KEPADA YTH,
Dengan hormat,
MENGADILI:
MENGADILI SENDIRI:
1. Menyatakan Terdakwa SAILENDARA tidak terbukti secara
sah dan meyakinkan melakukan tindak pidana
melanggar Dakwaan Kesatu dan Dakwaan Kedua;
2. Membebaskan dan melepaskan Terdakwa dari semua
dakwaan karena perbuatan pinjam meminjam uang yang
tidak dapat dilunasi pada waktu yang dijanjikan tanggal
20 Mei 2014 sebagaimana tertuang dalam cek BBN
Cabang Dumai No. CBXXXXX an Sailendra adalah
Perbuatan Perdata;
3. Memerintahkan agar Terdakwa segera dikeluarkan dari
tahanan;
4. Memulihkan harkat dan martabat serta kedudukan
Terdakwa sebagaimana mestinya;
5. Membebankan biaya perkara kepada negara dalam
perkara ini.
Kepada Yth.:
Ketua Pengadilan Tinggi Harapan
Di,
Kota Harapan
Dengan hormat,
Keduanya Advokat pada Kantor Hukum Boy Yendra Tamin & Rekan, berkantor di
Jalan Timur, Perumahan Danau Indah Blok B 211, Kebun Kopi, Kota Harapan,
berdasarkan surat kuasa tanggal 20 Januari 2015, terlampir adalah selaku
Penasihat Hukum dari Sailendra, perkenankanlah menyampaikan nota keberatan
atas Putusan Pengadilan Negeri Harapan tanggal 10 Januari 2015 No.
XXX/Pid.B/2014/PN.HRP. yang disusun sebagaimana tersebut di bawah ini:
Bahwa terkait dengan Dakwaan Penuntut Umum terhadap Terdakwa, Majelis Hakim
Tingkat Pertama telah menjatuhkan putusan yang amarnya berbunyi:
Mengadili:
1. Bahwa Majelis Hakim Tingkat Pertama telah salah dan keliru dalam
menerapkan Hukum berkenaan dengan Pasal 378 KUHP (Dakwaan Kedua)
dikaitkan dengan fakta persidangan dalam perkara ini, karena perbuatan
Terdakwa meminjam uang pada tanggal 20 Mei 2014 sebesar Rp. 120.000.000,-
(seratus dua puluh juta rupiah) kepada saksi korban Sumadi , yang akan dibayar
Terdakwa pada tanggal 27 Mei 2014 dengan mempergunakan 1 (satu) lembar cek
BBN Cabang Dumai No. CBXXXXX an Sailendara (Terdakwa ) adalah Perbuatan
Hukum Perdata, BUKAN Perbuatan Pidana;
A. Unsur dengan maksud menguntungkan diri sendiri atau orang lain dengan
melawan hak TIDAK TERBUKTI DALAM PERKARA INI, karena perbuatan pinjam
meminjam uang Rp. 100.200.000,- (Seratus dua puluh juta rupiah) antara Terdakwa
dengan saksi korban Sumadi adalah PERBUATAN PERDATA YANG SAH
MENURUT HUKUM INDONESIA, dan bukan PERBUATAN TERLARANG, sehingga
dengan demikian pendapat Majelis Hakim Tingkat Pertama yang menyebutkan
unsur ini terbukti dilanggar oleh Terdakwa adalah sangat keliru;
Upaya hukum yang dapat dilakukan saksi korban Sumadi adalah dengan
mengajukan gugatan pada peradilan perdata, bukan dengan peradilan pidana. Lagi
pula sebagai TERBUKTI dalam perkara ini, bahwa perbuatan Terdakwa meminjam
uang saksi korban sejumlah Rp. 120.000.000,- (Seratus dua puluh juta rupiah) telah
dilunasi Terdakwa pada saksi korban pada tanggal 3 September 2014. Sehingga
tidak ada lagi persoalan hukum antara Terdakwa dengan saksi korban Sumadi ;
Maka dengan demikian jelas pendapat Majelis Hakim Tingkat Pertama yang
menyebutkan, bahwa Terdakwa haruslah dinyatakan bersalah dan dijatuhi hukuman
yang setimpal adalah PENDAPAT YANG SANGAT BERTENTANGAN DENGAN
HUKUM;
B. Begitu juga dengan unsur memakai nama palsu atau martabat palsu,
dengan tipu muslihat ataupun rangkaian kebohongan menggerakan orang lain
untuk menyerahkan sesuatu kepadanya atau memberi hutang maupun
menghapuskan piutang, JUGA TIDAK TERBUKTI DALAM PERKARA INI, karena
tidak ada perbuatan tipu muslihat ataupun rangkaian kebohongan terkait
peminjaman uang sejumlah Rp. 120.000.000,- (Seratus dua puluh juta rupiah) oleh
Terdakwa kepada saksi korban SUMADI, karena saat itu Terdakwa tidak
mempunyai uang untuk mendanai biaya operasional proyek pembukaan jalan lahan
lahan sawit yang dikerjakan oleh Terdakwa. Itulah sebabnya Terdakwa meminjam
uang pada saksi korban Sumadi ;
Sekalipun pada saat jatuh tempo cheque tersebut tanggal 20 Mei 2014 tidak dapat
dicairkan karena tidak ada dananya, bukan berarti piutang saksi korban Sumadi
MENJADI HAPUS, karena cheque tersebut bukanlah UANG akan tetapi alat
pembayaran untuk menarik uang pada bank;
Bukti piutang saksi korban Sumadi tersebut TIDAK HAPUS, dimana setelah tanggal
20 Mei 2014 tersebut saksi korban Sumadi tetap menagih Terdakwa, namun karena
Terdakwa kesulitan keuangan, maka baru pada tanggal 3 September 2014 hutang
Terdakwa pada saksi korban Sumadi baru dapat dilunasi;
Bahwa tidak ada janji atau iming-iming apa pun yang diberikan terdakwa kepada
saksi korban atas uang yang dipinjamnya kepada saksi korban;
Terdakwa meminjam uang kepada saksi korban sama sekali tidak menjajikan apa-
apa dengan bujuk rayu dan memberikan selember cek sebagai jaminan atas
pinjamanya, dan sebagai jaminan terdakwa memberikan selembar CEK UNDUR dan
Bukan Cek Kosong.
Bahwa selembar cek yang diberikan Terdakwa kepada saksi korban, BUKANLAH
cek kosong, MELAINKAN selembar cek mundur. Dan atas selembar cek unndur
tersebut sampai tanggal jatuh tempo, pada rekening Bank Terdakwa ternyata dana
yang tersedia tidak cukup (bukan tidak ada) untuk ditarik sesuai nominal cek yang
diberikan Terdakwa kepada saksi korban.
Berdasarkan fakta persidangan di atas, maka jelas pendapat Majelis Hakim Tingkat
Pertama yang menyebutkan unsur ini terbukti menurut hukum adalah pendapat yang
sangat keliru dan mengada-ada;
Bahwa berdasarkan fakta persidangan, Majelis Hakim Pengadilan Harapan dalam
meriksa perkara a quo dan dalam pertimbanagn hukumnya tidak membedakan
terlebih dahahulu jenis Cek BBN yang diberikan Terdakwa kepada saksi korban.
Dalam hal ini, cek tunai yang diberikan Terdakwa kepada saksi korban adalah Cek
Mundur, yakni yang diberi tanggal mundur dari tanggal saat diberikan. Jenis cek
inilah yang disebut dengan cek mundur atau cek yang belum jatuh tempo, hal ini
biasanya terjadi karena ada kesepakatan antara si pemberi cek dengan si penerima
cek, misalnya karena belum memiliki dana pada saat itu. Oleh sebab itu saksi
korban yang juga sebagai pengusaha tentu sudah mengetahui arti cek mundur itu
dan, mengetahui bahwa Terdakwa tidak bermasud menipu saksi Korban dengan
pemberian selembar cek mudur dan terdakwa sendiri sudah menyampaikan kepada
saksi korban bahwa ia tidak punya uang tunai yang cukup untuk membiaya kegiatan
pembukaan jalan pada saat meminjam uang kepada saksi Korban. Oleh karena itu
jika pada saat jatuh tempo cek mundur yang diberikan Terdakwa kepada Saksi
Korban, uang direkening Terdakwa tidak cukup (bukan tidak ada), maka hal itu
tidaklah berarti Terdakwa sebagai telah menipu saksi korban, apalagi kemudian
setelah tanggal jatuh tempo Terdakwa meminta waktu untuk melunasi pinjamannya
dan akhirnya baru pada tanggal 3 September 2014 semua pinjaman Terdakwa telah
dibayar terdakwa kepada Saksi Korban.
Berdasarkan hal-hal di atas, jelas bahwa pendapat Majelis Hakim Tingkat Pertama
yang menyebutkan, bahwa Terdakwa terbukti secara hukum dan semua unsur dari
dakwaan Alternative Kedua yang melanggar pasal 378 KUHP telah terbukti menurut
hukum adalah PERTIMBANGAN YANG SALAH DAN KELIRU, karena apa yang
didakwakan oleh Penuntut Umum kepada Terdakwa adalah perbuatan hutang
piutang dibidang perdata, bukan perbuatan pidana;
Pelunasan hutang Terdakwa pada saksi korban HANYA DIJADIKAN HAL YANG
MERINGANKAN HUKUMAN oleh Majelis Hakim. Padahal dengan dikembalikannya
uang saksi korban oleh Terdakwa, maka jelas membuktikan perbuatan pinjam
meminjam uang sejumlah Rp. 120.000.000,- (Seratus dua puluh juta rupiah) antara
Terdakwa dengan saksi korban merupakan Perbuatan Perdata, BUKAN Perbuatan
Pidana. Maka dengan demikian telah terjadi kriminalisasi perkara perdata menjadi
perkara pidana, akibatnya hukuman yang diberikan kepada Terdakwa oleh Majelis
Hakim sangat tidak manusiawi;
Berdasarkan hal-hal yang telah kami Penasihat Hukum uraikan di atas, jelas apa
yang didakwakan Penuntut Umum dan kemudian diputus oleh Majelis Hakim Tingkat
Pertama dalam perkara ini adalah masalah hutang piutang yang termasuk dalam
Lingkup Hukum Perdata, sementara Dakwaan Kedua yang menurut Majelis Hakim
Tingkat Pertama telah terbukti adalah keliru. Maka dengan demikian Kami Penasihat
Hukum Terdakwa memohon kepada Ketua Pengadilan Tinggi Padang atau Majelis
Hakim Banding yang memeriksa perkara ini sudilah kiranya memberikan putusan
yang amarnya:
MENGADILI SENDIRI:
Hormat Kami,
Penasihat Hukum Terdakwa
Ttd.
Ttd.
Melalui,
Kantor Kepaniteraan Pengadilan Negeri Malang
di,
Malang
Dengan Hormat,
Yang bertanda tangan di bawah ini, Nuriza Ayu Ningtiyas, Amd, S.H., Advokat dan
Konsultan Hukum yang beralamat di Jalan Kawi No.7 Malang (Izin Praktik
No.7289175 tanggal 7 Januari 2005), yang dalam hal ini bertindak untuk dan atas
nama terdakwa dalam perkara pidana di Pengadilan Negeri Malang pada Registrasi
Perkara No. PDN-12/PN.MLG/9/2016 berdasarkan surat kuasa tanggal 28 Oktober
2016 No. NA/ Pid.B/ X/ 2016 (telah diserahkan pada tanggal 1 November 2016 kini
berada dalam berkas perkara), dan oleh karena itu dalam hal ini bertindak untuk dan
atas nama terdakwa- pemberi kuasa tersebut, yang untuk selanjutnya disebut
dengan Pemohon Banding.
Bahwa terdakwa telah didakwa sebagaimana dalam surat dakwaan Jaksa Penuntut
Umum tanggal 11 November 2016 Nomor registrasi perkara
PDN-12/PN.MLG/9/2016 yang dibacakan dalam sidang tanggal 1 Desember 2016,
yang pada pokoknya melanggar Pasal 340 KUHP.
a. Menyatakan Terdakwa Eren Indra Paripurna telah terbukti secara sah dan
meyakinkan telah melakukan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal
340 KUHP tentang Pembunuhan berencana.
b. Memerintahkan terdakwa ditahan di Rumah Tahanan Negara selama 12 tahun.
c. Memerintahkan barang bukti berupa:
- 1 (satu) buah senjata tajam berukuran sedang berupa sangkur untuk segera
dimusnahkan;
- 1 (satu) helai baju kaos yang digunakan korban pada saat kejadian untuk
dimusahkan.
d. Membebankan biaya perkara kepada Negara sejumlah: Rp. 306.000,-
Bahwa terdakwa telah tidak menerima Putusan Pengadilan Negeri Malang, dan
untuk itu telah mengajukan upaya banding pada tanggal 6 Maret 2017 dan mohon
agar perkara ini diperiksa dan diputus pada tingkat banding.
I. KEBERATAN PERTAMA
Keberatan pertama, bahwa Majelis Hakim Pengadilan Negeri Malang telah
memberikan putusan yang sesuai dengan Pasal 340 KUHP tentang pembunuhan
berencana dengan menjatuhkan pidana penjara selama 12 tahun. Bahwa dari
putusan Majelis Hakim Pengadilan Negeri Malang tersebut, terdakwa memohon
untuk dijadikan tahanan kota agar terdakwa masih tetap bisa bekerja dan
menghidupi keluarganya karena terdakwa telah mengakui seluruh perbuatan yang
dilakukannya, mengakui bukti-bukti yang ada, dan terdakwa memberikan keterangan
dengan jujur serta tidak berbelit-belit.
Keberatan Kedua, ialah bahwa terdakwa meminta keringanan masa tahanan yang
telah diputus oleh Majelis Hakim Pengadilan Negeri Malang selama 12 tahun
menjadi 6 tahun masa tahanan dikarenakan terdakwa merupakan tulang punggung
keluarga yang memiliki satu orang isteri yang sedang hamil dan lima orang anak
yang sedang membutuhkan banyak sekali biaya untuk hidup dan pendidikannya.
Demikian memori banding terdakwa. Apabila Majelis Hakim berpendapat lain, maka
mohon putusan yang seadil-adilnya (a quo et bono).