada anak tersebut dapat diberikan kesempatan untuk melakukan pekerjaan
b. Bahwa kepada anak itu akan diberikan kesempatan untuk mandi dan untuk bergerak
badan di luar sel sebanyak dua kali sehari selama satu jam
c. Bahwa anak itu hanya dapat dikunjungi oleh seoranag guru agama,diirektur dari
lembaga pendidikan negara yang bersangkutan atau oleh pegawai yang bertugas untuk
mengawasi anak tersebut
d. Bahwa penutupan secara menyendiri di dalam sebuah kerangkeng dengan jeruji besi
itu hanya dapat dilakukan terhadap anak-anak yang ditempatkan di dalam bagian
keempat,yang dapat dilakukan baik dengan merantai tangan ataupun dengan merantai
tangan dan kaki dari anak tersebut

Di atas telah dijelaskan bahwa apabila hakim telahh memerintahkan agar seorang anak
itu ditempatkan di bawah pengawasan pemerintah,maka anak tersebut dapat ditempatkan
di dalam suatu lembaga pendidikan negara ataupun ia dapat diserahkan kepada orang
tertentu,kepada sebuah perkumpulan,kepada sebuah lembaga atau sebuah yaaysan untuk
dididik hingga selambat-lambatnya anak itu mencapai usiamdelapan belas tahun.
Yang dapat diberi kepercayaan untuk mendidik anak-anak yang oleh hakim telah
diperintahkan untuk ditempatkan di bawah pengawasan pemerintah itu adalah
orang,perkumpulan,lembaga atau yayasan yang secara tertulis telah menyatakan
kesediaanya untuk megurus anak-anak belum dewasa yang ditempatkan di bawah
pengawasan pemerintah.

Pernyataan secara tertulis tersebut oleh perkumpulan lembaga atau oleh yayasan yang
bersangkutan harus dikirimkan kepapda Menteri Kehakiman disertai dengan anggaran
dasar,akte pendirian atau anggaran rumah tangganya,baik dalam bentuknya yang asli
maupun dalam bentuk salinan,dan disertai pula dengan penjelasan tentang jenis anak-
anak di bawah umur yang bagaimana dan tentang banyaknya anak yang dapat mereka
terima

Pasal 86 dan pasal 87 dari Dwangopvoeding Regeling telah mennetukan,bahwa untuk


menyerahkan seorang anak di bawah umur kepada seorang tertentu,kepada
perkumpulan,lembaga atau kepada seseorang tertentu,kepada perkumpulan lembaga atau
kepada yayasan seperti dimaksud diatas itu,sedapat mungkin orang harus memperhatikan
jaminan bahwa anak tersebut akan memperoleh pendidikan sesuai dengan lingkungan
agama yang dianutinya,dan perlu pula diperhatikan yaitu keinginan yang telah
dikemukakan oleh orang tua atau wali dari anak yang bersangkutan demi kepentingan
anak itu sendiri dan demi kepentingan umum.

Anak-anak di bawah umur yang telah ditemparkan di dalam suatu lembaga pendidikan
negara itu,atas usul dari direktur dari lembaga pendidikan negara yang bersangkutan,oleh
Menteri Kehakiman dapat diperintahkan untuk diserahkan kepada seseorang
tertentu,kepada sebuah perkumpulan,sebuah lembaga atau sebuah yayasan untuk
memperoleh pendidikan di sana.

Segera setelah dilakukannya penyerahan dari seorang anak oleh Direktur dari suatu
lembaga pendiidkan negara kepada orang atau kepada sebuah perkumpulan,sebuah
lembaga atau sebuah yayasan seperti dimaksudkan di atas itu,Direktur dari lembaga
pendidikan negara yang bersangkutan harus melaporkan kepada Menteri Kehakiman
tentang waktu anak itu telah diserahkan dengan mengirimkan bukti penerimaan yang
dibubuhi dengan tanggal dan tanda tanggan dari pihak yang telah menerima penyerahan
anak tersebut.
Apabila penyerahan dari anak itu terjadi segera setelah anak tersebut ditenpatkan di
bawah pemerintah,maka yang berkewajiban untuk melaporkan penyerahan tersebut
kepada Menteri Kehakiman adalah jaksa yang harus melaksanakan putusan pengadilan.

Mengenai orang tertentu seperti yang dimaksud di dalam pasal-pasal 86 dan 87


Dwangopvoeding Regeling tersebut di atas itu,di dalam Pasal 97 dan selanjutnya dari
Dwangopvoeding Regeling telah mennetukan beberapa syarat sebagai berikut:

a. Bahwa orang tertentu dan anggota-anggota keluarganya serumah di mana


sssseorang anak di bawah umur itu dapat ditempatkan ahruslah mempunyai
kelakukan yang baik dan mempunyai keberadaban yang cukup
b. Bahwa dengan suatu keternagan dokter,kesehatan dari orang tertentu dan
keluarganya itu telah dinyatakan sebagai tidak membahayakan bagi orang yang
akan tinggal serumah
c. Bahwa rumah dari oranag tertentu tersebut harus berada di suatu daerah yang
sehat dan dibangun demikian rupa hingga mempunyai ruangan-ruangan yang
cukup untuk menampung banyaknya orang yang menghuni rumah tersebut.

Sedang mengenai perlakuan yang harus diberikan leh orang tertentu bagi anak di bawah
umur yang doserahkan kepadanya itu,pasal 99 dan selanjutnya dari Dwangopvoeding
Regeling antara lain telah menentukan bahwa:

a. Kebersihan dari anak dan rumah di mana anak itu ditempatkan harus terpelihara
b. Kepada anak itu harus diberikan makanan yang sehat dalam jumlah yang cukup
walaupun sifatnya sederhana dan diberikan pakaian yang pantas
c. Kepada masing-masing anak yang diserahkan kepada orang tertentu itu ahrus
diberikan sebuah kamar tidur yang pantas
d. Kepada anak-anak di bawah umur itu hanya diberikan pekerjaan-pekerjaan yangs
esuai dengan kemapuan mereka , dan tidak boleh dipekerjakan untuk tujuan-tujuan
yang lain kecuali yang secara langsung ada hubungannya dengan pendiidkan yang
diberikan kepada mereka
e. Kepada anak-anak itu ahrus diberikan pelayanan medis dengan Cuma-Cuma
f. Sekurang-kurangnya hingga mereka itu mencapai usia lima belas tahun,mereka harus
dapat menikmati pendidikan sekolah baisa,sedang anak-anak yang tidak dapat
mengikuti pendidikan sekolah baisa harus diberikan suatu pendidikan yangs iaftnya
khsusus
g. Segera setelah seorang ank itu mencapau usia yang disyaratkan,maka kepada anak
tersebut harus diberikan pendidikan di bidang-bidang
pertukangan,menggambar,industri atu di bidang pertanian

Apabila anak-anak di bawah umur yang ditempatkan di bawwah pengawasan pemerintah


itu kemudian diserahkan kepada lembaga-lembaga atau yayasan-yayasan yang
menyelenggarakan pendiidkan bagi anak-anak asuhannya di dalam suatu koloni atau di atas
sebidang tanah yang secara relatip cukup luas,maka pasal 107 dan selanjutnya dari
Dwangopvoeding Regeling itu antara lain telah menentukan:

a. Bahwa koloni tersebut harus terletak di suatu daerah yang sehat dan mempunyai
cukup ruangan untuk menampung anak-anak di bawah umur yang diserahkan
pendidikannya kepada mereka
b. Apabila keadaan menizinkan,maka pengurus dari lembaga atau yayasan hahrus
memebrikan kesempatan kepada anak-anak asuhannya untuk setiap hari nelakukan
olah raga dan bergerak di tempat-tempat yang terbuka
c. Bahwa anak-anak asuhannya itu hanya dapat diperintahkan untuk melakukan jenis
jenis-pekerjaan yang sesuai dengan usia mereka
d. Bahwa terhadap anak-anak asuhannya itu harus dilakukan pemeriksaaan medis secara
teratur dan diberikan pelayanan medis secara Cuma-Cuma

Anda mungkin juga menyukai