Anda di halaman 1dari 4

TUGAS

HUKUM PIDANA

NAMA MAHASISWA :

CLARA WAHYU PUSPITASARI (E0019087)

DOSEN PENGAMPU :

WINARNO BUDYATMOJO, S.H., M.S.

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

FAKULTAS HUKUM

SURAKARTA

2020
KESENGAJAAN (DOLUS)
Sifat kesengajaan
1. Kesengajaan berwarna (Gekleurd)
Sifat kesengajaan itu berwarna dan kesengajaan melakukan sesuatu
perbuatan mencakup pengetahuan si pelaku bahwa perbuatanya melawan hukum
(dilarang). Jadi harus ada hubungan antara keadaan batin si-pelaku dengan
melawan hukumnya perbuatan. Dikatakan, bahwa sengaja disini berarti dolus
molus, artinya sengaja untuk berbuat jahat. Jadi menurut pendirian yang pertama,
untuk adanya kesengajaan perlu bahwa si pelaku menyadari bahwa perbuatannya
dilarang. Penganutnya antara lain Zevenbergen, yang mengatakan bahwa:
“Kesengajaan senantiasa ada hubungannya dengan dolus molus, dengan
perkataan lain dalam kesengajaan tersimpul adanya kesadaran mengenai sifat
melawan hukumnya perbuatan”. Untuk adanya kesengajaan, di perlukan syarat,
bahwa pada si pelaku ada kesadaran, bahwa perbuatannya dilarang dan/ atau
dapat dipidana.
2. Kesengajaan tidak berwarna (Kleurloos)
Kalau dikatakan bahwa kesengajaan itu tak berwarna, maka itu berarti bahwa
untuk adanya kesengajaan cukuplah bahwa si pelaku itu menghendaki perbuatan
yang dilarang itu. Ia tak perlu tahu bahwa perbuatannya terlarang/sifat melawan
hukum. Dapat saja si pelaku dikatakan berbuat dengan sengaja, sedang ia tidak
mengetahui bahwa perbuatannya itu dilarang atau bertentangan dengan hukum.
Di Indonesia sendiri menganut kesengajaan tidak berwarna karena di Indonesia
menganut doktrin fiksi hukum (seseorang dianggap mengetahui hukum yang
ada).

Rumusan kesengajaan dalam KUHP


Tindak pidana yang dirumuskan dalam KUHP memuat unsur kesengajaan
(objek). Berbagai istilah ksengajaan yang digunakan oleh pembentuk
undang-undang dalam KUHP adalah :
1. Dengan sengaja
Istilah ini antara lain dapat dilihat dalam Pasal 372 KUHP dan Pasal
338 KUHP.
2. Yang diketahuinya
Istilah ini dapat dilihat dalam beberapa Pasal misalnya Pasal 286
KUHP dan 480 KUHP.
3. Dengan maksud
Istilah ini antara lain 362 KUHP, Pasal 368 (satu KUHP), dan Pasal
263 KUHP.
4. Niat
Istilah ini dapat dilihat dalam Pasal 53 KUHP.
5. Dengan rencana lebih dahulu
Istilah ini antara lain dalam Pasal 340 dan Pasal 355 KUHP.
6. Mengetahui tentang
Istilah ini dapat dilihat dalam Pasal 164 KUHP.
Secara yuridis formal (dalam KUHP) tidak ada satu pasal pun yang
memberikan “batasan / pengertian” tentang apa yang dimaksud dengan
“kesengajaan”. Makna tentang “kesalahan” dijumpai dalam penjelasan Resmi
KUHP Belanda (Memory Van Toelichting). Di dalam Penjelasan Resmi KUHP
Belanda itu “kesengajaan” atau opzet diartikan sebagai “menghendaki” dan
“mengetahui” (willen en wetens).
Seseorang yang berbuat dengan sengaja itu, harus dikehendaki apa yang
diperbuatan harus diketahui pula atas apa yang diperbuat. Tidak termasuk
perbuatan dengan sengaja adalah suatu gerakan yang ditimbulkan oleh reflek,
gerakan tangkisan yang tidak dikendalikan oleh kesadaran. Dalam pengertian ini
disebutkan bahwa kesengajaan diartikan sebagai: “menghendaki dan mengetahui”
(willens en wetens). Artinya, seseorang yang melakukan suatu tindakan dengan
sengaja, harus menghendaki serta menginsafi tindakan tersebut dan/ atau
akibatnya. Jadi dapatlah dikatakan, bahwa sengaja berarti menghendaki dan
mengetahui apa yang dilakukan. Orang yang melakukan perbuatan dengan
sengaja menghendaki perbuatan itu dan disamping itu mengetahui atau menyadari
tentang apa yang dilakukan itu dan akibat yang akan timbul daripadanya.

Macam-Macam Dolus
Dalam ilmu pengetahuan hukum dikenal berbagai macam kesengajaan :
1. Dolus determinatus, merupakan suatu kesengajaan yang ditujukan pada
suatu sasaran/objek yang sudah pasti; misalnya menghendaki kematian.
2. Dolus indeterminatus, merupakan bentuk kesengajaan yang ditujukan
pada sasaran/atau objek yang tidak tentu. Misalnya menembak
segerombolan orang.
3. Dolus Alternativus, apabila pelaku menghendaki akibat yang satu atau
yang lain. Misalnya meracuni sumur.
4. Dolus generalis, dalam hal ini adanya harapan dari terdakwa secara
umum agar orang yang dituju itu mati, bagaimanapun telah tercapai.
5. Dolus indirektus, merupakan keseluruhan akibat dari perbuatan yang
disengaja, dituju atau tidak dituju, diduga atau tidak diduga, dianggap
sebagai hal yang dilakukan dengan sengaja. Misalnya dalam
pertengkaran, seseorang mendorong orang lain, kemudian terjatuh dan
tergilas mobil (dolus ini berlaku pada Code Penal Perancis, namun
KUHP tidak menganut dolus ini.
6. Dolus premiditatus, merupakan kesengajaan yang direncanakan terlebih
dahulu (voorbedachte raade).
7. Dolus directus, yaitu kesengajaan tidak hanya ditujukan kepada
perbuatannya, tetapi juga kepada akibat perbuatannya.
8. Aberratio ictus, merupakan kesengajaan yang mana seseorang yang
sengaja melakukan tindak pidana untuk tujuan terhadap objek tertentu,
namun ternyata mengenai objek yang lain.
Sumber Referensi
Endra. Yuda. 2018. Macam-Macam Kesengajaan dalam Hukum. Diakses pada 19
Mei 2020, pukul 19:38 WIB melalui
https://feelinbali.blogspot.com/2018/10/macam-macam-kesengajaan-dalam-hukum.ht
ml
Internet : http://eprints.umm.ac.id/58131/3/BAB%20II.pdf Diakses pada 19 Mei 2020,
pukul 18:57 WIB

Anda mungkin juga menyukai