Anda di halaman 1dari 9

NASKAH TUGAS TUTORIAL KE-2

AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK


UNIVERSITAS TERBUKA

SOAL 1
Terdapat beberapa stadar yang diterapkan pada sector publik salah satunya adalah standar
pelayanan minimal (SPM)

Pertanyaan:

Kemukakan apa yang diketahui tentang standar pelayanan minimal, apa unsur-unsur dasar dalam
menentukan standar pelayanan minimal dan berikan contoh penerapannya pada sektor publik!

SOAL 2
Terdapat standar akuntansi dalam sektor publik yang diterapkan untuk melakukan pemeriksaan
keuangan negara

Pertanyaan:

Kemukakan hal apa yang biasanya dilakukan dalam proses pemeriksaan keuangan negara!
Jelaskan dan berikan contoh kegiatannya!

SOAL 3
Terdapat beberapa pendekatan yang dilakukan oleh pemerintah dalam perencanaan publik
diantaranya adalah pendekatan top down dan pendekatan buttom up.

Pertanyaan:

Jelaskan perbedaan pendekatan top down dan pendekatan buttom up dan kemukakan pendekatan
mana yang tepat digunakan dalam sistem pemerintahan desentralisasi!

SOAL 4
Terdapat enam sistem penganggaran publik yaitu line item budgeting, performance budgeting,
incremental budgeting, planning programing budgeting system, zero based budgeting dan medium
term budgeting framework.

Pertanyaan:

Dari keenam sistem penganggaran yang ada, sistem manakah yang tepat digunakan dalam
perencanaan jangka panjang, jelaskan!

Nama : Miyami Tasiyanakao

NIM : 043775452

Mata Kuliah : Akuntansi Sektor Publik

Jawaban:

1. Standar Pelayanan Minial (SPM) adalah suatu standar dengan batas – batas tertentu untuk
mengatur kinerja penyelenggaraan kewenangan wajib organisasi publik yang berkaitan
dengan pelayanan dasar kepada masyarakat yang mencakup jenis pelayanan, indikator dan
nilai (benchmark). Dengan kata lain, standar pelayanan minimal adalah tolok ukur kinerja
dalam menentukan capaian jenis dan mutu pelayanan dasar oleh organisasi yang kepada
masyarakat atau konsumen.

Tiga komponen unsur berdasarkan Rod Glimour dalam Australian Capital Territory
Government, September 1999:
a. Penelitian/riset pelanggan (masyarakat yang mengakses pelayanan) meminta pendapat
para pelanggan terhadap layanan apa yang mereka pikir harus diisediakan oleh
pemerintah dan bagaimana pelayanan tersebut harus dibberikan kepada mereka.
Penelitian ini juga telah berpusat pada tingkat kepuasan pelanggan terhadap layanan –
layanan sehingga memungkinan untuk menentukan area atau hal – hal yang diperbaiki.
b. Menetapkan standar. Hal ini telah melibatkan sejumlah proses kunci. Komitmen untuk
Laporan Layanan dipajang bagi pelanggan dan hal ini dapat dianggap sebagai jaminan
komitmen layanan yang akan diberikan. Standar pelayanan pelanggan menyediakan
staf dengan seperangkat minimal standar praktek terbaik yang harus dilakukan untuk
praktek kerja mereka dalam berurusan dengan pelanggan internal dan eksternal.
Komponen ketiga dalam penetapan standar adalah penghargaan atau award untuk
layanan pelanggan. Awards dijalankan bersama – sama dengan aturan yang ada dan
bertujuan untuk mengenali dan menghargai keunggulan dalam layanan pelanggan, baik
secara swasta maupun sektor publik.
c. Merubah cara kita melakukan bisnis. Dengan menggunakan hasil riset kepuasan
pelanggan dan umpan baiknya pemerintah mampu untuk melihat lebih dekat proses
bisnis yang dilakukan organisasi dan mampu untuk mendesain cara yang lebih baik
untuk melakukannya.

Contoh penerapannya: mengadakan kuisioner atau angket kepanan pelanggan untuk


melihat tingkat kepuasan pelanggan, membuat peraturan dan SOP bagi karyawan serta
mengadakan pemilihan karyawan terbaik setiap bulan atau tahun.

2. Standar pemeriksaan sektor publik biasanya dilakukan dengan :


a. Prosedur analitis (analytical procedures)
Prosedur analitis terdiri dari penelitian dan perbandingan hubungan diantara data.
Prosedur ini meliputi perhitungan dan penggunaan rasio – rasio sederhana, analisis
vertikal atau laporan presentase, perbandingan jumlah yang sebenarnya dengan data
historis atau anggaran serta penggunaan model matematis dan statistik, seperti analisi
regresi. Contoh nya adalah membandingkan item belanja pada anggaran dan item
realisasi belanja. Hasil perbandingan akan menunjukkan ada atau tidaknya
penyimpangan jumlah realisasi belanja dari jumlah yang dianggarkan sebelumnya.
b. Inspeksi (inspecting)
Meliputi pemeriksaan rinci terhadap dokumen, dan catatan serta pemeriksaan sumber
daya berwujud. Prosedur ini, digunakan secraa luas dalam auditing. Inspeksi seringkali
digunakan dalam mengumpulkan dan mengevaluasi bukti, bottom-up maupun top-
down. Contoh kegiatan inspeksi adalah pemeriksaan terhadap bukti – bukti transaksi
seperti rekening bank, kuitansi atau tanda terima lainnya untuk mengevaluasi apakah
transaksi yang dilakukan sesuai atau menyimpang dengan rencana dan anggaran yang
telaah ditetapkan.
c. Konfirmasi (confirming)
Meminta konfirmasi adalag bentuk permintaan keterangan yang memingkinkan auditor
memperoleh informasi secara langsung, dari sumber independen di luar organisasi
sektor publik yang diaudit. Contoh kegiatan adalah meminta keterangan pada
bendahara pengeluaran terkait bukti – bukti transaksi pembelian atauu pengalokasian
anggaran yang telah dilakukannya.
d. Permintaan keterangan (inquiring)
Melipputi permintaan keterangan secara lisan atau tertulis oleh auditor. Permintaan
keterangan tersebut biasanya ditujukan kepada manajemen atau karyawan organisasi
sektor publik, umumnya berupa pertanyaan – pertanyaan yang timbul setelah
dilaksanakannya prosedur analitis. Contoh kegiatannya adalah auditor meminta
keterangan bendahara pengeluaran atas ketidaksesuaian jumlah pengeluaran
(berdasarkan bukti transaksi yang ada) dari jumlah anggaran yang telah ditetapkan
sebelumnya.
e. Perhitungan (counting)
Dua aplikasi yang paling umum dari perhitungan adalah 1. Perhitungan fisik
sumberdaya berwujud, seperti jumlah kas dan persediaan. Dan 2. Akuntansi seluruh
dokumen, dengan nomor urut yang telah dicetak. Contoh kegiatan ini adalah auditor
menghitung aset yang telah dibeli bagian pengadaan berdasarkan bukti transaksi yang
ada.
f. Penelusuran (Tracing)
Dalam penelusuran yang sering disebut penelurusan ulang, auditor
1. Memilih dokumen yang dibuat pada saat transaksi dilaksanakan
2. Menentukan bahwa informasi yang diberikan oleh dokumen tersebut telah dicatat
dengan benar dalam catatan akuntansi.

Contoh kegiatannya auditor membandingkan antara angka yang tertera di dalam


kuitansi – kuitansi dari transaksi yang telah dilakukan dengan jumlah angka yang
tertera di dalam jurnal.

g. Pemeriksaan bukti pendukung (Vouching)


Meliputi:
1. Pemilihan ayat jurnal dalam catatan akuntansi
2. Mendapatkan serta memeriksa dokumen yang digunakansebagai dasar ayat jurnal
tersebut untuk menentukan validitas dan ketelitian pencatatan akuntansi.

Contoh kegiatannya adalah auditor memilih ayat jurnal ”pembelian ATK” di jurnal
kemudian membandingkannya dengan kuitansi ”pembelian ATK” tersebut atau tanda
terimanya.

h. Pengamatan (Observing)
Berkaitang dengan memerhatikan dan menyaksikan pelaksanaan beberapa kegiatan
atau proses.
Contoh kegiatannya adalah auditor mengamati kegiatan bendahara gaji dalam
menjurnal ketika mengeluarkan gaji kepada para pegawai.
i. Pelaksanaan Ulang (reperforming)
Adalah perhitungan dan rekonsiliasi yang dibuat oleh organisasi sektor publik yang
diaudit. Contoh kegiatannya adalah auditor menghitung ulang depresiasi kendaraan
milik organisasi berdasarkan umur ekonomis yang sebenarnya.
j. Teknik audit berbantuan komputer (computer-assisted audit techniques)
Audiitor dapat menggunakan teknik audit berbantuan komputer untuk membantu
melaksanaan beberapa prosedur yang telah diuraikan. Contoh kegiatannyaadalah
auditor memeriksa angka – angka di dalam file jurnal bendahara dan
membandingkannya dengan kuitansi pembalian, kuitansi pendapatan dan bukti
transaksi lainnya.
k. Pengujian pengendalian
Terdapat 2 tipe pengujian pengendalian :
1. Pengujian pengendalian yang berkaitan langsung dengen keefektifan desain
kebijakan atau prosedur dan apakah benar – benar digunakan dalam kegiatan
organisasi.
2. Pengujian pengendalian yang berkaitan dengan keefektifan kebijakan dan prosedur
dan bagaimana pengaplikasiannya, konsistennya dengan aplikasi sebelumnya dan
oelh siapa aplikasi trersebut dilakukan selama periode audit.

Contoh kegiatannya auditor meembandingkan dokumen SOP atau petunjuk teknis


pegawai, dan mengamati pelaksanaannya di lapangan.

l. Pengujian subantif
Dua kategori pengujian subtantif:
- Prosedur analitis, merupakan suatu prosedur dalam menyediakan bukti – bukti
tentang validiyas perlakuan akuntansi atas transaksi dan neraca atau sebaliknya
tentang kesalahan atau ketidakberesan yang terjadi.
- Pengujaain rinci atas transaksi atau neraca merupakan suatu pengujian untuk
menyediakan bukti – bukti tentang validitas perlakuan akuntansi atau transaksi dan
neraca atau seabeliknya tentang kesalahan atau ketidakberesan yang terjadi.

Contoh kegiatannya adalah auditor memeriksa secaara rinci angka dan jumlah
transaksu yang terjadi, dimulai dari pemeriksaan seluruh bukti transaksi, catatan dalam
jurnal, posting dalam buku besar hingga laporan yang telah terjadi.

3. Top down planning adalah model per encan a an yang di l akukan dari at as a n
yang ditujukan kepada bawahannya dimana yang mengambil keputusan adalah
atasan sedangkan bawahan hanyas ebagai pelaksana saja. Dalam pengertian lain terkait
d e n g a n p e m e r i n t a h a n , p e r e n c a n a a n t o p down planning atau perencanaan atas
adalah perencanaan yang dibuat oleh pemerintah d i t u j u k a n kepada
m a s y a r a k a t d i m a n a masyarakat sebagai pelaksana saja.
Sedangkan Bottom Up Planning adalah perencanaan yang dibuat
b e r d a s a r k a n kebutuhan, kei nginan dan perm asal aha n yang dihadapi oleh
bawahan bersama-sama dengan atasan menetapkan kebijakan atau pengam bi l an
keput usan dan at as a n j ug a berfungsi sebagai fasilitator. Sedangkan dalam
pengertian dibidang pemerintahan, bottom up planning atau perencanaan bawah
adalah perencanaan yang disusun berdasarkan kebutuhan mereka sendiri dan
pemerintah hanya sebagai fasilitator.
Pendekatang atas-bawah dan bawah-atas dalam perencanaan dilaksanakan menurut
jenjang yang ada di dalam organisasi. Rencana hasil proses atas-bawah dan bawah-atas
diselaraskan melalui musyawarah yang dilaksanakan beik di tingkat nasional, provinsi,
kabupaten/kota, kecamatan dan desa.

Di era desentralisasi seperti sekarang, proses perencanaan pembangunan sudah


mengalami pergeseran paradigma. Proses bottom-up planning sudah mulai dilakukan
secara lebih intensif dibandingkan masa sebelumnya. Kemudian, tataran pelaksanaan
pembangunan juga sudah lebih melihat kepentingan daerah dan lebih banyak melibatkan
masyarakat dan dunia usaha.

4. Dari keenam sistem penganggaran yang ada, sistem yang tepat digunakan dalam
perencanaan jangka panjang adalah
1) Line item budgeting
adalah proses penyusunan anggaran didasarkan pada dan dari mana dan berasal (pos-
pos penerimaan) dan untuk apa dana tersebut digunakan (pos-pos pengeluaran). Jenis
anggaran ini relatif dianggap paling tua dan banyak mengandung kelemahan atau
sering pula disebut 'traditional budgeting'. Walaupun tak dapat disangkal 'line-item
budgeting' sangat populer penggunaannya karena dianggap mudah untuk
dilaksanakan.
2) Performance budgeting
adalah sistem penganggaran yang berorientasi pada 'out put' organisasi dan berkaitan
sangat erat dengan Visi, Misi, dan Rencana Strategis Organisasi. 'Performance
budgeting' mengalokasikan sumber daya pada program, bukan pada unit organisasi
semata dan memakai 'out put measurement' sebagai indikator kinerja organisasi.
3) Incremental budgeting
adalah sistem anggaran belanja dan pendapatan yang memungkinkan revisi selama
tahun berjalan, sekaligus sebagai dasar penentuan usulan anggaran periode tahun yang
akan datang. Angka di pos pengeluaran merupakan pembanding (kenaikan) dari
angka periode sebelumnya. Permasalahan yang harus diputuskan bersama adalah
metode kenaikan/penurunan (incremental) dai angka anggaran tahun sebelumnya.
Logika system anggaran ini adalah bahwa seluruh kegiatan yang dilaksanakan
merupakan kelanjutan kegiatan dari tahun sebelumnya.
4) Planning programing budgeting system
adalah suatu proses perencanaan, pembuatan program, dan penganggaran yang
terkait dalam suatu sistem sebagai kesatuan yang bulat dan tidak terpisah-pisah, dan
didalamnya terkandung identifikasi tujuan organisasi atas permasalahan yang
mungkin timbul. Proses pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengawasan
terhadap semua kegiatan sangat diperlukan selain pertimbangan atas implikasi
keputusan terhadap berbagai kegiatan di masa yang akan datang.
5) Zero based budgeting
merupakan sistem anggaran yang didasarkan pada perkiraan kegiatan, bukan pada
apa yang telah dilakukan di masa lalu. Setiap kegiatan akan dievaluasi secara
terpisah. Ini berarti berbagai program dikembangkan dalam visi tahun yang
bersangkutan
6) Medium term budgeting framework
adalah suatu kerangka startegis kebijakan pemerintah tentang anggaran belanja untuk
departemen dan lembaga pemerintah non departemen. Kerangka ini memberikan
tanggung jawab yang lebih besar kepada departemen untuk menetapkan alokasi dan
penggunaan sumber dana pembangunan. Keberhasilan MTBF tergantung pada
mekanisme pengambilan keputusan anggaran secara agregat yang didasarkan pada
skala prioritas.
Menurut saya, sistem yang paling dapat digunakan jangka panjang adalah medium
term budgeting framework karena merupakan suatu pendekatan penganggaran
berdasarkan kebijakan, dengan pengambilan keputusan terhadap kebijakan tersebut
dilakukan dalam perspektif lebih dari satu tahun anggaran, dengan
mempertimbangkan Implikasi Biaya keputusan tahun berikutnya yang dituangkan
dalam prakiraan maju

Sumber: BMP EKS14201 Modul 5-6

Anda mungkin juga menyukai