INSUBORDINASI
Disususn Oleh :
Menurut KBBI, Insubordinasi adalah perlawanan atau pemberontakan terhadap atasan dalam hubungan
dinas. Dalam hukum pidana Militer, Insubordinasi merupakan tindak pidana melawan atasan yang
dilakukan oleh prajurit TNI di saat jam dinas, maupun diluar jam dinas dengan syarat atasan tersebut
mendapatkan surat perintah dinas untuk mengemban tugas atau mewakili kompi kesatuannya.
Unsur-unsur dari Tindak Pidana Insubordinasi merupakan hal yang penting sebagai dasar pertimbangan
Hakim untuk menerapkan sanksi pidana terhadap prajurit TNI yang melakukan tindak pidana
insubordinasi. Pada unsur tindak pidana ini antara perbuatan dan pertanggungjawaban pidana
merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Unsur ini juga sebagai landasan untuk menentukan
tentang hal meringankan atau memberatkan seseorang yang melakukan tindak pidana. Dengan adanya
unsur ini lahirnya fakta-fakta atas perbuatan yang dilakukan oleh prajurit TNI itu sendiri, adapun
unsurnya menurut Pasal 106 KUHPM adalah:
1. Militer
a. militer menurut Pasal 46 KUHPM adalah mereka yang berikatan dinas secara sukarela pada Angkatan
Perang dan diwajibkan berada dalam dinas secara terus-menerus dan tenggang waktu ikatan dinas
tersebut disebut militer ataupun semua sukarelawan lainnya pada Angkatan Perang dan para wajib militer
selama mereka berada dalam ikatan dinas.
b. Bahwa di Indonesia yang dimaksud dengan militer adalah kekuatan Angkatan Perang dari suatu negara yang
diatur berdasarkan peraturan Perundang-undangan Pasal 1 angka 20 UU Nomor 34 Tahun 2004 tentang
Tentara Nasional Indonesia.
Perbatasan(definisi) dari disiplin militer tercantum dalam pasal 1 (a) Peraturan Disiplin Militer (PDM) Perpem
no. 24/1949 yang berbunyi “Disiplin militer adalah suatu syarat mutlak untuk menetapi semua peraturan-
peraturan militer dan semua perintah-perintah kedinasan dari tiap-tiap atasan. Pun yang mengenai hal yang
kecil-kecil, dengan tertib, tepat dan sempurna”. Selanjutnya pasal 19 berbunyi “... tiap-tiap anggota tentara
wajib berinisiatif … berdasarkan keinsyafan bahwa tentara itu bukan alat mati, tetapi organisasi hidup guna
pembangunan negara dan kemajuan bangsa”.
Dari dua pasal tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa bagi seorang militer ada kewajibhan menaati suatu
perintah dan ada juga kewajiban untuk tidak menaatinya. Kesimpulan tersebut dapat dipahami lebih lanjut
setelah diteliti jangkauan dari wajib taat dan wajib tidak taat
1. Wajib Taat (gehoorzaamheidsplicht).
Dapat dikatakan bahwa pasal 1 PDM identik dengan doktrin ‘Befehl ist Befehl’, doktrin di mana sering
ditafsirkan sebagai: apapun perintah atasan, adalah merupakan kewajiban bagi bawahannya yang menerima
perintah itu untuk melaksanakannya, apapun akibatnya. Akan tetapi apabila diperhatikan lebih lanjut, maka
penyamaan isi pasal 1 PDM dengan doktrin Befehl ist Befehl tidak tepat sepenuhnya. Karena dalam pasal itu
disebutkan bahwa yang harus ditaati oleh bawahan yang bersangkutan adalah peraturan-peraturan militer dan
perintah kedinasan, tidak termasuk peraturan-peraturan atau perintah-perintah pribadi seorang atasan yang
tidak berdasar pada peraturan-peraturan militer atau perintah kedinasan. Apabila istilah peraturan militer atau
perintah kedinasan ditafsirkan sebagaimana mestinya, jadi tidak dalam arti penyelewengan atau
terselewengkan, sudah sepantasnya seorang bawahan yang menerimanya wajib untuk taat
2.Wajib Tidak Taat (ongehoorzaamheidsplicht). Di dalam kehidupan militer sebenarnya tidak wajar untuk
menonjolkan ‘wajib tidak taat’, karena hal ini akan dapat mengacaukan pembinaan wajib-taat sebagaimana
ditekankan dalam pasal 1 PDM. Namun demikian, mengingat bahwa seorang atasan tidak lebih daripada
seorang manusia yang dapat khilaf baik karena pengaruh-pengaruh dari dirinya sendiri maupun dari luar,
maka ada saja kemungkinan bahwa perintah yang diberikannya sama sekali tidak ada hubungannya dengan
kepentingan dinas baik secara sadar maupun tidak. Selanjutnya apabila diserasikan bunyi pasal 1 dan 19
PDM ternyata bahwa pada akhirnya pelaksanaan suatu perintah harus demi pembangunan negara dan
kemajuan bangsa berdasarkan keinsyafan bahwa tentara itu bukan alat yang mati, akan tetapi adalah
organisasi hidup. Ini berarti apabila pelaksanaan suatu perintah akan bertentangan dengan pembangunan
negara (negara hukum) dan peradaban (kemajuan bangsa) maka terhadap perintah sedemikian itu,
seseorang bawahan wajib tidak taat.
Faktor Penyebab Insubordinasi
Kecenderungan perilaku pelanggaran tindak pidana dipengaruhi oleh dua macam faktor, yaitu faktor internal
dan eksternal. Faktor internal adalah faktor dari dalam individu prajurit meliputi kondisi fisik dan psikologis,
sedangkan faktor eksternal merupakan faktor lingkungan diluar individu prajurit. Berikut ini Penulis akan
mengemukakan faktor internal maupun eksternal yang mempengaruhi prajurit dalam melakukan tindak
pidana insubordinasi.
1. Faktor Internal
a. Tipe Kepribadian
b. Keimanan Dan Ketaqwaan
c. Pemahaan Terhadap Hukum
d. Moril
2. Faktor Eksternal
a. Peran Kepemimpinan
b. Situasi Lingkungan dan Kerja Pangkalan
c. Bebas Tugas
Contoh kasus Insubordinasi
Prajurit TNI dari Kompi B Yonzipur 17/AD di Balikpapan, Kalimantan Timur (Kaltim) Pratu berinisial K
menyerang komandannya, Kopda berinisial A menggunakan badik lantaran tidak terima dihukun. Akibatnya
Kopda A menderita luka robek di tangan, badan hingga kepala.
Peristiwa tersebut terjadi pada tanggal 8 Desember 2022. Saat itu Pratu K dan bebrapa rekan satu timnya
dikumpulkan untuj dihukum karena melakukan pelanggaran.
Tidak terima mendapatkan hukuman tendangan, pratu K kembali ke baraknya dan mengambil badik
miliknya. Setelah kembali ternyata komandan yang menghukumnya tidak ada di tempat jadi ia
menyembunyikan badik nya di pakaiannya. Tidak berselang lama komandan lainnya, yaitu Kopda A kembali
mengumpulkan Pratu K dan rekan-rekannya untuk menjalani hukuman susulan. Di mana saat itu Kopda A
melakukan tendangan ke arah Pratu K. Pratu K tidak terima dan menyerang Kopda A dengan badiknya
hingga tersungkur.
Korban sedang menjalani perawatan di RSUD Kanujoso Balikpapan. Sementara Pratu K sedang menjalani
pemeriksaan di Pomdam VI/Mulawarman. Penyelidikan juga sedang dilaksanakan terhadap anggota
Yonzipur 17/AD lainnya untuk menyelidiki apabila ada yang terlibat atau menjadi penyebab kejadian tersebut
sesuai prosedur hukum yang berlaku. Pratu K dikenakan pasal 351 ayat (2) KUHP tentang penganiayaan
dan pasal 106 KUHPM tentang Insubordinasi yang menyebabkan luka.
Saran
Kepemimpinan dan lingkungan yang sehat dalam kemiliteran menjadi aspek yang sangat penting
untuk meningkatkan moril para petugas. Dengan ini kami menyarankan agar menggunakan
kewenangan dengan bijak, tidak dengan semena-mena hanya karena semata-mata seseorang
memiliki pangkat dan/atau jabatan yang lebih tinggi dari yang lainnya. Ini tidak hanya berlaku
dalam dunia militer saja tetapi dalam kehidupan sehari-hari seperti dalam lingkungan kerja,
pendidikan dll.
Kami juga mengajak agar lebih meningkatkan pemahaman tentang hukum serta iman dan
ketaqwaan sebagai bekal agar dapat terciptanya masyarakat negara hukum yang sejahtera.