Anda di halaman 1dari 5

TUGAS MATA KULIAH HUKUM PIDANA

PROBLEM TASK HUKUM PIDANA

Dosen Pengampu

Ni Komang Sutrisni, S.H., M.H.

Oleh

Putu Bagus Redika Janasuta


NPM. 2304742010158

PROGRAM STUDI HUKUM


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR
DENPASAR
2024
Problem Task :
A, B, dan C sama-sama luka parah, namun penyebabnya berbeda-beda. A terluka parah karena
digigit anjing, B terluka parah karena ditabrak oleh D yang baru belajar naik sepeda motor,
sementara C terluka parah karena di pukul oleh E yang tersinggung karena ucapan C. Polisi
yang mendapat laporan dan menangani kasus di atas sesuai dengan kewenangan dan prosedur
yang berlaku. Polisi berpendapat bahwa tidak semua perbuatan tersebut adalah tindak pidana.

Berikan tanggapan terhadap kondisi yang dialami oleh A, B, dan C tersebut apakah kondisi
yang dialami tersebut merupakan peristiwa pidana atau tidak.

Analisis :
Pengertian Tindak Pidana
Istilah tindak pidana berasal dari istilah yang dikenal dalam hukum pidana Belanda yaitu
strafbaar feit. Straf diartikan sebagai pidana atau hukum, baar diartikan sebagai dapat atau
boleh dan feit diartikan sebagai tindak, peristiwa, pelanggaran dan perbuatan. Tetapi tidak ada
penjelasan resmi tentang apa yang dimaksud dengan strafbaar feit itu.
Pembentuk undang-undang kita telah menggunakan istilah strafbaar feit untuk menyebutkan
apa yang kita kenal sebagai tindak pidana. Oleh karena itu, para ahli hukum berusaha untuk
memberikan arti dan isi dari istilah itu. Sayangnya sampai saat ini belum ada keseragaman
pendapat. “Tindak pidana merupakan pengertian dasar dalam hukum pidana (yuridis normative).
Kejahatan atau perbuatan jahat dalam arti yuridis normative adalah perbuatan seperti yang terwujud
in abstracto dalam peraturan pidana. Artinya aturan yang mengatur perbuatan yang diancam
pidana, pihak-pihak yang dapat dipidana dan sanksi pidana yang dapat dijatuhkan kepada pelaku
tindak pidana.
Unsur-unsur dari tindak pidana menurut Simons, yaitu :
1. Perbuatan manusia (positif atau negative, berbuat atau tidak berbuat atau
membiarkan).
2. Diancam dengan pidana (statbaar gesteld)
3. Melawan hukum (onrechtmatig)
4. Dilakukan dengan kesalahan (met schuld in verband staand)
5. Oleh orang yang mampu bertanggung jawab (toerekeningsvatoaar person).
6. Simons juga menyebutkan adanya unsur obyektif dan unsur subyektif dari tindak
pidana (strafbaar feit).
Pembahasan Kasus :
§ Pembahasan Kasus Pertama
Pada kasus pertama orang A terluka parah karena gigitan anjing (hewan peliharaan)
yang pemiliknya tidak diketahui, tidak termasuk kedalam tindak pidana karena tidak
memenuhi unsur-unsur tindak pidana. Alasannya, anjing (hewan) bukan merupakan
subyek hukum (subyek hukum ialah manusia dan badan hukum), selanjutnya anjing
tersebut bukanlah orang yang dapat dimintai pertanggungjawaban atas perbuatannya,
serta yang terakhir dalam peraturan di Indonesia tidak ada pasal tentang hukum gigitan
anjing. Maka kasus ini bukan merupakan tindak pidana.

§ Pembahasan Kasus Kedua


Pada Kasus kedua yang dimana orang B terluka parah karena ditabrak oleh orang D
yang baru belajar naik sepeda motor. Kasus ini merupakan tindak pidana, karena
memenuhi unsur-unsur tindak pidana. Orang D sebagai pihak yang harus bertanggung
jawab karena menabrak orang B, dalam hal ini dapat memenuhi unsur – unsur dari suatu
Tindak Pidana, dikarenakan si orang B seperti berikut
1. Jika orang B yang ditabrak dengan kondisi luka yang tidak parah atau tidak
perlu dilakukan tindakan medis atau gangguan fungsi maka orang D dapat
dikenakanakan pasal 352 ayat (1) KUHP yang berbunyi “Penganiyaan ringan
dak menimbulkan penyakit atau halangan untuk melakukan pekerjaan jabatan
atau pencarian, diancam sebagai penganiyaan ingan, dengan pidana penjara
paling lama 3 (tiga) bulan atau pidana denda sebanyak Rp 4.500 (empat ribu
lima ratu rupiah).
2. Jika orang B yang ditabrak dengan kondisi terluka parah dapat dikenakan
sanksi pidana sesuai Pasal 360 (1) KUHP, yang berbunyi “Barangsiapa karena
kealpaannya menyebabkan orang lain mendapat luka-luka berat,diancam
dengan pidana penjara paling lama lima tahun atau kurungan paling lama
satu tahun.”
3. Jika orang B ditabrak dengan kondisi Luka yang cukup serius atau luka berat
yang menyebabkan tidak bisa melakukan kegiatan tugas jabatan atau
pencarian maka dapat dikenakan pasal 90 KUHP yang berbunyi “Jatuh sakit
atau mendapat luka yang tidak memberi harapan akan sembuh sama sekali,
atau yang menimbulkan bahaya maut.”
Dalam hal ini juga orang D yang melakukan tindakan belajar naik sepeda motor yang
menimbulkan luka – luka pada orang B tersebut maka orang D dapat dikatakan sebagai
tindak Pidana akibat ketidaksengajaan atau kelalaian dalam berkendara yang
menyebabkan luka Undang Undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (LLAJ) pada pasal
310 ayat (3) yang mengatur
1. Pasal 310 ayat (3) UU LLAJ berbunyi “Setiap orang yang mengemudikan
Kendaraan Bermotor yang karena kelalaiannya mengakibatkan Kecelakaan
Lalu Lintas dengan korban luka berat sebagaimana dimaksud dalam Pasal
229 ayat (4), dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun
dan/atau denda paling banyak Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah).”

§ Pembahasan Kasus Ketiga


Pada kasus ketiga yang dimana seorang C terluka parah karena di pukul oleh orang E
yang tersinggung karena ucapan orang C. Kasus ini termasuk tindak pidana karena
memenuhi unsurunsur tindak pidana, namun dalam kasus ini yang melakukan tindak
pidana lebih dari 1 orang, karena orang E bertanggungjawab atas pemukulan terhadap
C yang mengakibatkan luka parah. Orang E dapat dikenakan pidana sesuai dengan
Pasal 354 (1) KUHP, yang berbunyi “Barangsiapa sengaja melukai berat orang lain
diancam, karena melakukan penganiayaan berat, dengan pidana penjara paling lama
delapan tahun.” Sementara itu orang E yang merasa tersinggung dengan orang C
tersebut. Maka orang C itu dapat dikenakan pasal 311 ayat (1) KUHP yang berbunyi
“Jika yang melakukan kejahatan pencemaran atau pencemaran tertulis dibolehkan
untuk membuktikan apa yang dituduhkan itu benar, tidak membuktikannya, dan
tuduhan dilakukan bertentangan dengan apa yang diketahui, maka dia diancam
melakukan fitnah dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun.”
Kesimpulan
Maka dapat disimpulkan bahwa memang benar pendapat pihak kepolisian bahwa tidak semua
perbuatan tersebut termasuk tindak pidana. Hal ini berdasarkan analisis diatas bahwa kasus
orang A tidak termasuk tindak pidana karena tidak memenuhi unsur-unsur tindak pidana,
sementara pada kasus orang B dan orang C termasuk tindak pidana sesuai dengan analisis
diatas.

Anda mungkin juga menyukai