Anda di halaman 1dari 23

HUKUM PIDANA MILITER

INDONESIA

SUPRIYADI
Departemen Hukum Pidana

Program Studi S1 Ilmu Hukum


Fakultas Hukum UGM
Tahun 2019
REFERENSI

 S.R. Sianturi, Hukum Pidana Militer di Indonesia,


Alumni AHM-PTHM, Jakarta, 1984.
 Darwan Prinst, Peradilan Militer, Citra Aditya Bakti,
Jakarta, 2003.
 Moch. Faisal Salam, Peradilan Militer di Indonesia,
Mandar Maju, Bandung, 2004.
 Supriyadi, “Reformulasi Kewenangan Mengadili
Tindak Pidana Umum oleh Militer di Indonesia”,
Disertasi, Fakultas Hukum UGM, Yogyakarta, 2015.
 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Militer.
 Ketetapan MPR No. VII/MPR/2000.
 Undang-Undang No. 31 Tahun 1997.
 Undang-Undang No. 34 Tahun 2004.
 Undang-Undang No. 25 Tahun 2014.
HUKUM MILITER

Pengertian Hukum Militer :


peraturan-peraturan yang bersifat khusus dan
hanya berlaku bagi militer.
militer hanya mencakup Tentara Nasional Indonesia
(TNI) yang terdiri atas Angkatan Darat, Angkatan
Laut, Angkatan Udara.
Ruang Lingkup Hukum Militer :
Hukum Pidana Militer (Materiil).
Hukum Acara Pidana Militer (Formil).
Hukum Pelaksanaan Pidana Militer (Penitensier).
Hukum Disiplin Militer.
Hukum Tata Usaha Militer.
HUKUM PIDANA MILITER (1)

Pengertian Hukum Pidana Militer (Materiil) :


bagian dari hukum militer;
yang mengatur perbuatan-perbuatan yang
dilarang;
yang diancam dengan sanksi berupa pidana; dan
syarat yang harus dipenuhi agar orang yang
melakukan perbuatan yang dilarang dapat dijatuhi
pidana.
Kesimpulan :
Hukum Pidana Militer (Materiil) mengatur tiga hal
yaitu tindak pidana, sanksi pidana,
pertanggungjawaban pidana.
HUKUM PIDANA MILITER (2)
Sumber Hukum Pidana Militer (Materiil) :
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Militer
(KUHPM).
KUHPM berasal dari Belanda, yaitu Wetboek van
Militaire Strafrecht voor Nederlandsch Indie (WvMS
v. NI).
WvMS v. NI diubah menjadi WvMS dan
diberlakukan di Indonesia melalui UU No. 39 Tahun
1947.
WvMS disebut dengan Kitab Undang-Undang
Hukum Pidana Tentara (KUHPT) atau sering disebut
dengan KUHPM.
KUHPM terdiri dari dua buku, yaitu Buku I tentang
Ketentuan Umum dan Buku II tentang Kejahatan
HUKUM PIDANA MILITER (3)
Tindak Pidana dalam KUHPM :
Tindak pidana (kejahatan) yang dirumuskan dalam Buku
II KUHPM disebut “tindak pidana militer”.
Tindak pidana militer dalam KUHPM bisa digolongkan
menjadi “tindak pidana militer murni” dan “tindak pidana
militer campuran”.
Tindak pidana militer murni adalah tindak pidana militer
yang hanya bisa dilakukan oleh militer, misalnya desersi
dan insubordinasi.
Tindak pidana militer campuran adalah tindak pidana
yang diatur dan dirumuskan dalam KUHP, kemudian
dimasukkan ke dalam KUHPM karena pertimbangan
kepentingan militer, misalnya kejahatan terhadap
keamanan negara, kejahatan pencurian dan penadahan,
kejahatan perusakan, penghancuran, atau penghilangan
barang militer.
HUKUM PIDANA MILITER (4)
Sanksi Pidana dalam KUHPM :
Sanksi pidana yang diancamkan dan bisa dijatuhkan
terhadap tindak pidana militer dalam KUHPM dibedakan
menjadi pidana pokok dan pidana tambahan.
Pidana pokok meliputi :
1. pidana mati.
2. pidana penjara.
3. pidana kurungan.
4. pidana tutupan.
Pidana tambahan meliputi :
1. pemecatan dari dinas militer.
2. penurunan pangkat.
3. pencabutan hak dalam Pasal 35 ayat (1) angka 1, 2, 3
KUHP.
HUKUM PIDANA MILITER (5)

Pertanggungjawaban Pidana dalam KUHPM :


Subyek pelaku tindak pidana militer dalam KUHPM
bisa mencakup “militer” dan “orang yang
berdasarkan undang-undang dipersamakan dengan
militer”.
Pertanggungjawaban terhadap pelaku tindak pidana
militer dalam KUHPM menganut asas kesalahan atau
pertanggungjawaban pidana berdasarkan kesalahan
(liability based on fault).
Pertanggungjawaban terhadap pelaku tindak pidana
militer dalam KUHPM menganut asas individual atau
pertanggungjawan pidana secara pribadi (individual
criminal responsibility).
HUKUM ACARA PIDANA MILITER (1)

Pengertian Hukum Acara Pidana Militer :


bagian dari hukum militer yang mengatur proses
penyelesaian tindak pidana yang dilakukan oleh
militer.
tindak pidana yang dilakukan oleh militer bisa
mencakup “tindak pidana militer” maupun “tindak
pidana umum”.
tindak pidana militer merupakan semua tindak
pidana yang diatur dan dirumuskan di dalam
KUHPM.
tindak pidana umum merupakan semua tindak
pidana yang diatur dan dirumuskan di luar KUHPM.
HUKUM ACARA PIDANA MILITER (2)

Sumber Hukum Acara Pidana Militer :


UU No. 31 Tahun 1997.
Tap MPR No. VII/MPR/2000.
UU No. 34 Tahun 2004.
HUKUM ACARA PIDANA MILITER (3)
Perubahan Paradigma Hukum Acara Pidana
Militer :
Pasal 9 angka 1 UU No. 31 Tahun 1997 : “militer yang
melakukan tindak pidana (tindak pidana militer dan tindak
pidana umum) diadili di Peradilan Militer.
Pasal 3 ayat (4) huruf a Tap MPR No. VII/MPR/2000 :
“militer yang melakukan tindak pidana militer diadili di
Peradilan Militer, sedangkan militer yang melakukan tindak
pidana umum diadili di Peradilan Umum”.
Pasal 65 ayat (2) UU No. 34 Tahun 2004 : “militer yang
melakukan tindak pidana militer diadili di Peradilan Militer,
sedangkan militer yang melakukan tindak pidana umum
diadili di Peradilan Umum”.
Militer yang melakukan tindak pidana umum belum bisa
diadili di Peradilan Umum karena terkendala Pasal 74 UU
No. 34 Tahun 2004 : karena mensyaratkan adanya revisi UU
No. 31 Tahun 1997.
HUKUM ACARA PIDANA MILITER (4)

Mekanisme Hukum Acara Pidana Militer :


Penyidikan.
Penyerahan Perkara.
Pemeriksaan Sidang Pengadilan.
Pelaksanaan Putusan.
HUKUM ACARA PIDANA MILITER (5)

Penyidikan :
Tindakan Penyidik TNI untuk mencari dan
mengumpulkan bukti-bukti agar membuat
terang tindak pidana dan menemukan
tersangkanya.
Penyidik TNI meliputi Atasan Yang Berhak
Menghukum (Ankum), Polisi Militer, dan Oditur.
Penyelidikan merupakan fungsi dan
kewenangan yang melekat dalam penyidikan,
sehingga tidak diatur dalam Hukum Acara Pidana
Militer (UU Peradilan Militer).
HUKUM ACARA PIDANA MILITER (6)
Penyerahan Perkara :
Tindakan Perwira Penyerah Perkara (Papera) untuk
menyerahkan perkara tindak pidana yang dilakukan oleh
militer ke Peradilan Militer.
Papera terdiri atas Panglima TNI, Kepala Staf (KSAD,
KSAL, KSAU), dan perwira militer lainnya minimal
setingkat Komandan Korem.
Penyerahan perkara berarti memerintahkan Oditur untuk
melakukan “penuntutan” tindak pidana yang dilakukan
oleh militer ke Peradilan Militer.
Penuntutan merupakan tindakan oditur untuk
melimpahkan perkara tindak pidana yang dilakukan oleh
militer ke Peradilan Militer.
Tahap penuntutan merupakan bagian dari tahap
penyerahan perkara.
HUKUM ACARA PIDANA MILITER (7)
Pemeriksaan Sidang Pengadilan :
Tindakan hakim di Peradilan Militer untuk menerima,
memeriksa, dan memutus perkara tindak pidana yang
dilakukan oleh militer.
Pemeriksaan sidang pengadilan terdiri atas acara
pemeriksaan biasa, acara pemeriksaan cepat, acara
pemeriksaan koneksitas, acara pemeriksaan khusus.
Alat bukti terdiri atas (a) keterangan saksi, (b)
keterangan ahli, (c) keterangan terdakwa, (d) surat, (e)
petunjuk.
Putusan pengadilan terdiri atas putusan bebas
(vrijspraak), putusan lepas (onslag van alle
rechtsvervolging), putusan pemidanaan (veroordeling).
Upaya hukum terdiri atas upaya hukum biasa (banding
dan kasasi) dan upaya hukum luar biasa (peninjauan
kembali dan kasasi demi kepentingan hukum).
HUKUM ACARA PIDANA MILITER (8)

Pemeriksaan Sidang Pengadilan :


Pemeriksaan sidang pengadilan di Peradilan Militer
dilaksanakan oleh :
1. Pengadilan Militer.
2. Pengadilan Militer Tinggi.
3. Pengadilan Militer Utama.
Pemeriksaan sidang pengadilan atas tindak pidana yang
dilakukan oleh militer pada waktu perang dilaksanakan
oleh pengadilan khusus yang dikenal sebagai Pengadilan
Militer Pertempuran.
HUKUM ACARA PIDANA MILITER (9)

Pengadilan Militer :
Berwenang mengadili pada tingkat pertama
terhadap tindak pidana yang dilakukan oleh militer
berpangkat kapten ke bawah.
Berkedudukan di Banda Aceh, Medan, Padang,
Palembang, Pontianak, Banjarmasin, Balikpapan,
Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surabaya,
Madiun, Denpasar, Kupang, Makasar, Manado,
Ambon, Jayapura.
Penamaan : Pengadilan Militer I-1 Banda Aceh,
Pengadilan Militer II-11 Yogyakarta, Pengadilan
Militer III-19 Jayapura.
HUKUM ACARA PIDANA MILITER (10)
Pengadilan Militer Tinggi :
Berwenang mengadili pada tingkat pertama terhadap
tindak pidana yang dilakukan oleh militer berpangkat
mayor ke atas.
Berwenang mengadili pada tingkat banding terhadap
putusan yang dijatuhkan oleh Pengadilan Militer yang
dimohonkan upaya hukum banding ke Pengadilan Militer
Tinggi.
Berkedudukan di Medan, Jakarta, dan Surabaya.
Penamaan : Pengadilan Militer Tinggi I Medan,
Pengadilan Militer Tinggi II Jakarta, dan Pengadilan Militer
Tinggi III Surabaya.
Catatan : Pengadilan Militer Tinggi juga berwenang
mengadili pada tingkat pertama terhadap perkara
sengketa tata usaha militer.
HUKUM ACARA PIDANA MILITER (11)

Pengadilan Militer Utama :


Berwenang mengadili pada tingkat banding terhadap
putusan yang dijatuhkan oleh Pengadilan Militer Tinggi
yang dimohonkan upaya hukum banding ke Pengadilan
Militer Utama.
Berkedudukan di Ibukota Negara (Jakarta Pusat).
HUKUM ACARA PIDANA MILITER (12)

Pelaksanaan Putusan :
Tindakan oditur untuk melaksanakan putusan Peradilan
Militer yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap.
Pelaksanaan pidana mati dilakukan dengan berdasarkan
UU No. 2/PNPS/1964.
Pelaksanaan pidana hilang kemerdekaan (pidana penjara
atau pidana kurungan) dilakukan di Lembaga
Pemasyarakan Militer (jika terpidana tidak dipecat) atau
Lembaga Pemasyarakatan Umum (jika terpidana dipecat).
Pelaksanaan pidana denda dilaksanakan atau dibayar
dalam tenggang waktu 1 bulan, dan dapat diperpanjang 1
bulan.
HUKUM ACARA PIDANA MILITER (13)

Penyelesaian Perkara Pidana Militer Melalui


Hukum Disiplin Militer :
Segala bentuk tindak pidana yang digolongkan
dalam peraturan perundang-undangan terkait
dengan ancaman pidana penjara paling lama 3 bulan
atau kurungan paling lama 6 bulan;
Perkara sederhana dan mudah pembuktiannya;
Tindak pidana yang terjadi tidak mengakibatkan
terganggunya kepentingan militer dan/atau
kepentingan umum; dan
Tindak pidana karena ketidakhadiran tanpa izin
dalam waktu damai paling lama 4 hari.
HUKUM ACARA PIDANA MILITER (14)

Penahanan Dalam Perkara Pidana Militer :


Penahanan dilakukan terhadap tindak pidana yang
diancam pidana penjara 3 bulan atau lebih.
Penahanan dilakukan oleh Ankum, Papera, Hakim
Ketua Majelis, Kepala Pengadilan.
Penahanan dilakukan di Rumah Tahanan Militer.
Penangguhan penahanan bisa dilakukan dengan
persyaratan tertentu.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai