Anda di halaman 1dari 5

Nama : Azyzatul Layli

Kelas : 2019A
NIM : 19040704026

Soal 1
1. Konstatasi Peristiwa nyata:
a. Peritiwa pertama , Seseorang menyewa mobil selama 10 hari dan sudah bayar biaya
sewa
b. Ingin memperpanjang sewaan mobil tapi ternyata mobil terbakar, dan keadaan belum
membayar sewa
Tidak bisa pakai pasal 1560
Unsur :
Bayar sewa
Digunakan sesuai tujuan
Diperlakukan sebagai pemilik sendiri

2. Kualifikasi hukum yang berlaku atas peristiwa


Kualifikasi Hukum yang di pakai
a. Sewa menyewa, yakni pasal 1548 san 1560 KUHperdata, dan apabila terjadi
kerusakan berdasarkan pasal 1564 KUHperdata
b. Pinjam pakai,(padal 1740 KUHPer) ini tidak mungkin karna mobil itu di pakai dari
rental mobil, dan rental mobil ini memerlukan biaya sewa. Perjanjian pinjam pakai itu
itu tidak memerlukan biaya sewa, namun apabila terdapat kerusakan maka harus
mengganti
c. Perjanjian tidak bernama, yakni pinjam sewa

3. Konstitusi :
Kualifikasi hukum yang sesuai untuk sepuluh hari selanjurnya ketika lewat hari jatuh
tempo sewanya yakni, perjanjian pinjam sewa
Ada unsur :
1. Ada unsur membayar biaya sewa, namun belum di bayarkan
2. Dan kondisi barang sudah dipakai oleh penyewa,
3. Dan apabila terjadi kerusakan harus di bayarkan

4. Eksekusi :
Maka dalam kasus ini Penyewa mobil harus membayarkan ganti rugi dalam kerusakan
mobilnya, apabila penyewa masih mangkir terhadap utangnya, maka pengelola rental
dapat melakukan gugatan atas perbuatan ingkar janji (wanprestasi) dan melakukan
permohonan sita jaminan terhadap benda-benda bergerak milik dari penyewa maupun
benda bergerak lainnya sepanjang dapat menutupi seluruh kerugian tersebut.

Kasus 2
1. Konstatasi
Peristiwa nyata:
a. Ny. Warsosuwito, menggugat Mudiharjo dan Sismiharjo dikarenakan menjual
tanah yangdibebani hak tanggungan tanpa sepengetahuan penggugat.
b. Kreditur menjual tanah yang dijadikan agunan dikarenakan bahwa debitur
dianggap melakukanwanprestasi atas kewajibannya membayar hutang dengan
batas waktu yang telah ditentukansebelumya.3.
c. Kreditur telah melakukan jual beli kepada tergugat kedua dan disaksikan oleh
camat plered dansaksi-saksi setempat
2. Kualifikasi hukum yang berlaku atas peristiwa
Dalam hal kasus diatas tersebut tidak dapat secara otomatis menjadi milik kreditur atau
tergugat 1 ada beberapa landasan yang menyebabkan tidak dapatnya tanah beralih secara
otomatis, berikut adalah beberapa alas an tersebut.
a. Perjanjian dalam sisi Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Burgerlijk Wetboek)

Dasar daripada kontrak atau perjanjian menurut BW adalah pasal 1320 yang isinya
tertulis sebagai berikut :

“ Untuk sahnya persetujuan diperlukan empat syarat :

ü  Sepakat mereka yang mengikatkan diri ;

ü  Kecakapan untuk membuat suatu perikatan

ü  Suatu hal tertentu

ü  Suatu sebab yang halal”

dari hal tersebut diketahui bahwa perjanjian yang dibuat oleh kreditur dan debitur dalam
hal utang piutang tidaklah menyalahi dari salau satu syarat yang tertulis diatas dan perlu
diketahui lebih lanjut bahwa pasal 1320 BW masih relevan dan masih berlaku hingga
sekarang, bahkan dijadikan sebuah dasar oleh para pembuat kontrak.

PASAL 1338 BW

Tidak kalah pentingnya dengan adanya pasal 1320 BW, adalah pasal 1338 BW yang
banyak disebut sebagai asas kebebasan berkontrak yang tertulis sebagai berikut.

“Semua persetujuan yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi
mereka yang membuatnya. Persetujuan-persetujuan itu tidak dapat ditarik kembali
selain dengan sepakat kedua belah pihak, atau karena alasan-alasan yang oleh undang-
undang dinyatakan cukup untuk itu. Persetujuan harus dilaksanakan dengan etikad baik”

Akibat Dengan adanya pasal 1338 BW tentang adanya kebebasan berkontrak


memungkinkan bahwa kontrak yang dibuat sebelumnya harus dipatuhi oleh kedua belah
pihak, dengan begitu dengan adanya itikad baik juga bukan tidak mungkin klausula yang
menyatakan tanah yang dijadikan jaminan oleh debitur akan secara otomatis beralih
menjadi milik kreditur tanpa sepengetahuan dari debitur itu sendiri.

` Namun perlu juga melihat tentang BUKU II – BENDA Bab 12 tentang HIPOTEK.
Dalam salah pasalnya yaitu pasal 1178 BW yang menyebutkan bahwa,

“Segala perjanjian yang menentukan bahwa kreditur diberi kuasa untuk menjadikan
barang-barang yang dihipotekkan itu sebagai miliknya adalah batal. Namun kreditur
hipotek pertama, pada waktu penyerahan hipotek boleh mensyaratkan dengan tegas,
bahwa jika utang pokok tidak dilunasi sebagaimana mestinya, atau bila bunga yang
terutang tidak dibayar, maka ia akan diberi kuasa secara mutlak untuk menjual persil
yang terikat itu di muka umum, agar dari hasilnya dilunasi, baik jumlah uang pokoknya
maupun bunga dan biayanya. Perjanjian itu harus didaftarkan dalam daftar-daftar umum,
dan pelelangan tersebut harus diselenggarakan dengan cara yang diperintahkan dalam
Pasal 1211.”

Dengan adanya Pasal 1178 BW diatas yang bertentangan dengan Pasal 1338 BW
tentang asas kebebasan berkontrak tersebut, yang menyebabnya gugurnya kontrak yang
menyebutkan tentang adanya pengalihan kepemilikan tanah yang dijaminkan oleh debitur
kepada kreditur secara otomatis karena adanya pasal 1178 BW yang intinya perjanjian
yang menentukan kreditur untuk menjadikan barang jaminannya sebagai miliknya adalah
batal. Namun apakah pasal tersebut masih relevan untuk digunakan terlebih adanya
regulasi yang lebih baru sehingga adanya asas hukum yang mengatakan “undang-
undang yang baru mengalahkan undang-undang yang lama”.

Tambahan untuk pasal 1338 adalah bahwa tergugat dua sebagai pembeli tanah yang telah
mengetahui seluruh kejadian dan status tanah sebelumnya sebagai tanah jaminan atas hak
tanggungan artinya bahwa tidak ada itikad baik dari tergugat 1 dan tergugat 2 dalam hal
jual beli yang telah diatur sebelumnya dengan tergugat 2 sebelumnya telah mengetahui
status tanah yang akan dibelinya sehingga turut serta dalam batalnya pasal 1338 BW
tentang kebebasan berkontrak harus dalam keadaan itikad baik.

b. Menurut Undang-Undang nomor 4 tahun 1996 tentang Hak Tanggungan


Disebutkan dalam pasal 12 undang – undang hak tanggungan yang berisi sebagai berikut

“Janji yang memberikan kewenangan kepada pemegang hak tanggungan untuk


memiliki obyek hak tanggungan apabila debitor cidera janji, batal demi hukum”

Artinya bahwa dalam kasus ini kreditur tidak boleh memiliki tanah yang dijaminkan
dengan hak tanggungan, kreditur hanya bisa melakukan eksekusi sesuai dengan
piutangnya, dan mengembalikan sisa penjualan tersebut.

3. Konstitusi : mengkonstituir kualifikasi hukum yang relevan


Pada dasarnya Pasal 12 UUHT memuat isi dan maksud yang tidak berbeda dengan pasal
1178 BW tentang Hipotik, dikarenakan bahwa ada asas dalam hukum yang menyebutkan
bahwa undang-undang yang lebih spesifik atau khusus mengalahkan undang-undang
khusus, maka yang digunakan pada kasus ini adalah Pasal 12 undang-undang Hak
Tanggungan, tentang ketidak bolehan memiliki obyek hak tanggungan apabila debitor
cidera janji

4. Eksekusi :
Maka tanah penggugat yang dijaminkan (dijadikan agunan) tidak dapat secara otomatis
beralih menjadi milik tergugat 1 (debitur) berdasarkan perjanjian kertas segel, dalam hal ini
adalah tanah pekarangan seluas 2.500 M2 terletak di Kecamatan Plered Kabupaten Bantul
berdasarkan pasal 12 UUHT

Anda mungkin juga menyukai