OLEH
► SUMBER PERIKATAN
► AZAS HUKUM DALAM PERJANJIAN
Perikatan SUMBER PERIKATAN
Psl : 1233 BW
Perjanjian
UU
Psl : 1313 s/d Psl 1315
BW Psl : 1352 s/d 1380 BW
UU Saja UU KKN
Psl : 321 BW Perbuatan Manusia
(alimentasi) Psl : 1353 BW
- Tiap perbuatan yang bertentangan dengan hak orang lain / perbuatan yang bertentangan
Jadi dapat disimpulkan azas / prinsip adalah : norma dasar / petunjuk yang berlaku dan
masih bersifat umum / abstrak. Dan dalam pembuatan perjanjian harus berdasarkan
petunjuk-petunjuk tersebut.
AZAS HUKUM DALAM PERJANJIAN
Eigens menyatakan :
Sepakat berarti “mengikat”, hal itu berarti “tuntutan kepercayaan” yang
apabila orang sudah dipercaya, ia diangkat martabatnya sebagai manusia
AZAS HUKUM DALAM PERJANJIAN
2. Azas kebebasan berkontrak / sistim terbuka / freedom of contract
Sutan Reni Syahdeini menyatakan bahwa ruang lingkup azas ini adalah :
1. Kebebasan membuat / tidak membuat perjanjian
2. Kebebasan memilih dengan pihak siapa ia ingin membuat perjanjian (subyek
hukum)
3. Kebebasan memilih / menentukan causa dari perjanjian yang akan dibuat
4. Kebebasan menentukan obyek perjanjian
5. Kebebasan menentukan bentuk perjanjian
6. Kebebasan untuk menerima / menyimpangi ketentuan UU yang bersifat
opsional / aanvullend
AZAS HUKUM DALAM PERJANJIAN
2. Azas kebebasan berkontrak / sistim terbuka / freedom of contract
Konsekwensinya :
1. Pihak ketiga tidak boleh mencampuri isi perjanjian, demikian juga hakim karena
jabatannya
2. Para pihak harus menghormati isi perjanjian
Karena disebut azas kepastian hukum, maka agar para pihak mendapat kepastian
hukum dalam perjanjian tersebut, maka pihak-pihaknya harus memiliki kedudukan
seimbang.
Dan jika tidak seimbang kedudukan para pihak, maka perjanjian “dapat dibatalkan”,
baik atas permintaan pihak yang dirugikan, maupun oleh hakim karena jabatannya.
Kecuali : dapat dibuktikan bahwa pihak yang dirugikan telah menginsafi akibat yang
timbul, adalah kesalahnnya.
AZAS HUKUM DALAM PERJANJIAN
4. Azas itikad baik / bonafides / goedertrous / god faith
- Diatur dalam Pasal 1338 : 3 BW, perjanjian dilaksanakan dengan itikad baik
- Merupakan prinsip / azas terpenting dalam hukum perjanjian (subekti)
- Oleh karenanya harus mendasari setiap pihak dalam melaksanakan perjanjian yang
dibuat oleh para pihak
- Itikad baik prinsip yang masih abstrak, belum memiliki rumusan dan wujud yang
konkrit, dan karenanya masih memerlukan kejelasan lebih lanjut
- Jadi perundang-undangan dan pendapat hakim, belum memberikan diskripsi secara
jelas mengenai apakah yang dimaksud itikad baik itu, kecuali pasal 1338 : 3 tersebut
norma samar / vagenorm / vaque norm
- Untuk mencapai kepastian hukum, keadilan hukum dan kemanfaatan maka norma
demikian perlu diberi makna, sehingga jelas dan dapat dimengerti
AZAS HUKUM DALAM PERJANJIAN
4. Azas itikad baik / bonafides / goedertrous / god faith