PURNOMO terhadap
Putusan Pengadilan Negeri Serang nomor 15/Pdt.G/2016/PN Srg.
Nomi S. Purnomo, selaku dirtur utama PT Segara Lamaran (PT SL) yang
berkedudukan di kabupaten Serang, Banten telah memberi kuasa kepada Apolos Djara
Bonga, SH dan kawan-kawan pemohon peninjauan kembali dahulu tergugat dengan
lawan H. Ali Mujahidin, SH.I. bertindak atas nama direktur CV Shinna Mandiri (CV SM)
yang berkedudukan di Cilegon, Banten termohon peninjauan kembali dahulu penggugat.
Setelah membaca surat-surat yang bersangkutan, mahkamah agung menimbang bahwa
surat tersebut telah mengajukan permohonan peninjauan kembali terhadap Putusan
Pengadilan Negeri Serang No 15/Pdt.G/2016/PN Srg., pada tanggal 17 November 2016.
Penggugat melaporkan tergugat dikarenakan Tergugat telah melakukan ingkar janji
(wanprestasi) atas perjanjian yang telah mereka (baik pihak penggugat maupun tergugat)
sepakati yaitu perjanjian mengenai pekerjaan perapihan dan perataan lahan galangan
milik pihak Tergugat. Dalam perjanjian tersebut, adanya kesepakatan kedua belah pihak
terkait pembayaran pekerjaan tersebut. Pihak Tergugat bersedia menyelesaikan sisa
pembayaran dengan mengangsur selama 12 bulan. Namun sejak disepakati hingga hari
ini, pihak tergugat belum pernah membayar angsuran dengan total angsuran sebanyak
Rp8.918.060.000. Pada kenyataannya juga pihak tergugat belum menunjukkan itikad
baik untuk melakukan pembayaran. Karena ingkar janji (wanprestasi) yang telah
dilakukan pihak tergugat, maka akibatnya penggugat telah mengalami kerugian dan
kehilangan keuntungan kurang lebih sebesar 23 milliar. Penggugat berhak menuntut
segala ganti kerugian, bunga, denda, dan biaya lainnya yang ditimbulkan oleh adanya
“ingkar janji” (wanprestasi) tersebut. Agar gugatan ini tidak illusotir dan demi
menghindari pihak tergugat untuk mengalihkan harta kekayaannya, pihak penggugat
memohon agar dapat diletakan sita jaminan terhadap beberapa asset dan harta kekayaan
pihak tergugat kemudian ditetapkan sebagai bagian ganti rugi kepada penggugat.
Tergugat juga memohon agar putusan perkara ini dapat dijalankan terlebih dahulu.
Berikut kekeliruan secara nyata dimana hakim salah menerapkan hukum atau
peraturan perundangan yang berlaku. Yang pertama yaitu kesalahan penerapan hukum
terhadap perkara Nomor 15/Pdt.G/2016/PN Srg. Berikutnya yaitu adanya anomalia
hukum antara gugatan dengan putusan majelis hakim quot-non, dimana pertimbangan
majelis hakim a quo tidak berdasarkan ketentuan perundang-undangan. Pertimbangan
yang menyatakan adanya perjanjian antara penggugat dengan tergugat yang hanya
dibuktikan dengan bukti berupa file foto copy merupakan kekeliruan yang sangat fatal
karena tidak sesuai dengan ketentuan Pasal 1888 KUHP Perdata dan pasal 301 RBG.
Pembuktian yang hanya berupa keterangan dari saksi-saksi yang dibawa oleh penggugat,
tidak mempunyai nilai bukti sama sekali karena tidak terdapat relevansi dengan perjanjian
yang abstrak. Kekeliruan selanjutnya yaitu bahwa Majelis Hakim quot-non tidak
melakukan pemeriksaan setempat (PS) , sehingga fakta ,peristiwa hukum,maupun objek
perjanjian menjadi tidak jelas. ekeliruan hakim selanjutnya adalah Majelis Hakim tidak
memanggil seseorang yang ahli dalam menilai prestasi kerja yang dapat diukur dengan
harga satuan pasti, sehingga bisa dijadikan parameter untuk mempertimbangkan angka
yang diajukan oleh pihak Penggugat.
Terjadinya putusan Ultra Petitum Paritum adalah adanya penyitaan tanah miliki
pribadi Tergugat dan dianggap putusan tersebut telah bertentangan dengan hukum dan
juga bertentangan dengan dalil penggugat. Selain itu, permohonan sita jaminan yang
diajukan Penggugat dalam petitumnya mempunyai itikad buruk dengan alasan
mengurangi kerugian Penggugat. Dalil tersebut merupakan cara mengalihkan hak milik
orang lain dengan menggunakan instrumen hukum dan itu bertentangan dengan Pasal 227
HIR. Terjadinya putusan Ultra Petita dengan mengabulkan petitum ke (2) dan (3) hanya
untuk sekedar perbaikan redaksi, pertimbangan Majelis hakim sudah sangat fata.
Dikarenakan tidak jelas redaksi Penggugat sehingga adanya perbaikan redaksi oleh
Majelis Hakim, maka bisa dikatakan Majelis Hakim bersifat subjektif dan dinilai berpihak
pada Penggugat. Dalam petitum gugatan Penggugat tidak ada permohonan pembayaran
terhadap pihak Tergugat sejumlah Rp8.918.060.000,00 namun pad amar putusan terdapat
tuntutan pembayaran sejumlah tersebut. Gugatan ganti rugi Penggugat terhadap Tergugat
tidak disertai bukti yang kongkrit dan terperinci. Terbukti juga putusan tersebut melebihi
dari tuntutan yang diminta Penggugat. Menimbang berdasarkan beberapa perimbangan
diatas, Mahkamah Agung berpendapat bahwa terdapat alasan-alasan yang cukup untuk
mengabulkan diadakannya Permohonan Peninjauan Kembali NOMI S. PURNOMO dan
membatalkan Putusan Pengadilan Negeri Serang nomor 15/Pdt.G/2016/PN Srg., tanggal
17 November 2016. Dengan mengadili pernyataan Penggugat tidak dapat diterima dan
menghukum Penggugat untuk membayar biaya perkara dalam semua tingkat peradilan
yang dalam pemeriksaan peninjauan kembali ini sejumlah Rp2.500.000,00.