Anda di halaman 1dari 4

ADRIAN KURNIAWAN

B10020151
FILSAFAT HUKUM
Pasal Kontroverial Di KUHP Baru Dari Sudut Pandang Hukum Internasional Atau PBB
Antara Lain:

1. Pasal 263 dan Pasal 264 tentang Ancaman Kriminalisasi Pers

Dalam pernyataannya, PBB menyampaikan KUHP baru berisi beberapa pasal yang
berpotensi mengkriminalisasi karya jurnalistik dan melanggar kebebasan pers. Bila
menelisik rancangan undang-undang KUHP terbaru, persoalan itu tercantum dalam Paragraf
7 tentang Penyiaran dan Penyebarluasan Berita atau Pemberitahuan Bohong. Ada dua pasal
soal berita bohong, Pasal 263 dibagi menjadi dua. Ayat (1) berbunyi, "Setiap Orang yang
menyiarkan atau menyebarluaskan berita atau pemberitahuan padahal diketahuinya bahwa
berita atau pemberitahuan tersebut bohong yang mengakibatkan kerusuhan dalam
masyarakat, dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun atau pidana denda
paling banyak Rp500 juta." Sementara ayat (2) berbunyi, "Setiap Orang yang menyiarkan
atau menyebarluaskan berita atau pemberitahuan padahal patut diduga bahwa berita atau
pemberitahuan tersebut adalah bohong yang dapat mengakibatkan kerusuhan dalam
masyarakat, dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun atau pidana denda
paling banyak Rp200 juta." Lebih lanjut, pada Pasal 264 disebutkan, "Setiap orang yang
menyiarkan berita yang tidak pasti, berlebih-lebihan, atau yang tidak lengkap sedangkan
diketahuinya atau patut diduga, bahwa berita demikian dapat mengakibatkan kerusuhan di
masyarakat, dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun atau pidana denda
paling banyak Rp50 juta." Dengan demikian, bagi pewartawan yang dinilai menyebarkan
berita bohong bisa dikenai pidana mulai dua hingga empat tahun penjara. Mereka juga bisa
dikenai denda mulai Rp50 hingga Rp500 juta.

Menurut pendapat saya dari pernyataan yang di sampaikan pbb tersebut tidak sepenuhnya benar
karna kalau seandainya berita bohong atau patut diduga bohong tersebar ke masyarakat sedangkan
sebagaian besar masyarakat di Indonesia tidak menyaring berita yang mereka terima sehingga
kebanyakan masyarakat termakan berita bohong. Dengan adanya pasal tersebut media atau
wartawan akan lebih menyaring berita yang ingin di sebarkan, karna kebanyakan media atau
wartawan menggunakan berita bohong agar berita mereka menjadi hotline news tanpa adanya
pertanggung jawaban asal berita tersebut.
2. Pasal 414 Tentang Diskrimanasi LGBT

Menurut PBB, pasal itu bisa mengkriminalisasi kelompok seksual minoritas LGBT. Hal itu
sendiri diatur dalam Pasal 414. Pasal itu menyebut siapa pun yang melakukan perbuatan
cabul terhadap orang yang berbeda atau sesama jenis kelamin bisa dipenjara hingga satu
tahun atau didenda hingga Rp50 juta. Jika hal itu dipublikasi maka bisa dipenjara hingga
sembilan tahun.

Menurut saya pelaku lgbt telah melanggar asas hukum internasional yaitu Asas
kebangsaan, yang mana asas kebangsaan sendiri  adalah asas yang didasarkan pada
kekuasaan negara untuk warga negaranya. Ini berarti, hukum tetap berlaku bagi warga
negaranya di mana pun warga negara tersebut berada, sekalipun jika warga tersebut
melakukan perbuatan melawan hukum di luar negeri atau di negara lain

Menurut saya perbuatan tentang lgbt memang seharusnya diatur dalam KUHP karna perbuatan lgbt
sangat bertentangan dengan norma-norma yang ada di Indonesia terutama pada sila pertama
Pancasila yaitu “ketuhanan yang maha esa” karna dapat kita ketahui tidak satu pun agama di
Indonesia yang melegalkan lgbt. Jikalau tidak ada aturan tentang lgbt maka kebanyakan masyarakat
Indonesia akan bertindak menyimpang dan tidak sesuai dengan kaidah dan norma yang ada di
Indonesia.

3. Pasal 302 Tindak Pidana terhadap Agama dan Kepercayaan

Hak Beragama atau Berkeyakinan Aturan yang membahas soal agama dan keyakinan juga
menjadi sorotan PBB. Menurut PBB, terdapat pasal yang berpotensi melanggar hak
memeluk agama atau berkeyakinan dan melegitimasi sikap sosial yang negatif terhadap
penganut agama atau kepercayaan minoritas seperti ateis.Sikap negatif itu juga disebut bisa
membuat penganut minoritas itu mendapat tindak kekerasan. Persoalan ini sendiri diatur
salah satunya dalam Pasal 302. Pasal 302 menyebut siapapun yang menghasut seseorang
agar tidak beragama atau berkepercayaan yang dianut di Indonesia bisa dipenjara hingga dua
tahun atau didenda hingga Rp50 juta. Kemudian, bila orang tersebut memaksa orang untuk
menjadi tidak beragama atau pindah agama, bisa dipidana hingga empat tahun atau didenda
hingga Rp200 juta.

-Asas yang di langgar menurut hukum internasional yaitu asas teritorial yang mana asas
territorial adalah asas yang didasarkan pada kedaulatan atau kekuasaan negara atas
wilayahnya. Jika dielaborasikan, negara berhak untuk menerapkan hukum yang berlaku di
wilayahnya untuk warga negaranya (semua orang) tanpa tekanan kekuasaan dari negara lain.
Sehubungan dengan ini, setiap subjek hukum harus mematuhi hukum yang ditetapkan.

Menurut saya kebebasan beragama memang sudah ada di Indonesia akan tetapi tidak dengan
mengajak seseorang untuk tidak beragama. apabila seseorang di Indonesia tidak beragama maka hal
tersebut tidak sesuai dengan ideologi bangsa Indonesia yaitu Pancasila, dimana dalam sila pertama
Pancasila disebutkan yaitu ketuhanan yang maha esa, jadi apabila seseorang tidak beragama maka
bisa dikatakan bahwa dia telah menyimpang dari ideologi bangsa yaitu Pancasila.

Asas-asas yang ada pada hukum internasional adalah;

Sebelum membahas asas-asas hukum internasional, mari simak definisi hukum internasional
terlebih dahulu. Secara sederhana, hukum internasional adalah hukum yang mengatur entitas
berskala internasional.

Pada awalnya, hukum internasional hanya diartikan sebagai hukum yang mengatur perilaku dan
hubungan antarnegara semata. Namun, seiring perkembangannya, definisi hukum internasionalpun
meluas meliputi hubungan negara dengan organisasi internasional, hubungan antara organisasi
internasional dengan organisasi lainnya, hubungan negara dengan individu dalam konteks khusus,
dan lain sebagainya.

1. Teori Mochtar Kusumaatmadja yang mengartikan bahwa hukum internasional adalah


keseluruhan kaidah dan asas-asas yang mengatur hubungan atau persoalan yang melintasi
batas negara: antara negara dengan negara; dan negara dengan subjek hukum lain bukan
negara atau subjek bukan negara satu sama lain.
2. Teori Rebecca M. Wallace yang mendefinisikan bahwa hukum internasional adalah
peraturan serta norma yang di dalamnya mengatur tindakan setiap negara serta entitas
lainnya.
3. Teori Hugo de Groot yang mengartikan hukum internasional adalah sebuah hukum yang
didasarkan pada kemauan bebas serta persetujuan dari sebagian maupun keseluruhan negara.
Hukum ini dibuat dan dibentuk dalam rangka kepentingan bersama.

Berikut asas-asas yang ada pada hukum internasional:

1. Asas teritorial adalah asas yang didasarkan pada kedaulatan atau kekuasaan negara atas
wilayahnya. Jika dielaborasikan, negara berhak untuk menerapkan hukum yang berlaku di
wilayahnya untuk warga negaranya (semua orang) tanpa tekanan kekuasaan dari negara lain.
Sehubungan dengan ini, setiap subjek hukum harus mematuhi hukum yang ditetapkan.

2. Asas kebangsaan adalah asas yang didasarkan pada kekuasaan negara untuk warga
negaranya. Ini berarti, hukum tetap berlaku bagi warga negaranya di mana pun warga negara
tersebut berada, sekalipun jika warga tersebut melakukan perbuatan melawan hukum di luar
negeri atau di negara lain.

3. Ne bis in idemadalah asas hukum internasional yang jika diartikan bermakna tidak seorang
pun dapat diadili untuk kedua kalinya atas suatu perkara yang sama. Asas ini berkaitan
dengan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.
4. Pacta sunt servanda adalah asas hukum internasional yang dikenal dalam perjanjian
internasional dan menjadi kekuatan hukum serta moral bagi negara yang mengikatkan diri.
Jika diartikan, asas ini bermakna bahwa setiap perjanjian internasional yang telah disepakati
bersama harus ditaati dan dilaksanakan semua pihak tanpa ada pengingkaran.

5. Jus cogensadalah adalah kaidah atau norma yang telah diterima dan diakui oleh masyarakat
internasional secara keseluruhan dan tidak boleh dilanggar. Asas jus cogens bermakna
bahwa suatu perjanjian internasional dapat batal demi hukum jika dalam atau pada
pembentukannya bertentangan dengan kaidah atau norma dasar hukum internasional umum.

6. Inviolability dan immunityadalah asas hukum internasional yang dikenal dalam pedoman


tertib diplomatik dan protokoler. Jika diartikan, inviolability berarti seorang pejabat
diplomatik tidak dapat ditangkap atau ditahan oleh alat perlengkapan negara penerima.
Sebaliknya, negara penerima berkewajiban untuk mengambil langkah-langkah demi
mencegah adanya serangan atas kehormatan dan kekebalan dari pejabat diplomatik yang
bersangkutan. Kemudian, dengan asas immunity, pejabat diplomatik menjadi kebal terhadap
yurisdiksi dari hukum negara penerima atau tempatnya bertugas.
7. Asas Keterbukaan Menurut asas ini, hubungan antar negara didasarkan hukum internasional
dengan kesediaan masing-masing pihak untuk memberi informasi berlandaskan rasa
keadilan dan kejujuran.Tujuannya, agar masing-masing pihak bisa tahu jelas apa saja hak,
manfaat, dan kewajiban mereka dalam menjalin hubungan internasional.
8. Asas Rebus Sic Stantibus
Asas ini bisa digunakan untuk suatu perubahan yang fundamental atau mendasar yang
berhubungan dengan perjanjian internasional.

Asasnya meliputi asas persamaan derajat, yang merupakan hubungan antar negara perlu
didasarkan pada asas bahwa negara yang memiliki hubungan adalah negara berdaulat.

Pada dasarnya, negara-negara di dunia sudah sama derajatnya secara formal. Namun, secara
substansi dan faktualnya masih ada ketidaksamaan derajat, terutama dalam bidang ekonomi
9. Asas Egality Right
Asas hukum internasional selanjutnya yaitu asas egality right. Asas ini menjelaskan bahwa
pihak negara-negara punya kedudukan yang sama dan bisa saling mengadakan hubungan.

Asas egality right terdiri dari:

Asas reciprositas: tindakan suatu negara terhadap negara lain yang bisa dibalas dengan
setimpal (bisa tindakan positif maupun negatif).
Asas courtesy: asas untuk saling menjaga kehormatan dan menghormati suatu Negara
10. AsasKepentingan Umum Asas kebangsaan didasarkan pada kekuasaan suatu negara untuk
masyarakatnya. Di mana, setiap warga negara di mana pun dia berada akan tetap mendapat
perlakuan hukum dari negaranya. Asas ini memiliki kekuatan ekstrateritorial, di mana
hukum negara tersebut masih berlaku juga bagi warga negara tersebut walaupun ia sedang
beradadinegaralain.

Anda mungkin juga menyukai