Anda di halaman 1dari 5

MAKALAH PENELITIAN GEOGRAFI

Dipresentasikan Dalam Mata Pelajaran Geografi


Guru Pembimbing : Ike Saputri S.Pd.Ge

Disusun Oleh:

SYARIFAH RATU FADILLAH QURANI

Kelas :X IPAS 1

SMA NEGERI 1 INDRAPURI


KECAMATAN INDRAPURI
KABUPATEN ACEH BESAR
TAHUN AJARAN
2022
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tindak pidana pemerasan menjadi fenomena yang marak di Indonesia. Tindak pidana
pemerasan banyak sekali di beritakan pada media massa. Dari sabang hingga merauke
banyak kasus mengenai tindak pidana pemerasan dengan kekerasan. Tindak pidana
pemerasan ini dimuat dalam pasal 368 KUHP dan dirumuskan sebagai berikut: “Dengan
maksud untuk menguntungkan dirinya atau orang lain dengan melanggar hukum, memaksa
orang dengan kekerasan atau ancaman kekerasan supaya orang itu memberikan suatu barang
yang seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang itu atau orang ketiga, atau supaya orang itu
mengutang atau menghapuskan piutang”. Tindak pidana ini dinamakan kualifikasi
“pemerasan (afpersing)” dan diancam dengan hukuman penjara selama-lamanya sembilan
tahun.

Tindak pidana pemerasan ini sangat mirip dengan pencurian dengan kekerasan dari
pasal 365 KUHP. Bedanya ialah, bahwa dalam hal pencurian si pelaku sendiri mengambil
barang yang dicuri, sedangkan dalam hal pemerasan si korban setelah dipaksa dengan
kekerasan menyerahkan barangnya kepada sipemeras. Kalau misalnya di tengah jalan raya
seorang A ditodong dengan pistol oleh B, yang kemudian mengambil sendiri dompet berisi
uang dari saku si A, maka yang terjadi ialah pencurian dengan kekerasan dari pasal 365
KUHP. Sedangkan apabila A ditodong oleh B dan kemudian atas permintaan si B, A
menyerahkan dompetnya berisi uang kepada B, maka yang terjadi ialah pemerasan dari pasal
368 KUHP.

Tindak pidana pemerasan sering kali dibarengi dengan tindakan pengancaman.


Tindak pidana pengancaman atau afdreiging ini mempunyai beberapa kesamaan dengan
tindak pidana pemerasan atau afpersing, yakni di dalam kedua tindakan pidana tersebut,
undang-undang telah mensyaratkan tentang adanya pemaksaan terhadap seseorang agar orang
tersebut menyerahkan sesuatu benda yang sebagian atau seluruhnya adalah kepunyaan orang
tersebut atau kepunyaan pihak ketiga, dan mengadakan perikatan utang piutang sebagai pihak
yang berutang atau meniadakan utang. Kedua tindak pidana ini juga mempunyai unsur yang
sama yaitu dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan
hukum.

B. Rumusan Masalah
Bertitik tolak dari latar belakang di atas, agar dalam pengkajian permasalahan pokok
yang diteliti lebih terarah, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :

1. Apa pengertian pemerasan


2. Apa penyebab pemerasan
3. Bagaimana cara pencegahan pemerasan
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pemerasan
Maksud pemerasan menurut Pasal 368 adalah dengan maksud untuk menguntungkan
dirinya atau orang lain dengan melanggar hukum. Memaksa orang dengan kekerasan atau
ancaman kekerasan supaya orang itu memberikan sesuatu barangnya atau orang ketiga atau
supaya dia mengutang atau menghapus piutang. Tindakan ini disebut “afpersing”.

Penjelasan di atas adalah penjelasan secara khusus dari pengertian pemerasan. Dalam Pasal
368 ayat (2) KUHP memberikan pengertian secara luas tentang pemerasan. Pengertian secara
luas adalah tindakan melawan hukum memaksa seseorang dengan kekerasan atau pencurian
yang didahului disertai kekerasan atau ancaman kekerasan, baik diambil sendiri oleh
tersangka maupun penyerahan barang oleh korban.

B. Jenis-Jenis Pemerasan Dengan Hukumannya


a. Hukuman maksimal 9 tahun penjara

Dengan maksud menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum,
memaksa dengan kekerasan atau ancaman kekerasan untuk memberikan barang atau
memberikan hutang maupun menghapus piutang (Pasal 368 (1) KUHP).

b. Hukuman maksimal 12 tahun penjara

1) Jika perbuatan pemerasan dilakukan pada waktu malam dalam sebuah rumah atau
pekarangan tertutup yang ada rumahnya, di jalan umum atau dalam kereta api atau
trem yang sedang berjalan (365 ayat 2).
2) Jika perbuatan pemerasan dilakukan oleh dua orang atau lebih dengan bersekutu.
3) Jika masuknya ke tempat kejahatan dengan merusak atau memanjat atau memakai
anak kunci palsu, perintah palsu atau pakaian jabatan palsu.
4) Jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat (Pasal 356 (2) KUHP).
c. Hukuman maksimal 15 tahun penjara
Dihukum maksimal 15 tahun, jika perbuatan pemerasan mengakibatkan mati.
d. Hukuman maksimal 20 tahun penjara, pidana mati atau penjara seumur hidup
Jika perbuatan mengakibatkan luka berat, atau mati dan dilakukan dua orang atau
lebih dengan bersekutu pula disertai oleh salah satu hal yang diterangkan dalam
No. 1 dan 3 (Pasal 365 (3,4) KUHP).
Unsur-Unsur Pemerasan
a. Unsur obyektif.
1.Dalam pemerasan terdapat unsur kesengajaan yang bersifat tujuan, yaitu
mengambil barang orang lain dengan cara kekerasan atau ancaman kekerasan atau
mengambil barang dengan membunuh korban.
2.Unsur memaksa pelaku terhadap korban. Memaksa merupakan tindakan yang
merugikan orang lain
3.Yang dipaksa yaitu orang (yang menjadi korban)
4.Cara memaksa menggunakan ancaman tertulis, lisan, maupun akan membuka
rahasia korban.
b. Unsur subyektif
1) Maksud yang dituju. Maksud pelaku untuk melakukan pemerasan merupakan
tindakan pidana yang dilarang
2) Menguntungkan diri atau orang lain.Perbuatan ini dilakukan, untuk
menguntungkan diri atau orang lain, sebagaiman dijelaskan dalam pasal pemerasan
3) Melawan hukum. Pemerasan merupakan pidan terhadap benda orang lain, yang
sudah menjadi kekuasaan mereka
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Sebagai kenyataannya bahwa manusia dalam pergaulan hidupnya sering
terdapat penyimpangan terhadap norma - norma, terutama norma hukum. Di dalam
pergaulan manusia bersama, penyimpangan hukum ini disebut sebagai kejahatan
atau pelanggaran dan kejahatan pemerasan itu sendiri merupakan masalah sosial
yang berada di tengah - tengah masyarakat, dimana si pelaku dan korbannya adalah
anggota masyarakat. Pemerasan merupakan suatu perbuatan yang dilakukan oleh
seseorang untuk menguntungkan diri sendiri dan/atau pihak lain, namun
memberikan tekanan dan merugikan pihak lainnya.

B. SARAN
Dengan kemajuan teknologi dan informasi, orang tua haruslah ekstra
memperhatikan anak-anaknya. Perbuatan kriminalitas sangat marak dilakukan oleh
anak-anak akibat kurangnya perhatian dari para orang tua. Untuk mengurangi
tindakan kriminal maka para orang tua dalam hal ini sangatlah berperan penting bagi
kelangsungan hidup anaknya. Maraknya tindakan kriminal oleh anak di bawah umur,
seharusnya aparat penegak hukum lebih menyikapi dan mensiasati perilaku tindakan
kriminalitas yang dilakukan oleh anak di bawah umur dengan cara mengadakan
penyuluhan atau kegiatan lainnya yang bersifat memberi pengajaran agar anak tahu
bahwa akibat dari tindakan kriminalitas dapat merugikan diri sendiri dan orang lain
bahkan untuk bangsa dan negara Indonesia. Sehingga dapat mengurangi jumlah
kriminalitas yang dilakukan oleh anak di bawah umur.

Anda mungkin juga menyukai