SANKSI YANG DIBERIKAN TERHADAP PENYALAHGUNAAN TUGAS
DAN WEWENANG YANG DILAKUKAN OLEH HAKIM
(Bersikap Mandiri)
Perbuatan hakim Kayat (KYT), hakim pada Pengadilan Negeri (PN)
Balikpapan dalam menerima suap untuk membebaskan terdakwa kasus pemalsuan surat yang menerima sejumlah uang sebesar Rp 100 juta menunjukan moralitas hakim tersebut sangat buruk, Hakim yang semestinya independen secara hati nurani maupun pikiran malah terlibat tawar-menawar dengan pihak penasehat hukum, bahkan dengan melibatkan sejumlah uang. Terlihat disini bahwa otoritas seorang hakim dipertanyakan. Dalam hal ini perbuatan Hakim Kayat bertentangan dengan prinsip perilaku hakim yang diatur dalam Kode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim salah satunya adalah prinsip “Bersikap Mandiri”. Mandiri dalam artian bahwa Hakim harus menjalankan fungsi peradilan secara mandiri dan bebas dari pengaruh, tekanan, ancaman, ataupun bujukan, baik yang bersifat langsung maupun tidak langsung dari pihak manapun. Pentingnya prinsip kemandirian tersebut ditegakkan karena Hakim harus tidak boleh terpengaruh dengan keadaan di sekelilingnya atau tekanan dari siapa pun dalam mengeluarkan putusan. Hakim harus menjauhkan diri dari keadaan yang dapat memengaruhi mereka di dalam menegakkan keadilan, baik di dalam pengadilan ataupun di luar pengadilan. Perbuatan hakim Kayat juga bertentangan dengan sifat Tirta yang melukiskan sifat hakim yang harus jujur dan bersih dan serta harus berkelakuan baik dan tidak tercela, tidak menyalahgunakan wewenang untuk kepentingan pribadi, tidak melakukan perbuatan yang merendahkan martabat hakim maupun tidak berat sebelah kepada pihak-pihak tertentu yang dapat menguntungkannya.