Ditinjau dari segi hukum, pajak merupakan sebuah perikatan. Perikatan dalam hukum pajak merupakan hubungan hukum antara dua pihak dimana pihak yang satu adalah pemerintah dalam kedudukannya selaku pemungut pajak (FISCUS) dan pihak lain adalah rakyat dalam kedudukannya yang khas selaku wajib pajak. Perikatan di dalam pajak hanya lahir karena undang-undang dan tidak lahir karena perjanjian. Perikatan dalam hukum pajak, di dalam kedudukan para pihaknya tidak sederajat. Dalam hal ini perikatan pajak melibatkan orang yang telah memenuhi syarat tertentu. Hak dan kewajiban perikatan dalam hukum pajak tidak bertimbal balik secara sempurna, artinya bahwa hak dan kewajiban tersebut ada timbal balik tetapi tidak sempurna. Subjek dari perikatan pajak adalah antara orang dengan pemerintahan.
2. a. yang dimaksud dengan wajib pajak
Menurut UU No. 6 Tahun 1983 tentang KUP Pasal 1 ayat (1) menyebutkan bahwa wajib pajak adalah orang atau badan yang menurut ketentuan peraturan perundang- undangan perpajakan ditentukan untuk melakukan kewajiban perpajakan. Sedangkan Menurut UU No. 19 Tahun 1997 tentang PPSP Pasal 1 ayat (2) bahwa wajib pajak adalah orang pribadi atau badan yang menurut peraturan perundang-undangan perpajakan ditentukan untuk melaksanakan kewajiban perpajakan termasuk pemungut pajak dan pemotong pajak.
b. Syarat agar seseorang dikatakan sebagai wajib pajak
seseorang dapat dikatakan sebagai wajib pajak apabila ia telah memenuhi syarat subjektif dan syarat objektif wajib pajak. prinsip dasar wajib pajak maka sudah memenuhi syarat tersebut. Syarat Subyektif : syarat yang melekat pada subyek yang akan dikenai pajak, yang terbagi menjadi : - Subyek Pajak Dalam Negeri (SPDN/ penduduk Indonesia) - Subyek Pajak Luar Negeri (SPLN/bukan penduduk Indonesia tetapi memperoleh penghasilan di Indonesia) Syarat Obyektif : syarat yang melekat pada obyek pajak.