DALAM EKSEPSI.
Menimbang, bahwa Tergugat I mengajukan eksepsi yang pada pokoknya
sebagai berikut ;
1. GUGATAN PENGGUGAT TIDAK JELAS ATAU KABUR (OBSCUUR
LIBEL).
Bahwa gugatan Penggugat tidak jelas atau kabur (obscuur libel) dengan
alasan-alasan sebagai berikut :
1. Bahwa dalam gugatan Penggugat tidak menyebutkan secara jelas bagian
perjanjian atau kewajiban – kewajiban yang mana yang belum
dilaksanakan oleh Kuasa Hukum ( Tergugat 1);
2. Bahwa dalam gugatan Penggugat pada posita nomor 7 dan 8 disebutkan
“……Dengan tidak dimasukan ke rekening penampungan ke rekening
ahli waris dan dimasukan ke rekening Peter Sosilo (Tergugat 1)
merupakan bentuk ingkar janji/wanprestasi yang tidak sesuai dengan
perjanjian dalam surat kuasa tertanggal 26 Februari 2020….…,.
3. Bahwa gugatan Penggugat pada posita nomor 15 hal 9 bagian 3
menyebutkan “……sampai ahli waris menggugat meminta
pertanggungjawabannya ke depan hukum . Baik perdata maupun pidana,
untuk Perdata 1243, 1388 KUHPerdata, dan untuk Pidana 378,372, 263,
266 KUHP.
4. Bahwa pada posita nomor 17 tersebut “….sehingga patut diduga
terpenuhi unsure tidak pidana penipuan dan penggelapan, dengan ini
Penggugat/ahli waris akan melaporkan juga secara pidana seperti
sebagaimana yang diatur pasal 378, 372, 263, 266 KUHP di Kepolisian.”.
Di dalam posita nomor 17 Penggugat talah mengkaburkan antara
perbuatan Wanprestasi dan perbuatan pidana, diuraikan sebagai berikut
“……apabila kita cermati dalam surat kuasa tertanggal 26 Februari 2020
seperti alinia 1,2,3,4 di atas tidak tercantumkan tentang kuasa jual, kuasa
menerima uang, termasuk uang tersebut sebagai jaminan, kuasa untuk
memasukkan uang ke dalam salah satu rekening Peter Susilo, dan
memasukkan rekening pengacara Garuda Law Firm, tapisemua
keuangan hasil penjualan asset perusahaan masuk semua ke dalam
rekening Garuda Law Firm; yang tidak pernah diberikan kepada ahli
waris /Penggugat, padahal ahli waris sudah pernah menegor/mensomasi
secara lisan tapi tetap diabaikan oleh pada Tergugat, karena ahli waris
tidak setuju perbuatan yang dilakukan oleh Peter Sosilo, maupun Yafeti,
maka perbuatan inilah dipersangkakan telah melakukan perbuatan
Wanprestasi. Termasuk pembeli asset perusahaan adalah perbuatan
Wanprestasi karena jual beli itu dilakukan oleh orang yang tidak
berhak/tidak mempunyai legal standing, Dan termasuk penjualan 29 unit
mesin injection uangnya diterima oleh Bapak Peter Sosilo sebesar
1.700.000.000, - (satu milyar tujuh ratus juta rupiah), dari Bapak Gatot
Sutikno, alamat Lebak Indah Utara No. 39-44 Surabaya, sehingga patut
diduga terpenuhi tindak pidana penipuan dan
penggelapan…………..”.
Dalam posita nomor 26, Penggugat telah mengkaburkan antara
perbuatan Wanprestasi dengan perbuatan pidana, diuraikan sebagai
berikut :
“………. jual beli terhadap barang-barang perusahaan yang dilakukan
oleh Terguat 1, Tergugat II, Tergugat III, Tergugat IV, dan Tergugat V
tidak mempunyaik surat kuasa menerima uang baik cash maupun
memasukkan ke rekening Bank baik pribadi maupun Kantor Pengacara
Garuda Law Firm, atau perjanjian lain dari Ahli Waris Goo Sistriono (Alm)
sehingga tidak mempunyai legal standing tentang jual beli, maka terbukti
perbuatan para Terguat adalah perbuatan WANPRESTASI………….”.
Maka gugatan yang seharusnya diajukan Penggugat adalah
Perbuatan melawan hukum, bukan perbuatan Wanprestasi.
- Bahwa dalil Tergugat 1 di atas sesuai dengan pendapat M. Yahya
Harahap dalam bukunnya berjudul Hukum Acara Perdata pada
halaman 453 yang membahas bahwa gugatan Kabur (obscuur libel)
bisa terjadi pada masalah posita wanprestasi dan perbuatan melawan
hukum “ada yang berpendapat, wanprestasi atau ingkar janji (default)
merupakan genus spesifik dari perbuatan melawan hukum
(onrechtmatige daad). Alasannya, seorang debitur yang ingkar janji
atau lalai memenuhi pembayaran utang tepat pada waktunya, jelas
telah melakukan pelanggaran atas hak kreditur. Dengan demikian,
terdapat persamaan wanprestasi dengan perbuatan melawan hukum.
Akan tetapi, jika diteliti lebih lanjut terdapat beberapa perbedaan
prinsip antara keduanya, antara lain :
1) Ditinjau dari segi sumber hukum
Wanprestasi menurut Pasal 1243 KUHPerdata timbul dari
persetujuan (agreement) yang berdasarkan Pasal 1320
KUHPerdata:
- Harus ada lebih dahulu perjanjian antara dua belah pihak,
sesuai dengan Pasal 1320 KUHPerdata;
- Salah satu asas perjanjian menggariskan bahwa apa yang telah
disepakati harus dipenuhi atau promise must be kept;
- Dengan demikian, wanprestasi terjadi apabila debitur :
Tidak memenuhi prestasi yang dijanjikan sama sekali
atau
Tidak memenuhi prestasi tepat waktu atau tidak
memenuhi yang dijanjikan secara layak.
Selanjutnya perbuatan melawan hukum (PMH) menurut Pasal 1365
KUHPerdata lahir akibat perbuatan orang :
- Yang merupakan perbuatan melanggar hukum atau onrechtmatig
(unlawful).
- Bisa dalam bentuk pelanggaran pidana atau factum delictum atau
dalam bentuk pelanggaran maupun kesalahan perdata (law of tort).
- Dalam perbuatan bertindih secara berbarengan maka pelakunya
sekaligus dapat dituntut.
Pada halaman 455 menjelaskan “pada dasarnya tidak sama antara
wanprestasi dengan PMH ditinjau dari sumber, bentuk, maupun
wujudnya. Oleh karena itu dalam merumuskan posita atau dalil
gugatan:
- Tidak dibenarkan mencampuradukan wanprestasi dengan PMH
dalam gugatan karena dalam gugatan selain Tergugat I di gugat
Wanprestasi Tergugat juga di laporkan oleh Turut Tergugat I ke
Pihak kepolisian terkait dugaan Tindak pidana Penggelapan pasal
372 Kuhp.
- Dianggap keliru merumuskan dalil PMH dalam gugatan jika yang
terjadi in concreto secara realistis adalah wanprestasi.
- Atau tidak tepat jika gugatan mendalilkan wanprestasi, sedang peritiwa
hukum yang terjadi obyektif ialah PMH .
Pada putusan MA No. 879 K/Pdt/1997 antara lain dijelaskan
penggabungan PMH dengan wanprestasi dalam satu gugatan,
melanggar tata tertib beracara atas alasan keduanya harus
diselesaikan tersendiri. Dalam posita gugatan didasarkan atas
perjanjian, namun dalam petitum dituntut agar tergugat dinyatakan
melakukan PMH. Kontruksi gugatan seperti itu mengandung
kontradiksi dan gugatan dikategorikan obscuur libel sehingga tidak
dapat diterima.
Bahwa berdasarkan hal-hal tersebut di atas maka gugatan Penggugat
dinyatakan kabur (obscuur libel) sehingga tidak dapat diterima (niet
ontvankelijke verklaard).
2. GUGATAN PENGGUGAT KURANG PIHAK (PLURIUM LITIS
CONSORTIUM).
- Bahwa di dalam permasalahan di PT. Seruni ini banyak pihak yang harus
di libatkan dan di dijadikan para pihak untuk bisa nya menjadi terang dan
jelas permasalahan di PT. Seruni ini, yaitu antara lain :
1. Para Pemegang saham PT. Seruni Sempana Agung ( Komisaris dan
Komisaris utama );
2. Para Pembeli asset dari PT. Seruni Sempana Agung yang berjumlah
± 10 orang, pada kenyataanya di dalam posita penggugat no. 32 dan
34 hanya ada 3 pembeli saja yang di sebutkan;
3. Pihak Buruh dari serikat buruh Sarbumusi dan Non Sarbumusi yang
bekerja di PT. Seruni Sempana Agung;
4. Para Suplier yang mempunyai Hak tagih kepada PT. Seruni ± 13
Suplier.
5. PT. Bank Danamon
- Dengan demikian masih ada banyak pihak lain yang seharusnya dijadikan
sebagai pihak Tergugat/Turut Tergugat oleh Penggugat atau dengan kata
lain pihak yang ditarik dan didudukan sebagai Tergugat/Turut Tergugat
oleh Penggugat sehingga tidak lengkap (ex juri terti), yang berakibat
sengketa yang dipersoalkan tidak akan dapat diselesaikan secara tuntas
karena ada kekurangan pihak dalam gugatan. Oleh karena itu kontruksi
gugatan Penggugat mengandung cacat formil plurium litis consortium,
yang harus dinyatakan tidak dapat diterima (niet ontvankelijke verklaard).
3. PENGGUGAT TIDAK MEMILIKI KEDUDUKAN HUKUM /TIDAK MEMILIKI
LEGAL STANDING SEBAGAI PENGGUGAT.
Berdasarkan UU. PT No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, bahwa
yang mempunyai legal standing /bertanggung jawab dalam PT. Ke dalam dan
ke luar PT. Adalah Direktur, sehingga dalam PT. Seruni Sempana Agung ini
yang berhak mewakili adalah Direktur, oleh karena Direktur meninggal dan
belum di lakukan pergantian Direktur maka Komisaris lah yang bisa mewakili
untuk sementara waktu, sehingga Penggugat tidak mempunyai legal standing
untuk melakukan gugatan ini, karena kedudukan Penggugat hanya sebagai
ahli waris dari Direktur dan tidak serta merta bisa mewakili Direktur,
berdasarkan alasan tersebut maka Penggugat tidak memiliki kedudukan
hukum dalam perkara ini dan gugatan penggugat di nyatakan tidak dapat di
terima (niet ontvankelijke verklaard).
4. EXCEPTIO NON ADIMPLETICONTRACTUS ( PENGGUGAT TIDAK
MEMILIKI HAK MENGGUGAT KARENA PENGGUGAT TIDAK
MELAKSANAKAN KEWAJIBANNYA )
- Bahwa Disini Penggugat Menuntut Tergugat Untuk melaksanakan
Prestasi atau kewajiban, yang mana justru Penggugat Sendiri tidak
memenuhi atau melaksanakan Prestasinya kepada para Tergugat atau
Tim Kuasa Garuda law Firm, yaitu membayarkan Fee Lawyer dan Sukses
Fee lawyer, maka dengan demikian berdasarkan prinsip tersebut di atas
maka gugatan Penggugat patut untuk di tolak dan di nyatakan tidak dapat
di terima ( Niet ontvankelijeverklaard).
Yurisprudensi terkait hal tsb diatas yaitu Putusan MA RI No. 04/PK/N/2001,
yang menguatkan Putusan MA RI di Jakarta tgl.13 Februari 2001, No.
06/K/N/2001.
Menimbang, bahwa Tergugat II mengajukan eksepsi yang pada pokoknya
sebagai berikut ;
DALAM EKSEPSI
1. Bahwa Tergugat II menolak gugatan Penggugat seluruhnya baik posita
maupun petitumnya, kecuali yang secara tegas-tegas diakui dalam
persidangan ini;
2. EXCEPTIO OBSCUUR LIBEL
Gugatan Penggugat kabur/tidak jelas (obscuur Libel)
Sebagaimana dimaksud dan tujuan dari gugatan, untuk membuat suatu hal
menjadi terang dan agar gugatan memenuhi syarat formil, maka apa yang
didalilkan oleh Penggugat harus terang, jelas atau tegas (duidelijk), sehingga
gugatan Penggugat tidak kabur. Hal ini iustru kontradiktif dengan apa yang telah
diuraikan Penggugat dalam gugatannva vang tidak jelas/kabur (obscull libel) Hal ini
tercermin dari ketidak sinkronan antara uraian iudul gugatan dan posita gugatannva.
Didalam judul gugatannya. Penggugat mendalilkan perbuatan Wanprestasi namun
dalam posita gugatannya membahas berbagai macam hal yang terkesan melebar
dan tidak focus pada titik perbuatan Wanprestasi yang dituduhkan kepada Tergugat
II (Ouod Non).
Hal ini mengesankan bahwa gugatan Penggugat telah mencampuradukkan pasal-
pasal vang ada didalam kitab Undang-Undang Hukum Pidana Sebaqaimana
Yurisprudensi Putusan Mahkamah Aauna RI No. 28/K/Sip/1973, tertanqqal 15
November 1975, menvatakan: "karena rechtsfeiten bertentanqan dengan petitum
maka gugatan harus dinyatakan kabur dan karenanva harus ditolak".
Sehingga oleh karena kabur/tidak jelas (obscuur libel), maka gugatan
Penggugat yang demikian cacat formil dan akibat hukumnya gugatan harus
dinyatakan tidak dapat diterima (niet ontvankelijke verklaard).
3. EXCEPTIO NON ADIMPLTI CONTRACTUS
Penggugat tidak memiliki hak untuk menggugat karena penggugat tidak
melaksanakan kewaiibannya (pembayaran fee Lawyer Sukses fee) dan
Penggugat hanya merupakan salah satu ahli waris dan bukan Penaurus dari
PT. Seruni Sempama Agung dan telah mencabut kuasa terlebih dahulu sebelum
prestasi para Ter qua at diterima. sekalioun pekeriaan vano dikuasakan kepada Para
Terauaat sudah selesai dan telah diberitahukan melalui surat kepada para Komisaris
PT. Seruni Sempama Agung dan juga ahliwaris, namun tidak pernah ditanagapi,
padahal Nyonya Juwita Ramahwati, Yap (Komisaris Utama PT. Seruni Sempama
Agung) beserta Mirawati Triyono Putri. Goo (Ahli waris/ Turut Tergugat I)
menianjikan secara lisan pemberian sukses fee. Bahwa sebagaimana dalam
Pasal 1338 (1) BW yang menyatakan bahwa, "semua perjanjian yang dibuat secara
sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya".
Pasal 1320 KUH Perdata tentang syarat sahnya suatu Perjanjian, yang
berbunyi:
Untuk sahnya suatu perjanjan diperlukan empat syarat:
1. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya.
2. Kecakapan untuk membuat suatu peri katan.
3. Suatu hat tertentu.
4. Suatu sebab yang haiai.
Berdasarkan ketentuan mengenai syarat sahnya suatu perjanjian tersebut,
tidak ada satupun syarat dalam Pasal 1320 KUH Perdata yang
mengharuskan suatu perjanjian dibuat secara tertulis. Dengan kata lain,
para pihak yang membuatnya, pacta sun servanda (vide: Pasal 1338 KUH
Perdata).
Dalam perkara a quo, fakta hukumnya justru Penggugat yang telah melakukan
cedera janji/wanprestasi mencabut kuasa dengan tergesa-gesa sebelum
menyesaikan kewajibannya, sehingga menimbulkan permasalahan baru.
4. EXCEPTO PLURIUM LITIS CONSORTUM
Gugatan kurang pihak, Bahwa PT. Seruni Sempama Agung yang mempunyai 85
karvawan. 75 orang yang tergabung dalam Serikat buruh Sarbumusi, dan 10 prana
Non Sarbumusi. puluhan perusahaan suplier yang mewaiibkan PT. Seruni Sempana
Agung yang menyelesaikan utangnya kepada belasan suplier/vendor, rekanan
Bank Danamon Cabang Gubernur Suryo Jalan Gubernur Suryo No. 12 Surabaya.
(telah membayarkan sebagian utang Alm Goo Sistriyono oleh Garuda Law Firm)
Bank Perkreditan Rakyat Gema Nusa Jalan Letjen Sutoyo No. 11 Sidoarjo, (yang
telah menerima hasil penilaian barang aset PT. Seruni Sempama Agung). Oleh
karenanya gugatan Penggugat yang tidak menarik/menjadikan pihak-pihak
sebagaimana tersebut diatas sebaaai pihak dalam gugatan perkara ini, meniadikan
gugatan Penggugat kurang pihak (Plurium Litis Consortium’) sebagaimana
Yurisprudensi mahkamah Agung Nomor 2438/SIP/1980 tertanggal 22 Maret 1980
vang menyatakan: "untuk gugatan yang para pihaknva tidak lengkap. maka
gugatan tersebut tidak dapat diterima"
5. PENGGUGAT TIDAK MEMILIKI KEDUDUKAN HUKUM/LEGAL STANDING
SEBAGAI PENGGUGAT.
Pengugat adalah merupakan ahliwaris dari Direktur PT. Seruni Sempama Agung
Alm. Goo Sistriyono, dan semenjak meninggalnya Direktur belum ada rapat
pemegang saham dalam pengurusan PT. Seruni Sempama Agung yang
mengangkat Penggugat sebagai pengurus oleh karenanya sebagaimana dalam
Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007 Pasal 98 " Direksi
berwenang mewakili PT baik didalam maupun diluar Pengadilan. Namun Penggugat
adalah ahliwaris yang tidak mempunyai kewenangan untuk diwakili PT. Seruni
Sempama Agung dalam mengajukan gugatan;