Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Ulasan Lengkap
Tanda Tangan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Daring (KBBI), tanda tangan adalah
tanda sebagai lambang nama yang dituliskan dengan tangan oleh orang itu
sendiri sebagai penanda pribadi (telah menerima dan sebagainya).
Lebih lanjut, sebagaimana diuraikan Tan Thong Kie dalam bukunya Serba-Serbi
Praktik Notaris (hal. 472), yang dikutip Togar Julio Parhusip dalam
artikel Adakah Masalah Hukum Jika Mengganti Tanda Tangan?, tanda
tangan berfungsi sebagai suatu pernyataan kemauan pembuat tanda tangan
(penandatanganan), bahwa ia menghendaki agar tulisan itu dalam hukum
dianggap sebagai tulisannya sendiri (si pembuat tanda tangan), dengan
membubuhkan tanda tangannya di bawah suatu tulisan.
Suatu tulisan di bawah tangan yang diakui kebenarannya oleh orang yang
dihadapkan kepadanya atau secara hukum dianggap telah dibenarkan
olehnya, menimbulkan bukti lengkap seperti suatu akta otentik bagi orang-orang
yang menandatanganinya, ahli warisnya serta orang-orang yang mendapat hak
dari mereka; ketentuan Pasal 1871 berlaku terhadap tulisan itu.
Keabsahan Perjanjian
Pertanyaan selanjutnya, apakah perubahan tanda tangan memengaruhi
keabsahan perjanjian? Pada dasarnya para pihak diberikan kebebasan untuk
membuat suatu perjanjian, apapun isi dan bagaimana bentuknya. Hal ini sesuai
dengan penerapan asas kebebasan berkontrak sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 1338 KUHPer yang menyebutkan:
Penting untuk dipahami bahwa keempat syarat sah perjanjian tersebut terdiri dari
syarat subjektif dan objektif. Sebagaimana diuraikan oleh Titik Triwulan
Tutik dalam bukunya Hukum Perdata dalam Sistem Hukum Nasional (hal. 225-
226), syarat pertama dan kedua merupakan syarat subjektif. Sedangkan syarat
ketiga dan keempat termasuk syarat objektif. Lebih lanjut sebagaimana
dijelaskan dalam artikel Pembatalan Perjanjian yang Batal demi Hukum,
apabila suatu perjanjian tidak memenuhi syarat subjektif, maka perjanjian
tersebut dapat dibatalkan. Di sisi lain, perjanjian menjadi batal demi hukum jika
tidak memenuhi syarat objektif.
Menurut hemat kami berdasarkan uraian tersebut, keengganan salah satu pihak
untuk mengakui tanda tangan di dalam suatu perjanjian tidak serta-merta
membuat perjanjian tersebut batal atau kehilangan keabsahannya. Para pihak
tetap berkewajiban untuk memenuhi ketentuan-ketentuan di dalam perjanjian
yang mengikat selayaknya undang-undang tersebut.
Suatu akte yang ditandatangani di bawah tangan dan dibuat tidak dengan
perantaraan pejabat umum, seperti misalnya akte jual beli, sewa-menyewa,
utang-piutang dan lain sebagainya yang dibuat tanpa perantaraan pejabat umum.
Dengan demikian, langkah yang dapat dilakukan jika salah satu pihak berdalih
mengganti tanda tangan dan tidak mengakui perjanjian, pihak yang lain dapat
mengajukan gugatan ke pengadilan.
Karena dalam hal ini pihak tersebut juga menolak memenuhi kewajibannya,
maka jenis gugatan yang dapat diajukan adalah gugatan wanprestasi. Ketentuan
mengenai wanprestasi sendiri dapat ditemukan dalam Pasal 1238 KUHPer,
yang berbunyi:
Debitur dinyatakan lalai dengan surat perintah, atau dengan akta sejenis itu, atau
berdasarkan kekuatan dari perikatan sendiri, yaitu bila perikatan ini
mengakibatkan debitur harus dianggap lalai dengan lewatnya waktu yang
ditentukan.
Penggantian biaya, kerugian dan bunga karena tak dipenuhinya suatu perikatan
mulai diwajibkan, bila debitur, walaupun telah dinyatakan lalai, tetap lalai untuk
memenuhi perikatan itu, atau jika sesuatu yang harus diberikan atau
dilakukannya hanya dapat diberikan atau dilakukannya dalam waktu yang
melampaui waktu yang telah ditentukan.
Debitur harus dihukum untuk mengganti biaya, kerugian dan bunga. bila ia tak
dapat membuktikan bahwa tidak dilaksanakannya perikatan itu atau tidak
tepatnya waktu dalam melaksanakan perikatan itu disebabkan oleh sesuatu hal
yang tak terduga, yang tak dapat dipertanggungkan kepadanya. walaupun tidak
ada itikad buruk kepadanya.
Dasar Hukum:
1. Herzien Inlandsch Reglement (HIR);
2. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
Putusan:
Penetapan Pengadilan Negeri Makassar Nomor 381/Pdt.P/2018/PN.MKS.
Referensi:
Titik Triwulan Tutik. Hukum Perdata dalam Sistem Hukum Nasional. Jakarta:
Kencana, 2008.