Anda di halaman 1dari 8

Memori Banding Terhadap Putusan Pengadilan Negeri Harapan Dalam

Perkara Pidana No.XXX/Pid.B/2014/PN.HRP ATAS NAMA TERDAKWA


SAILENDRA

KEPADA YTH,

KETUA PENGADILAN TINGGI HARAPAN


DI
KOTA HARAPAN

Dengan hormat,

Kami yang bertanda tangan di bawah ini:


1. BOY YENDRA TAMIN, S.H, M.H;
2. ASNIL ABDILLAH, S.H.;

Keduanya Advokat pada Kantor Hukum BOY YENDRA TAMIN & REKAN,
berkantor di Jalan Timur, Perumahan Danau Indah Blok B 211, Kebun Kopi,
Kota Harapan, berdasarkan surat kuasa tanggal 20 Januari 2015, terlampir
adalah selaku Penasihat Hukum dari SAILENDRA, perkenankanlah
menyampaikan nota keberatan atas Putusan Pengadilan Negeri Harapan
tanggal 10 Januari 2015 No. XXX/Pid.B/2014/PN.HRP. yang disusun
sebagaimana tersebut di bawah ini:

I. Tentang Surat Dakwaan.

Bahwa Penuntut Umum telah mendakwa Terdakwa SAILENDRA (panggilan


endra) melanggar pasal 372 KUHP (Dakwaan Kesatu) dan Pasal 378 KUHP
(Dakwaan Kedua) dengan uraian persitiwa pidana sebagaimana tertuang
dalam surat dakwaan dimaksud, sehingga tidak perlu Kami Penasihat Hukum
ulangi lagi;

II. Tentang Amar Putusan Pengadilan Negeri Padang tanggal 10 Januari 2015
No. XXX/Pid.B/2014/ PN.HRPyang dimohonkan Banding.

Bahwa terkait dengan Dakwaan Penuntut Umum terhadap Terdakwa, Majelis


Hakim Tingkat Pertama telah menjatuhkan putusan yang amarnya berbunyi:
MENGADILI:

1. Menyatakan Terdakwa SAILENDRA terbukti secara sah dan meyakinkan


bersalah melakukan tindak pidana “PENIPUAN” sebagaimana dakwaan
kedua;
2. Menjatuhkan pidana oleh karena itu terhadap Terdakwa
SAILENDRAdengan pidana penjara selama 2 (dua) tahun;
3. Menetapkan masa penangkapan dan penahanan yang telah dijalani oleh
Terdakwa dikurangi dari pidana yang dijatuhkan;
4. Memerintahkan Terdakwa tetap berada dalam tahanan;
5. Menyatakan barang bukti berupa :

1 (satu) lembar cek BBN Cabang Dumai No. CBXXXXX an Sailendara tanggal
20 Juni 2014 nominal uang sebesar Rp. 120.000.000,- (seratus dua puluh juta
rupiah) tetap terlampir dalam berkas perkara;Tetap berada dalam berkas
perkara;
Membebankan Terdakwa untuk membayar biaya perkara sebesar Rp. 1.000,-
(Seribu rupiah);

Berdasarkan Akta Banding No. 13/Akta.Pid/2015.PN.HRP. tanggal 10 Januari


2015, SAILENDARA selaku Terdakwa telah mengajukan permohonan banding
atas Putusan Pengadilan Negeri Harapan , sehingga dengan demikian
permohonan banding ini diajukan dalam tenggang waktu yang diperkenankan
oleh undang-undang;

III. Tentang Alasan Permohonan Banding.

Bahwa setelah Kami Penasihat Hukum Terdakwa membaca dan


memperhatikan Putusan in casu berikut dengan pertimbangan hukumnya
serta dikaitkan dengan fakta persidangan, Kami Penasihat Hukum Terdakwa
berpendapat, bahwa hukuman yang diberikan Majelis Hakim Tingkat Pertama
terhadap Terdakwa sangat tidak tepat bahkan keliru sehingga menimbulkan
ketidak-adilan bagi Terdakwa, dengan penjelasan sebagai berikut:

1. Bahwa Majelis Hakim Tingkat Pertama telah salah dan keliru dalam
menerapkan Hukum berkenaan dengan Pasal 378 KUHP (Dakwaan Kedua)
dikaitkan dengan fakta persidangan dalam perkara ini, karena perbuatan
Terdakwa meminjam uang pada tanggal 20 Mei 2014 sebesar Rp.
120.000.000,- (seratus dua puluh juta rupiah) kepada saksi korban Sumadi ,
yang akan dibayar Terdakwa pada tanggal 27 Mei 2014 dengan
mempergunakan 1 (satu) lembar cek BBN Cabang Dumai No. CBXXXXX an
Sailendara (Terdakwa ) adalah Perbuatan Hukum Perdata, BUKAN Perbuatan
Pidana;

Pertimbangan Majelis Hakim Tingkat Pertama pada halaman 12 paragraf ke 3


putusan yang menyebutkan, bahwa terdakwa terbukti secara hukum dan
semua unsur dari dakwaan Alternative Kedua yang melanggar pasal 378 KUHP
telah terbukti menurut hukum, oleh karenanya terdakwa haruslah dinyatakan
bersalah dan dijatuhi hukuman yang setimpal adalah PERTIMBANGAN YANG
MENGADA-ADA DAN TIDAK BERDASARKAN HUKUM, KARENA TERDAKWA
TIDAK TERBUKTI MELANGGAR UNSUR-UNSUR PASAL 378 KUHP, dengan
penjelasan sebagai berikut:

A. Unsur dengan maksud menguntungkan diri sendiri atau orang lain dengan
melawan hak TIDAK TERBUKTI DALAM PERKARA INI, karena perbuatan pinjam
meminjam uang Rp. 100.200.000,- (seratus dua puluh juta rupiah) antara
Terdakwa dengan saksi korban Sumadi adalah PERBUATAN PERDATA YANG
SAH MENURUT HUKUM INDONESIA, dan bukan PERBUATAN TERLARANG,
sehingga dengan demikian pendapat Majelis Hakim Tingkat Pertama yang
menyebutkan unsur ini terbukti dilanggar oleh Terdakwa adalah sangat keliru;

Bahwa kalaupun pada tanggal jatuh tempo cheque BBN Cabang Dumai No.
CBXXXXX a/n Sailendra tanggal 2o Mei 2014 TIDAK ADA DANANYA atau
TIDAK CUKUP DANANYA, maka hal itu menurut hukum adalah perbuatan
ingkar janji (Wanprestasi) dibidang Hukum Perdata, bukan Perbuatan Pidana,
sehingga sanksinya adalah berupa GANTI KERUGIAN, BUNGA DAN BIAYA
sebagaimana dimaksud pasal 1236 dan pasal 1248 KUH Perdata.

Upaya hukum yang dapat dilakukan saksi korban Sumadi adalah dengan
mengajukan gugatan pada peradilan perdata, bukan dengan peradilan pidana.
Lagi pula sebagai TERBUKTI dalam perkara ini, bahwa perbuatan Terdakwa
meminjam uang saksi korban sejumlah Rp. 120.000.000,- (seratus dua [uluh
juta rupiah) telah dilunasi Terdakwa pada saksi korban pada tanggal 3
September 2014. Sehingga tidak ada lagi persoalan hukum antara Terdakwa
dengan saksi korban Sumadi ;

Maka dengan demikian jelas pendapat Majelis Hakim Tingkat Pertama yang
menyebutkan, bahwa Terdakwa haruslah dinyatakan bersalah dan dijatuhi
hukuman yang setimpal adalah PENDAPAT YANG SANGAT BERTENTANGAN
DENGAN HUKUM;

B. Begitu juga dengan unsur memakai nama palsu atau martabat palsu,
dengan tipu muslihat ataupun rangkaian kebohongan menggerakan orang
lain untuk menyerahkan sesuatu kepadanya atau memberi hutang maupun
menghapuskan piutang, JUGA TIDAK TERBUKTI DALAM PERKARA INI, karena
tidak ada perbuatan tipu muslihat ataupun rangkaian kebohongan terkait
peminjaman uang sejumlah Rp. 120.000.000,- (seratus dua puluh juta rupiah)
oleh Terdakwa kepada saksi korban SUMADI, karena saat itu Terdakwa tidak
mempunyai uang untuk mendanai biaya operasional proyek pembukaan jalan
lahan lahan sawit yang dikerjakan oleh Terdakwa. Itulah sebabnya Terdakwa
meminjam uang pada saksi korban Sumadi ;

Begitu juga dengan tidak dapat dicairkannya cheque BBN Cabang Dumai No.
CBXXXXX an Sailendra pada tanggal 20 Mei 2014, karena tidak cukup
dananya, BUKAN BERARTI Terdakwa telah terbukti memakai nama palsu atau
martabat palsu, tipu muslihat ataupun rangkaian kebohongan menggerakan
orang lain untuk menyerahkan sesuatu kepadanya atau memberi hutang
maupun menghapuskan piutang.

Sekalipun pada saat jatuh tempo cheque tersebut tanggal 20 Mei 2014 tidak
dapat dicairkan karena tidak ada dananya, bukan berarti piutang saksi korban
Sumadi MENJADI HAPUS, karena cheque tersebut bukanlah UANG akan tetapi
alat pembayaran untuk menarik uang pada bank;

Bukti piutang saksi korban Sumadi tersebut TIDAK HAPUS, dimana setelah
tanggal 20 Mei 2014 tersebut saksi korban Sumadi tetap menagih Terdakwa,
namun karena Terdakwa kesulitan keuangan, maka baru pada tanggal 3
September 2014 hutang Terdakwa pada saksi korban Sumadi baru dapat
dilunasi;
Bahwa berdasarkan keterangan saksi-saksi, termasuk saksi korban;

Sejak semula Terdakwa memang semata-mata meminjam uang untuk


membiaya pembukaan jalan kebon sawit dan hal itu diterangkan pula ole saksi
korban.

bahwa sejak semula saksi korban sudah mengetahui Terdakwa tidak memiliki
uang tunai untuk membiayai pembukaan jalan kebon sawit yang akan
dilakukan terdakwa, dan karena itulah terdakwa meminjam uang kepada saksi
korban.

Bahwa tidak ada janji atau iming-iming apa pun yang diberikan terdakwa
kepada saksi korban atas uang yang dipinjamnya kepada saksi korban;

Terdakwa meminjam uang kepada saksi korban sama sekali tidak menjajikan
apa-apa dengan bujuk rayu dan memberikan selember cek sebagai jaminan
atas pinjamanya, dan sebagai jaminan terdakwa memberikan selembar CEK
UNDUR dan Bukan Cek Kosong.

Berdasarkan keterangan saksi-saksi, terdakwa masih berkomunikasi dan


membuka pembicaraan dengan saksi korban sampai dengan Terdakwa
membayar pinjamannya pada tanggal 3 September 2014.

Janji-janji Terdakwa untuk membayar pinjamannya kepada saksi korban


setelah tanggul jatuh tempo cek yang diserahkannya kepada saksi korban
adalah membuktikan terdakwa tidak berniat menipu saksi korban, tetapi
terdakwa belum punya cukup uang untuk melunasi pinjamannya dan baru
pada tanggal 3 september 2014 terdakwa berhasil mengumpulkan uang dan
membayar tunai pinjamanya kepada saksi korban.

Bahwa berdasarkan keterangan saksi-saksi bahwa rekening terdakwa tidak


ditutup dan masih tercatat sebagai rekening aktif terdakwa pada bank BBN,
sehingga jelas terdakwa tidak bermasud menipu, melainkan semata-mata
terdakwa belum mempunai cukup uang atau dana yang tersedia pada
rekening terdakwa tidak mecukupi (bukan tidak ada) untuk membayar
pinjamanya kepada saksi korban sampai tanggal 3 September 2014.
bahwa selembar cek yang diberikan Terdakwa kepada saksi korban,
BUKANLAH cek kosong, MELAINKAN selembar cek mundur. Dan atas
selembar cek unndur tersebut sampai tanggal jatuh tempo, pada rekening
Bank Terdakwa ternyata dana yang tersedia tidak cukup (bukan tidak ada)
untuk ditarik sesuai nominal cek yang diberikan Terdakwa kepada saksi
korban.

Bahwa berdasarkan keterangan saksi korban, ia melaporkan terdakwa ke polisi


karena terus berjanji-janji saja setelah tanggal jatuh tempo cek undur, dan
janji terdakwa itu baru terealisasi pada tanggal 3 September 2014 dilunasi.
Bahwa atas keterangan saksi korban tersebut, MAKA jelas terdakwa hanya
butuh waktu untuk melunasi pinjamannya dan bukan bermaksud untuk tidak
membayar pinjaman setelah tanggal jatuh tempok cek undur dana tidak
cukup pada rekening terdakwa di bank BBN. Faktanya pada tanggal 3
September 2012 terdakwa baru memiliki uang dan lansung membayarkannya
kepada saksi Korban.

Berdasarkan fakta persidangan di atas, maka jelas pendapat Majelis Hakim


Tingkat Pertama yang menyebutkan unsur ini terbukti menurut hukum adalah
pendapat yang sangat keliru dan mengada-ada;

Bahwa berdasarkan fakta persidangan, Majelis Hakim Pengadilan Harapan


dalam meriksa perkara a quo dan dalam pertimbanagn hukumnya tidak
membedakan terlebih dahahulu jenis Cek BBN yang diberikan Terdakwa
kepada saksi korban. Dalam hal ini, cek tunai yang diberikan Terdakwa kepada
saksi korban adalah Cek Mundur, yakni yang diberi tanggal mundur dari
tanggal saat diberikan. Jenis cek inilah yang disebut dengan cek mundur atau
cek yang belum jatuh tempo, hal ini biasanya terjadi karena ada kesepakatan
antara si pemberi cek dengan si penerima cek, misalnya karena belum
memiliki dana pada saat itu. Oleh sebab itu saksi korban yang juga sebagai
pengusaha tentu sudah mengetahui arti cek mundur itu dan, mengetahui
bahwa Terdakwa tidak bermasud menipu saksi Korban dengan pemberian
selembar cek mudur dan terdakwa sendiri sudah menyampaikan kepada saksi
korban bahwa ia tidak punya uang tunai yang cukup untuk membiaya
kegiatan pembukaan jalan pada saat meminjam uang kepada saksi Korban.
Oleh karena itu jika pada saat jatuh tempo cek mundur yang diberikan
Terdakwa kepada Saksi Korban, uang direkening Terdakwa tidak cukup (bukan
tidak ada), maka hal itu tidaklah berarti Terdakwa sebagai telah menipu saksi
korban, apalagi kemudian setelah tanggal jatuh tempo Terdakwa meminta
waktu untuk melunasi pinjamannya dan akhirnya baru pada tanggal 3
September 2014 semua pinjaman Terdakwa telah dibayar terdakwa kepada
Saksi Korban.

Berdasarkan hal-hal di atas, jelas bahwa pendapat Majelis Hakim Tingkat


Pertama yang menyebutkan, bahwa Terdakwa terbukti secara hukum dan
semua unsur dari dakwaan Alternative Kedua yang melanggar pasal 378 KUHP
telah terbukti menurut hukum adalah PERTIMBANGAN YANG SALAH DAN
KELIRU, karena apa yang didakwakan oleh Penuntut Umum kepada Terdakwa
adalah perbuatan hutang piutang dibidang perdata, bukan perbuatan pidana;

2. Majelis Hakim Tingkat Pertama telah menzalimi Terdakwa dengan


menjatuhkan pidana pada Terdakwa SAILENDARA dengan pidana penjara
selama 2 (dua) tahun, sekalipun Terdakwa telah melunasinya hutangnya pada
3 September 2014;

Putusan perkara a quo sangat kejam dirasakan Terdakwa, karena selain hutang
piutang atau pinjam meminjam uang adalah masalah hukum perdata yang
dikriminalisasi menjadi perbuatan pidana, namun setelah hutang Terdakwa
dilunasi, ternyata Majelis Hakim Tingkat Pertama masih menghukum Terdakwa
dengan pidana penjara selama 2 (dua) tahun dan memerintahkan Terdakwa
tetap ditahan;

Pelunasan hutang Terdakwa pada saksi korban HANYA DIJADIKAN HAL YANG
MERINGANKAN HUKUMAN oleh Majelis Hakim. Padahal dengan
dikembalikannya uang saksi korban oleh Terdakwa, maka jelas membuktikan
perbuatan pinjam meminjam uang sejumlah Rp. 120.000.000,- (seratus dua
puluh juta rupiah) antara Terdakwa dengan saksi korban merupakan
Perbuatan Perdata, BUKAN Perbuatan Pidana. Maka dengan demikian telah
terjadi kriminalisasi perkara perdata menjadi perkara pidana, akibatnya
hukuman yang diberikan kepada Terdakwa oleh Majelis Hakim sangat tidak
manusiawi;
Berdasarkan hal-hal yang telah kami Penasihat Hukum uraikan di atas, jelas
apa yang didakwakan Penuntut Umum dan kemudian diputus oleh Majelis
Hakim Tingkat Pertama dalam perkara ini adalah masalah hutang piutang
yang termasuk dalam Lingkup Hukum Perdata, sementara Dakwaan Kedua
yang menurut Majelis Hakim Tingkat Pertama telah terbukti adalah keliru.
Maka dengan demikian Kami Penasihat Hukum Terdakwa memohon kepada
Ketua Pengadilan Tinggi Padang atau Majelis Hakim Banding yang memeriksa
perkara ini sudilah kiranya memberikan putusan yang amarnya:

 Menerima permohonan banding dari Terdakwa SAILENDARA tersebut;


 Membatalkan Putusan Pengadilan Negeri Harapan tanggal 1o Januari
2015 No. XXX/Pid.B/2014/PN.HRP. yang dimohonkan banding tersebut

MENGADILI SENDIRI:

1. Menyatakan Terdakwa SAILENDARA tidak terbukti secara sah dan


meyakinkan melakukan tindak pidana melanggar Dakwaan Kesatu dan
Dakwaan Kedua; 
2. Membebaskan dan melepaskan Terdakwa dari semua dakwaan karena
perbuatan pinjam meminjam uang yang tidak dapat dilunasi pada waktu
yang dijanjikan tanggal 20 Mei 2014 sebagaimana tertuang dalam cek
BBN Cabang Dumai No. CBXXXXX an Sailendra adalah Perbuatan
Perdata;
3. Memerintahkan agar Terdakwa segera dikeluarkan dari tahanan;
4. Memulihkan harkat dan martabat serta kedudukan Terdakwa
sebagaimana mestinya;
5. Membebankan biaya perkara kepada negara dalam perkara ini.

Padang, 21 Januari 2015


Hormat Kami Penasihat Hukum Terdakwa

 ASNIL ABDILLAH, S.H.    BOY YENDRA TAMIN, S.H, M.H.

Anda mungkin juga menyukai