Anda di halaman 1dari 6

BUKU JAWABAN TUGAS MATAKULIAH

TUGAS 2

Nama Mahasiswa : Silvi Qurotaeni

Nomor Induk Mahasiswa : 045073463

Kode/Nama Mata Kuliah : Sistem Hukum Indonesia

Kementrian Pendidikan Dan Kebudayaan


Universitas Terbuka
Merujuk pada Pasal 1338 KUHPerdata bahwa Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku
sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Perjanjian itu tidak dapat ditarik
kembali, selain atas kesepakatan kedua belah pihak atau karena alasan-alasan yang oleh undang-
undang dinyatakan cukup untuk itu.
Pertanyaan:
1. Bagaimanakah jika rekanan dalam perjanjian tersebut menggantung tanpa kepastian
proyek pengerjaan sesuai yang telah dituangkan dalam perjanjian.
2. Mengapa perjanjian yang sudah disepakati masih boleh dibatalkan
sepihak? Jawaban :
Merujuk pada Pasal 1338 KUHPerdata bahwa semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku
hingga undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Perjanjian itu tidak dapat ditarik
kembali, selain atas kesepakatan kedua belah pihak atau karena alasan-alasan yang oleh undang-
undang dinyatakan cukup untuk itu.
Diskuikan :
Bagaimanakah jika rekanan dalam perjanjian tersebut menggantung tanpa kepastian proyek
pengerjaan sesuai yang telah dituangkan dalam perjanjian, apakah perjanjian yang sudah
disepakati masih boleh dibatalkan sepihak?
Jawaban :
Pasal 1338 KUHPerdata :
Semua persetujuan yang dibuat sesuai dengan undang-undang berlaku sebagai undang-undang
bagi mereka yang membuatnya. Persetujuan itu tidak dapat ditarik kembali selain dengan
kesepakatan kedua belah pihak, atau karena alasan-alasan yang ditentukan oleh undang-undang.
Persetujuan harus dilaksanakan dengan itikad baik.

Akibat perjanjian
Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang
membuatnya. Perjanjian itu tidak dapat ditarik kembali, selain atas kesepakatan kedua belah
pihak atau karena alasan-alasan yang oleh undang-undang dinyatakan cukup untuk itu.
Merujuk Pasal 1338 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, perikatan apa yang telah disepakati
oleh para pihak, tidak dapat dibatalkan ataupun diputus secara sepihak, karena apa yang telah
disepakati seketika itu juga menjadi (quasi) “undang-undang” yang mengikat para pihak yang
saling mengikatkan diri.

Namun bukan berarti hukum tidak memberikan excape clause, lewat keberadaan Pasal 1226
KUHPerdata yang masih member peluang bagi salah satu pihak untuk mengajukan gugatan
pembatalan ke hadapan pengadilan, agar suatu perjanjian tidak bersifat demikian fatalistis (kian
merugi secara timpang bila terus berlanjut) seolah menjadi “harga mati” yang dapat merugikan
satu pihakj akibat adanya itikad tidak baik dari pihak lain dalam suatu hubungan kontraktual.
Dengan demikian, suatu “syarat batal” selalu dianggap melekat dalam setiap perjanjian.

Terdapat sebuah ilustrasi konkret yang cukup mewakili, sebagaimana dapat SHIETRA &
PARTNERS rujuk putusan Mahkamah Agung RI sengketa perikatan perdata register Nomor 455
K/Pdt/2013 tanggal 23 Oktober 2013, perkara antara :

-PURWOKO JERMMY RD, SH, M.M sebagai pemohon kasasi, semula selaku tergugat ;
melawan
-H.ALI AMRAN, selaku Termohon Kasasi dahulu penggugat.

Bermula pada tanggal 5 April 2010 antara Penggugat dan Tergugat, dilangsungkan kesepakatan
“dibawah tangan” dan telah di-wermerking oleh notaries, yakni perjanjian kerjasama
pengelolaan lahan milik penggugat untuk dikelola dan dijadikan proyek perumahan oleh
tergugat.
Tanggal 10 Desember 2010, lahan tersebut kemudian dijual kepada PT.Usaha Sumber Rejeki
berdasarkan Akta Jual Beli PPAT, dengan penurunan status hak atas lahan tersebut yang semula
Hak Milik atas nama Penggugat kini menjadi Hak Guna Bangunan atas nama PT.Usaha Sumber
Rejeki. Dengan demikian sekarang ini Tergugat selaku pengelola lahan diatas lahan milik
PT.Usaha Sumber Rejeki.

Adapun alasan-alasan diajukannya Gugatan Pembatalan Perjanjian ini, dalam perjanjian


disebutkan bahwa Tergugat berkedudukan sebagai pengelola proyek perumahan atau
pengembangan (Developer Perumahan) yang berpengalaman dan professional, namun ternyata
tidak benar karena pada kenyataannya Tergugat dalam pelaksanaan proyek justru
mensubkontrakkan berbagai jenis pekerjaan yang merupakan tanggung jawabnya sebagai
pengelola proyek perumahan, terbukti dengan adanya surat panggilan Polisi berkaitan
tagihan tersebut.
Ternyata pula Tergugat menggunakan dokumen-dokumen perusahaan PT.Usaha Sumber Rejeki
untuk membuka rekening atas nama PT.Usaha Sumber Rejeki di Bank Tabungan Negara (BTN)
Cabang Cirebon tanpa sepengetahuan dan ijin Penggugat (yang juga merupakan Komisaris PT)
maupun pihak Direktur PT.Usaha Sumber Rejeki.

Tanpa sepengetahuan dan seijin Penggugat, selaku pemilik lahan awal, Tergugat mengadalkan
perjanjian management sevice dan pemasaran dengan Direktur PT. Tiara Sinergi Persada,
mengindikasikan bahwa Tergugat memang tdak professional dalam bidangnya, terlebih lagi,
sampai dengan diajukannya gugatan pembatalan ini Tergugat tidak pernah menunjukkan /
memperlihatkan dokumen-dokumen sebagai developer berpengalaman dan anggota serta
pengurus DPD Apersi (Asosiasi Perumahan Seluruh Indonesia), dengan demikian tergugat
sebagai pembohong besar, oleh karena perjanjian didasari oleh keterangan-keterangan yang tidak
benar, maka layak dan patut secara hukum untuk dibatalkan.

Tanggal 27 Januari 2011, Penggugat mengirimkan surat teguran kepada tergugat, yang
menyatakan Tergugat sebagai developer telah melalaikan jadwal kerja pembangunan proyek
perumahan sehingga menimbulkan kekisruhan di lapangan, dimana dengan terlambatnya
pembangunan perumahan tersebut maka pihak ketiga merasa tertipu khusunya para calon
pembeli rumah, sehingga ada yang melapor ke Polisi serta dengan adanya laporan Polisi
tersebut citra Penggugat di mata konsumen menjadi rusak.

Tanggal 8 Maret 2011, PT.Usaha Sumber Rejeki mendapat tembusan surat dari Bank BTN yang
ditujuka kepada Tergugat, dimana isinya rekening giro atas nama Penggugat pada Bank BTN
Cabang Cirebon telah ditutup, atas penutupan tersebut agar sisa cek dan bilyet giro yang masih
dipegang Tergugat agar diserahkan kepada Bank BTN. Jelas hal demikian sangat merusak
reputasi Penggugat.
Norma Pasal 1266 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata), menyatakan
pembatalan suatu perjanjian harus dimintakan kepada Hakim, walaupun syarat batal dalam
perjanjian telah terpenuhi, seandainya syarat batal tidak diperjanjikan, maka Hakim dapat
menunda / memperpanjang jangka waktu perjanjian untuk waktu paling lama satu (1) bulan lagi.

Sementara norma Pasal 1267 KUHPerdata mengatur, tuntutan suatu perjanjian dapat disertai
dengan tuntutan penggantian biaya, kerugian dan bunga, atau memaksakan pihak yang
melakukan wanprestasi agar memenuhi prestasinya sesuai apa yang telah disepakati dalam
perjanjian.
Terhadap gugatan demikian, Pengadilan Negeri Sumber kemudian menjatuhkan putusan Nomor
27/Pdt.G/2011/PN.Sbr. tanggal 30 November 2011, dengan pertimbanagan hukum serta amar
sebagai berikut :
“Bahwa Sdr. Purwoko Jermmy Rd, S.H, M.M, secara pribadi / Tergugat telah setuju untuk
memutuskan kerjasama dimaksud;
“Bahwa Tergugat tidak dengan sungguh-sungguh menjalankan proyek perumahan tersebut, hal
ini terbukti tidak tercapainya penyelesaian dalam mengatasi kekisruhan tersebut;
“Bahwa secara fakta PT.Usaha Sumber Rejeki yang saat ini menguasai / menjalankan proyek
perumahan tersebut;
“Menimbang,…. Menurut hemat Majelis Tergugat adalah sebagai pengelola, yang dalam
pengelolaan tersebut mempunyai resiko bisnis berupa untung dan rugi….;

“MENGADILI :

1. Mengabulkan gugatan konvensi untuk sebagian;

2. Memutuskan, menyatakan Perjanjian tanggal 5 April 2010 antara Penggugat dengan


Tergugat yang dicatat dalam legalisasi … di Kantor Notaris di Kabupaten Cirebon, dibatalkan
karena gugatan pembatalan dengan segala akibat hukumnya;
3. Memutuskan, menyatakan dan menetapkan Penggugat dan PT.Usaha Sumber Rejeki
sebagai pemegang hak pengelola proyek pengembangan perumahan Green Kedaton di lokasi
sesuai Sertipikat Nomor 672 dengan status Hak Guna Bangunan Desa Kepongpongan
Kabupaten Cirebon Jawa Barat;
4. Menolak gugatan lain dan sebagainya.”

Dalam tingkat banding atas permohonan Tergugat, putusan Pengadilan Negeri di atas kemudian
dikuatkan oleh Pengadilan Tinggi Bandung lewat putusannya register Nomor
207/PDT/2012/PT.BDG, tanggal 3 July 2012.
Pihak Tergugat mengajukan upaya hukum kasasi, dimana terhadapnya Mahkamah Agung
membuat pertimbangan serta amar putusan sebagai berikut;
“menimbang bahwa terhadap alasan-alasan tersebut Mahkamah Agung berpendapat:
“Bahwa alasan tersebut tidak dapat dibenarkan, oleh karena setelah memeriksa secara saksama
memori kasasi tanggal 15 Agustus 2012 dan jawaban memori tanggal 6 September 2012
dihubungkan dengan pertimbangan Putusan Judex Facti dalam hal ini Putusan Pengadilan Negeri
Sumber yang dikuatkan oleh Putusan Pengadilan Tinggi Bandung, ternyata Judex Facti tidak
salah dalam menerapkan hukum dengan pertimbangan sebagai berikut:
-Bahwa Tergugat pada pokonya tidak menyangkal, antara Penggugat dengan
Tergugat telah terjadi hubungan hukum kerja sama pengelolaan lahan milik
Penggugat untuk dikelola sebagai perumahan oleh Tergugat, sesuai dengan
perjanjian tanggal 5 April 2010, akan tetapi pembvangunan perumahan tersebut
tidak terlaksana;
-Bahwa pada jawabannya Tergugat menyatakan tidak keberatan atas pemutusan
dan pembatalan perjanjian tersebut, oleh karena itu tuntutan Penggugat untuk
pembatalan perjanjian tanggal 5 April 2010 dapat dikabulkan;
“Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan diatas, ternyata Putusan Judex
Facti Pengadilan Negeri / Pengadilan Tinggi dalam perkara ini tidak bertentangan
dengan hukum dan/atau undang-undang, maka permohonan kasasi yang diajukan
oleh Pemohon Kasasi PURWOKO JERMMY RD,S.H,M.M, tersebut harus
ditolak;

“MENGADILI”
“menolak permohonan kasasi dari Pemohon Kasasi PURWOKO JERMMY
RD, S.H, M.M. tersebut.”

Demikian. Terima Kasih


Sumber : Buku Materi Pokok ISIP4131 Sistem Hukum Indonesia Modul 5 Hal
5.25,
Hukum-hukum.com – Kesepakatan Dibatalkan karena Gugatan Pembatalan,
Perjanjian Bukanlah Harga Mati

Anda mungkin juga menyukai