Nim : A1011191217
Kelas : C (Reguler)
Mata Kuliah : Sistem Peradilan Pidana
Tanggal Ujian : Rabu, 6 Oktober 2021
Dosen : H.M. Noor Ramli, SH, MS
Soal Uts:
Jawaban :
1. 1) Crime Control Model (CCM) didasarkan pada pernyataan bahwa tingkah laku criminal
harusnya ditindak, dan proses peradilan pidana merupakan jaminan positif bagi
ketertiban umum.
2) Due Process Model, Model ini merupakan reaksi terhadap CCM pada hakekatnya
menitik beratkan pada hak-hak individu dengan berusaha melakukan pembatasan-
pembatasan terhadap wewenang penguasa dengan kata lain dapat dikatakan bahwa proses
pidana harus dapat diawasi atau dikendalikan oleh hak-hak asasi manusia dan tidak hanya
ditekankan pada maksimal efisiensi belaka seperti dalam CCM melainkan pada prosedur
penyelesaian perkara.
4. Control Model: tindakan represif, praduga bersalah, penemuan fakta informal, efisiensi
rasa bersalah menurut fakta.
5. • Empat (4) nilai yang terkandung dalam Due Process Model ( DPM) yakni
karakterisitik, mekanisme, serta tipologi.
• Menurut Romli Atmasasmita, nilai-nilai yang mendasari due process model adalah:
(1) Kemungkinan adanya faktor ”kelalaian yang sifatnya manusiawi”, atau ”human
error” menyebabkan model ini menolak ”informal fact-finding process” sebagai cara
untuk menetapkan secara definitif ”factual gulit” seseorang. Model ini hanya
mengutamakan, ”formal-adjudicative dan adversary fact-findings”. Hal ini berarti dalam
setiap kasus tersangka harus diajukan ke muka pengadilan yang tidak memihak dan
diperiksa sesudah tersangka memperoleh hak yang penuh untuk mengajukan
pembelaannya.
(2) Model ini menekankan kepada pencegahan (preventive measures) dan menghapuskan
sejauh mungkin kesalahan mekanisme administrasi peradilan.
(3) Model ini beranggapan bahwa menempatkan individu secara utuh dan utama di dalam
proses peradilan dan konsep pembatasan wewenang formal sangat memperhatikan
kombinasi stigma dan kehilangan kemerdekaan yang dianggap merupakan pencabutan
hak asasi seseorang yang hanya dapat dilakukan oleh negara. Proses peradilan dipandang
sebagai coercive (menekan), restricting (membatasi), dan merendahkan martabat
(demeaning). Proses peradilan harus dikendalikanagar dapat dicegah penggunaannya
sampai pada titik optimum karena kekuasaan cenderung disalahgunakan atau memiliki
potensi untuk menempatkan individu pada kekuasaan yang koersif dari negara.
(4) Model ini bertitik tolak dari nilai yang bersifat anti terhadp keuasaan sehingga model
ini memegang teguh doktrin : legal-guilt. Doktrin ini memiliki konsep pemikiran sebagai
berikut :
a. Seseorang dianggap bersalah apabila penetapan kesalahannya dilakukan secara
prosedural dan dilakukan oleh mereka yang memiliki kewenangan untuk tugas
tersebut.
b. Terkandung asas “Presumtion of innocence”.
6. • Crime Control Model: tindakan represif, praduga bersalah, penemuan fakta informal,
efisiensi rasa bersalah menurut fakta. Crime Control Model didasarkan pada sistem nilai
yang mengejewantahkan atau mengutamakan sikap represif pada kejahatan sebagai
fungsi yang paling penting dalam suatu sistem peradilan pidana. Menurut sistem ini,
tujuan dari Sistem peradilan pidana adalah untuk menekan jumlah kejahatan, yang
dikendalikan melalui pengenaan sanksi pidana terhadap terdakwa.
• Due Process Model: tindakan preventif, praduga tak bersalah, penemuan fakta formal,
efisiensi rasa bersalah menurut hukum. Model ini didasarakan pada asumsi bahwa tujuan
dari sistem peradilan pidana adalah untuk menangani terdakwa secara adil dan sesuai
dengan standar konstitusi yang berlaku. Due Precess Model menghargai hak-hak individu
dan martabat dalam proses peradilan.
7. Dalam kasus Pelaku Kejahatan Pembunuah tersebut, yang paling tepat menurut saya
adalah menggunakan sistem Crime Control Model Karena Sistem Crime Control Model
adalah tindakan reprepresif terhadap seorang penjahat merupakan fungsi terpenting dari
suatu proses peradilan. Perhatian pertama harus di tujukan kepada efisiensi dari suatu
penegakkan hukum untuk menyeleksi tersangka, menetapkan kesalahannya danmenjamin
hak tersangka dalam proses peradilan. Penegakkan hukum dilakukan sesuai dengan
prinsip peradilan cepat dan tuntas. Asas praduga tidak bersalah atau presumption of guilt
guna menjadikan sistem ini efisien. Proses penegakkan hukum harus menitikberatkan
kepada kualitas temuan- temuan fakta administratif sehingga temuan tersebut berguna
bagi a) pembebasan seorang tersangka dari penuntutan atau b)kesediaan tersangka
menyatakan dirinya bersalah (plead of guilty).
8. Dalam kasus diatas tentang pelaku kejahatan korupsi sistem yang tepat digunakan yakni
sistem Due process model (DPM). Karena memiliki nilai-nilai kemungkinan adanya
faktor kelalaian yang sifatnya manusiawi. Menekankan pada pencegahan dan
menghapuskan sejauh mungkin mekanisme administrasi peradilan.model ini beranggapan
bahwa menempatkan individu secara utuh dan utama didalam proses peradilan dan
konsep pembatasan wenang-wenang formal, sangat memperhatikan kombinasi stigma
dan kehilangan kemerdekaan yang diangap merupakan pencabutan hak asasi seseorang
yang hanya dapat dilakukan oleh Negara.