TUNJAUAN PUSTAKA
mengandung makna adanya pendekatan yang rasional dan logik dalam mencapai
suatu tujuan. Konsep pengertian sistem sebagai suatu metode ini dikenal dengan
merupakan himpunan komponen atau bagian yang saling berkaitan yang bersama-
subsystem) yang secara fungsional terkait satu sama lain dalam ikatan
sebagai berikut : 3
1
Tatang M. Arifin, Pokok-Pokok Teori Sistem, Rajawali, Jakarta, 1989, hal. 10.
2
Rusadi Kantaprawira, Aplikasi Pendekatan Sistem Dalam Ilmu-Ilmu Sosial, Bunda Karya, Jakarta,
1987,hal. 5.
3
Ibid. hal. 12.
1) Keintegrasian (integration);
2) Keteraturan (regularity);
3) Keutuhan (wholeness);
4) Keterorganisasian (organization); Keterlekatan komponen satu sama lain
(coherencece);
5) Keterhubungan komponen satu sama lain (connectedness);
6) Ketergantungan komponen satu sama lain (interdependence).
orientasi baru cara berpikir dalam melihat sesuatu di dalam usaha memecahkan
masalah.
pemahaman bahwa setiap komponen yang berada atau merupakan bagian dari
4
Ibid. hal. 22.
21
sistem yang lebih besar atau lebih luas, untuk adanya keterpaduan dalam langkah
dengan munculnya wacana tentang peradilan terpadu yang dimuat dalam Tap
Tinggi Negara pada sidang tahunan MPR-RI tahun 2000, yang menekankan
suatu keseluruhan yang terangkai yang terdiri dari unsur-unsur yang saling
suatu kesatuan dan saling berhubungan dan saling mempengaruhi satu sama lain.
merupakan sub-sistem dari sistem peradilan tersebut, yang terdiri dari sub-sistem
22
baik hukum pidana materiil, hukum pidana formil maupun hukum pelaksanaan
pidana. 5
administrasi dan sikap atau tingkah laku sosial. Pengertian sistem itu sendiri
dan dengan cara efisien untuk memberikan hasil tertentu dengan segala
keterbatasannya.9
5
Muladi, Kapita Selekta Sistem peradilan Pidana, Undip, Semarang, 1995, hal. 4.
6
Barda Nawawi Arief, Kepolisian Dalam perspektif Kebijakan Kriminal dan Sistem Peradilan pidana,
Makalah Seminar Nasional Polisi Indonesia III, tentang Polri Sipil Yang Mandiri, Berdaya dan
professional Untuk Menjamin Integritas Bangsa, Undip, tanggal 22-23 )ktober 1998, hal. 3
7
Mardjono Reksodiputro, Kriminologi dan……op.cit, hal. 140.
8
Romli Atmasasmita, Sistem…..Op. Cit, hal. 14.
9
Ibid.
23
Sistem peradilan Pidana dengan perspektif sistem ini menurut Samuel
atas serangkaian keputusan mengenai suatu kasus kriminal dari petugas yang
hukum.
Menurut Romli Atmasasmita yang dalam hal ini sependapat dengan Kadish,
mengatakan bahwa :
sekalipun berbeda, tetapi tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Bahkan
kejahatan.
24
“ dalam pendekatan normatif memandang keempat aparatur penegak
administrasi.
10
Romli Atmasasmita, Sistem…Ibid. hal 16-17
25
efektifitasnya yang maksimal. Kombinasi antara efisiensi dan
disfungsional.11
yang sama, secara internal dan eksternal sistem peradilan harus berorientasi
11
Muladi, Kapita…. Op. Cit. hal. 21
12
Muladi, Demokratisasi, Hak Asasi Manusia, dan Reformasi Hukum di Indonesia, The Habibie
Center, Jakarta, hal 34-35.
26
5) Keterpaduan mengandung makna fixed control arrangements dan sekaligus
6) Keberhasilan sistem peradilan pidana ditentukan oleh indeks sistem yang pada
tataran idiil, tataran asas maupun tataran operasional dan tatanan penunjang.
Pada tataran ideal paling tidak ada 3 (tiga) indeks, yaitu: keberhasilan
kesejahteraan sosial.
daya manusia yang dimiliki, seperti SDM yang terlatih dan berorganisasi
27
terhadap sistem peradilan pidana, dan sistem pelatihan terpadu antar penegak
hukum.
terhadap gerak sistem itu, dan jika gerak sistem itu berlangsung dalam
keadaan tidak stabil dalam kurun waktu lama, maka gerak sistem itu akan
sistem lainnya. Jika hal demikian terjadi, maka sistem peradilan pidana
sebagai suatu sistem akan sulit mengemban fungsi dan mewujudkan tujuan-
tujuannya.
other.“ 13
Untuk itu dalam sistem peradilan pidana adanya satu tujuan dan
utama lahirnya suatu sistem peradilan pidana yang baik. Dalam kebhinekaan
13
M. Faal, Penyaringan perkara Pidana Oleh Polisi, Pradnya Paramita, Jakarta, 1991, hal. 26.
28
fungsi dari masing komponen–komponen sub-sistem yang ada tidak boleh
Itulah tolak ukur ada tidaknya keterpaduan dari berbagai unsur-unsur tersebut
Hal ini perlu diperhatikan dan ditekankan karena pada akhirnya sistem dan
14
Muladi, Demokratisasi…Ibid, hal. 1-2
15
Muladi, Ibid. hal. 2
29
berangkat dari nilai dan persepsi yang sama mengenai tujuan dan bekerjanya
sistem. 16
mempengaruhi satu sama lain dalam mewujudkan satu tujuan sejalan dengan
kebijakan kriminal atau politik kriminal (criminal policy) yang merupakan usaha
interkoneksi antara keputusan dari setiap instansi yang terlibat dalam proses
16
Satjipto Rahardjo, Polisi Sipil Dalam Perubahan Sosial di Indonesia, Kompas, Jakarta, 2002, hal.
220.
17
Remington dan Ohlin (Dalam Atmasasmita,Romli, Sistem Peradilan Pidana
Perspektif Eksistensialisme dan Abolisionisme, Bina Cipta,Bandung,1996. Hal. 222
30
peradilan pidana.18 Ahli hukum Indonesia Mardjono Reksodiputro memberikan
sistem peradilan pidana adalah sistem pengendalian kejahatan yang terdiri dari
peradilan pidana yang diberikan oleh para ahli di atas, penulis dapat menarik
beberapa unsur penting dalam lingkup pengertian criminal justice system (sistem
18
Hagan (Dalam Romli Artasasmita), Ibid
19
Mardjono Reksodiputro, Sistem Peradilan Pidana (Peran Penegak Hukum Melawan
Kejahatan ), dikutip dari, Hak Asasi Manusia dalam Sistem Peradilan Pidana: Kumpulan
Karangan Buku Ketiga, Pusat Pelayanan Keadilan dan Pengabdian Hukum Lembaga
Kriminologi, Universitas Indonesia, 1994, hal. 84-85,
31
maupun tersirat dalam suatu aturan landasan hukum maupun pendapat kalangan
sub judul pengawasan pelaksana putusan angka 8 tersurat pernyataan pada alinea
kedua, ...... hal itu adalah sesuai dengan konsep peradilan pidana yang terpadu
dasar KUHAP menganut sistem peradilan pidana terpadu tersebut dinyatakan pula
oleh beberapa kalangan para ahli teoritis maupun para praktisi hukum seperti
berhasil”.21
peradilan pidana Indonesia sekarang ini disebutnya secara tegas dengan kalimat
20
Depertemen Kehakiman RI, 1982, Pedoman Pelaksana KUHAP, TP, hal 14
21
Bambang Poernomo, 1986, Hukum Acara Pidana Pokok – Pokok Tat Acara Peradilan
Pidana Indonesia, Dalam Undang – Undang RI No. 8 Tahun 1981, Edisi Pertama, Cetakan
Pertama, Liberty Yogjakarta, hal 10
32
“sistem peradilan pidana yang digariskan KUHAP merupakan “sistem peradilan
disebut integrated justice system, dalam sistem tersebut setiap tahap dari proses
penyelesaian setiap perkara berkaitan erat dan saling mendukung satu sama lain.
pidana terpadu yang unsur – unsurnya terdiri dari persamaan presepsi tentang
22
M. Yahya Harahap, 2003, Pembahasan Permasalahan Dan Penerapan KUHAP,
Penyidikan Dan Penuntutan, Edisi Kedua, Cetakan Kelima, Sinar Grafika, Jakarta, hal 90
23
Harun M. Husein, 1994, Surat Dakwaan Teknik Penyusunan Fungsi Dan
Permasalahannya, Cetakan Kedua, Rineka Cipta, Jakarta, hal 39
33
dilandaskan pada pendekatan sistem atau system approach, maka terdapat
disebutnya dengan segmen, dimana masing – masing fungsi itu harus saling
Criminal justice can function systematically only the degres that each segment
of the system takes into account all other segments. In order words, the system
is no more systematic than the relation ships between police and prosecution,
police and court, prosecution and corrections, corrections and law, and so
Berikut ini beberapa kalangan ahli hukum yang menyatakan bahwa dalam
yang memperluas adanya keterlibatan peran dari sub unsur sistem peradilan
pidana diluar komponen inti sebagai perluasan akan fungsi mereka dalam tata
praktek sistem peradilan pidana. Adapun pandangan para ahli dimaksud seperti
diantaranya :
24
Alan Coffy, 1983, An Introduction Ti The Criminal Justice And Proses, Pusat
Dokumentasi Hukum U.I., Jakarta, Hal 82
34
1. Sue Titus Reid, yang menyatakan bahwa dalam sistem peradilan pidana
ini masing – masing tidak selalu berjalan searah bahkan sering terjadi
ketimpang tindihan.
sistem peradilan pidana yang lazim diakui bak dalam pengetahuan mengenai
lembaga pemasyarakatan.
Namun demikian apabila sistem peradilan pidana dilihat sebagai salah satu
pendukung atau instrumen dari salah satu kebijakan kriminal, maka unsur
dst.26.
3. Sidik Sunaryo, menyatakan bahwa dalam sistem pradilan pidana yang lazim,
25
Sue Titus Reid, 1987, Criminal Justice Procedurs And Issues, West Publishing
Company, USA, Hal 3
26
Romli Artasasmita, Op.Cit, hal 24
35
a. Kepolisian dengan tugas utama menerima laporan dan pengaduan dari
menggolongkan instansi atau pejabat hukum sebagai sub – sub unsur selaku
ini adalah yang merupakan komponen inti dalam lingkup praktek penegakan
pidana Indonesia tersebut oleh KUHAP, apabila ditelah secara seksama isi
27
Sidik Sunaryo, 2004, Kapita Selekta Sistem Peradilan Pidana, Edisi Pertama, Cetakan
Pertama, Malang, Hal 220
36
ketentuan yang tersurat dan tersirat dalam Undang – Undang Nomor 8 Tahun
1981, maka dalam mekanismenya itu akan melibatkan beberapa komponen atau
penegak hukum. Keempat aparat tersebut memiliki hubungan yang sangat erat
2. Muladi menulis :
bersifat khusus akan tetap mengikuti karakter sistem yang bersifat umum,
3. Menurut J. W. La Patra :
28
Romli Artasasmita, 1996, Op.Cit, hal 32
29
Muladi, Kapita Selekta Sistem Peradilan Pidana, Badan Penerbit Universitas Diponegoro,
Semarang, 1995. hal. VII. 2002,
37
Sesungguhnya dari sistem peradilan pidana itu ada empat komponen fungsi
yang satu dengan yang lainnya selalu berhubungan dan berkordinasi. Fungsi –
fungsi itu memiliki satu kesatuan persepsi dan satu tujuan yang sama yaitu
masing – masing dilakukan oleh petugas penegak hukum; polisi, jaksa, hakim,
pidana.
30
Mardjono Reksodiputro, 1994, Op.Cit, hal 85
38
Perkembangan terakhir keberadaan dunia advokat dalam perannya untuk
proses peradilan pidana mulai diakui. Bagi di Indonesia sejak berlakunya Undang
– Undang Nomor 18 tahun 2003 tentang Advokat. Bahwa status advokat diakui
sebagai penegak hukum oleh ketentuan pasal 5 ayat 1 Undang – Undang Nomor
18 tahun 2003, istilah advokat dalam KUHAP belum dikenal, bagi pemberi jasa
diakui dan dikenal baik dalam tataran teori maupun dalam kalangan praktek
penegakan hukum, maka dikenal ada 4 (empat) komponen sub unsur aparat
1. Kepolisian
kepolisian adalah, segala hal ihwal yang berkaitan dengan fungsi dan lembaga
2. Kejaksaan
3. Pengadilan
39
Sebagai instisuai penyelenggaraan di bidang peradilan sesuai ketentuan pasal
peradilan yang berada di bawahnya dalam lingkup peradilan umum .... dan
seterusnya.
Indonesia.
4. Lembaga Pemasyarakatan
dikaitkan dengan istilah system dalam “the criminal justice system”. Hal ini
40
tujuan-tujuan yang jelas dari sistem, proses input-throughput–output and
for assuring the functional articulation of task ang roles- controlling the speed of
institutions through which an accused offender passes until the accusations have
sendiri, tetapi sistem peradilan pidana yang terpadu juga mencakup makna
31
Muladi, Kapita Selekta Sistem Peradilan Pidana, Loc.Cit., hal. 1.
32
Kats, Daniel and Kahn Robert L, The Social Psycology of Organization. Ed. John
Wiley and Sons, New York, 1984, Page. 29-30.
33
Muladi, Kapita Selekta Sistem Peradilan Pidana, op.cit., hal. 1.
34
Henry Campbel Black, Op,Cit., page 381.
41
demikian penegakan hukum pidana materiil yang dikawal dan dibingkai oleh
dapat lebih didekatkan pada prinsip dan substansi penegakan hukum yang
bahwa “ …….. the concept of an Integrated Criminal Justice System does not
sections on one unified service. Rather, it might be said to work on the principle
of „unity in diversity‟, somewhat like that under which the armed forces function.
Each of the three main armed services own its distinctive roles, its training
35
NV Pillai, The Administration Of Criminal Justice: Unity in Diversity, in Criminal
Justice in
Asia: The Quest for an Integrated Approach, Tokyo: UNAFEI, 1982, hal. 31.
36
Mardjono Reksodiputro, “Sistem Peradilan Pidana Indonesia ( Melihat Kepada
Kejahatan Dan Penegakan Hukum Dalam Batas-Batas Toleransi”, Pidato Pengukuhan
Penerimaan Jabatan Guru Besar Tetap dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas
Indonesia, 1993, hal. 1.
42
diharapkan dapat bekerja sama dan dapat membentuk suatu “ integrated
dari ukuran atau karateristik dari sistem peradilan piana terpadu itu sendiri.
37
Mardjono Reksodiputro, Sistem Peradilan Pidana (Peran Penegak Hukum
Melawan Kejahatan ), dikutip dari, Hak Asasi Manusia dalam Sistem Peradilan Pidana:
Kumpulan Karangan Buku Ketiga, Pusat Pelayanan Keadilan dan Pengabdian Hukum
Lembaga Kriminologi, Universitas Indonesia, 1994, hal. 84-85.
38
Muladi, Kapita Selekta Sistem Peradilan Pidana, Op.Cit., hal. 1-2.
43
untuk memodifikasi model sistem peradilan pidana terpadu, menggunakan
1. Karateristik yang pertama adalah clearance rate yang relatif tinggi. Dalam
hal ini terdapat dua variable yang sangat berpengaruh yakni (1) Police
efficiency (well trained, well disciplined and well organized police force);
2. Karateristik yang kedua adalah conviction rate yang relatif juga cukup
tinggi. Konsep yang mendasari hal ini adalah precise justice yang
minuto fact finding and minuto fact finding justice, similar to precision
machine tools. Dalam hal ini yang penting tidak hanya the degree of proff
masalah pendidikan terpadu para penegak hukum dalam hal ini perlu
hanya setiap individu harus bekerja dengan baik dan penuh inisiatif, tetapi
harus tercipta koordinasi satu sama lain secara efisien dan efektif, dalam
44
3. Karateristik yang ketiga adalah speedy disposition atau yang sering
Dalam hal ini dapat dikemukakan beberapa prinsip yakni cukup tingginya
sebagainya.
5. Karateristik yang kelima adalah relatif kecilnya rate off recall to prison
(reconviction rate).
45
- semua subsistem akan saling tergantung (interdependent) karena produk
(output) suatu subsistem merupakan masukan (input) bagi subsistem lain.
- Pendekatan sistem akan mendorong adanya interagency consultation and
cooperation yang pada gilirannya akan meningkatkan upaya penyusunan
strategis dari keseluruhan sistem.
- Kebijakan yang diputuskan dan dijalankan oleh satu subsistem akan
berpengaruh pada subsistem lain.
baik materiil maupun formal serta pendidikan secara integrated antara subsistem
41
H.R Abdussalam dan DPM Sitompul, Abdussalam,H.R, DPM Sitompul, Sistem
Peradilan Pidana, Restu Agung, Jakarta, 2007, hal. 3.
46
hukum sudah tidak melalui satu pintu lagi sesuai dengan sistem
pidana terpadu yang tidak konsekuen dapat juga disebabkan oleh faktor
dalam sistem peradilan pidana terpadu. Sistem penegak hukum yang tidak
terstruktur dalam sistem yang terkoordinasi merupakan salah satu kendala dalam
berlainan.
42
Maroni, Koordinasi Penegak Hukum dalam Rangka Pelaksanaan dan Pengawasan
Penahanan pada Proses Penyidikan Perkara Pidana, Tesis Program Pasacasarjana Magister
Ilmu Hukum Universitas Diponegoro, Semarang, 1996, hal. 94.
47
Menurut Lawrence dan Lorsch43, sebagaimana dikutip oleh Maroni dalam
tesisnya, ada 4 jenis sikap dan gaya kerja yang berlainan yang cenderung timbul
masalah koordinasi:
dapat tercapai secara efektif dan efisien, perlu adanya koordinasi antar penegak
43
Ibid, hal. 95.
44
Moekijat, Koordinasi suatu Tinjauan Teoritis, Mandar Maju, Bandung, 1994. hal. 99-
100.
48
”Dalam koordinasi masing-masing akan memperhatikan rangkaian
kegiatan secara keseluruhan di samping melaksanakan tugas dan peranan
masing-masing. Fungsi koordinasi ini sedemikian pentingnya, apalagi bila
administrasi harus berjalan sebagai suatu sistem, sebagai kesatuan yang
bulat dari bagian-bagian (sub-sistem) yang saling berhubungan, saling
menunjang, dan saling bergantung agar administrasi berjalan mencapai
tujuannya”
kerja yang baik, dalam arti terjalinnya komunikasi di antara penegak hukum.
mungkin berjalan, dan tidak mungkin dicapai karena koordinasi merupakan hasil
akhir dari komunikasi yang efektif (coordination is the end product of effective
communication).47
Oleh karena itu, konsultasi yang terus menerus antar unsur penegak
hukum baik langsung maupun tidak langsung, akan membawa penaruh yang
45
Dann Sugandha, Koordinasi Alat Pemersatu Gerak Administasi, Inter Media, Jakarta,
1991, hal. 12.
46
Ibid, hal. 30.
47
Maroni, Op.Cit., hal. 93.
48
Moekijat, Koordinasi Suatu Tinjauan Teoritis, Op.Cit., hal. 42.
49
sangat baik bagi pelaksanaan penerapan hukum, selain merupakan sarana untuk
dukungan (support) dari kegiatan masing-masing pihak yang terkait dan relevan.49
dengan Sistem Penegakan hukum Pidana (SPHP) dan Sistem ”penegakan hukum”
istilah ”kekuasaan kehakiman.” Oleh karena itu, Sistem Peradilan Pidana Terpadu
atau Sistem Penegakan Hukum Pidana pada hakikatnya juga identik dengan
49
Rizani Puspawidjaya, Aspek Sobural Dalam Penegakan Hukum, Dalam Sunarto dan
Thomas Adyan, Peningkatan Wibawa Penegakan Hukum, FH UNILA, Bandar Lampung,
1987, hal. 244.
50
Barda Nawawi Arief, Kapita Selekta Hukum Pidana Tentang Sistem Peradilan
Pidana
Terpadu, Loc.Cit., hal. 19.
50
istilah yang digunakan dalam Pasal 24 Undang-Undang Dasar 1945 (sebelum
Undang Dasar 1945 tidak dapat diidentikan dengan ”badan badan peradilan” yang
tersebut juga sesuai dengan ide dari jiwa/semangat (spirit) Undang-Undang Dasar
kekuasaan kehakiman yang merdeka dan mandiri harus pula terwujud dalam
juga harus diperluas, tidak hanya pada kekuasaan peradilan/ kekuasaan mengadili.
51
Ibid, hal. 20.
51
Kekuasaan kehakiman yang merdeka dan mandiri harus terwujud dalam
”pengawas dan pengendali puncak/tertinggi” (”the top leader” atau ”the top law
52
Ibid,hal 7-8
52