Anda di halaman 1dari 3

LEGAL OPINION

Sehubungan dengan adanya permintaan legal opinion mengenai Akta Kesepakatan Bersama
antara Bagus M. Fatoni, S.E. dan PT Widaka Indonesia yang dibuat di hadapan Notaris Rossy
Gunadi, S.H., M.Kn., Notaris di Bandung.

Isu Hukum (Issue):

1. Apakah PT Widaka Indonesia dapat melakukan pembatalan atas Akta Kesepakatan


Bersama Jual Beli 5 Bidang Tanah yang telah disepakati bersama oleh kedua pihak?
2. Apa sanksi yang dapat dapat diterima oleh PT Widaka Indonesia jika melakukan
pembatalan atas Akta Kesepakatan Bersama Jual Beli 5 Bidang Tanah yang telah
disepakati bersama oleh kedua pihak?

Fakta Hukum (Facts):

● Bahwa PT Widaka Indonesia merupakan perusahaan yang didirikan berdasarkan


peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia dengan Akta Nomor 43
Tanggal 20 Maret 2012 yang dibuat di hadapan Edward Suharjo Wiryomartani, S.H.,
M.Kn. Bahwa pada tanggal 23 Mei 2022.
● Bahwa telah dilakukan penandatanganan Akta Kesepakatan Bersama antara Bagus M.
Fatoni, S.E. dan PT Widaka Indonesia yang dibuat di hadapan Notaris Rossy Gunadi,
S.H., M.Kn., Notaris di Bandung mengenai jual beli 5 bidang tanah.
● Bahwa Bagus M. Fatoni, S.E. (penjual) dan PT Widaka Indonesia (pembeli) telah
sepakat untuk melakukan jual beli 5 bidang tanah, antara lain:
a. Sebidang tanah berdasarkan Sertifikat Hak Milik Nomor 208/Desa Jelekong,
seluas 3650M2 sebagaimana diuraikan dalam Gambar Situasi Nomor 3099/1986;
b. Sebidang tanah berdasarkan Sertifikat Hak Milik 2327/Desa Jelekong, seluas
3600M2 sebagaimana diuraikan dalam Surat Ukur Nomor 1633/Jelekong/2007;
c. Sebidang tanah berdasarkan Sertifikat Hak milik Nomor 546/Desa Jelekong,
seluas 6365 M2, sebagaimana diuraikan dalam Surat Ukur Nomor
19330/Jelekong/1998;
d. Sebidang tanah berdasarkan Sertifikat Hak Milik Nomor 547/Desa Jelekong,
seluas 8495M2, sebagaimana diuraikan dalam Surat Ukur Nomor
20441/Jelekong/1998; dan
e. Sebidang tanah berdasarkan Sertifikat Hak Milik Nomor 2441/Desa Wargamekar,
seluas 13250M2, sebagaimana diuraikan dalam Surat Ukur Nomor 97/2012.

Dasar Hukum (Rules):

1. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata; dan


2. Akta Kesepakatan Bersama yang dibuat di hadapan Notaris Rossy Gunadi, S.H.,
M.Kn., Notaris di Bandung.
Analisis Hukum (Analysis)

1. Bahwa berdasarkan pandangan dari Hoffman, perikatan adalah suatu hubungan


hukum antara sejumlah terbatas subyek-subyek hukum sehubungan dengan itu
seorang atau beberapa daripadanya mengikatkan dirinya untuk bersikap menurut cara-
cara tertentu terhadap pihak yang lain, yang berhak atas sikap yang demikian itu.
2. Bahwa berdasarkan Pasal 1233 KUHPerdata menyatakan bahwa “tiap-tiap perikatan
dilahirkan baik karena perjanjian, maupun karena undang-undang”.
3. Bahwa perikatan yang lahir dari undang-undang karena perbuatan manusia menurut
Pasal 1353 KUH Perdata dibedakan lagi atas perbuatan yang sesuai dengan hukum
(rechtmatige) dan perbuatan yang melawan hukum (onrechtmatige daad).
4. Perjanjian sebagai sumber perikatan berbeda dari sumber perikatan lain yaitu undang-
undang, berdasarkan pada sifat kesukarelaan dari pihak yang berkewajiban untuk
melakukan prestasi terhadap lawan pihaknya dalam perikatan tersebut sehingga
diperlukan kesepakatan terlebih dahulu antara para pihak barulah suatu perikatan
tersebut lahir.
5. Bahwa kesepakatan jual beli 5 bidang tanah yang dilakukan oleh Bagus M. Fatoni,
S.E. dan PT Widaka Indonesia merupakan perbuatan yang sesuai dengan hukum
(rechtmatige) di mana penjual mengikatkan dirinya untuk menyerahkan hak miliknya
atas suatu barang kepada pembeli dan pembeli mengikatkan dirinya untuk membayar
harga barang itu sesuai Pasal 1457 KUH Perdata..
6. Bahwa syarat sahnya suatu perjanjian jual beli haruslah memenuhi unsur-unsur dalam
Pasal 1320 KUH Perdata, yakni adanya kesepakatan, para pihak cakap hukum, ada
objek yang diperjanjikan, dan semua isi perjanjian haruslah klausul halal.
7. Bahwa dikarenakan dalam perjanjian antara Bagus M. Fatoni, S.E. dan PT Widaka
Indonesia miliki objek yang diperjanjikan (5 bidang tanah), para pihak telah
bersepakat, para pihak merupakan subjek cakap hukum, dan isi perjanjiannya
merupakan klausul halal maka perjanjian tersebut sah.
8. Bahwa berdasarkan Pasal 1391 KUH Perdata, terdapat 10 cara berakhirnya suatu
perjanjian, antara lain: (1) karena pembayaran; (2) karena penawaran pembayaran
tunai, diikuti dengan penyimpanan atau penitipan; (3) karena pembaruan utang; (4)
karena perjumpaan utang atau kompensasi; (5) karena percampuran utang; (6) karena
pembebasan utang; (7) karena musnahnya barang yang terutang; (8) karena kebatalan
atau pembatalan; (9) karena berlakunya suatu syarat pembatalan, yang diatur dalam
Bab I KUH Perdata; dan (10) karena lewat waktu, yang akan diatur dalam suatu bab
sendiri.
9. Bahwa salah satu cara berakhirnya suatu perjanjian adalah melalui pembatalan.
10. Bahwa kedua pihak dapat melakukan kesepakatan untuk pembatalan isi perjanjian a
quo. Namun, perlu dicatat bahwa pembatalan sepihak biasanya mengakibatkan
pelanggaran perjanjian. Hal ini dapat mengakibatkan konsekuensi hukum seperti
tuntutan ganti rugi atau sanksi lainnya sesuai dengan ketentuan perjanjian dan hukum
yang berlaku.
11. Bahwa untuk mengetahui besaran jumlah ganti kerugian yang harus dibayarkan oleh
PT Widaka Indonesia maka PT Widaka Indonesia perlu mengetahui berapa jumlah
biaya yang telah dikeluarkan oleh Bagus M. Fatoni, S.E. untuk mengurus legalitas
dari 5 bidang tanah tersebut.
12. Bahwa legalitas yang dimaksud adalah berkaitan dengan pengurusan status tanah,
biaya transportasi, dsb.
13. Bahwa dengan dilakukannya pembatalan sepihak maka terdapat potensi Bagus M.
Fatoni, S.E. melakukan gugatan wanprestasi atas tindakan pembatalan sepihak PT
Widaka Indonesia.
14. Bahwa Pasal 1244 KUH Perdata berbunyi: ’’Debitur harus dihukum untuk mengganti
biaya, kerugian, dan bunga, bila tak dapat membuktikan bahwa tidak dilaksanakannya
perikatan itu atau tidak tepatnya waktu dalam melaksanakan perikatan itu disebabkan
oleh suatu hal yang tidak terduga, yang tak dapat dipertanggung jawabkan kepadanya,
walaupun tidak ada itikad buruk padanya.”
15. Bahwa Pasal 1245 KUH Perdata yang berbunyi: ’’Tidak ada penggantian biaya,
kerugian, dan bunga, bila karena keadaan memaksa atau karena hal yang terjadi
secara kebetulan, debitur terhalang untuk memberikan atau berbuat sesuatu yang
diwajibkan, atau melakukan sesuatu perbuatan yang terlarang olehnya.”
16. Bahwa Pasal 1245 KUH Perdata memberikan kelonggaran kepada debitur untuk tidak
melakukan penggantian biaya, kerugian, dan bunga kepada kreditur, oleh karena suatu
keadaan yang berada di luar kekuasaannya.
17. Bahwa meskipun KUH Perdata mengatur ketentuan mengenai keadaan memaksa
(force majeure) yang membuat seseorang tidak dapat melaksanakan prestasinya yang
disebabkan oleh terjadinya kejadian di luar kuasanya, namun alasan efisiensi
perusahaan yang dilakukan oleh PT Widaka Indonesia tidak dapat menjadi dalil force
majeure karena efisiensi perusahaan bukan merupakan jenis force majeure ataupun
force majeure relatif.

Kesimpulan (Conclusion)

● PT Widaka Indonesia dapat melakukan pemutusan sepihak selama Bagus M. Fatoni,


S.E. tidak keberatan
● Sanksi yang akan dihadapi oleh PT Widaka Indonesia ganti rugi akibat pemutusan
perjanjian, ganti rugi atas biaya yang dikeluarkan, dan biaya lainnya bahkan
kemungkinan digugat oleh Bagus M. Fatoni, S.E.

Anda mungkin juga menyukai