KEPADA YTH,
Dengan hormat,
Keduanya Advokat pada Kantor Hukum BOY YENDRA TAMIN & REKAN,
berkantor di Jalan Timur, Perumahan Danau Indah Blok B 211, Kebun Kopi,
Kota Harapan, berdasarkan surat kuasa tanggal 20 Januari 2015, terlampir
adalah selaku Penasihat Hukum dari SAILENDRA, perkenankanlah
menyampaikan nota keberatan atas Putusan Pengadilan Negeri Harapan
tanggal 10 Januari 2015 No. XXX/Pid.B/2014/PN.HRP. yang disusun
sebagaimana tersebut di bawah ini:
II. Tentang Amar Putusan Pengadilan Negeri Padang tanggal 10 Januari 2015
No. XXX/Pid.B/2014/ PN.HRPyang dimohonkan Banding.
1 (satu) lembar cek BBN Cabang Dumai No. CBXXXXX an Sailendara tanggal
20 Juni 2014 nominal uang sebesar Rp. 120.000.000,- (seratus dua puluh juta
rupiah) tetap terlampir dalam berkas perkara;Tetap berada dalam berkas
perkara;
Membebankan Terdakwa untuk membayar biaya perkara sebesar Rp. 1.000,-
(Seribu rupiah);
1. Bahwa Majelis Hakim Tingkat Pertama telah salah dan keliru dalam
menerapkan Hukum berkenaan dengan Pasal 378 KUHP (Dakwaan Kedua)
dikaitkan dengan fakta persidangan dalam perkara ini, karena perbuatan
Terdakwa meminjam uang pada tanggal 20 Mei 2014 sebesar Rp.
120.000.000,- (seratus dua puluh juta rupiah) kepada saksi korban Sumadi ,
yang akan dibayar Terdakwa pada tanggal 27 Mei 2014 dengan
mempergunakan 1 (satu) lembar cek BBN Cabang Dumai No. CBXXXXX an
Sailendara (Terdakwa ) adalah Perbuatan Hukum Perdata, BUKAN Perbuatan
Pidana;
A. Unsur dengan maksud menguntungkan diri sendiri atau orang lain dengan
melawan hak TIDAK TERBUKTI DALAM PERKARA INI, karena perbuatan pinjam
meminjam uang Rp. 100.200.000,- (seratus dua puluh juta rupiah) antara
Terdakwa dengan saksi korban Sumadi adalah PERBUATAN PERDATA YANG
SAH MENURUT HUKUM INDONESIA, dan bukan PERBUATAN TERLARANG,
sehingga dengan demikian pendapat Majelis Hakim Tingkat Pertama yang
menyebutkan unsur ini terbukti dilanggar oleh Terdakwa adalah sangat keliru;
Bahwa kalaupun pada tanggal jatuh tempo cheque BBN Cabang Dumai No.
CBXXXXX a/n Sailendra tanggal 2o Mei 2014 TIDAK ADA DANANYA atau
TIDAK CUKUP DANANYA, maka hal itu menurut hukum adalah perbuatan
ingkar janji (Wanprestasi) dibidang Hukum Perdata, bukan Perbuatan Pidana,
sehingga sanksinya adalah berupa GANTI KERUGIAN, BUNGA DAN BIAYA
sebagaimana dimaksud pasal 1236 dan pasal 1248 KUH Perdata.
Upaya hukum yang dapat dilakukan saksi korban Sumadi adalah dengan
mengajukan gugatan pada peradilan perdata, bukan dengan peradilan pidana.
Lagi pula sebagai TERBUKTI dalam perkara ini, bahwa perbuatan Terdakwa
meminjam uang saksi korban sejumlah Rp. 120.000.000,- (seratus dua [uluh
juta rupiah) telah dilunasi Terdakwa pada saksi korban pada tanggal 3
September 2014. Sehingga tidak ada lagi persoalan hukum antara Terdakwa
dengan saksi korban Sumadi ;
Maka dengan demikian jelas pendapat Majelis Hakim Tingkat Pertama yang
menyebutkan, bahwa Terdakwa haruslah dinyatakan bersalah dan dijatuhi
hukuman yang setimpal adalah PENDAPAT YANG SANGAT BERTENTANGAN
DENGAN HUKUM;
B. Begitu juga dengan unsur memakai nama palsu atau martabat palsu,
dengan tipu muslihat ataupun rangkaian kebohongan menggerakan orang
lain untuk menyerahkan sesuatu kepadanya atau memberi hutang maupun
menghapuskan piutang, JUGA TIDAK TERBUKTI DALAM PERKARA INI, karena
tidak ada perbuatan tipu muslihat ataupun rangkaian kebohongan terkait
peminjaman uang sejumlah Rp. 120.000.000,- (seratus dua puluh juta rupiah)
oleh Terdakwa kepada saksi korban SUMADI, karena saat itu Terdakwa tidak
mempunyai uang untuk mendanai biaya operasional proyek pembukaan jalan
lahan lahan sawit yang dikerjakan oleh Terdakwa. Itulah sebabnya Terdakwa
meminjam uang pada saksi korban Sumadi ;
Begitu juga dengan tidak dapat dicairkannya cheque BBN Cabang Dumai No.
CBXXXXX an Sailendra pada tanggal 20 Mei 2014, karena tidak cukup
dananya, BUKAN BERARTI Terdakwa telah terbukti memakai nama palsu atau
martabat palsu, tipu muslihat ataupun rangkaian kebohongan menggerakan
orang lain untuk menyerahkan sesuatu kepadanya atau memberi hutang
maupun menghapuskan piutang.
Sekalipun pada saat jatuh tempo cheque tersebut tanggal 20 Mei 2014 tidak
dapat dicairkan karena tidak ada dananya, bukan berarti piutang saksi korban
Sumadi MENJADI HAPUS, karena cheque tersebut bukanlah UANG akan tetapi
alat pembayaran untuk menarik uang pada bank;
Bukti piutang saksi korban Sumadi tersebut TIDAK HAPUS, dimana setelah
tanggal 20 Mei 2014 tersebut saksi korban Sumadi tetap menagih Terdakwa,
namun karena Terdakwa kesulitan keuangan, maka baru pada tanggal 3
September 2014 hutang Terdakwa pada saksi korban Sumadi baru dapat
dilunasi;
Bahwa berdasarkan keterangan saksi-saksi, termasuk saksi korban;
bahwa sejak semula saksi korban sudah mengetahui Terdakwa tidak memiliki
uang tunai untuk membiayai pembukaan jalan kebon sawit yang akan
dilakukan terdakwa, dan karena itulah terdakwa meminjam uang kepada saksi
korban.
Bahwa tidak ada janji atau iming-iming apa pun yang diberikan terdakwa
kepada saksi korban atas uang yang dipinjamnya kepada saksi korban;
Terdakwa meminjam uang kepada saksi korban sama sekali tidak menjajikan
apa-apa dengan bujuk rayu dan memberikan selember cek sebagai jaminan
atas pinjamanya, dan sebagai jaminan terdakwa memberikan selembar CEK
UNDUR dan Bukan Cek Kosong.
Putusan perkara a quo sangat kejam dirasakan Terdakwa, karena selain hutang
piutang atau pinjam meminjam uang adalah masalah hukum perdata yang
dikriminalisasi menjadi perbuatan pidana, namun setelah hutang Terdakwa
dilunasi, ternyata Majelis Hakim Tingkat Pertama masih menghukum Terdakwa
dengan pidana penjara selama 2 (dua) tahun dan memerintahkan Terdakwa
tetap ditahan;
Pelunasan hutang Terdakwa pada saksi korban HANYA DIJADIKAN HAL YANG
MERINGANKAN HUKUMAN oleh Majelis Hakim. Padahal dengan
dikembalikannya uang saksi korban oleh Terdakwa, maka jelas membuktikan
perbuatan pinjam meminjam uang sejumlah Rp. 120.000.000,- (seratus dua
puluh juta rupiah) antara Terdakwa dengan saksi korban merupakan
Perbuatan Perdata, BUKAN Perbuatan Pidana. Maka dengan demikian telah
terjadi kriminalisasi perkara perdata menjadi perkara pidana, akibatnya
hukuman yang diberikan kepada Terdakwa oleh Majelis Hakim sangat tidak
manusiawi;
Berdasarkan hal-hal yang telah kami Penasihat Hukum uraikan di atas, jelas
apa yang didakwakan Penuntut Umum dan kemudian diputus oleh Majelis
Hakim Tingkat Pertama dalam perkara ini adalah masalah hutang piutang
yang termasuk dalam Lingkup Hukum Perdata, sementara Dakwaan Kedua
yang menurut Majelis Hakim Tingkat Pertama telah terbukti adalah keliru.
Maka dengan demikian Kami Penasihat Hukum Terdakwa memohon kepada
Ketua Pengadilan Tinggi Padang atau Majelis Hakim Banding yang memeriksa
perkara ini sudilah kiranya memberikan putusan yang amarnya:
MENGADILI SENDIRI: