Anda di halaman 1dari 18

LEGAL MEMORANDUM KEDUDUKAN BNI PURWOKERTO SEBAGAI

PEMBERI KREDIT DAN PEMEGANG SERTIFIKAT HAK TANGGUNGAN


TERHADAP UANG GANTI RUGI TANAH MILIK AHMAD DAROJI

A. KEPALA LEGAL MEMORANDUM (HEADING)

Kepada : BNI Purwokerto


Dari : Raden Fidela Raissa Ramadhanti
Perihal : Kedudukan Hukum BNI Purwokerto Sebagai Pemberi Kredit Dan
Pemegang Sertifikat Hak Tanggungan Terhadap Uang Ganti Rugi
Tanah Milik Ahmad Daroji
Tanggal : 16 Oktober 2019

B. KASUS POSISI (BRIEF CASE)

Ahmad Daroji mengajukan kredit ke BNI purwokerto, kemudian pada tanggal


24 September 2007 dilakukan perjanjian kredit, dimana BNI Purwokerto
meminjamkan uang sebesar Rp. 150.000.000 kepada Ahmad Daroji, jangka waktu
pelunasan hutang nya adalah satu tahun terhitung dari 24 September 2007 sampai
dengan 24 September 2008. Sebagai jaminan atas hutang kepada BNI Purwokerto,
Ahmad Daroji menjaminkan 2 buah Kavling beserta bangunan toko yang ada di
atasnya yang kemudian akan dibeli Ahmad Daroji dan telah disetujui BNI
Purwokerto. Dengan uang pinjaman dan uang pribadi milik Ahmad Daroji membeli
dua kavling milik Darmanto yang terletak di Jalan Manggis nomor 25 26 Purwokerto
dibelakang Klinik Bersalin milik PEMDA. Dengan rincian tanah sebagai berikut :
- 1 Tanah seluas 50 m2 dengan hak milik beserta bangunan diatasnya senilai Rp.
75.000.000.-
- Tanah seluas 100 m2 dengan hak milik beserta bangunan diatasnya senilai Rp.
100.000.000,-

Kedua bidang kavling tanah tersebut kemudian diikat dengan Sertifikat Hak
Tanggungan. Ketika jangka waktu berakhir, Ahmad Daroji belum dapat
mengembalikan. Sebagai jalan keluar BNI bersedia memberikan kredit ke - II
sebesar Rp. 200.000.000 waktu pelunasan 1 tahun terhitung dari tangga 24 September
2008 sampai dengan tanggal 23 September 2009 yang langsung dipotong Rp.
150.000.000 beserta bunga 1,5% setiap bulan, untuk melunasi kredit I yang
diletakkan pula Sertifikat Hak Tanggungan. Ketika perjanjian kredit ke – II berakhir,
Ahmad Daroji belum juga dapat melunasi hutangnya. Dengan mengingat nilai kedua
tanah dan bangunan yang ada, BNI Purwokerto masih memberikan kelonggaran
waktu pelunasannya dengan memperpanjang kredit satu tahun berikutnya sampai
dengan 23 September 2010. Berdasarkan rencana tata ruang PEMDA, ternyata tanah
milik Ahmad Daroji termasuk kawasan pengembangan Rumash Sakit.

Selanjutnya tanggal 17 Mei 2010, Panitia Pengadaan Tanah beserta aparat


Pemda memberikan ganti rugi sebesar Rp. 200.000.000,-. Panitia Pengadaan Tanah
kesulitan menemukan Ahmad Daroji, sehingga uang dititipkan ke Pengadilan Negeri.
Mengetahui uang ganti rugi dititipkan ke Pengadilan Negeri, Ahmad Daroji
menghubungi BNI dan menyatakan bahwa tanah dan bangunan dibebaskan dan
berubah dalam bentuk uang. Ahmad Daroji menyatakan pula kepada BNI bahwa
uang yang dititipkan itu adalah pelunasan hutangnya, dan sejak saat itu Ahmad Daroji
minta kepada BNI untuk mengeluarkan surat pelunasan hutang.
C. MASALAH HUKUM (LEGAL ISSUES)

1. Apakah perjanjian kredit yang dilakukan antara Ahmad Daroji dan BNI
Purwokerto dapat dikatakan sah secara hukum?

2. Apakah perbuatan yang dilakukan oleh Ahmad Daroji dapat dikatakan


melakukan wanprestasi kepada BNI Purwokerto?

3. Apakah Panitia pengadaan tanah memiliki kewenangan untuk menitipkan


uang ganti rugi tanah milik Ahmad Daroji kepada Pengadilan Negeri?

4. Apakah BNI Purwokerto dapat memberikan kredit kedua kalinya kepada


Ahmad Daroji?

5. Bagaimana kedudukan BNI Purwokerto sebagai pemegang sertifikat hak


tanggungan setelah adannya pengadaan tanah?

D. RINGKASAN JAWABAN (BRIEF ANSWER)

1. Perjanjian antara Ahmad Daroji dan BNI Purwokerto dapat dikatakan sah
secara hukum, karena telah memenuhi syarat sah perjanjian sebagaimana
yang disyaratkan dalam Pasal 1320 KUHPerdata.

2. Ahmad Daroji belum dapat dikatakan wanprestasi karena belum ada lalai
dalam dirinnya.

3. Panitia Pengadaan tanah tidak dapat menitipkan uang ganti rugi tanah milik
Ahmad Daroji kepada Pengadilan Negeri, dengan alasan pemegang hak
sulit ditemukan, namun demikian Ahmad Daroji berhak atas uang ganti rugi
karena Ahmad Daroji telah melepaskan hubungan hukum tanahnya secara
sukarela kepada PEMDA.
4. BNI tidak dapat memberikan kredit kedua kalinya kepada Ahmad Daroji
karena pembayaran kredit pertama belum dapat dilunasi.

5. Kedudukan BNI Purwokerto berubah yang awalnya adalah sebagai kreditur


preferent menjadi kreditur konkuren setelah adannya pengadaan tanah,
karena tanah itu menjadi milik negara.

E. AUDIT HUKUM (LEGAL AUDIT)

1. Apakah perjanjian kredit yang dilakukan antara Ahmad Daroji dan BNI
Purwokerto dapat dikatakan sah secara hukum?

Pasal-pasal yang dapat dijadikan rujukan atau digunakan sebagai dasar hukum
bahwa perjanjian kredit yang dilakukan antara Ahmad Daroji dan BNI dapat
dikatakan sah secara hukum:

a. Pasal 1320 Kitab Undang-undang Hukum Perdata


“Untuk sahnya suatu perjanjian diperlukan empat syarat:
1. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya;
2. kecakapan untuk membuat suatu perikatan;
3. suatu hal tertentu;
4. suatu sebab yang halal.”

Pasal ini dapat digunakan sebagai dasar hukum bahwa perjanjian kredit antara
Ahmad Daroji dan BNI Purwokerto itu sah atau tidak.

b. Pasal 1321 Kitab Undang-undang Hukum Perdata


“Tiada sepakat yang sah apabila sepakat itu diberikan karena kekhilafan,
atau diperolehnya dengan paksaan atau penipuan.”

Pasal ini dapat digunakan sebagai dasar hukum ada atau tidaknya kekhilafan
dalam perjanjian kredit antara Ahmad Daroji dan BNI Purwokerto.
c. Pasal 1338 Kitab Undang-undang Hukum Perdata
“Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-
undang bagi mereka yang membuatnya.
Suatu perjanjian tidak dapat ditarik kembali selain dengan sepakat
kedua belah pihak, atau karena alasan-alasan yang oleh undang-
undang dinyatakan cukup untuk itu.
Suatu perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik.”

Pasal ini dapat digunakan sebagai dasar hukum bahwa perjanjian antara
Ahmad Daroji dan BNI Purwokerto itu apakah sudah sah berlaku layaknya
undang-undang.

d. Pasal 1393 Kitab Undang-undang Hukum Perdata


“Pembayaran harus dilakukan di tempat yang ditetapkan dalam
perjanjian; jika dalam perjanjian tidak ditetapkan suatu tempat, maka
pembayaran yang mengenai suatu barang yang sudah ditentukan, harus
terjadi di tempat dimana barang itu berada sewaktu perjanjiannya
dibuat.
Diluar kedua hal tersebut, pembayaran harus dilakukan di tempat
tinggal si berpiutang, selama orang ini terus-menerus berdiam dalam
keresidenan, dimana ia berdiam sewaktu perjanjian dibuat, dan
didalam hal-hal lainnya di tempat tinggal si berutang.”

Pasal ini dapat digunakan sebagai dasar hukum dimana seharusnya


pembayaran utang kredit dilakukan.

e. Pasal 1397 Kitab Undang-undang Hukum Perdata


“Seorang yang mempunyai suatu utang untuk mana harus
dibayarnya bunga, tak dapat, tanpa izin si berpiutang, menggunakan
pembayaran yang ia lakukan untuk pelunasan uang pokok lebih dahulu
dengan menunda pembayaran bunga.
Pembayaran yang dilakukan untuk uang pokok dan bunga, tetapi
tidak cukup untuk melunasi seluruh utang, digunakan terlebih dahulu
untuk melunasi bunga.”
Pasal ini dapat digunakan sebagai dasar hukum bahwa Ahmad Daroji yang
mempunyai utang kepada BNI Purwokerto belum dapat melunasi utang yang
pertama, terlebih dahulu membayar utang pokoknya atau bunganya.

2. Apakah perbuatan yang dilakukan oleh Ahmad Daroji dapat dikatakan


melakukan wanprestasi kepada BNI Purwokerto?

Pasal-pasal yang dapat dijadikan rujukan atau digunakan sebagai dasar


hukum apakah perbuatan yang dilakukan oleh Ahmad Daroji dapat dikatakan
melakukan wanprestasi atau tidak:

a. Pasal 1238 Kitab Undang-undang Hukum Perdata


“Si berutang adalah lalai, apabila ia dengan surat peintah atau dengan
sebuah akta sejenis itu telah dinyatakan lalai, atau demi perikatannya
sendiri, ialah jika ini menetapkan, bahwa si berutang harus dianggap
lalai dengan lewatnya waktu yang ditentukan.”

Pasal ini dapat digunakan sebagai dasar hukum ada atau tidak somasi yang
diberikan BNI Purwokerto kepada Ahmad Daroji untuk dapat dikatakan
melakukan wanprestasi

b. Pasal 1243 Kitab Undang-undang Hukum Perdata


“Penggantian biaya, rugi dan bunga karena tak dipenuhinya suatu
perikatan, barulah mulai diwajibkan, apabila si berutang, setelah
dinyatakan lalai memenuhi perikatannya, tetap melalaikannya, atau
jika sesuatu yang harus diberikan atau dibuatnya, hanya dapat
diberikan atau dibuat dalam tenggang waktu yang telah
dilampaukannya.”

Pasal ini dapat digunakan sebagai dasar hukum dapat atau tidak adannya
unsur lalai dalam diri Ahmad Daroji supaya dapat dikatakan melakukan
wanprestasi

c. Pasal 1267 Kitab Undang-undang Hukum Perdata


“Pihak terhadap siapa perikatan tidak dipenuhi, dapat memilih apakah
ia, jika hal itu masih dapat dilakukan, akan memaksa pihak yang lain
untuk memenuhi perjanjian, ataukah ia akan menuntut pembatalan
perjanjian, disertai penggantian biaya kerugian dan bunga.”

Pasal ini dapat digunakan sebagai dasar hukum BNI Purwokerto yang
bertindak selaku kreditur untuk dapat melakukan suatu tuntutan kepada
Ahmad Daroji yang tidak memenuhi pemenuhan perikatan keduannya.

d. Pasal 6 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 Tentang Hak


Tanggungan
“Apabila debitor cidera janji, pemegang Hak Tanggungan pertama
mempunyai hak untuk menjual obyek Hak Tanggungan atas
kekuasaan sendiri melalui pelelangan umum serta mengambil
pelunasan piutangnya dari hasil penjualan tersebut. “

Ketentuan dalam pasal ini dapat digunakan sebagai landasan hukum


kedudukan BNI Purwokerto terkait apabila Ahmad Daroji melakukan
wanprestasi.

3. Apakah Panitia pengadaan tanah memiliki kewenangan untuk menitipkan uang


ganti rugi tanah milik Ahmad Daroji kepada Pengadilan Negeri?

Pasal-pasal yang dapat dijadikan rujukan atau digunakan sebagai dasar


hukum bahwa panitia pengadaan tanah memiliki kewenangan untuk
menitipkan uang ganti rugi kepada Pengadilan Negeri:

a. Pasal 42 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 Tentang Pengadaan


Tanah Bagi Pembangunan Untuk Pembangunan Umum.
(1) “Dalam hal Pihak yang Berhak menolak bentuk danl atau besamya
Ganti Kerugian berdasarkan hasil musyawarah sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 37, atau putusan pengadilan
negeri/Mahkamah Agung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38,
Ganti Kerugian dititipkan di pengadilan negeri setempat.”
(2) “Penitipan Ganti Kerugian selain sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), juga dilakukan terhadap:
a. Pihak yang Berhak menerima Ganti Kerugian tidak diketahui
keberadaannya; atau
b. Objek Pengadaan Tanah yang akan diberikan Ganti Kerugian:
1. sedang menjadi objek perkara di pengadilan;
2. masih dipersengketakan kepemilikannya;
3. diletakkan sita oleh pejabat yang berwenang; atau
4. menjadi jaminan di bank.”

b. Pasal 7 Peraturan Presiden Nomor 65 Tahun 2006 Tentang Pengadaan


Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk Pembangunan Umum
“Panitia pengadaan tanah bertugas :
a. mengadakan penelitian dan inventarisasi atas tanah, bangunan,
tanaman dan benda-benda lain yang ada kaitannya dengan tanah
yang haknya akan dilepaskan atau diserahkan;
b. mengadakan penelitian mengenai status hukum tanah yang haknya
akan dilepaskan atau diserahkan dan dokumen yang
mendukungnya;
c. menetapkan besarnya ganti rugi atas tanah yang haknya akan
dilepaskan atau diserahkan;
d. memberikan penjelasan atau penyuluhan kepada masyarakat yang
terkena rencana pembangunan dan/atau pemegang hak atas tanah
mengenai rencana dan tujuan pengadaan tanah tersebut dalam
bentuk konsultasi publik baik melalui tatap muka, media cetak,
maupun media elektronik agar dapat diketahui oleh seluruh
masyarakat yang terkena rencana pembangunan dan/atau
pemegang hak atas tanah;
e. mengadakan musyawarah dengan para pemegang hak atas tanah
dan instansi pemerintah dan/atau pemerintah daerah yang
memerlukan tanah dalam rangka menetapkan bentuk dan/atau
besarnya ganti rugi;
f. menyaksikan pelaksanaan penyerahan ganti rugi kepada para
pemegang hak atas tanah, bangunan, tanaman, dan benda-benda
lain yang ada di atas tanah;
g. membuat berita acara pelepasan atau penyerahan hak atas tanah;
h. mengadministrasikan dan mendokumentasikan semua berkas
pengadaan tanah dan menyerahkan kepada pihak yang
berkompeten.”

Pasal-pasal di atas tersebut dapat digunakan sebagai dasar hukum bahwa


Panitia Pengadaan Tanah mempunyai kewenangan untuk menitipkan
uang ganti rugi tanah milik Ahmad Daroji ke pengadilan negeri setempat.

4. Apakah BNI Purwokerto dapat memberikan kredit kedua kalinya kepada Ahmad
Daroji?

Pasal-pasal yang dapat dijadikan rujukan atau digunakan sebagai dasar hukum
bahwa apakah BNI Purwokerto dapat memberikan kredit kedua kalinya
kepada Ahmad Daroji:

a. Pasal 2 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Perubahan Atas


Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1998 Tentang Perbankan
“Perbankan Indonesia dalam melakukan usahanya berasaskan demokrasi
ekonomi dengan menggunakan prinsip kehati-hatian.”

b. Pasal 29 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Perubahan Atas


Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1998 Tentang Perbankan
(1) “Bank wajib memelihara tingkat kesehatan bank sesuai dengan
ketentuan kecukupan modal, kualitas aset, kualitas manajemen,
likuiditas, rentabilitas, solvabilitas, dan aspek lain yang berhubungan
dengan usaha bank, dan wajib melakukan kegiatan usaha sesuai
dengan prinsip kehati-hatian.”

(2) “Untuk kepentingan nasabah, bank wajib menyediakan informasi


mengenai kemungkinan timbulnya risiko kerugian sehubungan
dengan transaksi nasabah yang dilakukan melalui bank.”
Pasal di atas dapat digunakan sebagai landasan hukum terkait boleh atau
tidak, BNI Purwokerto dalam memberikan pinjaman kredit kepada Ahmad
Daroji.

5. Bagaimana kedudukan BNI Purwokerto sebagai pemegang sertifikat hak


tanggungan setelah adannya pengadaan tanah?

Pasal-pasal yang dapat dijadikan rujukan atau digunakan sebagai dasar


hukum kedudukan BNI Purwokerto sebagai pemegang sertifikat hak
tanggungan setelah adanya pengadaan tanah:

a. Pasal 1131 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata


“Segala barang-barang bergerak dan tak bergerak milik debitur, baik
yang sudah ada maupun yang akan ada, menjadi jaminan untuk
perikatan-perikatan perorangan debitur itu.”

Ketentuan dalam pasal tersebut dapat digunakan sebagai landasan hukum


kedudukan BNI Purwokerto sebagai pemegang sertifikat hak tanggungan
Ahmad Daroji sebagai debitur yang mempunyai utang kepada BNI
Purwokerto

b. Pasal 18 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 Tentang Hak


Tanggungan
(2) “Hak Tanggungan hapus karena hal-hal sebagai berikut:
1. hapusnya utang yang dijamin dengan Hak Tanggungan;
2. dilepaskannya Hak Tanggungan oleh pemegang Hak
Tanggungan;
3. pembersihan Hak Tanggungan berdasarkan penetapan
peringkat oleh Ketua Pengadilan Negeri;
4. hapusnya hak atas tanah yang dibebani Hak Tanggungan.”
Pasal ini merupakan ketentuan khusus yang dapat digunakan sebagai dasar
hukum kedudukan BNI Purwokerto selaku pemegang sertifikat hak
tanggungan setelah adannya pengadaan tanah.

F. PENDAPAT HUKUM (LEGAL OPINION)

1. Apakah perjanjian kredit yang dilakukan antara Ahmad Daroji dan BNI
Purwokerto dapat dikatakan sah secara hukum?

Terkait dengan sah atau tidaknya perjanjian antara Ahmad Daroji


dengan BNI Purwokerto, maka merujuk pada ketentuan Pasal 1320
mengenai syarat sah nya suatu perjanjian, ada empat syarat yang harus
dipenuhi:
a. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya;
b. kecakapan untuk membuat suatu perikatan;
c. suatu hal tertentu;
d. suatu sebab yang halal.

Mengenai sepakat mereka yang mengikatkan dirinya, maka antara


Ahmad Daroji dan BNI Purwokerto telah sepakat mengadakan perjanjian
kredit. Mengenai kecakapan untuk membuat suatu perikatan lebih melihat
kepada subjek hukum, yaitu Ahmad Daroji sebagai naturlijke person
sedangkan BNI Purwokerto sebagai badan hukum (korporasi). BNI
Purwokerto dapat melakukan hubungan-hubungan hukum, yaitu dapat
membuat perjanjian tertulis. Selanjutnya, mengenai suatu hal tertentu,
suatu hal tertentu disini adalah terkait dengan perjanjian kredit tersebut,
perjanjian kredit disini merupakan perjanjian khusus, karena memiliki
karakteristik yang telah ditentukan oleh bank. Terakhir, mengenai suatu
sebab yang halal, perjanjian kredit antara Ahmad Daroji dan BNI
Purwokerto tidak melanggar Pasal 1321 jo 1335 KUHPerdata.
Mengenai ketentuan Pasal 1338 KUHPerdata, mengenai akibat
perjanjian yang mengikat diantara kedua pihak yang seperti undang-
undang, maka perjanjian kredit antara Ahmad Daroji dengan BNI
Purwokerto sah dan mengikat seperti undang-undang, kemudian terkait
dengan Pasal 1393 KUHPerdata, mengenai pembayaran perjanjian kredit,
maka terlebih dahulu dilihat dimana perjanjian kredit itu dibuat, karena
keberadaan Ahmad Daroji tidak diketahui keberadaannya, maka sesuai
dengan ayat 2, pembayaran dilakukan di tempat tinggal si berpiutang,
mengenai kasus diatas, secara jelas tempat tinggal si berpiutang yang
dimaksud disini adalah BNI Purwokerto, maka pembayaran dilakukan di
Purwokerto. Terakhir mengenai ketentuan dalam Pasal 1397, terkait
pembayaran utang pokok atau bunga, disini Ahmad Daroji semula
berhutang kepada BNI Purwokerto sebesar Rp.150.000.000 dengan jangka
waktu selama satu tahu dihitung dari 24 September 2007 sampai dengan
24 September 2008, di tengah perjalanan, Ahmad Daroji tidak dapat
mengembalikan hutangnya, kemudian BNI Purwokerto bersedia
memberikan kredit ke-II sebesar Rp. 200.000.000 waktu pelunasan 1
tahun 24 September 2008- 23 September 2009 yang langsung dipotong
Rp. 150.000.000 beserta bunga 1,5% setiap bulan, untuk melunasi kredit I.

2. Apakah perbuatan yang dilakukan oleh Ahmad Daroji dapat dikatakan


melakukan wanprestasi kepada BNI Purwokerto?

Terdapat dua peraturan yang mengatur mengenai wanprestasi dalam


kasus ini yaitu ketentuan umum yang terdapat dalam Kitab Undang-
Undang Hukum Perdata dan ketentuan khusus dalam Undang-Undang
Nomor 4 Tahun 1996 Tentang Hak Tanggungan. Maka, apabila terdapat
dua peraturan yang mengatur sama, disini berlaku asas dalam perundang-
undangan yaitu asas lex special derogate legi generali yang artinya adalah
undang-undang khusus mengesampingkan berlakunya undang-undang
yang umum.

Dalam UU Nomor 4 Tahun 1996 tidak mengatur penjelasan mengenai


wanpretasi tetapi merujuk pada pengertian cedera janji menurut
KUHPerdata. Menurut Pasal 1238 KUHPerdata debitur dianggap
wanprestasi sejak dinyatakan lalai, lalai disini yang dimaksudkan adalah
dalam diri debitur (Ahmad Daroji), kriteria ada atau tidaknya lalai dalam
diri debitur itu sendiri harus adanya suatu somasi. BNI Purwokerto boleh
mensomasi Ahmad Daroji pada berjalannya tenggang waktu pelunasan
sebelum 2009, dengan catatan BNI Purwokerto harus sudah mengirimkan
somasi kepada Ahmad Daroji sebagai bukti bahwa Ahmad Daroji itu lalai
dalam dirinya, sehingga sudah jelas Ahmad Daroji dapat dikatakan
melakukan wanprestasi kepada BNI Purwokerto.

3. Apakah Panitia pengadaan tanah memiliki kewenangan untuk menitipkan


uang ganti rugi tanah milik Ahmad Daroji kepada Pengadilan Negeri?

Terdapat dua peraturan yang mengatur tentang kewenangan panitia


pengadaan tanah berhak atau tidaknya dalam menitipkan uang ganti rugi
ke pengadilan negeri setempat, dua peraturan itu adalah UU Nomor 2
Tahun 2012 dan Peraturan Presiden Nomor 65 Tahun 2006 Tentang
Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk Pembangunan
Umum. Tetapi yang digunakan adalah ketentuan dalam UU Nomor 2
Tahun 2012, karena merujuk kepada asas lex superiori derogate legi
inferiori. Bahwa dalam Pasal 42 ayat 1 UU Nomor 2 Tahun 2012
disebutkan bahwa Panitia Pengadaan Tanah pada dasarnya berhak
menitipkan uang ganti rugi ke Pengadilan Negeri setempat. Dalam hal ini,
uang ganti rugi milik Ahmad Daroji dititipkan ke Pengadilan Negeri
Purwokerto, selanjutnya dalam Pasal 42 ayat 2 huruf b, mengatakan
bahwa objek yang mendapat ganti rugi itu termasuk menjadi jaminan di
bank, maka hal ini juga sesuai dengan kasus permasalahan antara BNI
Purwokerto dengan Ahmad Daroji, dimana tanah milik Ahmad Daroji itu
dijadikan jaminan di BNI Purwokerto, sekalipun Ahmad Daroji tidak
diketahui keberadaannya, tetapi berhak atas uang ganti rugi karena Ahmad
Daroji telah melepaskan hubungan hukum tanahnya secara sukarela
kepada PEMDA.

4. Apakah BNI Purwokerto dapat memberikan kredit kedua kalinya kepada


Ahmad Daroji?

Melihat pada UU No 10 Tahun 1998 perubahan atas UU No 7 Tahun


1998 Tentang Perbankan, disana hanya menyebutkan bank dalam
memberikan kredit harus menggunakan prinsip kehati-hatian, prinsip ini
diterapkan pada bank ketika akan memberikan kredit kepada calon debitur
dengan menggunakan lima prinsip yaitu:

1. Character atau penilaian kepribadian, Penilaian watak atau


kepribadian calon debitur;
2. Collateral atau penilaian terhadap agunan;
3. Capital atau penilaian terhadap modal;
4. Condition of economy atau Penilaian terhadap prospek usaha
nasabah debitur;
5. Capacity atau penilaian kemampuan.

Lima prinsip diatas adalah sebagai acuan BNI Purwokerto sebelum


memberikan kredit kepada Ahmad Daroji, lalu yang menjadi
permasalahan pada pokoknya adalah Ahmad Daroji tidak dapat
mengembalikan utang yang pertama. Maka dari itu sebagai jalan keluar,
BNI Purwokerto memberikan inisiatif, dengan memberikan kredit kedua
sebesar Rp. 200.000.000 waktu pelunasan 1 tahun 24 September 2008- 23
September 2009 yang langsung dipotong Rp. 150.000.000 beserta bunga
1,5% setiap bulan, untuk melunasi kredit I.

Ketentuan UU Perbankan tidak ditemukan aturan khusus mengenai


pemberian kredit kedua kalinya, tetapi didalam Peraturan Bank Indonesia
Nomor 14/15/PBI/2012 Tentang Penilaian Kualitas Aset Bank Umum
khususnya Pasal 52 jo Pasal 57, didalam PBI itu disebutkan terdapat suatu
ketentuan yaitu restrukturisasi kredit, yang dilakukan antara lain melalui:
a. penurunan suku bunga Kredit;
b. perpanjangan jangka waktu Kredit;
c. pengurangan tunggakan bunga Kredit;
d. pengurangan tunggakan pokok Kredit;
e. penambahan fasilitas Kredit; dan/atau
f. konversi Kredit menjadi Penyertaan Modal Sementara.

Didalam ketentuan Pasal 52 PBI Nomor 14/15/PBI/2012, terdapat dua


syarat apabila ingin mengajukan restrukturisasi kepada bank yaitu:
a. Debitur mengalami kesulitan pembayaran pokok dan/ atau bunga
kredit;
b. Debitur memiliki prospek usaha yang baik dan dinilai mampu
memenuhi kewajiban setelah kredit direstrukturisasi. 

Dalam praktiknya diluar dua syarat diatas tersebut, dalam


memberikan restrukturisasi kredit bank akan melihat bahwa utang pertama
itu harus berjalan selama setengah periode. Jika dikaitkan dengan
petanyaan diatas, apabila BNI Purwokerto akan memberikan kredit kedua
maka terlebih dahulu harus dilihat utang pertama Ahmad Daroji harus
sudah berjalan selama setengah periode, Ahmad Daroji mengajukan utang
kredit kepada BNI Purwokerto pada tanggal 24 September 2007 sampai
dengan tanggal 24 September 2008, ketika akan jatuh tempo September
tahun 2008 tetapi Ahmad Daroji belum dapat mengembalikan utang, maka
sebelum jatuh tempo, BNI Purwokerto dapat memberikan kredit kedua
kali kepada Ahmad Daroji selain dua syarat yang telah ditentukan dalam
Pasal 52 PBI Nomor 14/ 15 /PBI/ 2012.

5. Bagaimana kedudukan BNI Purwokerto sebagai pemegang sertifikat hak


tanggungan setelah adannya pengadaan tanah?

Kedudukan BNI Purwokerto adalah sebagai kreditur preferen, artinya


kreditur yang mempunyai hak istimewa didahulukan pelunasan hutangnya
karena adanya suatu hal tertentu yaitu sebagai pemegang sertifikat hak
tanggungan, akan tetapi tanah jaminan yang berada di Jalan Manggis
nomor 25 – 26 akan dijadikan pembangunan proyek pembangunan negara
sehingga tanah itu terkena dampak pengadaan tanah, kemudian oleh
panitia pengadaan tanah memberikan uang ganti rugi sebesar Rp.
200.000.000 kepada Ahmad Daroji, hal itu sesuai dengan pengertian
pelepasan hak dalam UU Nomor 2 Tahun 2012 adalah kegiatan
pemutusan hubungan hukum dari pihak yang berhak kepada negara
melalui Lembaga Pertanahan. Hal ini dapat diartikan bahwa secara
sukarela Ahmad Daroji sudah melepaskan haknya sebagai pemilik dua
kavling tanah tersebut, maka akibat hukumnya tanah itu secara resmi
menjadi milik negara.

Disebutkan juga di dalam UU Nomor 4 Tahun 1996 Pasal 18 ayat 1


angka 2 bahwa hak tanggungan hapus apabila terjadi pelepasan hak oleh
pemilik hak tanggungan. Pemegang hak tanggungan tersebut adalah BNI
Purwokerto yang mana hak tanggungan itu menjadi hapus, setelah terjadi
nya pengadaan tanah hak milik atas tanah di Jalan Manggis dilepaskan
oleh Ahmad Daroji kepada pemerintah setempat atas nama negara, apabila
Ahmad Daroji tidak dapat melunasi hutangnya yang sudah jatuh tempo,
dan karenannya tanah itu sudah berubah status menjadi tanah milik
negara, oleh karena itu, apabila akan dilaksanakan eksekusi di bidang
hukum perdata maka eksekusi itu tidak dapat dijalankan (non-
eksekutable).

Meskipun hak tanggungan menjadi hapus, bukan berarti tidak


menyebabkan utang yang dijamin kepada BNI Purwokerto menjadi hapus,
karena perjanjian hak tanggungan merupakan perjanjian sifatnya accessoir
(pelengkap), sedangkan perjanjian kredit merupakan perjanjian pokoknya.
Dalam hal ini, hutang Ahmad Daroji kepada BNI Purwokerto tetap ada,
meskipun sudah dibayar Rp. 200.000.000 melalui uang ganti rugi
pengadaan tanah, tetapi utang yang dijamin masih kurang. Maka sesuai
dengan ketentuan Pasal 1131 KUHPerdata, hutang Ahmad Daroji kepada
BNI Purwokerto sudah dijaminkan.

G. KESIMPULAN

Perjanjian Kredit yang dilakukan antara Ahmad Daroji dengan BNI


Purwokerto dapat dikatakan sah secara hukum, karena telah dipenuhinya
empat syarat sahnya perjanjian dalam ketentuan Pasal 1320 KUHPerdata, dan
juga tidak ada unsur kekhilafan sebagaimana tertuang didalam pasal 1321
KUHPerdata, serta perjanjian tersebut mengikat seperti layaknya undang-
undang seperti dalam ketentuan Pasal 1338 KUHPerdata. Ahmad Daroji telah
melakukan perbuatan wanprestasi sebagaimana dalam ketentuan Pasal 6
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 jo Pasal 1238 KUHPerdata, juga yang
diatur di dalam Pasal 1238 KUHPerdata, debitur (Ahmad Daroji) dikatakan
wanprestasi apabila terdapat unsur lalai dalam dirinya, lalai disini biasanya
dengan suatu somasi dari pihak kreditur (BNI Purwokerto). Meskipun
utangnya belum jatuh tempo, tetapi kreditur dapat memberikan somasi kepada
debitur.
Panitia Pengadaan Tanah berhak menitipkan uang ganti rugi ke
pengadilan negeri setempat berdasarkan pada ketentuan Pasal 42 ayat 1 UU
Nomor 2 Tahun 2012 Tentang Pengadaan Tanah, dalam hal ini uang tersebut
dititipkan ke Pengadilan Negeri Purwokerto, karena tanah yang mendapat
ganti kerugian tersebut menjadi jaminan di bank sekalipun Ahmad Daroji
tidak diketahui keberadannya, tetapi Ahmad Daroji tetap berhak menerima
uang ganti rugi atas pengadaan tanah. Kemudian, tindakan BNI Purwokerto
untuk memberikan kredit kedua kalinya kepada Ahmad Daroji dapat
dibenarkan menurut ketentuan Pasal 52 jo Pasal 57 Peraturan Bank Indonesia
Nomor 14/15/PBI/2012 Tentang Penilaian Kualitas Aset Bank Umum, dengan
istilah restrukturisasi kredit, yang mana restrukturisasi kredit dilakukan
dengan cara memperpanjang waktu jangka kredit.

Kedudukan BNI Purwokerto berdasarkan Pasal 18 ayat 1 UU Nomor 4


Tahun 1996 Tentang Hak Tanggungan sebagai pemegang hak tanggungan
adalah dapat hapus, karena tanah tersebut statusnya berubah menjadi tanah
milik negara, sehingga apabila debitur wanprestasi maka tanah tersebut tidak
dapat dieksekusi (non-eksekutable). Tetapi, hapusnya hak tanggungan tersebut
tidak dapat mengahapuskan hutang Ahmad Daroji kepada BNI Purwokerto.
Sebagaimana rujukannya adalah Pasal 1131 KUHPerdata, bahwa semua harta
kekayaan milik Ahmad Daroji yang akan ada tetap menjadi jaminan
pelunasan hutang BNI Purwokerto.

Anda mungkin juga menyukai