Anda di halaman 1dari 32

HUKUM PERIKATAN

OLEH

DR. LUH NILA WINARNI, SH. MH


DOSEN : PNS. DPK UNIV. NGURAH RAI
NIP : 19550920.1988.03.2.001
Materi kuliah

► SUMBER PERIKATAN
► AZAS HUKUM DALAM PERJANJIAN
Perikatan SUMBER PERIKATAN
Psl : 1233 BW

Perjanjian
UU
Psl : 1313 s/d Psl 1315
BW Psl : 1352 s/d 1380 BW

UU Saja UU KKN
Psl : 321 BW Perbuatan Manusia
(alimentasi) Psl : 1353 BW

Perbuatan Manusia Sesuai Perbuatan manusia Melawan


Hukum hukum
Psl : 1354 + 1354 BW Ps. 1365 BW
(zaakwarneming) (onrechtmatigedaad)
SUMBER PERIKATAN
Perikatan yang bersumber pada perjanjian terjadi, apabila para pihak
dalam perikatan itu “terikat” satu sama lain atas dasar “kesepakatan”
perikatan ini disebut : “perjanjian” / overeemkomst.
Contoh : jual-beli

Perikatan yang bersumber pada UU terjadi karena : para pihak terikat


bukan karena kesepakatan, tapi atas dasar “ketentuan UU”
Perikatan ini terdiri atas :
a. Bersumber pada UU saja
b. Perikatan yang bersumber pada UU sebagai akibat perbuatan manusia
Perikatan yang bersumber pada UU
a. Bersumber pada UU saja
UU menentukan : Bahwa antara dua pihak, terikat dalam suatu perikatan “tanpa harus
didahului oleh “perbuatan salah satu pihak”
Jadi : Perikatan ini bukan sebagai akibat perbuatan salah satu pihak
Contoh : Alimentasi – Pasal 321 BW, Pasal 45 + 46 UU No 1 / 74
b. Perikatan yang bersumber pada UU sebagai akibat perbuatan manusia
- UU menentukan bahwa antara dua pihak terikat pada suatu perikatan apabila didahului
oleh “perbuatan salah satu pihak”.
- Jika perbuatan itu menimbulkan “kerugian” disebut “perbuatan melawan hukum” /
“onrecht matigedaad” Pasal 136 BW
- Tetapi jika perbuatan itu “tidak menimbulkan kerugian” disebut : “perbuatan yang sesuai
dengan hukum” / “zaakwarneming”, Pasal 1354 + Pasal 1359 BW
SUMBER PERIKATAN
Perbuatan manusia yang sesuai dengan hukum
Contoh :
1. Zaakwarneming Pasal 1354 BW
2. Pembayaran tidak terutang Pasal 1359 BW
3. Perikatan wajar / hatmurlijk varbintenis
Perbuatan manusia sesuai dengan hukum
Zaakwarneming :
- Suatu perbuatan dimana seoranga dengan “sukarela” mewakili urusan orang lain untuk
sementara waktu / tanpa sepengetahuan orang lain itu dan tanpa kuasa mengikat orang itu
- Untuk meneruskan urusan tersebut dan menyelesaikan sampai orang itu yang diwakilnya
(dominos) dapat mengerjakan sendiri urusannya
- Perbuatan ini bisa atas nama gestor / domenos
- Jika terjadi kerugian, maka gestor harus mengganti rugi kepada dominos
- Jika gestor melaksanakan kewajibannnya dengan baik, maka gestor berhak mendapat “ganti
rugi” dari biaya-biaya yagn dikeluarkan
- Gestor mempunyai hak “retensi” menahan barang milik Dominos yang ada ditangannya
- Gestor tidak berhak atas imbalan sehingga disebut “Pertolongan tanpa Imbalan”
- Hak dan kewajiban Dominos
a. Wajib melaksanakan perikat perikatan yang ditutup / dilaksanakan oleh gestor
b. Mengganti biaya-biaya yang telah dikeluarkan oleh gestor yang berguna / perlu
Perbuatan manusia sesuai dengan hukum
Pembayaran yang tidak terutang / overshuldigde betaling
- Suatu perbuatan dimana seorang melakukan pembayaran tanpa adanya hutang
- Pembayaran disini diartikan : “setiap pemenuhan prestasi”
- Jadi tidak hanya berupa “uang”, tapi juga penyerahan barang, memberi kenikmatan, mengerjakan
suatu pekerjaan
- Seorang yang membayar tanpa awalnya hutang, berhak menuntut kembali apa yang telah dibayarkann
- Pembayaran ini dilakukan dengan sengaja / mungkin juga dilakukan karena khilaf.
Menurut Pasal 1362 BW bahwa :
- Barnag siapa dengan itikad buruk menerima suatu pembayaran tanpa hak, harus mengembalikan hasil
dan bunganya
- Selain itu harus pula membayar ganti rugi, jika nilai barangnya menjadi berkurang
- Jika barang itu musnah diluar kesalahannya, maka ia harus mengganti “harga barangnya” beserta
biaya, kerugian dan bunga, kecuali ia dapat membuktikan bahwa barangnya tetap musnah sekalipun
berada pada yang berhak
Perbuatan manusia sesuai dengan hukum

Perikatan wajar / natuurlijke verbintenis


- Disebut pula dengan perikatan alam yaitu : perikatan hukum yang
pelaksanaannya tidak dapat dituntut dimuka pengadilan
- Perikatan wajar ini yang secara sukarela dipenuhi, tidak dapat dituntut
pengembaliannya pasal 1791 BW
Contoh :
Perikatan yang berdasarkan kekuatan UU
a. Pasal 1788 BW : hutang yang timbul karena perjudian
b. Pasal 1766 BW : debitur yang membayar bunga yang tidak diperjanjikan,
tidak dapat menuntut pengembalian bunganya
SUMBER PERIKATAN
Perbuatan manusia yang melawan hukum / onrecht matigedaag
UU tidak mengatur, doktrin dan jurisprudence juga demikian, maka untuk kepentingan ilmu

pengetahuan, onrechtmatigedaad adalah :

- Tiap perbuatan yang bertentangan dengan hak orang lain / perbuatan yang bertentangan

dengan kewajiban hukumnya sendiri yang timbul karena UU

- Jadi sama dengan onwenwatig / bertentangan dengan UU

- Pengaruh ajaran legisme bahwa : “tidak ada hukum diluar UU”


Perbuatan manusia yang melawan hukum / onrecht matigedaag
- Pengertian yang lebih luas :
Onrechtmatigedaad suatu perbuatan / kealpaan yang bertentangan dengan hak orang lain
/ bertentangan dengan kewajiban hukum si pelaku, kesusilaan, keharusan dalam pergaulan
terhadap orang lain.
- Jika mendatangkan kerugian “wajib membayar ganti rugi”
- Pengertian menurut Pasal 1365 BW :
Onrechtmatigedaad adalah : setiap perbuatan melawan hukum yang oleh karenanya
menimbulkan kerugian kepada orang lain, mewajibkan kepada orang yang karena salahnya
menyebabkan kerugian itu, mengganti rugi
- Unsur-unsur Onrechtmatigedaad
1. Perbuatan melawan hukum
2. Harus ada kesalahan
3. Harus ada kerugian
4. Wajib mengganti rugi
AZAS HUKUM DALAM PERJANJIAN
Menurut pendapat para sarjana
- Bellefroid : asas hukum adalah norma dasar yang dijabarkan dari hukum positif dan oleh
ilmu hukum tidak berasal dari aturan-aturan yang lebih umum
- Hummes : asas hukum itu boleh dianggap sebagai norma hukum yang konkrit, tetapi perlu
dipandang sebagai dasar umum / petunjuk yang berlaku
- Prof. Sudikno : asas hukum bukanlah kaidah hukum yang konkrit, melainkan merupakan
latar belakang peraturan yang konkrit dan bersifat umum / abstrak

Jadi dapat disimpulkan azas / prinsip adalah : norma dasar / petunjuk yang berlaku dan
masih bersifat umum / abstrak. Dan dalam pembuatan perjanjian harus berdasarkan
petunjuk-petunjuk tersebut.
AZAS HUKUM DALAM PERJANJIAN

Adapun asas-asas / petunjuk / prinsip tersebut :


1. Asas konsensualisme / kesesuaian kehendak
2. Asas kebebasan berkontrak / freedom of contrak
3. Azas pacta sunt servanda / kepastian hukum
4. Azas itikad baik / bonafides / goede trows
5. Azas transparansi / keterbukaan
6. Azas proporsional
7. Azas manfaat
AZAS HUKUM DALAM PERJANJIAN
1. Asas konsensualisme / kesesuaian kehendak

- Dengan adanya kata sepakat / konsensus, maka mengikat para pihak


- Selain merupakan sifat hukum perikatan juga merupakan prinsip / azas yang harus
ada dalam perjanjian
- Kata sepakat / persesuaian kehendak, harus dinyatakan dalam bentuk tertulis /
lisan / dengan tanda-tanda yagn dapat diterjemahkan

Eigens menyatakan :
Sepakat berarti “mengikat”, hal itu berarti “tuntutan kepercayaan” yang
apabila orang sudah dipercaya, ia diangkat martabatnya sebagai manusia
AZAS HUKUM DALAM PERJANJIAN
2. Azas kebebasan berkontrak / sistim terbuka / freedom of contract

- Artinya : memberikan kebebasan seluas-luasnya kepada masyarakat untuk


mengadakan perjanjian tentang apa saja, dengan siapa saja, asal tidak bertentangan
dengan peraturan perundangan, kepatutan, ketertiban umum
- Penegasannya dapat dilihat pada Pasal 1338 : 1. KUH Pdt yang menyatakan “semua
perjanjian yang dibuat secara sah, berlaku sebagai UU bagi mereka yang
membuatnya”
Maksudnya :
- Untuk menyatakan kekuatan daripada perjanjian yaitu : kekuatan yang sama dengan
suatu UU
- Kekuatan seperti itu diberikan kepada semua perjanjian yang dibuat secara syah
AZAS HUKUM DALAM PERJANJIAN
2. Azas kebebasan berkontrak / sistim terbuka / freedom of contract

Prof. Subekti menyatakan / menyimpulkan :


- Azas kebebasan berkontrak / beginsel der contract vrijheid. Ini dengan jalan
menekankan pada perkataan “semua” pada awal perkataan perjanjian
- Pasal 1338 : 1 BW, seolah-olah merupakan suatu pernyataan bahwa: kita diperbolehkan
membuat perjanjian apa saja dan itu akan mengikat kita, sebagaimana mengikatnya UU
- Pembatasannya :
Terhadap kebeasan berkontrak hanya berupa apa yang dinamakan “ketertiban
umum dan kesusilaan”
pancaran hak azasi manusia.
AZAS HUKUM DALAM PERJANJIAN
2. Azas kebebasan berkontrak / sistim terbuka / freedom of contract

Mariam Dorus Badrulzaman :


- “Semua” mengandung arti meliputi seluruh perjanjian, baik yang namanya dikenal
maupun yang tidak dikenal oleh UU / nominat atau innominat
- Azas kebebasan berkontrak ini berhubungan dengan isi perjanjian yaitu :
1. Kebebasan menentukana “apa: dan siapa perjanjian itu diadakan
2. Perjanjian yang dibuat sesuai dengan Pasal 1320 BW ini mempunyai kekuatan
mengikat
3. Azas ini sangat penting dalam hukum perjanjian karena : ia sebagai perwujudan
dari kehendak bebas, pancaran hak azasi manusia.
AZAS HUKUM DALAM PERJANJIAN
2. Azas kebebasan berkontrak / sistim terbuka / freedom of contract

Sutan Reni Syahdeini menyatakan bahwa ruang lingkup azas ini adalah :
1. Kebebasan membuat / tidak membuat perjanjian
2. Kebebasan memilih dengan pihak siapa ia ingin membuat perjanjian (subyek
hukum)
3. Kebebasan memilih / menentukan causa dari perjanjian yang akan dibuat
4. Kebebasan menentukan obyek perjanjian
5. Kebebasan menentukan bentuk perjanjian
6. Kebebasan untuk menerima / menyimpangi ketentuan UU yang bersifat
opsional / aanvullend
AZAS HUKUM DALAM PERJANJIAN
2. Azas kebebasan berkontrak / sistim terbuka / freedom of contract

Azas kebebasan berkontrak “bersifat universal”, berlaku untuk semua


perjanjian dan juga bagi hukum perjanjian negara lain dan ruang lingkupnya
sama dengan Hukum Indonesia.

- Kebebasan berkontrak “perlu dibatasi” bekerjanya agar kontrak yang dibuat


berlandaskan azas ini, tidak sampai merupakan perjanjian yang berat sebelah /
timpang / menimbulkan penyalahgunaan keadaan
- Kebebasan bukan berarti “mutlak”, tapi dibatasi oleh pasal-pasal dalam KUH Pdt
itu sendiri
AZAS HUKUM DALAM PERJANJIAN
2. Azas kebebasan berkontrak / sistim terbuka / freedom of contract
Pasal-pasal yang membatasi
1. Pasal 1320 : 1 KUH Pdt. yang memberi petunjuk bahwa :
- Hukum perjanjian dikuasai oleh “azas konsensualitas”
- Juga mengandung arti bahwa : kebebasan suatu pihak untuk menentukan isi kontrak, dibatasi oleh
sepakat pihak-pihak lainnya dengan kata lain :
Azas kebebasan berkontrak dibatasi oleh azas konsensualisme.
2. Pasal 1320 : 2 KUH Pdt : dapat disimpulkan bahwa : kebebasan orang untuk membuat kontrak,
dibatasi oleh kecakapannya untuk membuat kontrak
Contoh : Bagi seorang yang menurut ketentuan UU tidak cakap untuk membuat kontrak, sama
sekali tidak mempunyai kebebasan untuk membuat perjanjian.
3. Pasal 1320 : 4 BW jo Pasal 1337 BW :
Para pihak tidak bebas membuat kontrak yang menyangkut causa yagn dilarang oleh UU,
ketertiban umum atau kesusilaan.
Karena perjanjian ini tidak syah dan batal demi hokum saat waktu perjanjian itu dibuat.
4. Pasal 1332 BW :
- Kebebasan menyangkut obyek perjanjian
- Tidak bebas memperjanjikan setiap barang apapun, hanya barang-barang yagn mempunyai nilai
ekonomis saja yang dapat menjadi obyek perjanjian
5. Pasal 1338 : 3 BW
Menentukan berlakunya “azas itikad baik” dalam melaksanakan perjanjian dan bukan saja daya
kerjanya pada pelaksanaan perjanjian, melainkan sudah mulai saat waktu perjanjian itu dibuat.
Artinya :
Perjanjian dibuat dengan itikad buruk, misal atas dasar penipuan maka perjanjian itu tidak syah.

Dengan demikian asas itikad baik mengandung pengertian bahwa :


Kebebasan suatu pihak membuat perjanjian tidak dapat diwujudkan sekehendaknya, tetapi dibatasi oleh
itikad baiknya.
Walaupun azas freedom of contract telah dibatasi oleh pasal : KUHPer namun masih bersifat sangat
longgar, sehingga menimbulkan kesimpangan dan ketidakadilan / menimbulkan “bargaining potition” yang
tidak sama dan seringkali ada penyimpangan-penyimpangan / penyalahgunaan keadaan.
AZAS HUKUM DALAM PERJANJIAN
3. Azas pacta sunt servanda / kepastian hukum
- Karena pihak ketiga, juga hakim karena jabatannya harus menghormati isi perjanjian, tidak
boleh membatalkan isi perjanjian / kontrak
- Disebut demikian karena para pihak yang membuat perjanjian mempunyai keyakinan bahwa :
- Apa yang dijanjikan dijamin pelaksanaannya
- Termasuk tidak boleh dicampuri oleh pihak ketiga, ataupun hakim karena jabatan.
Azas ini berhubungan dengan Pasal 1338 : 2 BW yang intinya : perjanjian mengikat dan
berlaku sebagai UU bagi mereka yang membuatnya
Artinya : perjanjian yang dibuat harus ditaati dan dipatuhi serta dianggap sebagai
undang-undang bagi yang membuatnya.
Oleh karena itu, tidak boleh ditarik kembali, “kecuali” dengan persetujuan kedua pihak
yang membuatnya.
AZAS HUKUM DALAM PERJANJIAN
3. Azas pacta sunt servanda / kepastian hukum

Konsekwensinya :
1. Pihak ketiga tidak boleh mencampuri isi perjanjian, demikian juga hakim karena
jabatannya
2. Para pihak harus menghormati isi perjanjian
Karena disebut azas kepastian hukum, maka agar para pihak mendapat kepastian
hukum dalam perjanjian tersebut, maka pihak-pihaknya harus memiliki kedudukan
seimbang.
Dan jika tidak seimbang kedudukan para pihak, maka perjanjian “dapat dibatalkan”,
baik atas permintaan pihak yang dirugikan, maupun oleh hakim karena jabatannya.
Kecuali : dapat dibuktikan bahwa pihak yang dirugikan telah menginsafi akibat yang
timbul, adalah kesalahnnya.
AZAS HUKUM DALAM PERJANJIAN
4. Azas itikad baik / bonafides / goedertrous / god faith

- Diatur dalam Pasal 1338 : 3 BW, perjanjian dilaksanakan dengan itikad baik
- Merupakan prinsip / azas terpenting dalam hukum perjanjian (subekti)
- Oleh karenanya harus mendasari setiap pihak dalam melaksanakan perjanjian yang
dibuat oleh para pihak
- Itikad baik prinsip yang masih abstrak, belum memiliki rumusan dan wujud yang
konkrit, dan karenanya masih memerlukan kejelasan lebih lanjut
- Jadi perundang-undangan dan pendapat hakim, belum memberikan diskripsi secara
jelas mengenai apakah yang dimaksud itikad baik itu, kecuali pasal 1338 : 3 tersebut
norma samar / vagenorm / vaque norm
- Untuk mencapai kepastian hukum, keadilan hukum dan kemanfaatan maka norma
demikian perlu diberi makna, sehingga jelas dan dapat dimengerti
AZAS HUKUM DALAM PERJANJIAN
4. Azas itikad baik / bonafides / goedertrous / god faith

- Caranya dengan menafsirkan / interpretasi dengan metode yang sesuai


“hermeneutic yuridis” – Sudikno Mertokusumo
- Von Savigni penafsiran merupakan rekonstruksi pikiran yang tersimpul dalam UU
(memperjelas makna dan artikulasi norma yang terumus kurang jelas)
- Untuk kepentingan ilmu pengetahuan dalam praktek dan dalam upaya hakim
menemukan hukum dalam perkara sama / jugde made law, maka timbul pengertian
yang beraneka ragam, karena belum ada kriteria dan batasan yang jelas
- Itikad baik syarat sahnya perjanjian, tapi berfungsi agar para pihak melaksanakan
perjanjian dengan penuh tanggung jawab
AZAS HUKUM DALAM PERJANJIAN
4. Azas itikad baik / bonafides / goedertrous / god faith

- Oleh karenanya itikad baik bisa diartikan :


1. Sebagai kepercayaan, keyakinan yang teguh, kemauan yang baik, maksud yang baik
2. Wiryono Prodjodikoro : itikad baik adalah “kejujuran” / suara jujur artinya : para pihak
harus secara tulus melaksanakan apa yang telah disepakati tanpa ada keinginan buruk yang
tersembunyi dibalik kesepakatan yang disebut / ingin merugikan pihak lainnya
3. BW ada 2 pengertian :
Subyektif – kejujuran – berasal dari hati nurani orang itu – abstrak sifatnya
Obyektif – kepatutan, kepatutan dalam masyarakat sangat dipengaruhi oleh
lingkungan sosial, agama, budyaa maupun pandangan masyarakat serta “keyakinan”,
moral, etika, menjadi urusan itikad baik. ipuan, kejujuran satya wacana Bali
AZAS HUKUM DALAM PERJANJIAN
4. Azas itikad baik / bonafides / goedertrous / god faith
- Oleh karenanya itikad baik bisa diartikan :
4. Azas rutten :
Itikad baik adalah “beradab” = kepatutan
Untuk membuktikan para pihak telah melaksanakan peerjanjian dengan itikad baik, harus
diuji atas dasar norma obyektif yang tertulis harus sesuai dengan anggapan umum tentang
itikad baik, tidak anggapan para pihak saja.
5. Subekti :
Itikad baik adalah melaksanakan perjanjian dengan norma-norma kepatutan dan kesusilaan
/ ukurannya obyektif.
Kesimpulan :
Itikad baik adalah sama dengan kepatutan dan keadilan penyalahgunaan keadaan, paksaan,
kesusilaan dan penipuan, kejujuran satya wacana Bali
AZAS HUKUM DALAM PERJANJIAN
4. Azas itikad baik / bonafides / goedertrous / god faith

PRINSIP ITIKAD BAIK DALAM PERJANJIAN


PEMBIAYAAN KONSUMEN KENDARAAN BERMOTOR
Perjanjian pembiayaan konsumen : perjanjian dibuat secara sepihak oleh mereka yang posisinya
relatif lebih kuat dari konsumen, konsumen sama sekali tidak dilibatkan dalam menentukan isi
perjanjian, dibuat dalam bentuk tertulis dan massal, konsumen terpaksa menerima isi perjanjian
karena terdorong oleh kebutuhan.
Perjanjian pembayaran konsumen bersifat sebagai kontrak baku dan belum diatur dalam KUH.
Perdata, tumbuh dan berkembang subur dalam praktek kehidupan sehari-hari. Masyarakat
karena kebutuhan masyarakat menghendaki terutama dengan fungsi hukum yang berkembang.
Dan dimungkinkan oleh ketentuan Pasal 1338 : 1 KUH Perdata yaitu : mengenai azas kebeasan
berkontrak / azas keterbukaan artinya : setiap orang diberi kebebasan seluas-luasnya untuk
mengadakan perjanjian / tidak, tentang apa saja, dengan siapa saja.
AZAS HUKUM DALAM PERJANJIAN
4. Azas itikad baik / bonafides / goedertrous / god faith
Fungsi Itikad – Baik
Untuk membatasi kebebasan berkontrak
1. Pasal 1338 : 3 perjanjian kasus dilakukan dengan itikad baik
Artinya : kedua pihak tidak hanya terikat pada isi perjanjian tetapi juga
terhadap UU, kebenaran dan adat istiadat.
2. Pasal 1339 BW Suatu perjanjian tidak hanya mengikat hal-hal yang secara
tegas dinyatakan didalamnya, tetapi juga untuk segala suatu yang menuntut
sifat perjanjian diharuskan oleh kepatutan, kebenaran atau undang-undang.
3. Pasal 137 BW Janji-janji yang menurut adat kebiasaan melekat pada
persetujuan semacam yang bersangkutan, dianggap termuat di dalam isi
persetujuan
AZAS HUKUM DALAM PERJANJIAN
5. Azas transparansi / keterbukaan

Mengandung arti keterbukaan, sebelumnya dikenal dalam sistim pemerintahan dan


merupakan bagian dapat good government.
Fungsinya : Menjamin setiap orang untuk mendapat informasi tentang
penyelenggaraan pemerintahan.
Misalnya : informasi tentang kebijakan proses pembuatan dan pelaksanaan,
pengawasan dan hasil-hasil yang dicapai.
Dalam hukum perjanjian transparansi penting tentang isi dan substansi
perjanjian. Para pihak hendak mengetahui terlebih dahulu tentang isi kontrak dan
klausul-klausul baku yang diterapkan oleh salah satu pihak dan harus dilakukan
dengan sistem terbuka. Proses perundingan dalam kedudukan yang seimbang dan
adil, sebelum membuat persetujuan.
AZAS HUKUM DALAM PERJANJIAN
6. Azas proposional

Adalah asas keseimbangan dalam suatu perjanjian, baik menyangkut kedudukan


ataupun keseimbangan hak dan kewajiban para pihak.
 
Dalam kepustakaan = seimbang = sebanding, sama berat, setimpal.

- Keseimbangan posisi para pihak


Berfungsi :
Azas yang melandasi atau mendasari pertukaran hak dan kewajiban para
pihak sesuai proporsi / bagiannya.
AZAS HUKUM DALAM PERJANJIAN
7. Azas manfaat

- Mengandung pengertian : bahwa perjanjian yang dibuat memberikan manfaat


sebesar-besarnya bagi konsumen dan pelaku usaha secara keseluruhan
- Penegakan hukum : harus menempatkan / memberikan masing-masing pihak.
Produsen dan konsumen apa yang menjadi haknya

Pada penegakan hukum bermanfaat bagi seluruh lapisan masyarakat dan


seluruh bangsa dan negara.

Anda mungkin juga menyukai