NIM : 043281323
JURUSAN : ADMINISTRASI NEGARA
Akibat perjanjian
Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang
membuatnya. Perjanjian itu tidak dapat ditarik kembali, selain atas kesepakatan kedua belah
pihak atau karena alasan-alasan yang oleh undang-undang dinyatakan cukup untuk itu.
Merujuk Pasal 1338 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, perikatan apa yang telah disepakati
oleh para pihak, tidak dapat dibatalkan ataupun diputus secara sepihak, karena apa yang telah
disepakati seketika itu juga menjadi (quasi) “undang-undang” yang mengikat para pihak yang
saling mengikatkan diri.
Namun bukan berarti hukum tidak memberikan excape clause, lewat keberadaan Pasal 1226
KUHPerdata yang masih member peluang bagi salah satu pihak untuk mengajukan gugatan
pembatalan ke hadapan pengadilan, agar suatu perjanjian tidak bersifat demikian fatalistis (kian
merugi secara timpang bila terus berlanjut) seolah menjadi “harga mati” yang dapat merugikan
satu pihakj akibat adanya itikad tidak baik dari pihak lain dalam suatu hubungan kontraktual.
Dengan demikian, suatu “syarat batal” selalu dianggap melekat dalam setiap perjanjian.
Terdapat sebuah ilustrasi konkret yang cukup mewakili, sebagaimana dapat SHIETRA &
PARTNERS rujuk putusan Mahkamah Agung RI sengketa perikatan perdata register Nomor 455
K/Pdt/2013 tanggal 23 Oktober 2013, perkara antara :
-PURWOKO JERMMY RD, SH, M.M sebagai pemohon kasasi, semula selaku tergugat ;
melawan
-H.ALI AMRAN, selaku Termohon Kasasi dahulu penggugat.
Bermula pada tanggal 5 April 2010 antara Penggugat dan Tergugat, dilangsungkan kesepakatan
“dibawah tangan” dan telah di-wermerking oleh notaries, yakni perjanjian kerjasama
pengelolaan lahan milik penggugat untuk dikelola dan dijadikan proyek perumahan oleh
tergugat.
Tanggal 10 Desember 2010, lahan tersebut kemudian dijual kepada PT.Usaha Sumber Rejeki
berdasarkan Akta Jual Beli PPAT, dengan penurunan status hak atas lahan tersebut yang semula
Hak Milik atas nama Penggugat kini menjadi Hak Guna Bangunan atas nama PT.Usaha Sumber
Rejeki. Dengan demikian sekarang ini Tergugat selaku pengelola lahan diatas lahan milik
PT.Usaha Sumber Rejeki.
Tanpa sepengetahuan dan seijin Penggugat, selaku pemilik lahan awal, Tergugat mengadalkan
perjanjian management sevice dan pemasaran dengan Direktur PT. Tiara Sinergi Persada,
mengindikasikan bahwa Tergugat memang tdak professional dalam bidangnya, terlebih lagi,
sampai dengan diajukannya gugatan pembatalan ini Tergugat tidak pernah menunjukkan /
memperlihatkan dokumen-dokumen sebagai developer berpengalaman dan anggota serta
pengurus DPD Apersi (Asosiasi Perumahan Seluruh Indonesia), dengan demikian tergugat
sebagai pembohong besar, oleh karena perjanjian didasari oleh keterangan-keterangan yang tidak
benar, maka layak dan patut secara hukum untuk dibatalkan.
Tanggal 27 Januari 2011, Penggugat mengirimkan surat teguran kepada tergugat, yang
menyatakan Tergugat sebagai developer telah melalaikan jadwal kerja pembangunan proyek
perumahan sehingga menimbulkan kekisruhan di lapangan, dimana dengan terlambatnya
pembangunan perumahan tersebut maka pihak ketiga merasa tertipu khusunya para calon
pembeli rumah, sehingga ada yang melapor ke Polisi serta dengan adanya laporan Polisi tersebut
citra Penggugat di mata konsumen menjadi rusak.
Tanggal 8 Maret 2011, PT.Usaha Sumber Rejeki mendapat tembusan surat dari Bank BTN yang
ditujuka kepada Tergugat, dimana isinya rekening giro atas nama Penggugat pada Bank BTN
Cabang Cirebon telah ditutup, atas penutupan tersebut agar sisa cek dan bilyet giro yang masih
dipegang Tergugat agar diserahkan kepada Bank BTN. Jelas hal demikian sangat merusak
reputasi Penggugat.
Norma Pasal 1266 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata), menyatakan
pembatalan suatu perjanjian harus dimintakan kepada Hakim, walaupun syarat batal dalam
perjanjian telah terpenuhi, seandainya syarat batal tidak diperjanjikan, maka Hakim dapat
menunda / memperpanjang jangka waktu perjanjian untuk waktu paling lama satu (1) bulan lagi.
Sementara norma Pasal 1267 KUHPerdata mengatur, tuntutan suatu perjanjian dapat disertai
dengan tuntutan penggantian biaya, kerugian dan bunga, atau memaksakan pihak yang
melakukan wanprestasi agar memenuhi prestasinya sesuai apa yang telah disepakati dalam
perjanjian.
Terhadap gugatan demikian, Pengadilan Negeri Sumber kemudian menjatuhkan putusan Nomor
27/Pdt.G/2011/PN.Sbr. tanggal 30 November 2011, dengan pertimbanagan hukum serta amar
sebagai berikut :
“Bahwa Sdr. Purwoko Jermmy Rd, S.H, M.M, secara pribadi / Tergugat telah setuju untuk
memutuskan kerjasama dimaksud;
“Bahwa Tergugat tidak dengan sungguh-sungguh menjalankan proyek perumahan tersebut, hal
ini terbukti tidak tercapainya penyelesaian dalam mengatasi kekisruhan tersebut;
“Bahwa secara fakta PT.Usaha Sumber Rejeki yang saat ini menguasai / menjalankan proyek
perumahan tersebut;
“Menimbang,…. Menurut hemat Majelis Tergugat adalah sebagai pengelola, yang dalam
pengelolaan tersebut mempunyai resiko bisnis berupa untung dan rugi….;
“MENGADILI :