Anda di halaman 1dari 5

NAMA : SRI OSPINAWATI ISMAIL

KELAS/SEM : A/VI
NIM : 1011419122
TUGAS : HUKUM ACARA PERADILAN MILITER

ANALISIS KASUS TINDAK PIDANA MILTER

Studi Kasus Tindak Pidana Desersi Anggota TNI

1. KASUS POSISI

Tindak pidana desersi adalah merupakan suatu tindak pidana yang secara khusus

dilakukan oleh seorang militer karena bersifat melawan hukum dan bertentangan dengan

undang-undang yang telah di atur dalam Tindak pidana desersi Pasal 87 KUHPM.

Contoh kasus yang dapat mendefinisikan tindak pidana ini misalnya :

Terdakwa : Tuan A

Terdakwa di dakwa dengan perbuatan atau kejahatannya sebagai berikut adalah:

1) Pergi dengan maksud menarik diri untuk selamanya dari kewajiban-kewajiban

dinasnya,menghindari bahaya perang, menyebrang kemusuh atau memasuki dinas

militer pada suatu negara atau kekuasaan lain tanpa dibenarkan untuk itu.

2) Karena salahnya atau dengan sengaja melakukan ketidakhadiran tanpaizin dalam

waktu damai lebih lama dari 30 (tiga puluh) hari, dalamwaktu perang lebih lama dari

empat hari.

3) Dengan sengaja melakukan ketidakhadiran tanpa izin dan karenanyatidak ikut

melaksanakan sebagian atau seluruhnya dari suatu perjalananyang diperintahkan.

Setelah mencermati substansi rumusan tersebut diatas mengenai ketentuan cara bagi
seorang prajurit untuk menarik diri dari pelaksanaan kewajiban dinas, bahwa hakikat

dari tindak pidana desersi harus dimaknai bahwa pada diri prajurit yang melakukan

desersi harus tercermin sikap bahwa ia tidak ada lagi keingginan untuk berada dalam

dinas militer.

2. JENIS DAKWAAN

Adapun bentuk tuntutan pidana bagi anggota militer yang melakukan tindak

pidana desersi, tindak pidana insubordinasi dan tindak pidana mangkir dapat diselesaikan

menurut hukum disiplin atau penjatuhan sanksi pidana melalui Peradilan Militer.

Hukuman disiplin militer merupakan tindakan pendidikan bagi seorang militer yang

dijatuhi hukuman yang tujuannya sebagai tindakkan pembinaan (disiplin) militer.

Sedangkan pidana militer lebih merupakan gabungan antara pendidikan militer

dan penjeraan, selama terpidana tidak dipecat dari dinas militer. Penyelesaian menurut

hukum disiplin dilakukan dalam hal tindak pidana yang dilakukan sedemikian ringan

sifatnya dan bukan merupakan perbuatan tindak pidana, tetapi bertentangan dengan

perintah kedinasan atau perbuatan yang tidak sesuai dengan tata kehidupan prajurit

(pelanggaran disiplin), sehingga perkaranya dapat diselesaikan di luar Pengadilan,

misalnya: datang terlambat waktu apel, tidak menghormati atasan dan berpakaian kurang

rapi. Seorang militer yang telah melakukan pelanggaran yang telah disebutkan diatas

dapat dimintai bentuk pertanggungjawaban pidana berupa hukuman disiplin yang

terdapat dalam Pasal 8 UU Hukum Disiplin Prajurit ABRI berupa :

a. Teguran

b. Penahanan ringan paling lama 14 (empat belas) hari.


c. Penahan berat paling lama 21 (dua puluh satu) hari.

3. HUKUM ACARA

Untuk penyelesaian tindak pidana dalam lingkungan Tentara Nasional Indonesia

(TNI) diperlukan adanya peraturan guna mencapai keterpaduan cara bertindak antara para

pejabat yang diberi kewenangan dalam penyelesaian perkara pidana di lingkungan TNI.

Oleh karena itu, dikeluarkan Surat Keputusan KASAD Nomor : SKEP/239/VII/1996

mengenai Petunjuk Penyelesaian Perkara Pidana di Lingkungan TNI AD, sebagai

penjabaran dari Skep Pangab Nomor : Skep/711/X/1989 tentang penyelesaian perkara

pidana di lingkungan ABRI. Penyelesaian perkara pidana yang terjadi di lingkungan

Angkatan Bersenjata Republik Indonesia melewati beberapa tahap/tingkatan sebagai

berikut :

1) Tingkat penyidikan

2) Tingkat penuntutan

3) Tingkat pemeriksaan di persidangan

4) Tingkat putusan

Tahapan-tahapan tersebut di atas hampir sama dengan tahapan penyelesaian

perkara pidana di Peradilan Umum, hanya saja aparat yang berwenang untuk

menyelesaikan perkara, yang berbeda.

4. ANALISIS KASUS

Berdasar tinjauan kasus di atas maka analisis yang dapat dijabarkan yaitu,

keterangan bahwa tindakan militer itu dilakukan oleh anggota militer TNI yang dipacu
oleh beberapa faktor. Yang mana faktor penyebabnya pasti tidak tunggal, selalu ada

motif-motif yang bersifat pribadi, dan juga karena pengaruh lingkungan. Seorang prajurit

TNI melakukan tindak pidana militer disebabkan oleh faktor eksternal (dari luar) dan

faktor internal (dari dalam)

1) Faktor internal biasanya bersifat pribadi berupa ketidaksiapan mental untuk

menjadi seorang prajurit, masuk TNI karena memenuhi keinginan orangtua, tugas

yang terlalu berat dan tidak sesuai, ketidahharmonisan dalam rumah tangga serta

kebiasaan hidup tidak teratur dengan latar belakang tertentu sebelum menjadi

prajurit bisa juga menjadi pemicu, bisa juga kekeliruan cara pandang awal dalam

memilih profesi prajurit, yang dalam kenyataannya ternyata tak seindah yang

dibayangkan sebelumnya.

2) Sedangkan faktor eksternal disini dikarenakan karena lingkungan. Gangguan

lingkungan juga memberikan pengaruh besar, terutama jika ternyata menjadi

prajurit itu melelahkan, sementara imbalan ekonominya terbatas. Maka,

kadangkala beberapa oknum terlibat dalam tindak kriminal, seperti banyak hutang

disana-sini sehingga ia lebih memilih pergi meninggalkan kesatuan daripada

menyelesaikan masalahnya. Itu tentu kejadian yang sangat memprihatinkan, tetapi

sekaligus tantangan untuk meminimalkannya. Masalah tersebut bukan hanya

mencoreng pribadi, tetapi juga menodai kebanggaan korps. Sepanjang yang

diketahui, sikap tegas selalu dikedepankan oleh TNI untuk menjaga martabat

prajurit dengan penegakan hukum.

5. DAFTAR PUSTAKA
Lubis, M. H. K. (2013). Pertanggungjawaban Pidana dalam Tindak Pidana Militer (Studi

Tindak Pidana Militer di Kosek Hanudnas III Medan).

Chandra, R. (2020). Penyelesaian Kasus Hukum Di Lingkungan Pengadilan Militer

Dalam Perkara Tindak Pidana Penipuan Yang Dilakukan Oleh Anggota Tni.

Pamulang Law Review, 1(2), 175-186.

Anda mungkin juga menyukai