Anda di halaman 1dari 19

Memori Banding Terhadap Putusan Pengadilan Negeri

Harapan Dalam Perkara Pidana No.XXX/Pid.B/2014/PN.HRP


ATAS NAMA TERDAKWA SAILENDRA

KEPADA YTH,

KETUA PENGADILAN TINGGI HARAPAN


DI
KOTA HARAPAN

Dengan hormat,

Kami yang bertanda tangan di bawah ini:


1. BOY YENDRA TAMIN, S.H, M.H;
2. ASNIL ABDILLAH, S.H.;

Keduanya Advokat pada Kantor Hukum BOY YENDRA TAMIN


& REKAN, berkantor di Jalan Timur, Perumahan Danau Indah
Blok B 211, Kebun Kopi, Kota Harapan, berdasarkan surat
kuasa tanggal 20 Januari 2015, terlampir adalah selaku
Penasihat Hukum dari SAILENDRA, perkenankanlah
menyampaikan nota keberatan atas Putusan Pengadilan
Negeri Harapan tanggal 10 Januari 2015 No.
XXX/Pid.B/2014/PN.HRP. yang disusun sebagaimana tersebut
di bawah ini:

I. Tentang Surat Dakwaan.

Bahwa Penuntut Umum telah mendakwa Terdakwa


SAILENDRA (panggilan endra) melanggar pasal 372 KUHP
(Dakwaan Kesatu) dan Pasal 378 KUHP (Dakwaan Kedua)
dengan uraian persitiwa pidana sebagaimana tertuang dalam
surat dakwaan dimaksud, sehingga tidak perlu Kami
Penasihat Hukum ulangi lagi;
II. Tentang Amar Putusan Pengadilan Negeri Padang tanggal
10 Januari 2015 No. XXX/Pid.B/2014/ PN.HRPyang
dimohonkan Banding.

Bahwa terkait dengan Dakwaan Penuntut Umum terhadap


Terdakwa, Majelis Hakim Tingkat Pertama telah menjatuhkan
putusan yang amarnya berbunyi:

MENGADILI:

1. Menyatakan Terdakwa SAILENDRA terbukti secara sah


dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana
“PENIPUAN” sebagaimana dakwaan kedua;
2. Menjatuhkan pidana oleh karena itu terhadap Terdakwa
SAILENDRAdengan pidana penjara selama 2 (dua) tahun;
3. Menetapkan masa penangkapan dan penahanan yang
telah dijalani oleh Terdakwa dikurangi dari pidana yang
dijatuhkan;
4. Memerintahkan Terdakwa tetap berada dalam tahanan;
5. Menyatakan barang bukti berupa :

1 (satu) lembar cek BBN Cabang Dumai No. CBXXXXX an


Sailendara tanggal 20 Juni 2014 nominal uang sebesar Rp.
120.000.000,- (seratus dua puluh juta rupiah) tetap terlampir
dalam berkas perkara;Tetap berada dalam berkas perkara;
Membebankan Terdakwa untuk membayar biaya perkara
sebesar Rp. 1.000,- (Seribu rupiah);
Berdasarkan Akta Banding No. 13/Akta.Pid/2015.PN.HRP.
tanggal 10 Januari 2015, SAILENDARA selaku Terdakwa telah
mengajukan permohonan banding atas Putusan Pengadilan
Negeri Harapan , sehingga dengan demikian permohonan
banding ini diajukan dalam tenggang waktu yang
diperkenankan oleh undang-undang;

III. Tentang Alasan Permohonan Banding.

Bahwa setelah Kami Penasihat Hukum Terdakwa membaca


dan memperhatikan Putusan in casu berikut dengan
pertimbangan hukumnya serta dikaitkan dengan fakta
persidangan, Kami Penasihat Hukum Terdakwa berpendapat,
bahwa hukuman yang diberikan Majelis Hakim Tingkat
Pertama terhadap Terdakwa sangat tidak tepat bahkan keliru
sehingga menimbulkan ketidak-adilan bagi Terdakwa,
dengan penjelasan sebagai berikut:

1. Bahwa Majelis Hakim Tingkat Pertama telah salah dan


keliru dalam menerapkan Hukum berkenaan dengan Pasal
378 KUHP (Dakwaan Kedua) dikaitkan dengan fakta
persidangan dalam perkara ini, karena perbuatan Terdakwa
meminjam uang pada tanggal 20 Mei 2014 sebesar Rp.
120.000.000,- (seratus dua puluh juta rupiah) kepada saksi
korban Sumadi , yang akan dibayar Terdakwa pada tanggal
27 Mei 2014 dengan mempergunakan 1 (satu) lembar cek
BBN Cabang Dumai No. CBXXXXX an Sailendara (Terdakwa )
adalah Perbuatan Hukum Perdata, BUKAN Perbuatan Pidana;

Pertimbangan Majelis Hakim Tingkat Pertama pada halaman


12 paragraf ke 3 putusan yang menyebutkan, bahwa
terdakwa terbukti secara hukum dan semua unsur dari
dakwaan Alternative Kedua yang melanggar pasal 378 KUHP
telah terbukti menurut hukum, oleh karenanya terdakwa
haruslah dinyatakan bersalah dan dijatuhi hukuman yang
setimpal adalah PERTIMBANGAN YANG MENGADA-ADA
DAN TIDAK BERDASARKAN HUKUM, KARENA TERDAKWA
TIDAK TERBUKTI MELANGGAR UNSUR-UNSUR PASAL 378
KUHP, dengan penjelasan sebagai berikut:

A. Unsur dengan maksud menguntungkan diri sendiri atau


orang lain dengan melawan hak TIDAK TERBUKTI DALAM
PERKARA INI, karena perbuatan pinjam meminjam uang Rp.
100.200.000,- (seratus dua puluh juta rupiah) antara Terdakwa
dengan saksi korban Sumadi adalah PERBUATAN PERDATA
YANG SAH MENURUT HUKUM INDONESIA, dan bukan
PERBUATAN TERLARANG, sehingga dengan demikian
pendapat Majelis Hakim Tingkat Pertama yang menyebutkan
unsur ini terbukti dilanggar oleh Terdakwa adalah sangat
keliru;

Bahwa kalaupun pada tanggal jatuh tempo cheque BBN


Cabang Dumai No. CBXXXXX a/n Sailendra tanggal 2o Mei
2014 TIDAK ADA DANANYA atau TIDAK CUKUP DANANYA,
maka hal itu menurut hukum adalah perbuatan ingkar janji
(Wanprestasi) dibidang Hukum Perdata, bukan Perbuatan
Pidana, sehingga sanksinya adalah berupa GANTI KERUGIAN,
BUNGA DAN BIAYA sebagaimana dimaksud pasal 1236 dan
pasal 1248 KUH Perdata.

Upaya hukum yang dapat dilakukan saksi korban Sumadi


adalah dengan mengajukan gugatan pada peradilan perdata,
bukan dengan peradilan pidana. Lagi pula sebagai TERBUKTI
dalam perkara ini, bahwa perbuatan Terdakwa meminjam
uang saksi korban sejumlah Rp. 120.000.000,- (seratus dua
[uluh juta rupiah) telah dilunasi Terdakwa pada saksi korban
pada tanggal 3 September 2014. Sehingga tidak ada lagi
persoalan hukum antara Terdakwa dengan saksi korban
Sumadi ;
Maka dengan demikian jelas pendapat Majelis Hakim Tingkat
Pertama yang menyebutkan, bahwa Terdakwa haruslah
dinyatakan bersalah dan dijatuhi hukuman yang setimpal
adalah PENDAPAT YANG SANGAT BERTENTANGAN DENGAN
HUKUM;

B. Begitu juga dengan unsur memakai nama palsu atau


martabat palsu, dengan tipu muslihat ataupun rangkaian
kebohongan menggerakan orang lain untuk menyerahkan
sesuatu kepadanya atau memberi hutang maupun
menghapuskan piutang, JUGA TIDAK TERBUKTI DALAM
PERKARA INI, karena tidak ada perbuatan tipu muslihat
ataupun rangkaian kebohongan terkait peminjaman uang
sejumlah Rp. 120.000.000,- (seratus dua puluh juta rupiah)
oleh Terdakwa kepada saksi korban SUMADI, karena saat itu
Terdakwa tidak mempunyai uang untuk mendanai biaya
operasional proyek pembukaan jalan lahan lahan sawit yang
dikerjakan oleh Terdakwa. Itulah sebabnya Terdakwa
meminjam uang pada saksi korban Sumadi ;

Sejak semula Terdakwa memang semata-mata meminjam


uang untuk membiaya pembukaan jalan kebon sawit dan hal
itu diterangkan pula ole saksi korban.

bahwa sejak semula saksi korban sudah mengetahui


Terdakwa tidak memiliki uang tunai untuk membiayai
pembukaan jalan kebon sawit yang akan dilakukan terdakwa,
dan karena itulah terdakwa meminjam uang kepada saksi
korban.

Bahwa tidak ada janji atau iming-iming apa pun yang


diberikan terdakwa kepada saksi korban atas uang yang
dipinjamnya kepada saksi korban;
Terdakwa meminjam uang kepada saksi korban sama sekali
tidak menjajikan apa-apa dengan bujuk rayu dan memberikan
selember cek sebagai jaminan atas pinjamanya, dan sebagai
jaminan terdakwa memberikan selembar CEK UNDUR dan
Bukan Cek Kosong.

Berdasarkan keterangan saksi-saksi, terdakwa masih


berkomunikasi dan membuka pembicaraan dengan saksi
korban sampai dengan Terdakwa membayar pinjamannya
pada tanggal 3 September 2014.

Janji-janji Terdakwa untuk membayar pinjamannya kepada


saksi korban setelah tanggul jatuh tempo cek yang
diserahkannya kepada saksi korban adalah membuktikan
terdakwa tidak berniat menipu saksi korban, tetapi terdakwa
belum punya cukup uang untuk melunasi pinjamannya dan
baru pada tanggal 3 september 2014 terdakwa berhasil
mengumpulkan uang dan membayar tunai pinjamanya
kepada saksi korban.

Bahwa berdasarkan keterangan saksi-saksi bahwa rekening


terdakwa tidak ditutup dan masih tercatat sebagai rekening
aktif terdakwa pada bank BBN, sehingga jelas terdakwa tidak
bermasud menipu, melainkan semata-mata terdakwa belum
mempunai cukup uang atau dana yang tersedia pada
rekening terdakwa tidak mecukupi (bukan tidak ada) untuk
membayar pinjamanya kepada saksi korban sampai tanggal 3
September 2014.

bahwa selembar cek yang diberikan Terdakwa kepada saksi


korban, BUKANLAH cek kosong, MELAINKAN selembar cek
mundur. Dan atas selembar cek unndur tersebut sampai
tanggal jatuh tempo, pada rekening Bank Terdakwa ternyata
dana yang tersedia tidak cukup (bukan tidak ada) untuk
ditarik sesuai nominal cek yang diberikan Terdakwa kepada
saksi korban.

Bahwa berdasarkan keterangan saksi korban, ia melaporkan


terdakwa ke polisi karena terus berjanji-janji saja setelah
tanggal jatuh tempo cek undur, dan janji terdakwa itu baru
terealisasi pada tanggal 3 September 2014 dilunasi. Bahwa
atas keterangan saksi korban tersebut, MAKA jelas terdakwa
hanya butuh waktu untuk melunasi pinjamannya dan bukan
bermaksud untuk tidak membayar pinjaman setelah tanggal
jatuh tempok cek undur dana tidak cukup pada rekening
terdakwa di bank BBN. Faktanya pada tanggal 3 September
2012 terdakwa baru memiliki uang dan lansung
membayarkannya kepada saksi Korban.

Berdasarkan fakta persidangan di atas, maka jelas pendapat


Majelis Hakim Tingkat Pertama yang menyebutkan unsur ini
terbukti menurut hukum adalah pendapat yang sangat keliru
dan mengada-ada;

Bahwa berdasarkan fakta persidangan, Majelis Hakim


Pengadilan Harapan dalam meriksa perkara a quo dan dalam
pertimbanagn hukumnya tidak membedakan terlebih
dahahulu jenis Cek BBN yang diberikan Terdakwa kepada
saksi korban. Dalam hal ini, cek tunai yang diberikan
Terdakwa kepada saksi korban adalah Cek Mundur, yakni
yang diberi tanggal mundur dari tanggal saat diberikan. Jenis
cek inilah yang disebut dengan cek mundur atau cek yang
belum jatuh tempo, hal ini biasanya terjadi karena ada
kesepakatan antara si pemberi cek dengan si penerima cek,
misalnya karena belum memiliki dana pada saat itu. Oleh
sebab itu saksi korban yang juga sebagai pengusaha tentu
sudah mengetahui arti cek mundur itu dan, mengetahui
bahwa Terdakwa tidak bermasud menipu saksi Korban
dengan pemberian selembar cek mudur dan terdakwa sendiri
sudah menyampaikan kepada saksi korban bahwa ia tidak
punya uang tunai yang cukup untuk membiaya kegiatan
pembukaan jalan pada saat meminjam uang kepada saksi
Korban. Oleh karena itu jika pada saat jatuh tempo cek
mundur yang diberikan Terdakwa kepada Saksi Korban, uang
direkening Terdakwa tidak cukup (bukan tidak ada), maka hal
itu tidaklah berarti Terdakwa sebagai telah menipu saksi
korban, apalagi kemudian setelah tanggal jatuh tempo
Terdakwa meminta waktu untuk melunasi pinjamannya dan
akhirnya baru pada tanggal 3 September 2014 semua
pinjaman Terdakwa telah dibayar terdakwa kepada Saksi
Korban.

Berdasarkan hal-hal di atas, jelas bahwa pendapat Majelis


Hakim Tingkat Pertama yang menyebutkan, bahwa Terdakwa
terbukti secara hukum dan semua unsur dari dakwaan
Alternative Kedua yang melanggar pasal 378 KUHP telah
terbukti menurut hukum adalah PERTIMBANGAN YANG
SALAH DAN KELIRU, karena apa yang didakwakan oleh
Penuntut Umum kepada Terdakwa adalah perbuatan hutang
piutang dibidang perdata, bukan perbuatan pidana;

2. Majelis Hakim Tingkat Pertama telah menzalimi Terdakwa


dengan menjatuhkan pidana pada Terdakwa SAILENDARA
dengan pidana penjara selama 2 (dua) tahun, sekalipun
Terdakwa telah melunasinya hutangnya pada 3 September
2014;
Putusan perkara a quo sangat kejam dirasakan Terdakwa,
karena selain hutang piutang atau pinjam meminjam uang
adalah masalah hukum perdata yang dikriminalisasi menjadi
perbuatan pidana, namun setelah hutang Terdakwa dilunasi,
ternyata Majelis Hakim Tingkat Pertama masih menghukum
Terdakwa dengan pidana penjara selama 2 (dua) tahun dan
memerintahkan Terdakwa tetap ditahan;

Pelunasan hutang Terdakwa pada saksi korban HANYA


DIJADIKAN HAL YANG MERINGANKAN HUKUMAN oleh
Majelis Hakim. Padahal dengan dikembalikannya uang saksi
korban oleh Terdakwa, maka jelas membuktikan perbuatan
pinjam meminjam uang sejumlah Rp. 120.000.000,- (seratus
dua puluh juta rupiah) antara Terdakwa dengan saksi korban
merupakan Perbuatan Perdata, BUKAN Perbuatan Pidana.
Maka dengan demikian telah terjadi kriminalisasi perkara
perdata menjadi perkara pidana, akibatnya hukuman yang
diberikan kepada Terdakwa oleh Majelis Hakim sangat tidak
manusiawi;

Berdasarkan hal-hal yang telah kami Penasihat Hukum


uraikan di atas, jelas apa yang didakwakan Penuntut Umum
dan kemudian diputus oleh Majelis Hakim Tingkat Pertama
dalam perkara ini adalah masalah hutang piutang yang
termasuk dalam Lingkup Hukum Perdata, sementara Dakwaan
Kedua yang menurut Majelis Hakim Tingkat Pertama telah
terbukti adalah keliru. Maka dengan demikian Kami Penasihat
Hukum Terdakwa memohon kepada Ketua Pengadilan Tinggi
Padang atau Majelis Hakim Banding yang memeriksa perkara
ini sudilah kiranya memberikan putusan yang amarnya:
 Menerima permohonan banding dari Terdakwa
SAILENDARA tersebut;
 Membatalkan Putusan Pengadilan Negeri Harapan
tanggal 1o Januari 2015 No. XXX/Pid.B/2014/PN.HRP.
yang dimohonkan banding tersebut

MENGADILI SENDIRI:
1. Menyatakan Terdakwa SAILENDARA tidak terbukti secara
sah dan meyakinkan melakukan tindak pidana
melanggar Dakwaan Kesatu dan Dakwaan Kedua; 
2. Membebaskan dan melepaskan Terdakwa dari semua
dakwaan karena perbuatan pinjam meminjam uang yang
tidak dapat dilunasi pada waktu yang dijanjikan tanggal
20 Mei 2014 sebagaimana tertuang dalam cek BBN
Cabang Dumai No. CBXXXXX an Sailendra adalah
Perbuatan Perdata;
3. Memerintahkan agar Terdakwa segera dikeluarkan dari
tahanan;
4. Memulihkan harkat dan martabat serta kedudukan
Terdakwa sebagaimana mestinya;
5. Membebankan biaya perkara kepada negara dalam
perkara ini.

Padang, 21 Januari 2015


Hormat Kami Penasihat Hukum Terdakwa

 ASNIL ABDILLAH, S.H.    BOY YENDRA TAMIN, S.H, M.H.


Memori Banding Terhadap Putusan Pengadilan Negeri Harapan Dalam Perkara
Pidana No.XXX/Pid.B/2014/PN.HRP ATAS NAMA TERDAKWA SAILENDRA

Padang, 21 Januari 2015

Kepada Yth.:
Ketua Pengadilan Tinggi Harapan
Di,
     Kota Harapan

Dengan hormat,

Kami yang bertanda tangan di bawah ini:

1. Boy Yendra Tamin, S.H, M.H;


2. Asnil Abdillah, S.H.;

Keduanya Advokat pada Kantor Hukum Boy Yendra Tamin & Rekan, berkantor di
Jalan Timur, Perumahan Danau Indah Blok B 211, Kebun Kopi, Kota Harapan,
berdasarkan surat kuasa tanggal 20 Januari 2015, terlampir adalah selaku
Penasihat Hukum dari Sailendra, perkenankanlah menyampaikan nota keberatan
atas Putusan Pengadilan Negeri Harapan tanggal 10 Januari 2015 No.
XXX/Pid.B/2014/PN.HRP. yang disusun sebagaimana tersebut di bawah ini:

I. Tentang Surat Dakwaan

Bahwa Penuntut Umum telah mendakwa Terdakwa SAILENDRA (panggilan endra)


melanggar pasal 372 KUHP (Dakwaan Kesatu) dan Pasal 378 KUHP (Dakwaan
Kedua) dengan uraian persitiwa pidana sebagaimana tertuang dalam surat dakwaan
dimaksud, sehingga tidak perlu Kami Penasihat Hukum ulangi lagi;

II. Tentang Amar Putusan PN Harapan tanggal 10 Januari 2015 No.:


XXX/Pid.B/2014/ PN. HRP yang dimohonkan Banding

Bahwa terkait dengan Dakwaan Penuntut Umum terhadap Terdakwa, Majelis Hakim
Tingkat Pertama telah menjatuhkan putusan yang amarnya berbunyi:

Mengadili:

Menyatakan Terdakwa SAILENDRA terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah


melakukan tindak pidana “Penipuan” sebagaimana dakwaan kedua;
1. Menjatuhkan pidana oleh karena itu terhadap Terdakwa
SAILENDRAdengan pidana penjara selama 2 (dua) tahun;
2. Menetapkan masa penangkapan dan penahanan yang telah dijalani
oleh Terdakwa dikurangi dari pidana yang dijatuhkan;
3. Memerintahkan Terdakwa tetap berada dalam tahanan;
4. Menyatakan barang bukti berupa: 1 (satu) lembar cek BBN Cabang
Dumai No. CBXXXXX an Sailendara tanggal 20 Juni 2014 nominal uang
sebesar Rp. 120.000.000,- (Seratus dua puluh juta rupiah) tetap terlampir
dalam berkas perkara;Tetap berada dalam berkas perkara;
5. Membebankan Terdakwa untuk membayar biaya perkara sebesar Rp.
1.000,- (Seribu rupiah);
Berdasarkan Akta Banding No. 13/Akta.Pid/2015.PN.HRP. tanggal 10 Januari 2015,
Sailendra selaku Terdakwa telah mengajukan permohonan banding atas Putusan
Pengadilan Negeri Harapan, sehingga dengan demikian permohonan banding ini
diajukan dalam tenggang waktu yang diperkenankan oleh undang-undang;

III. Tentang Alasan Permohonan Banding

Bahwa setelah Kami Penasihat Hukum Terdakwa membaca dan memperhatikan


Putusan in casu berikut dengan pertimbangan hukumnya serta dikaitkan dengan
fakta persidangan, Kami Penasihat Hukum Terdakwa berpendapat, bahwa hukuman
yang diberikan Majelis Hakim Tingkat Pertama terhadap Terdakwa sangat tidak
tepat bahkan keliru sehingga menimbulkan ketidak-adilan bagi Terdakwa, dengan
penjelasan sebagai berikut:

1. Bahwa Majelis Hakim Tingkat Pertama telah salah dan keliru dalam
menerapkan Hukum berkenaan dengan Pasal 378 KUHP (Dakwaan Kedua)
dikaitkan dengan fakta persidangan dalam perkara ini, karena perbuatan
Terdakwa meminjam uang pada tanggal 20 Mei 2014 sebesar Rp. 120.000.000,-
(seratus dua puluh juta rupiah) kepada saksi korban Sumadi , yang akan dibayar
Terdakwa pada tanggal 27 Mei 2014 dengan mempergunakan 1 (satu) lembar cek
BBN Cabang Dumai No. CBXXXXX an Sailendara (Terdakwa ) adalah Perbuatan
Hukum Perdata, BUKAN Perbuatan Pidana;

Pertimbangan Majelis Hakim Tingkat Pertama pada halaman 12 paragraf ke 3


putusan yang menyebutkan, bahwa terdakwa terbukti secara hukum dan semua
unsur dari dakwaan Alternative Kedua yang melanggar pasal 378 KUHP telah
terbukti menurut hukum, oleh karenanya terdakwa haruslah dinyatakan bersalah dan
dijatuhi hukuman yang setimpal adalah PERTIMBANGAN YANG MENGADA-ADA
DAN TIDAK BERDASARKAN HUKUM, KARENA TERDAKWA TIDAK TERBUKTI
MELANGGAR UNSUR-UNSUR PASAL 378 KUHP, dengan penjelasan sebagai
berikut:

A. Unsur dengan maksud menguntungkan diri sendiri atau orang lain dengan
melawan hak TIDAK TERBUKTI DALAM PERKARA INI, karena perbuatan pinjam
meminjam uang Rp. 100.200.000,- (Seratus dua puluh juta rupiah) antara Terdakwa
dengan saksi korban Sumadi adalah PERBUATAN PERDATA YANG SAH
MENURUT HUKUM INDONESIA, dan bukan PERBUATAN TERLARANG, sehingga
dengan demikian pendapat Majelis Hakim Tingkat Pertama yang menyebutkan
unsur ini terbukti dilanggar oleh Terdakwa adalah sangat keliru;

Bahwa kalaupun pada tanggal jatuh tempo cheque BBN Cabang Dumai No.


CBXXXXX a/n Sailendra tanggal 2o Mei 2014 TIDAK ADA DANANYA atau TIDAK
CUKUP DANANYA, maka hal itu menurut hukum adalah perbuatan ingkar janji
(Wanprestasi) dibidang Hukum Perdata, bukan Perbuatan Pidana, sehingga
sanksinya adalah berupa GANTI KERUGIAN, BUNGA DAN BIAYA sebagaimana
dimaksud pasal 1236 dan pasal 1248 KUH Perdata.

Upaya hukum yang dapat dilakukan saksi korban Sumadi adalah dengan
mengajukan gugatan pada peradilan perdata, bukan dengan peradilan pidana. Lagi
pula sebagai TERBUKTI dalam perkara ini, bahwa perbuatan Terdakwa meminjam
uang saksi korban sejumlah Rp. 120.000.000,- (Seratus dua puluh juta rupiah) telah
dilunasi Terdakwa pada saksi korban pada tanggal 3 September 2014. Sehingga
tidak ada lagi persoalan hukum antara Terdakwa dengan saksi korban Sumadi ;

Maka dengan demikian jelas pendapat Majelis Hakim Tingkat Pertama yang
menyebutkan, bahwa Terdakwa haruslah dinyatakan bersalah dan dijatuhi hukuman
yang setimpal adalah PENDAPAT YANG SANGAT BERTENTANGAN DENGAN
HUKUM;
 
B. Begitu juga dengan unsur memakai nama palsu atau martabat palsu,
dengan tipu muslihat ataupun rangkaian kebohongan menggerakan orang lain
untuk menyerahkan sesuatu kepadanya atau memberi hutang maupun
menghapuskan piutang, JUGA TIDAK TERBUKTI DALAM PERKARA INI, karena
tidak ada perbuatan tipu muslihat ataupun rangkaian kebohongan terkait
peminjaman uang sejumlah Rp. 120.000.000,- (Seratus dua puluh juta rupiah) oleh
Terdakwa kepada saksi korban SUMADI, karena saat itu Terdakwa tidak
mempunyai uang untuk mendanai biaya operasional proyek pembukaan jalan lahan
lahan sawit yang dikerjakan oleh Terdakwa. Itulah sebabnya Terdakwa meminjam
uang pada saksi korban Sumadi ;

Begitu juga dengan tidak dapat dicairkannya cheque BBN Cabang Dumai No.


CBXXXXX an Sailendra pada tanggal 20 Mei 2014, karena tidak cukup dananya,
BUKAN BERARTI Terdakwa telah terbukti memakai nama palsu atau martabat
palsu, tipu muslihat ataupun rangkaian kebohongan menggerakan orang lain untuk
menyerahkan sesuatu kepadanya atau memberi hutang maupun menghapuskan
piutang.

Sekalipun pada saat jatuh tempo cheque tersebut tanggal 20 Mei 2014 tidak dapat
dicairkan karena tidak ada dananya, bukan berarti piutang saksi korban Sumadi
MENJADI HAPUS, karena cheque tersebut bukanlah UANG akan tetapi alat
pembayaran untuk menarik uang pada bank;

Bukti piutang saksi korban Sumadi tersebut TIDAK HAPUS, dimana setelah tanggal
20 Mei 2014 tersebut saksi korban Sumadi tetap menagih Terdakwa, namun karena
Terdakwa kesulitan keuangan, maka baru pada tanggal 3 September 2014 hutang
Terdakwa pada saksi korban Sumadi baru dapat dilunasi;

Bahwa berdasarkan keterangan saksi-saksi, termasuk saksi korban;

Sejak semula Terdakwa memang semata-mata meminjam uang untuk membiaya


pembukaan jalan kebon sawit dan hal itu diterangkan pula ole saksi korban.
Bahwa sejak semula saksi korban sudah mengetahui Terdakwa tidak memiliki uang
tunai untuk membiayai pembukaan jalan kebon sawit yang akan dilakukan terdakwa,
dan karena itulah terdakwa meminjam uang kepada saksi korban.

Bahwa tidak ada janji atau iming-iming apa pun yang diberikan terdakwa kepada
saksi korban atas uang yang dipinjamnya kepada saksi korban;

Terdakwa meminjam uang kepada saksi korban sama sekali tidak menjajikan apa-
apa dengan bujuk rayu dan memberikan selember cek sebagai jaminan atas
pinjamanya, dan sebagai jaminan terdakwa memberikan selembar CEK UNDUR dan
Bukan Cek Kosong.

Berdasarkan keterangan saksi-saksi, terdakwa masih berkomunikasi dan membuka


pembicaraan dengan saksi korban sampai dengan Terdakwa membayar
pinjamannya pada tanggal 3 September 2014.

Janji-janji Terdakwa untuk membayar pinjamannya kepada saksi korban setelah


tanggul jatuh tempo cek yang diserahkannya kepada saksi korban adalah
membuktikan terdakwa tidak berniat menipu saksi korban, tetapi terdakwa belum
punya cukup uang untuk melunasi pinjamannya dan baru pada tanggal 3 september
2014 terdakwa berhasil mengumpulkan uang dan membayar tunai pinjamanya
kepada saksi korban.

Bahwa berdasarkan keterangan saksi-saksi bahwa rekening terdakwa tidak ditutup


dan masih tercatat sebagai rekening aktif terdakwa pada bank BBN, sehingga jelas
terdakwa tidak bermasud menipu, melainkan semata-mata terdakwa belum
mempunai cukup uang atau dana yang tersedia pada rekening terdakwa tidak
mecukupi (bukan tidak ada) untuk membayar pinjamanya kepada saksi korban
sampai tanggal 3 September 2014.

Bahwa selembar cek yang diberikan Terdakwa kepada saksi korban, BUKANLAH
cek kosong, MELAINKAN selembar cek mundur. Dan atas selembar cek unndur
tersebut sampai tanggal jatuh tempo, pada rekening Bank Terdakwa ternyata dana
yang tersedia tidak cukup (bukan tidak ada) untuk ditarik sesuai nominal cek yang
diberikan Terdakwa kepada saksi korban.

Bahwa berdasarkan keterangan saksi korban, ia melaporkan terdakwa ke Polisi


karena terus berjanji-janji saja setelah tanggal jatuh tempo cek undur, dan janji
terdakwa itu baru terealisasi pada tanggal 3 September 2014 dilunasi. Bahwa atas
keterangan saksi korban tersebut, MAKA jelas terdakwa hanya butuh waktu untuk
melunasi pinjamannya dan bukan bermaksud untuk tidak membayar pinjaman
setelah tanggal jatuh tempok cek undur dana tidak cukup pada rekening terdakwa di
bank BBN. Faktanya pada tanggal 3 September 2012 terdakwa baru memiliki uang
dan lansung membayarkannya kepada saksi Korban.

Berdasarkan fakta persidangan di atas, maka jelas pendapat Majelis Hakim Tingkat
Pertama yang menyebutkan unsur ini terbukti menurut hukum adalah pendapat yang
sangat keliru dan mengada-ada;
Bahwa berdasarkan fakta persidangan, Majelis Hakim Pengadilan Harapan dalam
meriksa perkara a quo dan dalam pertimbanagn hukumnya tidak membedakan
terlebih dahahulu jenis Cek BBN yang diberikan Terdakwa kepada saksi korban.
Dalam hal ini, cek tunai yang diberikan Terdakwa kepada saksi korban adalah Cek
Mundur, yakni yang diberi tanggal mundur dari tanggal saat diberikan. Jenis cek
inilah yang disebut dengan cek mundur atau cek yang belum jatuh tempo, hal ini
biasanya terjadi karena ada kesepakatan antara si pemberi cek dengan si penerima
cek, misalnya karena belum memiliki dana pada saat itu. Oleh sebab itu saksi
korban yang juga sebagai pengusaha tentu sudah mengetahui arti cek mundur itu
dan, mengetahui bahwa Terdakwa tidak bermasud menipu saksi Korban dengan
pemberian selembar cek mudur dan terdakwa sendiri sudah menyampaikan kepada
saksi korban bahwa ia tidak punya uang tunai yang cukup untuk membiaya kegiatan
pembukaan jalan pada saat meminjam uang kepada saksi Korban. Oleh karena itu
jika pada saat jatuh tempo cek mundur yang diberikan Terdakwa kepada Saksi
Korban, uang direkening Terdakwa tidak cukup (bukan tidak ada), maka hal itu
tidaklah berarti Terdakwa sebagai telah menipu saksi korban, apalagi kemudian
setelah tanggal jatuh tempo Terdakwa meminta waktu untuk melunasi pinjamannya
dan akhirnya baru pada tanggal 3 September 2014 semua pinjaman Terdakwa telah
dibayar terdakwa kepada Saksi Korban.

Berdasarkan hal-hal di atas, jelas bahwa pendapat Majelis Hakim Tingkat Pertama
yang menyebutkan, bahwa Terdakwa terbukti secara hukum dan semua unsur dari
dakwaan Alternative Kedua yang melanggar pasal 378 KUHP telah terbukti menurut
hukum adalah PERTIMBANGAN YANG SALAH DAN KELIRU, karena apa yang
didakwakan oleh Penuntut Umum kepada Terdakwa adalah perbuatan hutang
piutang dibidang perdata, bukan perbuatan pidana;

2. Majelis Hakim Tingkat Pertama telah menzalimi Terdakwa dengan


menjatuhkan pidana pada Terdakwa SAILENDARA dengan pidana penjara
selama 2 (dua) tahun, sekalipun Terdakwa telah melunasinya hutangnya pada
3 September 2014;

Putusan perkara a quo sangat kejam dirasakan Terdakwa, karena selain hutang


piutang atau pinjam meminjam uang adalah masalah hukum perdata yang
dikriminalisasi menjadi perbuatan pidana, namun setelah hutang Terdakwa dilunasi,
ternyata Majelis Hakim Tingkat Pertama masih menghukum Terdakwa dengan
pidana penjara selama 2 (dua) tahun dan memerintahkan Terdakwa tetap ditahan;

Pelunasan hutang Terdakwa pada saksi korban HANYA DIJADIKAN HAL YANG
MERINGANKAN HUKUMAN oleh Majelis Hakim. Padahal dengan dikembalikannya
uang saksi korban oleh Terdakwa, maka jelas membuktikan perbuatan pinjam
meminjam uang sejumlah Rp. 120.000.000,- (Seratus dua puluh juta rupiah) antara
Terdakwa dengan saksi korban merupakan Perbuatan Perdata, BUKAN Perbuatan
Pidana. Maka dengan demikian telah terjadi kriminalisasi perkara perdata menjadi
perkara pidana, akibatnya hukuman yang diberikan kepada Terdakwa oleh Majelis
Hakim sangat tidak manusiawi;

Berdasarkan hal-hal yang telah kami Penasihat Hukum uraikan di atas, jelas apa
yang didakwakan Penuntut Umum dan kemudian diputus oleh Majelis Hakim Tingkat
Pertama dalam perkara ini adalah masalah hutang piutang yang termasuk dalam
Lingkup Hukum Perdata, sementara Dakwaan Kedua yang menurut Majelis Hakim
Tingkat Pertama telah terbukti adalah keliru. Maka dengan demikian Kami Penasihat
Hukum Terdakwa memohon kepada Ketua Pengadilan Tinggi Padang atau Majelis
Hakim Banding yang memeriksa perkara ini sudilah kiranya memberikan putusan
yang amarnya:

1. Menerima permohonan banding dari Terdakwa SAILENDARA tersebut;


2. Membatalkan Putusan Pengadilan Negeri Harapan tanggal 1o Januari 2015 No.
XXX/Pid.B/2014/PN.HRP. yang dimohonkan banding tersebut;

MENGADILI SENDIRI:

3. Menyatakan Terdakwa SAILENDARA tidak terbukti secara sah dan meyakinkan


melakukan tindak pidana melanggar Dakwaan Kesatu dan Dakwaan Kedua; 
4. Membebaskan dan melepaskan Terdakwa dari semua dakwaan karena perbuatan
pinjam meminjam uang yang tidak dapat dilunasi pada waktu yang dijanjikan tanggal
20 Mei 2014 sebagaimana tertuang dalam cek BBN Cabang Dumai No. CBXXXXX
an Sailendra adalah Perbuatan Perdata;
5. Memerintahkan agar Terdakwa segera dikeluarkan dari tahanan;
6. Memulihkan harkat dan martabat serta kedudukan Terdakwa sebagaimana
mestinya;
7. Membebankan biaya perkara kepada negara dalam perkara ini.

Hormat Kami,
Penasihat Hukum Terdakwa

Ttd.

Boy Yendra Tamin, S.H, M.H.

Ttd.

Asnil Abdillah, S.H. 

Malang, 6 Maret 2017

Nomor  : 288/ Pid.Ban/ III/2017/MLG


Hal : Memori Banding

Kepada Yth. Ketua Pengadilan Tinggi Surabaya

Melalui, 
Kantor Kepaniteraan Pengadilan Negeri Malang
di, 
    Malang

Dengan Hormat,

Yang bertanda tangan di bawah ini, Nuriza Ayu Ningtiyas, Amd, S.H., Advokat dan
Konsultan Hukum yang beralamat di Jalan Kawi No.7 Malang (Izin Praktik
No.7289175 tanggal 7 Januari 2005), yang dalam hal ini bertindak untuk dan atas
nama terdakwa dalam perkara pidana di Pengadilan Negeri Malang pada Registrasi
Perkara No. PDN-12/PN.MLG/9/2016 berdasarkan surat kuasa tanggal 28 Oktober
2016 No. NA/ Pid.B/ X/ 2016 (telah diserahkan pada tanggal 1 November 2016 kini
berada dalam berkas perkara), dan oleh karena itu dalam hal ini bertindak untuk dan
atas nama terdakwa- pemberi kuasa tersebut, yang untuk selanjutnya disebut
dengan Pemohon Banding.

Bahwa dengan ini perkenankanlah Pemohon Banding mengajukan Memori Banding


terhadap putusan Pengadilan Negeri Malang Nomor 1002/Pid.B/2017/PN.MLG
tanggal 25 Februari 2017 yang selengkapnya adalah sebagai berikut.

Bahwa terdakwa telah didakwa sebagaimana dalam surat dakwaan Jaksa Penuntut
Umum tanggal 11 November 2016 Nomor registrasi perkara
PDN-12/PN.MLG/9/2016 yang dibacakan dalam sidang tanggal 1 Desember 2016,
yang pada pokoknya melanggar Pasal 340 KUHP.

Bahwa setelah perkara disidangkan, pada akhirnya Majelis Hakim Pengadilan


Negeri Malang menjatuhkan putusan pada tanggal 25 Februari 2017 yang amar
putusannya adalah sebagai berikut:

a. Menyatakan Terdakwa Eren Indra Paripurna telah terbukti secara sah dan
meyakinkan telah melakukan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal
340 KUHP tentang Pembunuhan berencana.
b. Memerintahkan terdakwa ditahan di Rumah Tahanan Negara selama 12 tahun.
c. Memerintahkan barang bukti berupa:
- 1 (satu) buah senjata tajam berukuran sedang berupa sangkur untuk segera
dimusnahkan;
- 1 (satu) helai baju kaos yang digunakan korban pada saat kejadian untuk
dimusahkan.
d. Membebankan biaya perkara kepada Negara sejumlah: Rp. 306.000,-

Bahwa terdakwa telah tidak menerima Putusan Pengadilan Negeri Malang, dan
untuk itu telah mengajukan upaya banding pada tanggal 6 Maret 2017 dan mohon
agar perkara ini diperiksa dan diputus pada tingkat banding.

Bahwa adapun keberatan-keberatan terdakwa kini Pemohon Banding terhadap


putusan Aquo, adalah sebagai berikut:

I. KEBERATAN PERTAMA
Keberatan pertama, bahwa Majelis Hakim Pengadilan Negeri Malang telah
memberikan putusan yang sesuai dengan Pasal 340 KUHP tentang pembunuhan
berencana dengan menjatuhkan pidana penjara selama 12 tahun. Bahwa dari
putusan Majelis Hakim Pengadilan Negeri Malang tersebut, terdakwa memohon
untuk dijadikan tahanan kota agar terdakwa masih tetap bisa bekerja dan
menghidupi keluarganya karena terdakwa telah mengakui seluruh perbuatan yang
dilakukannya, mengakui bukti-bukti yang ada, dan terdakwa memberikan keterangan
dengan jujur serta tidak berbelit-belit.

II. KEBERATAN KEDUA

Keberatan Kedua, ialah bahwa terdakwa meminta keringanan masa tahanan yang
telah diputus oleh Majelis Hakim Pengadilan Negeri Malang selama 12 tahun
menjadi 6 tahun masa tahanan dikarenakan terdakwa merupakan tulang punggung
keluarga yang memiliki satu orang isteri yang sedang hamil dan lima orang anak
yang sedang membutuhkan banyak sekali biaya untuk hidup dan pendidikannya.

Kesimpulan: bahwa Pengadilan Negeri Malang telah menyatakan dakwaan terbukti


dengan menjatuhkan pidana penjara selama 12 tahun. Menurut Undang-Undang
Dasar 1945 Pasal 27 ayat 2 menyatakan, “Tiap-tiap warga Negara berhak atas
pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.” Jika terdakwa dipenjara
selama 12 tahun, maka terdakwa sebagai tulang punggung keluarga tidak dapat
menghidupi keluarganya yang pada dasarnya anak-anak terdakwa masih
membutuhkan banyak biaya untuk hidup dan melanjutkan pendidikan.

Berdasarkan hal-hal sebagaimana yang dikemukakan tersebut diatas, maka dengan


ini mohon ke hadapan Majelis Hakim Pengadilan Tinggi Surabaya untuk memeriksa
permohonan banding ini, dan selanjutnya memutus sebagai berikut:

1. Membatalkan putusan Pengadilan Negeri Malang Nomor


1002/Pid.B/2017/PN.MLG tanggal 25 Februari 2017; 
2. Membebaskan terdakwa dari dakwaan, atau setidak-tidaknya melepaskan
terdakwa dari tuntutan hukum;
3. Memulihkan hak-hak terdakwa dalam kemampuan, kedudukan, dan harkat serta
martabatnya; dan
4. Membebankan biaya perkara kepada Negara;

Demikian memori banding terdakwa. Apabila Majelis Hakim berpendapat lain, maka
mohon putusan yang seadil-adilnya (a quo et bono).

Atas perhatian dan terkabulnya permohonan pemohon banding, kami sampaikan


terimakasih.

Hormat Pemohon Banding,


Advokat

Anda mungkin juga menyukai