Anda di halaman 1dari 5

1. Apakah yg dimaksud dengan ANKUM?

2. Dalam peradilan Militer baik perbuatan kejahatan maupun perbuatan pelanggaran


siapa sajakah yg dapat diadili diperadilan tersebut.
3. Jelaskan keterlibatan ANKUM dalam Sistem Peradilan Militer?
4. Jelaskan persamaan & perbedaan proses peradilan militer dengan proses peradilan
Anak?
5. Uraikan dengan singkat makna dari Disersi?
6. Apakah faktor penyebab Disersi & bagaimana cara penanggulangannya?
7. Apakah yg dimaksud dengan Oditur baik dalam peradilan militer maupun dalam
peradilan Umum?

Jawaban :

1. Atasan yang Berhak Menghukum yang selanjutnya disebut Ankum adalah Atasan
yang diberi wewenang menjatuhkan Hukuman Disiplin Militer kepada Bawahan yang
berada di bawah wewenang komandonya. Ankum Atasan adalah Atasan Langsung
dari Ankum yang menjatuhkan Hukuman Disiplin Militer.
2. Peradilan militer mengadili perkara pidana atau disiplin tentara bagi anggota ABRI
atau orang – orang lain yang diperlakukan sama dengan ABRI. Lingkunga peradilan
militer mempunyai corak susunan yang berbeda meskipun berpuncak pada
Mahkamah Agung
Berdasarkan UU no 31 tahun 1997 peradilan militer disusun:
- Pengadilan Militer sebagai peradilan tingkat pertama bagi terdakwa berpangkat
atau yang disamakan dengan kapten ke bawah
- Pengadilan militer tinggi
- Pengadilan militer utama
3. Ankum dan Papera memiliki otoritas untuk menentukan apakah sebuah tindak
pelanggaran ditempatkan sebagai pelanggaran disiplin, tindak pidana militer atau
tindak pidana umum. Bahkan ketika sebuah pelanggaran hanya dianggap sebagai
sebuah pelanggaran disiplin, Ankum dapat langsung menentukan dan memberikan
hukuman. Papera, berdasarkan UU No. 31 Tahun 1997 punya diskresi untuk
menentukan apakah sebuah hasil penyidikan akan diteruskan ke tingkat penuntutan
atau tidak. Luasnya kewenangan kedua institusi tersebut serta kecenderungan
lingkungan militer yang eksklusif, membuka peluang yang sangat luas bagi terjadinya
penutupan/pemberhentian terhadap kasus-kasus yang sebenarnya merupakan wilayah
hukum pidana umum.
Peraturan Pemerintah ini harus pula secara tegas menjelaskan pengertian dan
golongan perwira yang hendak diperiksa melalui DKP.
a. Kewenangan Ankum dan Papera harus dibatasi. Ankum dan Papera tidak boleh
punya wewenang penuh dalam menentukan yurisdiksi pengadilan terkait dengan
tindak pidana yang dilakukan oleh prajurit TNI.
b. Peradilan militer harus mengadopsi mekanisme habeas corpus, yaitu mekanisme
untuk mempertanyakan (complaint)sekaligus menguji sah tidaknya suatu tindakan
penangkapan atau penahanan, serta mekanismemekanisme lain yang merupakan
bentuk perlindungan terhadap hak-hak tersangka/terdakwa di lingkungan
peradilan militer. Dengan adanya mekanisme-mekanisme tersebut hak asasi
tersangka dan keluarganya dalam peradilan militer akan lebih terjamin dan
terlindungi.
c. Struktur kekuasan pengadilan militer harus diubah, di mana Pengadilan militer
adalah sebagai pengadilan tingkat pertama untuk semua prajurit yang melakukan
tindak pidana militer, sedangkan Pengadilan Utama adalah pengadilan tingkat
banding.
4. Peradilan militer hanya menangani perkara pidana dan sengketa tata usaha bagi
kalangan militer. Badan yang menjalankan terdiri dari Pengadilan Militer, Pengadilan
Militer Tinggi dan Pengadilan Militer Utama. Pengadilan Militer adalah pengadilan
tingkat pertama bagi perkara pidana yang terdakwanya berpangkat Kapten atau di
bawahnya. Pengadilan Militer Tinggi sebagai pengadilan tingkat banding untuk
putusan Pengadilan Militer, sekaligus pengadilan tingkat pertama untuk perkara
pidana dengan terdakwa berpangkat Mayor atau di atasnya.Pengadilan Militer Tinggi
juga pengadilan tingkat pertama bagi sengketa tata usaha angkatan bersenjata.
Sedangkan Pengadilan Militer Utama ialah pengadilan tingkat banding atas putusan
Pengadilan Militer Tinggi.Dasar hukum peradilan ini adalah berdasarkan UU No.31
Tahun 1997 tentang Peradilan Militer.
Acara persidangan anak dilakukan sebagai berikut:
a. Persidangan dilakukan secara tertutup;
b. Hakim, Penuntut Umum dan Penasihat Hukum Terdakwa tidak menggunakan
Toga;
c. Sebelum sidang dibuka, Hakim memerintahkan agar Pembimbing
Kemasyarakatan menyampaikan laporan hasil Penelitian Kemasyarakatan
(Litmas) mengenai anak yang bersangkutan;
d. Selama dalam persidangan, Terdakwa wajib didampingi oleh orang tua atau
wali atau orang tua asuh, penasihat hukum dan pembimbing kemasya¬rakatan;
e. Pada waktu memeriksa saksi, Hakim dapat memerintahkan agar Terdakwa
dibawa keluar ruang sidang, akan tetapi orang tua, wali atau orang tua asuh,
Penasihat Hukum, dan Pembimbing Kemasyarakatan tetap hadir;
f. Dalam persidangan, Terdakwa Anak dan Saksi Korban Anak dapat juga
didampingi oleh Petugas Pendamping atas izin Hakim atau Majelis Hakim;
g. Putusan wajib diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum;
5. Desersi merupakan tindakan meninggalkan tugas tanpa pemberitahuan melewati
jangka waktu yang telah ditentukan aturan. Istilah desersi kerap digunakan dalam
dunia kepolisian dan militer. Dalam dunia kepolisian, desersi dapat diartikan sebagai
tindakan meninggalkan tugas tanpa izin dalam waktu lebih dari 30 hari.
6. Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Tindak Pidana Desersi Secara umum, anggota
prajurit militer disebut melakukan tindak pidana desersi karena pergi dengan maksud
menarik diri untuk selamnaya dari kesatuan dinasnya, menghindari bahaya perang,
menyeberang ke wilayah musuh dan dengan secara tidak sah masuk dinas militer
negara asing. Faktor – faktornya:
a. Faktor Mental (Psikologi). Faktor ketidaksiapan mental untuk menjadi prajurit
dengan tingkat disiplin militer yang tinggi terjadi karena kekeliruan cara pandang
awal dalam memilih profesi sebagai anggota prajurit TNI AD, sehingga pada
kenyataannya ternyata tidak semudah yang dibanyangkan.
b. Faktor tidak bisa mengelola keuangan dengan baik (faktor ekonomi).
Ketidakharmonisan dalam rumah tangga serta tidak bisa mengelola keuangan
dengan baik antara pemasukan gaji dengan pengeluaran untuk kebutuhan juga
menjadi pemicu timbulnya tindak pidana desersi yang dilakukan oleh anggota
prajurit TNI AD.
c. Faktor pergaulan (Lingkungan). Kebiasaan hidup yang terlalu tinggi yang
disebabkan pada kepribadian anggota prajurit TNI AD menyebabkan ia
dipengaruhi oleh keinginannya sendiri. Hal tersebut harus dipahami oleh setiap
anggota parjuti TNI bahwa penghasilan TNI tidak terlalu tinggi.
Upaya dalam Menanggulangi Terjadinya Tindak Pidana Desersi Sistem peradilan
pidana atau criminal justice system merupakan suatu mekanisme kerja dalam
penanggulangan kejahatan dengan mempergunakan dasar pendekatan sistem. Pada
sistem peradilan pidana terdapat komponen-komponen peradilan pidana yaitu terdiri
dari Kejaksaan, Pengadilan dan Lembaga Permasyarakatan. Tujuan diadakannya
sistem peradilan pidana menurut Abdussalam dan DPM Sitompul adalah :

1. Mencegah masyarakat menjadi korban kejahatan.


2. Menyelesaikan kasus kejahatan yang terjadi sehingga masyarakat puas bahwa
keadilan telah ditegakkan dan yang bersalah di pidanakan.
3. Mengusahakan agar mereka yang pernah melakukan kejahatan tidak lagi
mengulanginya.

Menurut informan, setiap satuan TNI AD juga memiliki upaya pencegahan dan
penanggulangan tindak pidana desersi. Informan menambahkan bentuk upaya
pencegahan dan upaya penanggulangan secara umum tersebut terdiri dari :

1. Apel Pagi Kegiatan pagi ini berupa evaluasi dan pengarahan dari komandan
satuan yang selalu dilaksanakan pada setiap pahi hari sekitar pukul : 07.00 WIB
dan pada hari senin setelah upacara selesai. Kegiatan apel pagi ini menjadi agenda
rutin sesaat sebelum aktifitas dinas dilaksanakan.
2. Jam Komandan Kegiatan evaluasi khusus ini agendanya tergantung kepada
komandan itu sendiri. Jam komandan ini maksudnya adalah pengarahan kepada
seluruh anggota prajurit kesatuannya yang bentuk nya itu berupa saran, perintah,
teguran-teguran agar selalu patuh dan taat terhadap tugas kedinasan serta hukum
yang berlaku dilingkungan militer TNI AD.
7. Oditur Militer dan Oditur Militer Tinggi yang selanjutnya disebut Oditur adalah
pejabat yang diberi wewenang untuk bertindak sebagai penuntut umum, sebagai
pelaksana putusan atau penetapan Pengadilan dalam lingkungan peradilan militer atau
Pengadilan dalam lingkungan peradilan umum dalam perkara pidana, dan sebagai
penyidik sesuai dengan ketentuan Undang-undang ini. Oditur Jenderal Angkatan
Bersenjata Republik Indonesia yang selanjutnya disebut Oditur Jenderal adalah
penuntut umum ter-tinggi di lingkungan Angkatan Bersenjata, pimpinan dan
penanggung jawab tertinggi Oditurat yang mengendalikan pelaksanaan tugas dan
wewenang Oditurat.

8.

Anda mungkin juga menyukai