Anda di halaman 1dari 13

HUKUM PIDANA TINDAK KEJAHATAN

INSUBORDINASI

Disususn Oleh :

1. Muhamad Arya Adiatma (21400009)


2. Muhammad Fajri Husain (21400010)
3. Muhammad Rafli Wahyu (21400047)
◤ Tindak Pidana Insubordinasi

▪ DEFINISI

Menurut KBBI : Insubordinasi adalah perlawanan atau pemberontakan terhadap atasan dalam
hubungan dinas.

Dalam hukum pidana Militer, Insubordinasi merupakan tindak pidana melawan atasan yang
dilakukan oleh prajurit TNI di saat jam dinas, maupun diluar jam dinas dengan syarat atasan
tersebut mendapatkan surat perintah dinas untuk mengemban tugas atau mewakili kompi
kesatuannya.
Unsur-Unsur
◤ Tindak Pidana Insubordinasi

Dalam Pasal 106 KUHPM, unsur-unsur tersebut adalah:

1. Militer

2. Yang sengaja dengan tindakan nyata menyerang atasan

3. Melawannya dengan kekerasan atau ancaman kekerasan, Merampas kemerdekaannya


untuk bertindak ataupun memaksanya dengan kekerasan atau ancaman kekerasan
untuk melaksanakan atau mengabaikan suatu pekerjaan dinas.

4. Mengakibatkan luka.
ATASAN DAN BAWAHAN
• ATASAN
Menurut KBBI: Yang lebih tinggi, yang di atas, pimpinan.
Anggota yang memiliki pangkat atau jabatan yang lebih tinggi.

Pangkat yang lebih tinggi dapat dilihat dari berbagai aspek sebagai berikut:

1. Pangkat yang lebih tinggi.



2. Lamanya menyandang pangkat tersebut.
3. Lamanya menjadi militer
4. Usia.

Atasan diwajibkan untuk menjadi teladan yang baik bagi bawahannya


dalam ucapan, sikap, maupun perbuatan di dalam dan di luar kedinasan.

Atasan memiliki kewenangan untuk memerintah bawahannya. Akan tetapi, perintah


yangdititahkan harus berdasarkan kepentingan dinas, baik perintah yang secara lisan
maupun tertulis. Seorang atasan dilarang keras untuk menyalahgunakan wewenangnya
dan diwajibkan untuk menjalankannya dengan saksama, adil, dan objektif.
ATASAN DAN BAWAHAN
• BAWAHAN

Sedangkan bawahan adalah anggota militer yang memiliki kedudukan lebih rendah
dari anggota lainnya (Atasan) karena pangkat dan/atau jabatannya yang lebih rendah.
Seorang bawahan wajib untuk hormat, patuh dan taat kepada atasan serta menjunjung
tinggi semua perintah dinas dan arahan yang diberikan oleh atasan. Tidak hanya itu,
◤ bawahan juga
seorang
diwajibkan untuk:
a. memahami maksud dan isi perintah yang diberikan, apabila belum jelas wajib
bertanya kepada Atasan yang memberikan perintah;
b. Mengulangi isi perintah atau menyampaikan pemahaman tentang maksud perintah
tersebut kepada Atasan yang memberi perintah;
c. Menyampaikan laporan kepada Atasan yang memberi perintah atas pelaksanaan dan
hasil yang dicapai dari perintah
d. Bertanggung jawab kepada Atasan yang memberikan perintah atas pelaksanaan
perintah.
JENIS-JENIS

INSUBORDINASI DALAM KUHPM

1. Dengan sengaja dan dengan tindakan nyata mengancam dengan kekerasan, dipidana
maks 8 bulan (6 tahun apabila dilakukan dalam dinas). [Pasal 105]

2. Dengan sengaja dan dengan tindakan nyata melawan seorang atasan dengan
kekerasan atau ancaman kekerasan, Merampas kemerdekaannya untuk bertindak
ataupun memaksanya dengan kekerasan atau ancaman kekerasan untuk melaksanakan
atau mengabaikan suatu pekerjaan dinas, dipidana maks 9 tahun (10 tahun apabila
menyebabkan luka dan 12 tahun apabila menyebabkan kematian) [Pasal 106]

3. Insubordinasi dengan tindakan nyata yang direncanakan, dipidana maks 10 tahun (12
tahun apabila menyebabkan luka dan 15 tahun apabila menyebabkan kematian) [pasal
107]

4. Insudordinasi berkelompok, diancam karena perlawanan nyata bersama (muiteij),


dipidana maks 12 tahun (15 tahun apabila menyebabkan luka dan 20 tahun apabila
menyebabkan kematian) [pasal 108]

5. Insubordinasi dalam waktu perang, perlawanan nyata bersama di perahu atau pesawat
terbang yang berada di suatu tempat yang tidak terdapat pertolongan segera diancam
dengan hukuman mati, hukuman seumur hidup, atau maks 2- tahun. [pasal 109]
KEWAJIBAN
◤ MENAATI DAN TIDAK MENAATI

Dalam pasal 1 Peraturan Disiplin Militer (PDM) Perpem no. 24/1949 yang berbunyi
“Disiplin militer adalah suatu syarat mutlak untuk menetapi semua peraturan-peraturan
militer dan semua perintah-perintah kedinasan dari tiap-tiap atasan. Pun yang mengenai
hal yang kecil-kecil, dengan tertib, tepat dan sempurna”. Selanjutnya pasal 19 berbunyi
“... tiap-tiap anggota tentara wajib berinisiatif … berdasarkan keinsyafan bahwa tentara itu
bukan alat mati, tetapi organisasi hidup guna pembangunan negara dan kemajuan bangsa”.

Dari dua pasal tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa bagi seorang militer ada
kewajibhan menaati suatu perintah dan ada juga kewajiban untuk tidak menaatinya.

1. Wajib Menaati

Dalam pasal 1 tersebut disebutkan bahwa yang harus ditaati oleh bawahan yang
bersangkutan adalah peraturan-peraturan militer dan perintah kedinasan, tidak termasuk
peraturan-peraturan atau perintah-perintah pribadi seorang atasan yang tidak berdasar pada
peraturan-peraturan militer atau perintah kedinasan.

Seorang bawahan sudah sepantasnya melaksanakan perintah baik secara lisan ataupun
tertulis selama tidak menyeleweng/bertentangan dengan perintah dinas. Bahkan dalam
pasal 24 PDM dan 73 KUHDM ditentukan, walaupun pada seorang bawahan diberikan
hak untuk mengajukan keberatan terhadap suatu perintah yang diterimanya, namun
pengajuan keberatan tersebut tidak mengurangi wajib taatnya untuk menjalankan perintah
tersebut.

Wajib taat sudah melekat pada seorang militer sejak ia memasuki dinas militer.

1. Wajib Tidak Menaati

Di dalam kehidupan militer sebenarnya tidak wajar untuk menonjolkan ‘wajib tidak taat’,
karena hal ini akan dapat mengacaukan pembinaan wajib-taat sebagaimana ditekankan
dalam pasal 1 PDM. Namun demikian, mengingat bahwa seorang atasan tidak lebih
daripada seorang manusia yang dapat khilaf baik karena pengaruh-pengaruh dari dirinya
sendiri maupun dari luar, maka ada saja kemungkinan bahwa perintah yang diberikannya
sama sekali tidak ada hubungannya dengan kepentingan dinas baik secara sadar maupun
tidak.

Selanjutnya apabila diserasikan bunyi pasal 1 dan 19 PDM ternyata bahwa pada akhirnya
pelaksanaan suatu perintah harus demi pembangunan negara dan kemajuan bangsa
berdasarkan keinsyafan bahwa tentara itu bukan alat yang mati, akan tetapi adalah
organisasi hidup. Ini berarti apabila pelaksanaan suatu perintah akan bertentangan dengan
pembangunan negara (negara hukum) dan peradaban (kemajuan bangsa) maka terhadap
perintah sedemikian itu, seseorang bawahan wajib tidak taat.
FAKTOR
◤ TERJADINYA INSUBORDINASI
Kecenderungan perilaku pelanggaran tindak pidana dipengaruhi oleh dua macam faktor, yaitu faktor internal
dan eksternal. Faktor internal adalah faktor dari dalam individu prajurit meliputi kondisi fisik dan psikologis,
sedangkan faktor eksternal merupakan faktor lingkungan diluar individu prajurit.

1. Faktor Internal

a. Tipe Kepribadian yang buruk/cacat

b. Kurangnya Keimanan dan Ketaqwaan

c. Kurangnya Pemahaman tentang Hukum

d. Moril yang Rendah

2. Faktor Eksternal

a. Buruknhya peran kepemimpinan

b. Situasi lingkungan dan Pangkalan Kerja yang sepi dan monoton

c. Beban tugas fisik dan mental yang berlebih


◤ CONTOH KASUS INSUBORDINASI
Prajurit TNI dari Kompi B Yonzipur 17/AD di Balikpapan, Kalimantan Timur (Kaltim) Pratu berinisial K
menyerang komandannya, Kopda berinisial A menggunakan badik lantaran tidak terima dihukun. Akibatnya
Kopda A menderita luka robek di tangan, badan hingga kepala.

Peristiwa tersebut terjadi pada tanggal 8 Desember 2022. Saat itu Pratu K dan bebrapa rekan satu timnya
dikumpulkan untuj dihukum karena melakukan pelanggaran. Tidak terima mendapatkan hukuman tendangan,
pratu K kembali ke baraknya dan mengambil badik miliknya. Setelah kembali ternyata komandan yang
menghukumnya tidak ada di tempat jadi ia menyembunyikan badik nya di pakaiannya.

Tidak berselang lama komandan lainnya, yaitu Kopda A kembali mengumpulkan Pratu K dan rekan-rekannya
untuk menjalani hukuman susulan. Di mana saat itu Kopda A melakukan tendangan ke arah Pratu K. Pratu K
tidak terima dan menyerang Kopda A dengan badiknya hingga tersungkur. Korban sedang menjalani perawatan di
RSUD Kanujoso Balikpapan. Sementara Pratu K sedang menjalani pemeriksaan di Pomdam VI/Mulawarman.
Penyelidikan juga sedang dilaksanakan terhadap anggota Yonzipur 17/AD lainnya untuk menyelidiki apabila ada
yang terlibat atau menjadi penyebab kejadian tersebut sesuai prosedur hukum yang berlaku.

Pratu K diancam dengan pasal 351 ayat (2) KUHP tentang penganiayaan dan pasal 106 KUHPM tentang
Insubordinasi yang menyebabkan luka.
◤ SARAN

Kepemimpinan dan lingkungan yang sehat dalam kemiliteran menjadi aspek yang sangat
penting untuk meningkatkan moril para petugas. Dengan ini kami menyarankan agar
menggunakan kewenangan dengan bijak, tidak dengan semena-mena hanya karena
semata-mata seseorang memiliki pangkat dan/atau jabatan yang lebih tinggi dari yang
lainnya. Ini tidak hanya berlaku dalam dunia militer saja tetapi dalam kehidupan sehari-
hari seperti dalam lingkungan kerja, pendidikan dll.

Kami juga mengajak agar lebih meningkatkan pemahaman tentang hukum serta iman dan
ketaqwaan sebagai bekal agar dapat terciptanya masyarakat negara hukum yang sejahtera.

Anda mungkin juga menyukai