Anda di halaman 1dari 17

Perihal : Replik Penggugat terhadap EKSEPSI

Kepada, Yth:
Majelis Hakim Pemeriksaan Perkara perdata
no.11 /Pdt.G/2022/PN.Dpk
Pengadilan Negeri Kota Depok.

Dengan Hormat ,
Sehubungan dengan adanya Eksepsi dan Jawaban Tergugat I dalam perkara
perdata NO:11/Pdt.G/2022/PN.Dpk pada Pengadilan Negeri kota Depok,
perkenankanlah kami Kuasa Hukum Penggugat, untuk mengajukan Replik sebagai
berikut :

REPLIK DALAM EKSEPSI :

PENGUGAT TIDAK MEMILIKI LEGAL STANDING UNTUK MENGAJUKAN


GUGATAN
(EKSEPSI EROR IN PERSONA-GEMIS AANHOEDANINGHEID)

Bahwa Penggugat menolak dengan tegas semua dalil-dalil yang disampaikan oleh
Tergugat I dalam Jawabannya khususnya dalam hal eksepsi kecuali apa yang diakui
secara jelas dan terang oleh Penggugat;

Kedudukan dan Kepentingan Hukum Penggugat

1. bahwa PENGGUGAT adalah pemegang yang sah SERTIFIKAT HAK MILIK


(SHM) NO:4843 CIPAYUNG 26 NOVEMBER 2008 SELUAS 10.033 M2 ATAS
NAMA H.OTONG BIN LASIM yang mana dijadikan objek JAMINAN kredit OLEH
TERGUGAT II, dengan alasan serta dalil eksepsi TERGUGAT I
mengakibatkan kacau tertib hukum yang pada akhirnya menimbulkan
ketidak pastian hukum.

2. PENGGUGAT DIRASA PERLU UNTUK MELAKUKAN Gugatan secara umum


muncul ketika terjadi ketidak puasan seseorang. SEBAGAI NEGARA
HUKUM/RECHTSTAAT, setiap warga Negara yang merasa hak-haknya
terlanggar, berhak untuk mengajukan gugatan/bantahan kepada pengadilan
sebagai saluran haknya yang terlanggar. Gugatan karena perbuatan melawan
hukum (PMH).
3. Bahwa putusan Mahkamah Agung No. 4 K/Rup/1958 tertanggal 13 Desember
1958 menyebutkan bahwa untuk dapat menuntut seseorang di

1
depan Pengadilan adalah syarat mutlak bahwa harus ada
perselisihan hukum antara kedua belah pihak yang berperkara.
Selanjutnya putusan Mahkamah Agung No. 305 K/Sip/1971 tertanggal 1971
dinyatakan bahwa penggugatlah yang berwenang untuk menentukan
siapa-siapa yang digugatnya.
4. Hak milik terhadap benda dijelaskan pada Pasal 570 KUHPerdata Hak milik
adalah hak untuk menikmati suatu benda dengan sepenuhnya dan untuk
menguasai benda itu dengan sebebas-bebasnya. Hak milik merupakan hak
kebendaan yang mempunyai sifat hak mutlak maksudnya hak itu dapat
dipertahankan terhadap siapanpun juga, dan orang lain juga harus
menghormati
5. PENGGUGAT adalah pemilik jaminan tambahan SERTIFIKAT HAK MILIK (SHM)
NO:4843 CIPAYUNG 26 NOVEMBER 2008 SELUAS 10.033 M2 ATAS NAMA
H.OTONG BIN LASIM dalam akad kredit KMK DARI TERGUGAT I jaminan yang
diserahkan oleh TERGUGAT II
6. Bahwa sebagai mana dalil GUGATAN PENGGUGAT POIN 1 BAB III TENTANG
PERBUATAN MELAWAN HUKUM SEBAGAI MANA DIMAKSUD.

A. Bahwa Proses akad Kredit KMK TERGGUGAT I DAN TERGUGAT II YANG


DITANDATANGANI dihadapan TERGUGAT IV ,Sedang PENGUGAT sendiri
tidak pernah mengetahui dan menyetujui serta menghadap dalam
Proses AKAD perjanjian KMK ini dari TERGUGAT I DAN TERGUGAT II
Dari proses pembuatan perjanjian tersebut dapat disimpulkan bahwa
perjanjian itu tidak memenuhi syarat perjanjian berkenaan dengan
sebab yang halal, karena benda jaminan yang diserahkan adalah milik
orang lain bukan milik debitur. Hak milik merupakan hak kebendaan
ciri-cirinya antara lain adalah hak mutlak maka yang berhak
mengalihkan hak milik hanya pemilik.. ”Syarat ini harus dipenuhi
dalam suatu perjanjian, jika tidak maka perjanjian akan
berakibat “batal demi hukum”, artinya perjanjian dianggap tidak
pernah ada.
B. Perjanjian utang piutang merupakan kesepakatan tertulis antara para
pihak yang membuat dan dibuat dalam bentuk akta. Akta merupakan
suatu pernyataan tertulis yang ditandatangani, dibuat oleh seseorang
atau oleh pihak-pihak dengan maksud dapat dipergunakan sebagai alat
bukti dalam proses hukum. sebagai bentuk kesepakatan tertulis antara
para pihak dibuat dihadapan notaris dalam bentuk akta notaris.Akta
Notaris adalah akta autentik yang dibuat oleh atau di hadapan Notaris
menurut bentuk dan tata cara yang ditetapkan dalam Undang-Undang.

2
C. Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan (SKMHT). SKMHT adalah
surat kuasa yang diberikan debitur kepada kreditur untuk
membebankan Hak Tanggungan atas objek Hak Tanggungan. SKMHT
diatur dalam Pasal 15 Undang-Undang Hak Tanggungan Nomor 4 Tahun
1996 tentang Hak Tanggungan, oleh karena itu sangatlah penting
mengetahui proses pembebanan Hak Tanggungan agar perjanjian kredit
dapat terlaksana sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan. Alm. H.
Otong Bin Lasim tidak pernah memberikan Kuasa apapun dalam
surat perjanjian pemberian kredit (SP2K) Dan KMK KEPADA
PIHAK TERGUGAT II DALAM PROSES KREDIT KMK DIMAKSUD.
D. Perjanjian utang piutang dapat menggunakan objek jaminan milik orang
lain atau pihak ketiga apabila pihak ketiga tersebut menyetujui
digunakannya objek tersebut menjadi jaminan utang piutang apabila
pihak ketiga tidak mengetahui atau tidak memberikan persetujuannya
maka obyek jaminannya tersebut cacat hukum, maka perjanjian
tersebut batal demi hukum karena telah melanggar pasal 1320
KUHPerdata tentang syarat sahnya perjanjian.

7.bahwa penggugat adalah pemilik sah sertifikat hak milik (shm) yang dijadikan
jaminan tambahan agunan kredit kmk dari tergugat ii

DENGAN DEMIKIAN URAIAN DALIL GUGATAN PENGGUGAT


MEMPUNYAI LEGAL STANDING YANG JELAS.

GUGATAN PENGGUGAT KABUR TIDAK JELAS


MENGENAI GUGATAN OBSCUUR LIBEL

Bahwa Penggugat menolak dengan tegas semua dalil-dalil yang disampaikan oleh
TERGUGAT I mengenai Eksepsi Gugatan Penggugat Obscuur Libel, kecuali apa yang
diakui secara jelas dan terang oleh Penggugat;

Bahwa Penggugat dalam gugatannya telah mendalilkan adanya Perbuatan Melawan


Hukum yang dilakukan Para Tergugat sehingga mengakibatkan Penggugat
mengalami kerugian bahkan Penggugat telah pula merumuskan Perbuatan Melawan
Hukum yang dilakukan oleh Para Tergugat, serta dalam gugatan telah pula
Penggugat gambarkan adanya rangkaian perbuatan Melawan Hukum yang
dilakukan oleh Para Tergugat sebagai berikut :

3
1. karena Akibat dalam perjanjian kredit KMK yang diberikan TERGUGAT I objek
hak tanggungannya berdasarkan perjanjian kredit Modal Kerja SP2K
No:2047/JKC/CML/VIII/ 2015 tanggal 25 Agustus 2015 yang cacat hukum,
Hak Tanggungan tersebut juga menjadi cacat hukum. Hal tersebut sesuai
sebagaimana ketentuan yang di atur dalam UU Nomor 4 Tahun 1996 dimana
objek hak atas tanah yang bukan merupakan miliknya yang sah dan di
jaminkan oleh debitur sebagai pemberi hak tanggungan, YANG MANA
PENGGUGAT TIDAK PERNAH MEMBERIKAN KUASA UNTUK SKMHT
maupun APHT serta sertifikat Hak Tanggung KEPADA PIHAK TERGUGAT
II, sehingga mengandung cacat hukum dan oleh karenanya batal demi
hukum.
2. Suatu perjanjian kredit sebagai perjanjian pokok dapat diberi Surat Kuasa
Membebankan Hak Tanggungan (SKMHT). SKMHT adalah surat kuasa yang
diberikan debitur kepada kreditur untuk membebankan Hak Tanggungan atas
objek Hak Tanggungan. SKMHT diatur dalam Pasal 15 Undang-Undang Hak
Tanggungan Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan, oleh karena itu
sangatlah penting mengetahui proses pembebanan Hak Tanggungan agar
perjanjian kredit dapat terlaksana sesuai dengan aturan yang telah
ditetapkan. surat perjanjian pemberian kredit (SP2K) Dan KMK No:06
tertanggal 08 Desember 2015 dihadapan Notaris Muchammad
benhard S.H.M.kn dengan bukti akte autentik
3. Penandatanganan akta notaris merupakan suatu keharusan sebagai tanda
persetujuan dari para penghadap dan merupakan syarat formal otentiksitas
akta notaris tersebut. Hanya akta-akta tertentu yang tidak diharuskan untuk
ditandatangani oleh penghadap, misalnya akta relaas. Hal ini menandakan
bahwa para penghadap telah menyetujui apa yang terdapat atau yang
diperjanjikan oleh kedua belah pihak, yaitu para penghadap itu sendiri.
Membubuhi tanda tangan harus mempunyai arti sebagai melihat (membaca)
dan menyetujui apa yang ditulis. Fakta nya PENGGUGAT TIDAK PERNAH
MENGHADAP SERTA HADIR DALAM TANDA TANGAN DARI BERBAGAI AKTE
YANG DIBUTUHKAN DALAM KREDIT KMK YANG DIMAKSUD.
4. Tanda tangan merupakan bentuk dari suatu kesepakatan dari para pihak yang
mereka yang mengikatkan diri merupakan syarat yang penting dalam
perjanjian (Pasal 1320 BW). Pihak yang mengadakan perjanjian itu harus
bersepakat, berkenaan isi perjanjian yang dibuat. Dengan adanya kata
sepakat, maka perjanjian itu mengikat para pihak dan harus dilaksanakan.
Perjanjian hanya mengikat para pihak yang mensepakati perjanjian dan
tidakmengikat pihak ketiga kepada pihak yang tidak mensepakati perjanjian.

4
5. Pasal 84 UUJN disimpulkan bahwa dalam pembuatan akta notaris pelanggaran
atas pasal 16 ayat (1) huruf i, pasal 16 ayat (1) huruf k, pasal 41, pasal 44,
pasal 48, pasal 49, pasal 50, pasal 51 atau pasal 52 mengakibatkan: (1) Suatu
akta hanya mempunyai kekuatan pembuktian sebagai akta di bawah tangan;
atau (2) Suatu akta menjadi batal demi hukum. UUJN pasal 84 tersebut
menjelaskan, bila mana ada kondisi yang terpenuhi, maka mengakibatkan
“suatu akta hanya mempunyai kekuatan pembuktian sebagai akta di bawah
tangan”, adalah serupa dengan KUHPerdata pasal 1869, yang juga
menjelaskan bilamana ada kondisi yang terpenuhi, maka mengakibatkan
suatu akta mempunyai kekuatan sebagai tulisan di bawah tangan jika ia
ditandatangani oleh para pihak”. KUHPerdata pasal 1869 menjelaskan, kondisi
yang mengakibatkan “suatu akta mempunyai kekuatan sebagai tulisan di
bawah tangan jika ia ditandatangani oleh para pihak” tersebut adalah karena
tidak berkuasa atau tidak cakapnya pegawai umum atau karena cacat dalam
bentuknya. Pembacaan Akta sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf m
tidak wajib dilakukan, jika penghadap menghendaki agar Akta tidak dibacakan
karena penghadap telah membaca sendiri, mengetahui, dan memahami
isinya, dengan ketentuan bahwa hal tersebut dinyatakan dalam penutup Akta
serta pada setiap halaman Minuta Akta diparaf oleh penghadap, saksi, dan
Notaris.
6. Gugatan atas dasar kesalahan/kelalaian KREDITUR sehubungan dengan
kepemilikan Angunan/jaminan debitor atas barang jaminan meliputi
perbuatan mengenai harta bersama, harta warisan, jaminan milik pihak
ketiga;Gugatan atas dasar kesalahan/kelalaian KREDITUR dengan
persyaratan dalam hubungan perjanjian kredit meliputi perbuatan mengenai
pengikatan/perjanjian yang cacat/tidak sah, hak tanggungan;
7. Hal ini disebutkan dalam Pasal 2 Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998
Tentang Perbankan, bahwa perbankan Indonesia dalam melaksankan
usahanya berasaskan demokrasi ekonomi dengan menggunakan asas kehati-
hatian. Tujuan diberlakukannya prinsip kehati-hatian tidak lain adalah agar
bank selalu dalam keadaan sehat. Dengan diberlakukannya prinsip kehati-
hatian diharapkan agar kepercayaan masyarakat terhadap perbankan tetap
tinggi, sehingga masyarakat bersedia dan tidak ragu-ragu menyimpan
dananya di bank. Dalam prinsip kehati- hatian terhadap 5C of Credit yang
meliputi character (watak), capacity (kemampuan), capital, (modal),
collateral (agunan), condition of economy (prospek usaha dari debitur) yang
dimana prinsip 5C ini merupakan prinsip yang saling terkait satu dengan yang
lainnya sehinga tidak dapat dipisahkan atau dikesampingkan. Aspek collateral
(agunan) merupakan aspek yang keberlangsungan proyek debitur. menonjol

5
dalam pelanggaran SOP PT.BTN mengingat jaminan yang digunakan bukan -
atasnama debitur, keberlangsungan proyek debitur.
8. Adanya kesalahan dari pihak TERGUGAT I Agar dapat dikenakan pasal 1365
KUHPerdata tentang perbuatan melawan hukum, undang-undang dan
yurisprudensi mensyaratkan agar pada pelaku haruslah mengandung unsur
kesalahan (sculdelement) dalam melaksanakan perbuatan tersebut. Karena
itu, tanggung jawab tanpa kesalahan (strict liability) tidak termasuk
tanggung jawab berdasarkan kepada pasal 1365 KUHPerdata. Jikapun dalam
hal tertentu dibelakukan tanggung jawab tanpa kesalahan tersebut (strict
liability), hal tersebut tidaklah didasari atas pasal 1365 KUHPerdata, tetapi
didasarkan kepada undang-undang lain. Suatu tindakan dianggap oleh
hukum mengandung unsur kesalahan sehingga dapat dimintakan tanggung
jawabnya jika
a.Ada unsur kesengajaan.
b.Ada unsur kelalaian(negligence,culpa),dan
c. Tidak ada alasan pembenar atau alasan pemaaf (rechtvaardiging-grond),
seperti keadaan overmacht, membela diri, tidak waras, dan lain-lain.

DENGAN DEMIKIAN ALASAN GUGATAN PENGGUGAT SUDAH JELAS


DAN TIDAK KABUR

GUGATAN PENGGUGAT TIDAK BERDASAR HUKUM


EXCEPTIE ONRECHTMATIG OF ONGEGROUND

Adanya kesalahan dari pihak TERGUGAT I , pasal 1365 KUHPerdata tentang


perbuatan melawan hukum, undang-undang dan yurisprudensi
mensyaratkan agar pada pelaku haruslah mengandung unsur kesalahan
(sculdelement) dalam melaksanakan perbuatan tersebut. Karena itu,
tanggung jawab tanpa kesalahan (strict liability) tidak termasuk tanggung
jawab berdasarkan kepada pasal 1365 KUHPerdata. Jikapun dalam hal
tertentu dibelakukan tanggung jawab tanpa kesalahan tersebut (strict
liability), hal tersebut tidaklah didasari atas pasal 1365 KUHPerdata, tetapi
didasarkan kepada undang-undang lain. Suatu tindakan dianggap oleh
hukum mengandung unsur kesalahan sehingga dapat dimintakan tanggung
jawabnya jika
a.Ada unsur kesengajaan.
b.Ada unsur kelalaian(negligence,culpa),dan

6
c. Tidak ada alasan pembenar atau alasan pemaaf (rechtvaardiging-grond),
seperti keadaan overmacht, membela diri, tidak waras, dan lain-lain.

DENGAN DEMIKIAN ALASAN GUGATAN SUDAH JELAS DAN


MEMPUNYAI DASAR HUKUM

MENGENAI KOMPETENSI ABSOLUT

Bahwa Penggugat menolak dengan tegas semua dalil-dalil yang disampaikan oleh
Tergugat I dalam Jawabannya khususnya dalam hal eksepsi mengenai Kewenangan
Mengadili, kecuali apa yang diakui secara jelas dan terang oleh Penggugat;

1. Bahwa alasan Eksepsi Tergugat I yang mendalilkan tentang Kompetensi


Absolut dalam perkara ini adalah hanya alasan-alasan yang dipakai
TERGUGAT I untuk menghindar dari tanggung jawabnya semata, dimana perlu
diketahui bahwa gugatan ini berlandaskan Perbuatan Melawan Hukum yang
dilakukan para Tergugat dalam Perjanjian KREDIT KMK DIMAKSUD.
2. Bahwa penggugat adalah pemilik yang sah SERTIPIKAT HAK MILIK (SHM) NO
4843/CIPAYUNG TANGGAL 26 NOPEMBER 2008 SELUAS 10.033 ATAS NAMA
OTONG BIN LASIM SEBAGAI OBJEK PERKARA YANG BERALAMAT BULAK
TIMUR RT.01 RW 009 KELURAHAN CIPAYUNG KECAMATAN CIPAYUNG KOTA
DEPOK.
3. BAHWA DENGAN TEGAS PENGGUGAT BUKAN PIHAK DALAM PERJANJIAN
KREDIT ANTARA TERGUGAT I DAN TERGUGAT II YANG MANA PENGGUGAT
BUKAN SEBAGAI DEBITUR AKAN TETAPI PENGGUGAT ADALAH PEMILIK YANG
SAH OBJEK JAMINAN TAMBAHAN DALAM KREDIT KMK DIMAKSUD.

Berdasarkan dalil-dalil diatas Oleh karenanya, alasan Penggugat


mengajukan gugatan ini ke Pengadilan Negeri KOTA DEPOK adalah TELAH
TEPAT (REDELIJK)

GUGATAN PENGGUGAT MENGANDUNG CACAT FORMIL KURANG PIHAK


(EXCEPTIO PLURIUM CONSORTIUM)

Bahwa Penggugat menolak dengan tegas semua dalil-dalil yang disampaikan oleh
Tergugat I mengenai eksepsi Gugatan Error In Persona, kecuali apa yang diakui
secara jelas dan terang oleh Penggugat;

7
Oleh karenanya Penggugat TELAH TEPAT (REDELIJK) DAN TIDAK SALAH (ERROR IN
PERSONA) dalam menentukan Subyek Hukum sebagai Tergugat dan menurut
hukum, Penggugat berhak atau berwenang dalam menentukan siapa saja subyek
hukum yang akan digugatnya.

Vide:
Yurisprudensi Putusan Mahkamah Agung R.I tanggal 16-6-1971
Reg.No.305.K/SIP/1971 yang berbunyi : “Azas Hukum Acara Perdata bahwa hanya
Penggugat yang berwenang untuk menentukan siapa-siapa yang akan digugatnya.”

1. Justru itu sebagai PENGGUGAT berangapan bahwa terjadinya akad kredit KMK
dimaksud antara TERGUGAT I DAN TERGUGAT II CACAT FORMIL yang mana
PENGGUGAT TIDAK PERNAH MEMBERIKAN KUASA sehingga terbitnya SKMHT
dan tidak pernah mengetahui serta menghadap untuk megikatkan diri dalam
proses AKAD PERJANJIAN KREDIT YANG DIHADAPAN NOTARIS TERGUGAT IV.
SEHINGGA DENGAN URAIAN DIATAS PATUT DIDUGA BAHWA TERJADINYA
PROSES AKAD PERJANJIAN KREDIT DIMAKSUD CACAT HUKUM DAN BATAL
DEMI HUKUM.

2. Pendaftaran APHT dan sehingga terbitnya SHT; pendaftaran APHT kepada


Kantor Pertanahan ( BPN ) ditujukan untuk memenuhi asas publisitas, atas
hal tersebut Kantor Pertanahan menerbitkan SHT untuk kepentingan
Pemegang Hak Tanggungan, Dengan uraian diatas bahwa BPN bisa
MENERBITKAN SHT atas dasar dan syarat serta prasarat ADMINISTRASI
terpenuhi PERMOHANAN. Yang mana BPN hanya menyetujui apa yang
dimohonkan oleh TERGUGAT I dan BPN tidak pernah mengetahui proses dari
akad perjanjian kredit dari para tergugat.

3. Bahwa terjadinya akad kredit dimaksud adalah pembiayaan kredit modal kerja
ANTARA TERGUGAT I DAN TERGUGAT II dengan projek pengerjaan peket
proyek ELEKTRIKAL DI KONDOTEL SAHID EMINENCE CILOTO PUNCAK dengan
penerbitan SPK dari TERGUGAT III ke TERGUGAT II.
MAKA BERDASARKAN DALIL URAIAN DIATAS KARENANYA
PENGGUGAT TELAH TEPAT (REDELIJK) DAN TIDAK SALAH (ERROR
IN PERSONA)

8
DALAM POKOK PERKARA
1. Bahwa apa yang telah kami uraikan dalam tanggapan kami dalam Eksepsi
sepanjang masih relevan mohon diberlakukan dalam pokok perkara

2. Bahwa Penggugat menolak dengan tegas semua dalil-dalil yang disampaikan


oleh Tergugat I dalam Jawabannya, kecuali apa yang diakui secara jelas dan
terang oleh Penggugat;

3. bahwa penggugat adalah pemilik yang sah sertipikat hak milik (shm) no
4843/cipayung tanggal 26 nopember 2008 seluas 10.033 atas nama otong bin
lasim sebagai objek perkara yang beralamat bulak timur rt.01 rw 009 kelurahan
cipayung kecamatan cipayung kota depok.sebagai objek perkara angunan kredit
kmk dimaksud antara TERGUGAT I dan TERGUGAT II

4. Bahwa terjadinya akad kredit dimaksud adalah pembiayaan kredit modal kerja
ANTARA TERGUGAT I DAN TERGUGAT II dengan projek pengerjaan peket proyek
ELEKTRIKAL DI KONDOTEL SAHID EMINENCE CILOTO PUNCAK dengan
penerbitan SPK dari TERGUGAT III ke TERGUGAT II.

5. bahwa sebagai penggugat berangapan bahwa terjadinya akad kredit KMK


dimaksud antara TERGUGAT I dan TERGUGAT II cacat formil yang mana
PENGGUGAT tidak pernah memberikan kuasa sehingga terbitnya SKMHT dan
tidak pernah mengetahui serta menghadap untuk megikatkan diri dalam proses
akad perjanjian kredit yang dihadapan notaris TERGUGAT IV.
sehingga dengan uraian diatas patut diduga bahwa terjadinya proses akad
perjanjian kredit dimaksud cacat hukum dan batal demi hukum.

6. Pembatalan APHT karena dinyatakan cacat hukum dan tidak mengikat oleh
putusan pengadilan dapat menyebabkan hapusnya Hak Tanggungan, hal tersebut
salah satu penyebab selain yang ditentukan oleh UU Nomor 4 Tahun 1996 yang
mengatur bahwa terdapat 4 (empat) sebab hapusnya Hak Tanggungan, yaitu:

A.Hapusnya utang yang dijamin dengan Hak Tanggungan; 



B.Dilepaskan Hak Tanggungan oleh pemegang Hak Tanggungan; 

C. Pembersihan Hak Tanggungan berdasarkan penetapan peringkat oleh Ketua
pengadilan negeri
D. Hapusnya hak atas tanah yang dibebani Hak Tanggungan

9
7. Bahwa benar Alm.H.OTONG BIN LASIM tercatat dalam akte perubahan No:64
tanggal 02 juli 2015 yang dibuat dihadapan notaris WIJATI SUKARNO S.H M. Kn
berkedudukan dibekasi mengenai perubahan direksi salah satunya nama Alm.
H.Otong Bin Lasim hanyalah akal-akalan TERGUGAT II untuk mendapatkan
fasilitas kredit KMK dari Bank TERGUGAT II yang mana Alm H Otong tidak
mengetahui proses perubahan itu dan namanya masuk sebagai Direktur
TERGUGAT II, bahwa penggugat tidak pernah mengetahui serta menhadap untuk
bertanda tangan dalam perubahan pendirian struktur PENGURUS TERGUGAT II
dihadapan NOTARIS dimaksud.

8. Bahwa benar menurut dokument yang dimiliki PENGUGAT yang didapat dari
penelusuran ke TERGUGAT II didapat spk dari TERGUGAT III dengan No
Perjanjian:

A. SPK.021/KPS-LGL/XI/15 tanggal 28 November 2015 tentang VAC


B. SPK.016/KPS-LGL/IX/15 tanggal 1 september 2015 tentang ELEKTRICAL
C. SPK.012/KPS-LGL/VI/15 tanggal 1 juni 2015 tentang MEKANIKAL

Yang akhirnya dibatalkan SPK Tersebut diatas dengan surat Pembatalan SPK NO
1001/KPS-KTJ/PBTL-X/2016 Tertangal 13 oktober 2016 yang dikeluarkan oleh
TERGUGAT III Bahwa Atas dasar SPK dari TERGUGAT III, ,dijadikan dasar untuk
mengajukan kredit ke TERGUGAT I dengan Nama KMK kredit Modal Kerja) Oleh
TERGUGAT II

Karena kredit modal kerja yang sumber pengembalian DANA pinjaman


dari HASIL PEMBAYARAN projek yang diberikan TERGUGAT III.

9. karena Akibat dalam perjanjian kredit KMK yang diberikan TERGUGAT I objek hak
tanggungannya berdasarkan perjanjian kredit Modal Kerja SP2K
No:2047/JKC/CML/VIII/ 2015 tanggal 25 Agustus 2015 yang cacat hukum, Hak
Tanggungan tersebut juga menjadi cacat hukum. Hal tersebut sesuai
sebagaimana ketentuan yang di atur dalam UU Nomor 4 Tahun 1996 dimana
objek hak atas tanah yang bukan merupakan miliknya yang sah dan di jaminkan
oleh debitur sebagai pemberi hak tanggungan, YANG MANA PENGGUGAT
TIDAK PERNAH MEMBERIKAN KUASA UNTUK SKMHT maupun APHT serta
sertifikat Hak Tanggungan KEPADA PIHAK TERGUGAT II, sehingga
mengandung cacat hukum dan oleh karenanya batal demi hukum.

10.bahwa status jaminan angunan kredit KMK dimaksud yang dimiliki oleh
PENGGUGAT adalah angunan tambahan yang mana agunan POKOK SHGB NO
617/KERTAMAYA atas nama ARYONUGROHO ARDI PUTRANTO.seharusnya

10
sebagai angunan tambahan akibat dari kredit macet yang dilakukan oleh
TERGUGAT II bukan menjadi tangung jawab PENGGUGAT

11.Bahwa Pelaksanaan perjanjian kredit pada TERGUGAT I pada kasus Perjanjian


Membuka Kredit KMK dimaksud dengan debitur TERGUGAT II telah melanggar
prinsip kehatian-hatian sebagaimana diatur dalam Undang-Undang No. 10
Tahun 1998 Tentang Perbankan dan Peraturan Bank Indonesia No.7/2005 Jo PBI
No.8/2005. Dari aspek internal, TERGUGAT I juga tidak menjalankan Standar
dan Operasional Prosedur (SOP) terhadap 5C of Credit yang meliputi character
(watak), capacity (kemampuan), capital (modal), collateral (agunan), condition
of economy (prospek usaha dari debitur). jaminan sertifikat hak atas tanah No.
4843 A/n OTONG Bin LASIM sebagaimana dituangkan dalam perjanjian kredit
tersebut di atas bukan atas nama TERGUGAT II Ada kelalaian dalam
pemeriksaan tahap pengajuan kredit yang sejak awal.SEHINGGA PROSES AKAD
KREDIT KMK DIMAKSUD CACAT FORMIL SERTA BATAL DEMI HUKUM.

12. Perjanjian hanya mengikat kepada pihak-pihak yang ikut serta dalam perjanjian
dan perjanjian tidak mengikat kepada pihak-pihak yang tidak ikut serta dalam
perjanjian, seperti yang dijelaskan dalam pasal 1338 KUHPerdata. Disamping itu
masalah PERSONAL GARANSI harus juga disepakati oleh pihak ketiga seperti
dijelaskan oleh Pasal 1820 KUHPerdata, penanggungan adalah suatu
persetujuan dengan mana seorang pihak ketiga, guna kepentingan si
berpiutang, mengikatkan diri untuk memenuhi perikatannya si berutang
manakala orang ini sendiri tidak memenuhinya. Maka perjanjian utang piutang
yang obyek jaminannya milik orang lain tidak mengikat sipemilik (orang lain)
apabila sipemilik tidak ikut serta dalam kesepakatan pada perjanjian tersebut
seperti dijelaskan dalam pasal 1320 , 1338 dan 1820 BW. Benda milik orang
lain tidak bisa jadi jaminan dari utang piutang dari seseorang kalau
tidak disetujui pemilik.

13. Dari proses pembuatan perjanjian tersebut dapat disimpulkan bahwa perjanjian
itu tidak memenuhi syarat perjanjian berkenaan dengan sebab yang halal,
karena benda jaminan yang diserahkan adalah milik orang lain bukan milik
debitur. Hak milik merupakan hak kebendaan ciri-cirinya antara lain adalah hak
mutlak maka yang berhak mengalihkan hak milik hanya pemilik. Ketentuan
mengenai sebab yang halal, diatur dalam pasal 1336 KUHPerdata, yang
berbunyi: “suatu sebab adalah terlarang, apabila dilarang oleh undang-undang,
atau apabila berlawanan dengan kesusilaan atau ketertiban umum. ”Syarat ini
harus dipenuhi dalam suatu perjanjian, jika tidak maka perjanjian akan
berakibat “batal demi hukum”, artinya perjanjian dianggap tidak pernah ada.

11
14. Tanda tangan merupakan bentuk dari suatu kesepakatan dari para pihak yang
mereka yang mengikatkan diri merupakan syarat yang penting dalam perjanjian
(Pasal 1320 BW). Pihak yang mengadakan perjanjian itu harus bersepakat,
berkenaan isi perjanjian yang dibuat. Dengan adanya kata sepakat, maka
perjanjian itu mengikat para pihak dan harusdilaksanakan. Perjanjian hanya
mengikat para pihak yang mensepakati perjanjian dan tidak mengikat pihak
ketiga kepada pihak yang tidak mensepakati perjanjian. Sepakat mereka yang
mengikatkan diri merupakan syarat yang penting dalam perjanjian. Subjek yang
mengadakan perjanjian itu harus bersepakat, mengenai hal-hal yang pokok dari
perjanjian yang diadakan. Kata sepakat dalam suatu perjanjian merupakan
suatu keadaan yang menunjukkan kehendak para pihak saling terima satu sama
lain. Para pihak sama-sama tidak menolak apa yang diinginkan oleh pihak
lawannya. Dengan adanya kata sepakat, maka perjanjian itu telah ada, sejak
saat itu perjanjian mengikat para pihak dan dapat dilaksanakan. Tidak
dipenuhinya syarat ini akan mengakibatkan perjanjian “dapat dibatalkan”.
Perjanjian hanya mengikat para pihak yang mensepakati perjanjian dan tidak
mengikat kepada pihak yang tidak mensepakati perjanjian atau pihak ketiga.

16. Sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 1365 KUHPerdata, maka suatu
perbuatan melawan hukum dalam hukum perdata haruslah mengandung
unsur-unsur sebagai berikut:

1. 1) Adanya suatu perbuatan.


Suatu perbuatan melawan hukum diawali oleh suatu perbuatan dari pelaku.
Umumnya diterima anggapan bahwa dengan perbuatan dalam hal ini
dimaksudkan, baik berbuat sesuatu (dalam arti aktif) maupu tidak berbuat
sesuatu (dalam arti pasif), misalnya tidak berbuat sesuatu padahal dia
mempunyai kewajiban hukum untuk membuatnya. Kewajiban tersebut
timbul dari hukum/kontrak yang berlaku.
2. 2) Perbuatan tersebut melawan hukum.
Perbuatan yang dilakukan tersebut haruslah melawan hukum. Sejak tahun
1919, unsur melawan hukum ini diartikan dalam arti seluas-luasnya, yakni
meliputi hal- hal dasar seperti perbuatan yang melanggar undang-undang
yang berlaku, yang melanggar hak orang yang dijamin oleh hukum, atau
perbuatan yang bertentangan dengan kewajiban hukum si pelaku, atau
perbuatan yang bertentangan dengan kesusilaan (goede zeden), atau
perbuatan yang bertentangan dengan sikap yang baik dalam bermasyarakat
untuk memperhatikan kepentingan orang lain.
3. 3) Adanya kesalahan dari pihak pelaku.
Pasal 1365 KUHPerdata mensyaratkan adanya unsur "kesalahan" (schuld)

12
dalam suatu perbuatan melawan hukum, maka perlu diketahui
bagaimanakah cakupan dari unsur kesalahan tersebut. Suatu tindakan
dianggap oleh hukum mengandung unsur kesalahan sehingga dapat
dimintakan tanggung jawabnya secara hukum jika memenuhi unsur-unsur
sebagai berikut:
i. ada unsur kesengajaan, atau
ii. ada unsur kelalaian (negligence, culpa), dan
iii. tidak ada alasan pembenar atau alasan pemaaf
(rechtwaardigingsrond), seperti keadaan overmacht, membela diri,
tidak waras, dan lain-lain.

Kesalahan yang diisyaratkan oleh hukum dalam perbuatan melawan hukum,


baik kesalahan dalam arti "kesalahan hukum" maupun "kesalahan sosial".
Dalam hal ini hukum menafsirkan kesalahan sebagai suatu kegagalan
seseorang untuk hidup dengan sikap yang ideal, yakni sikap yang biasa dan
normal dalam suatu pergaulan masyarakat.

1. 1) Adanya kerugian bagi korban.


Berbeda dengan kerugian karena wanprestasi yang hanya mengenai
kerugian materil, maka kerugian karena perbuatan melawan hukum di
samping kerugian materil, yurisprudensi juga mengakui konsep kerugian
immateril, yang juga akan dinilai dengan uang.
2. 2) Adanya hubungan kausal antara perbuatan denga kerugian.
Hubungan kausal antara perbuatan yang dilakukan dengan kerugian yang
terjadi juga merupakan syarat dari suatu perbuatan melawan hukum.

17. Memberikan Hak Tanggungan (SKMHT) dan Akta Pemberian Hak Tanggungan
(APHT) yang dibuat oleh notaris/PPAT selaku tergugat I atas usulan debitur
selaku tergugat II dan Bank (kreditur) selaku tergugat I pada dasarnya
bertentangan dengan ketentuan yang diatur dalam Pasal 44 ayat (1) Undang-
Undang No. 2 Tahun 2004 tentang perubahan atas No.30 Tahun 2004 tentang
Jabatan Notaris dan juga bertentangan dengan ketentuan Pasal 4 ayat (3)
dan pasal 4 ayat (5) Undang- Undang No.4 Tahun 1996 tentang Hak
Tanggungan.dimana akta perjanjian otentik tidak pernah diterima serta
diketahui pemilik sah SHM atas Nama H.OTONG BIN LASIM .

13
Ayat 1

: “Notaris berwewenang membuat Akta autentik mengenai semua perbuatan,


perjanjian, dan penetapan yang diharuskan oleh peraturan perundang-
undangan dan/atau yang dikehendaki oleh yang berkepentingan untuk
dinyatakan dalam Akta autentik, menjamin kepastian tanggal pembuatan
Akta, menyimpan Akta, memberikan grosse, salinan dan kutipan Akta,
semuanya itu sepanjang pembuatan Akta tidak ditugaskan atau dikecualikan
kepada pejabat lain atau orang lain yang ditetapkan oleh undang- undang”.

Ayat 2

“Notaris berwewenang :

(a) mengesahkan tanda tangan dan menetapkan kepastian tanggal surat di


bawah tangan dengan mendaftarkan dalam buku khusus;

(b) membukukan suratdi bawah tangan dengan mendaftar dalam buku khusus

(c) membuat kopi dari asli surat di bawah tangan berupa salinan yang memuat
uraian sebagaimana ditulis dan digambarkan dalam surat yang
bersangkutan;

(d) melakukan pengesahan kecocokan photo copi dengan surat aslinya; (e)
memberikan penyuluhan hukum sehubungan dengan pembuatan akte ; (f)
membuat akta yang berkaitan dengan pertanahan ; atau (g) membuat
akta risalah lelang” “Notaris mempunyai wewenang lain yang diatur dalam
peraturan perundang- undangan. Sebagai pertimbangan hakim dalam
mejatuhkan putusan objek hak tanggungan milik Penanggung (avails)
dimana hakim mempertimbangkan bahwa pelasanaan pengikatan jaminan
hak tanggungan di lakukan oleh Tergugat I dan Tergugat II cacat hukum
Formil sehngga cacat dan batal demi hukum”

18. Bahwa surat peringatan pertama sampai ke empat dari TERGUGAT I yang
dialamatkan ke PENGGUGAT dirasa salah alamat.karena PENGGUGAT bukan
debitur yang diakuai oleh TERGUGAT I.

19. Pasal 92 juncto Pasal 98 UUPT menyebutkan bahwa direksi mewakili perseroan,
baik di dalam maupun di luar pengadilan. Kewenangan direksi anggaran dasar,
atau keputusan Rapat Umum Pemegang Saham. Dengan demikian kecakapan
bertindak perseroan dijalankan oleh direksi sebagai pengurus perseroan. Dalam

14
menjalankan pengurusannya, direksi bekerja untuk kepentingan perseroan dan
sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan serta dalam batas-batas yang
ditentukan oleh UUPT dan Anggaran Dasar Perseroan. Dalam penjelasannyaa,
ketentuan tersebut menugaskan direksi untuk mengurus perseroan yang antara
lain meliputi pengurusan sehari-hari dari perseroan. Yang mana dalam akte
perubahan disebutkan bahwa H.Otong dijadikan salah satu direktur dalam akte
perubahan PT.Kayori Tiski Jaya supaya Dapat mendapatkan Fasilitas Kredit KMK
dari Bank BTN selaku Kreditur.Itupun H.otong Tidak Pernah Tau adanya
Perubahan Itu serta H.Otong tidak Pernah Hadir dalam Perubahan PT.kayori tiski
Jaya,Bahkan Bpk.Tekad serta Bpk Fransiskus dalam PT.kayori Tiski Jaya Belum
pernah Bertemu Dengan Almarhum H.Otong Bin Lasim. Ahli waris secara tegas
menyatakan bahwa almarhum bukan lah apa-apa di PT.Kayori Tiski Jaya.

20. Bahwa dengan adanya perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh para
pihak tergugat ,sehingga penggugat mengalami kerugian oleh karenanya
berdasarkan ketentuan pasal 1385 KUHAPERDATA “bahwa tiap perbuatan yang
melanggar hukum dan membawa kerugian kepada orang lain mewajibkan orang
yang menimbulkan kerugian penggugat berhak mendapatkan ganti rugi kepada
para tergugat sebesar Rp.10.000.000.000 (Sepuluh Milyard Rupiah) dengan
rincian sebagai berikut :

• Kerugian materiil sebesar Rp 7.500.000.000,- (Tujuh Milyard Lima Ratus Juta


Rupiah) Terhitung dari 2015– 2021 Sewa lahan peternakan dan lain- lain
• Kerugian immateriil sebesar Rp. 2.500.000.000,- (Dua Milyar Lima Ratus juta
Rupiah) persewaan lapangan futsal parker pusat grosir pakean jadi kota depok
persewaan ruko /kios dan pergudangan

21. Pasal 1365 KUH Perdata, yang menentukan: "Tiap perbuatan melanggar hukum
yang membawa kerugian kepada orang lain, mewajibkan orang yang karena
salahnya menerbitkan kerugian itu, menggantikan kerugian tersebut.
Pertanggungjawaban secara pidana terhadap Notaris yang melanggar hukum,
dapat dikenakan sanksi yang dimaksud dalam Pasal 263 Jo 264 ayat (1)
KUHPidana dimana ancaman pidana berupa pidana kurungan atau pidana
penjara 8 (delapan) tahun patut diduga pemalsuan tanda tangan dan vigur
penganti dari ALM OTONG BIN LASIM untuk memuluskan pemufakatan jahat
dalam mendapatkan fasilitas kredit KMK dimaksud dari TERGUGAT I

Berdasarkan hal hal sebagaimana tersebut diatas kami mohon yang Terhormat
Majelis Hakim pemeriksa perkara ini berkenan menjatuhkan putusan, dengan amar
putusan sebagai berikut :

15
DALAM EKSEPSI:
1.Menolak Eksepsi Tergugat I dan / atau Para Tergugat atau setidak-tidaknya
menyatakan tidak dapat diterima untuk seluruhnya;
2.Menyatakan Pengadilan Negeri KOTA DEPOK berwenang untuk memeriksa
dan memutuskan perkara ini;
3.Menyatakan pemeriksaan dalam perkara ini dilanjutkan dalam proses
pemeriksaan pokok perkara.

DALAM POKOK PERKARA:

1. Menerima dan mengabulkan gugatan PENGGUGAT seluruhnya sebagaimana


yang telah Penggugat ajukan dalam Gugatan PENGGUGAT;
2. Menghukum Para TERGUGAT untuk membayar biaya yang timbul dalam perkara
ini;
3. Apabila Majelis Hakim berpendapat lain, mohon putusan yang seadil-adilnya (Ex
Aequo et Bono).

Demikian Replik ini kami sampaikan, semoga dapat membantu Majelis Hakim dalam
memutus perkara ini dengan berwawasan pada hakekat kebenaran dan keadilan.

Hormat kami,
Kuasa Hukum Penggugat

1. Rahmad S Hidayat S.H,M.H 2. Sunardi S.H

3. Abi Mas’ud S.H 4. Abdul Gofar S.A.g

16
.

17

Anda mungkin juga menyukai