Anda di halaman 1dari 29

SISTEM PERADILAN

PIDANA

OLEH:
Dr. FITRI WAHYUNI, SH,MH
UNIVERSITAS ISLAM INDRAGIRI
TEMBILAHAN
2018
LITERATUR
 Sidik Sunaryo , Kapita Selekta Sistem
Peradilan Pidana, UMM Press, Malang 2005
 Muladi, Kapita Selekta Sistem Peradilan
Pidana, Undip,Semarang, 1995
 Mardjono Reksodiputro, Kriminologi dan
Sistem peradilan pidana,Lembaga kriminologi
UI, Jakarta, 1997.
 Romli Atmasamita, sistem peradilan pidana
kontemporer,prenada media group,jakarta.
KONTRAK PERKULIAHAN
 KEDISPLINAN
 ETIKA MAHASISWA
 ETIKA BERPAKAIAN
 TUGAS
 PENILAIAN
TUGAS
 TUGAS INDIVIDU
 TUGAS KELOMPOK
PENILAIAN
 Kehadiran = 10%
 Tugas = 20%
 UTS = 30%
 UAS = 40%
ADAGIUM
“FIAT
JUSTITIA ET PEREAT
MUNDUS”
HUKUM HARUS DITEGAKKAN
MESKIPUN DUNIA AKAN
HANCUR
 ISTILAH SISTEM PERADILAN PIDANA
(CRIMANL JUSTICE SYSTEM ) ISTILAH
YANG MENUNJUKKAN MEKANISME
KERJA DALAM PENGANGGULANGAN
KEJAHATAN DENGAN PENGGUNAAN
SISTEM
 HUKUM TIDAK BISA DILEPASKAN DARI
SISTEM.
ISTILAH &PENGERTIAN SPP
 Sistem Peradilan Pidana (SPP) berasal dari kata
“sistem” dan “peradilan pidana
 sistem” mengandung arti terhimpun (antar) bagian
atau komponen (subsistem) yang saling berhubungan
secara beraturan dan merupakan suatu keseluruhan.
 peradilan pidana” merupakan suatu mekanisme
pemeriksaan perkara pidana yang bertujuan untuk
menghukum atau membebaskan seseorang dari suatu
tuduhan pidana. Tujuan akhir dari peradilan ini tidak
lain adalah pencapaian keadilan bagi masyarakat.
Sistem peradilan pidana untuk pertama kali diperkenalkan
oleh pakar hukum pidana dan ahli dalam criminal justice
system di Amerika Serikat sejalan dengan ketidakpuasan
terhadap mekanisme kerja aparatur penegak hukum dan
institusi penegak hukum. Ketidakpuasan ini terbukti dari
meningkatnya kriminalitas di Amerika Serikat pada tahun
1960-an. Pada masa itu pendekatan yang dipergunakan
dalam penegakan hukum adalah ”hukum dan ketertiban”
(law and order approach) dan penegakan hukum dalam
konteks pendekatan tersebut dikenal dengan istilah ”law
enforcement”.
 Menurut Indriyanto Seno Adji:
 Sistem peradilan pidana diIndonesia
merupakan terjemahan sekaligus penjelamaan
dari criminal justice system , yang merupakan
suatu sistem yang dikembangkan di Amerika
Serikat yang dipelopori oleh praktisi hukum .
PENGERTIAN SPP
 Black Law Dictionary, Criminal Justice System diartikan
sebagai ”the network of court and tribunals which deal
with criminal law and it’s enforcement”. Pengertian ini
lebih menekankan pada suatu pemahaman baik mengenai
jaringan di dalam lembaga peradilan maupun pada fungsi
dari jaringan untuk menegakan hukum pidana. Jadi,
tekanannya bukan semata-mata pada adanya penegakan
hukum oleh peradilan pidana, melainkan lebih jauh lagi
dalam melaksanakan fungsi penegakan hukum tersebut
dengan membangun suatu jaringan.
 Remington dan Ohlin, Criminal Justice System
dapat diartikan sebagai pemakaian pendekatan
sistem terhadap mekanisme administrasi peradilan
pidana, dan peradilan pidana sebagai suatu sistem
merupakan hasil interaksi antara peraturan
perundang-undangan, praktik adminisrasi dan sikap
atau tingkah laku sosial.
 Mardjono Reksodipoetro, Sistem Peradilan Pidana
(Criminal Justice System) merupakan sistem dalam
suatu masyarakat untuk menanggulangi kejahatan.
 Menurut Muladi, sistem peradilan pidana
merupakan jaringan (network) peradilan yang
menggunakan hukum pidana materiel, hukum
pidana formil maupun hukum pelaksanaan
pidana. Akan tetapi, menurut Muladi
kelembagaan ini harus dilihat dalam konteks
sosial. Sifat yang terlalu berlebihan jika dilandasi
hanya untuk kepentingan kepastian hukum saja
akan membawa bencana berupa ketidakadilan
 Sistem peradilan pidana merupakan suatu bentuk
yang unik dan berbeda dengan sistem sosial lainnya.
 Perbedaan tersebut dilihat dari keberadaannya untuk
memproduksi segala sesuatu yang bersifat unwelfare
( dapat berupa perampasan kemerdekaan,
stigmatisasi, perampasan harta benda atau
menghilangkan nyawa manusia)
 Dalam skla besar guna mencapai tujuan yang
bersifat welfare ( rehabilitasi pelaku, pengendalian
dan penekanan tndak pidana).
 Sistem peradilan pidana pada hakikatnya
merupakan suatu proses penegakan hukum
 Berkaitan erat dengan peraturan perundang-
undangan pidana baik hukum substantif
(materil) maupun hukum acara pidana (formil)
 Peraturan perundang-undangan itu pada
dasarnya merupakan penegakan hukum in
abstrakto yang akan mewujudkan penegakan
hukum in concreto.
 Peranan perundang-undangan dalam sistem
peradilan pidana yaitu memberikan kekuasaan
bagi pengambil kebijakan dan memberikan
dasar atas kebijakan yang diterapkan.
 Legislatif berperan dalam menyiapkan
kebijakan dan menerapkan program kebijakan
yang telah diterapkan.
 Artinya, semua merupakan bagian dari politik
hukum yang pada hakikatnya berfungsi dalam
3 bentuk yaitu:
1. Pembentukan hukum
2. Penegakan hukum
3. Pelaksanaan kewenangan dan komptensi.
TUJUAN SISTEM PERADILAN PIDANA
 Mardjono berpendapat bahwa sistem peradilan
pidana adalah sistem pengendalian kejahatan
yang terdiri dari lembaga-lembaga kepolisian,
kejaksaan, pengadilan dan pemasyarakatan
terpidana, sehingga tujuan spp adalah:
TUJUAN SISTEM PERADILAN PIDANA
 Mencegah masyarakat menjadi korban
kejahatan
 Menyelesaikan kasus kejahatan yang terjadi
sehingga masyarakat puas bahwa keadilan
telah ditegakkan dan yang bersalah dipidana
 Mengusakan agar mereka yang pernah
melakukan kejahatan tidak mengulangi lagi
kejahatanya.
TUJUAN SISTEM PERADILAN PIDANA
 Menurut Muladi dikategorikan:
1. Jangka pendek, resosialisasi dan krehabilitas
pelaku tindak pidana
2. Jangka menengah, pengendalian dan
pencegahan dalam konteks politik kriminal
(criminal policy)
3. Jangka panjang, kesejahteraan masyarakat
( sosial welfare) dan konteks sosial politik
(social policy).
Skema SPP (Marjono R)
 Input Output

 Proses pada tiap bejana mempenga-ruhi proses


pada bejana lainnya, hingga output SPP

SPP/S2/SHINTA/2008
SKEMA SPP (LA PATRA)
SUBSISTEM DAN FUNGSINYA DALAM
SPP INDONESIA
 KEPOLISIAN:
• PRA AJUDICATION PROCESS (PENYELIDIKAN DAN
PENYIDIKAN)
 KEJAKSAAN:
• PRA AJUDICATION PROCESS (PENUNTUTAN)
 PENGADILAN:
• AJUDICATION PROCESS (PERSIDANGAN)
 PEMASYARAKATAN:
• POST AJUDICATION (PEMASYARAKATAN)
SINKRONISASI DALAM SISTEM
PERADILAN PIDANA
 Sinkronisasi struktural artinya bahwa keserampakan dan
keselarasan dituntut dalam mekanisme adminstrasi peradilan
pidana dalam kerangka hubungan antar lembaga penegak
hukum
 Sinronisasi substansi, artinya bahwa keserampakan yang
mengandung makna baik secara vertikal maupun hubungan
horisontal dalam kaitannya dengan hukum positif yang berlaku.
 Sinronisasi kultural, artinya bahwa adanya usaha untuk selalu
serampak dalam menghayati pandangan-pandangan , sikap dan
falsafah yang secara menyeluruh mendasari jalannya sistem
peradilan pidana.
KOMPONEN DALAM SISTEM
PERADILAN PIDANA
 Kepolisian
 Kejaksaan
 Pengadilan
 Lembaga pemasyarakatan
 Keempat komponen harus memiliki keterpaduan
dalamm bekerja, apabila tidak akan menimbulkan 3
kerugian:
1. Kesukaran dalam menilai sendiri keberhasilan atau
kegagalan masing-masing isntansi sehubungan dengan
tugas mereka bersama
2. Kesulitan dalam memecahkan sendiri masalah pokok di
setiap instansi dalam spp
3. Kurang jelasnya tanggungjwab instansi maka tidak
terlalu memperhatikan efektivitas menyeluruh dari spp.
KEBERLANGSUNGAN SISTEM
PERADILAN PIDANA
1. Substansi, artinya spp hasil dari produk
sistem termasuk UU no.8 Tahun 1981
KUHAP
2. Stuktural, lembaga-lembaga dalam sistem
hukum terdiri dari kepolisian, jekasaan,
pengadilan, LP
3. Kultural, sistem diberdayakan sehingga
kultural sebagai penggerak dari SPP.
MANFAAT SISTEM PERADILAN
PIDANA
 Menghasilkan data ststistik kriminal secara terpusat
melalui satu pintu yaitu kepolisian. Dengan data
statistik kriminal dapat dimanfaatkan sebagai
sarana menyususn kebijakan kriminal secara
terpadu untuk menanggulangi kejahatan
 Mengetahui keberhasilan dan kegagalan sub sistem
secara terpadu dalam penanggulangan kejahatan
 Memberikan jaminan kapstian hukum baik individu
maupun masyarakat.
MEKANISME SISTEM PERADILAN
PIDANA

SPP

Anda mungkin juga menyukai