INDONESIA
SUPRIYADI
Departemen Hukum Pidana
Penyidikan :
Tindakan Penyidik TNI untuk mencari dan
mengumpulkan bukti-bukti agar membuat
terang tindak pidana dan menemukan
tersangkanya.
Penyidik TNI meliputi Atasan Yang Berhak
Menghukum (Ankum), Polisi Militer, dan Oditur.
Penyelidikan merupakan fungsi dan
kewenangan yang melekat dalam penyidikan,
sehingga tidak diatur dalam Hukum Acara Pidana
Militer (UU Peradilan Militer).
HUKUM ACARA PIDANA MILITER (6)
Penyerahan Perkara :
Tindakan Perwira Penyerah Perkara (Papera) untuk
menyerahkan perkara tindak pidana yang dilakukan oleh
militer ke Peradilan Militer.
Papera terdiri atas Panglima TNI, Kepala Staf (KSAD,
KSAL, KSAU), dan perwira militer lainnya minimal
setingkat Komandan Korem.
Penyerahan perkara berarti memerintahkan Oditur untuk
melakukan “penuntutan” tindak pidana yang dilakukan
oleh militer ke Peradilan Militer.
Penuntutan merupakan tindakan oditur untuk
melimpahkan perkara tindak pidana yang dilakukan oleh
militer ke Peradilan Militer.
Tahap penuntutan merupakan bagian dari tahap
penyerahan perkara.
HUKUM ACARA PIDANA MILITER (7)
Pemeriksaan Sidang Pengadilan :
Tindakan hakim di Peradilan Militer untuk menerima,
memeriksa, dan memutus perkara tindak pidana yang
dilakukan oleh militer.
Pemeriksaan sidang pengadilan terdiri atas acara
pemeriksaan biasa, acara pemeriksaan cepat, acara
pemeriksaan koneksitas, acara pemeriksaan khusus.
Alat bukti terdiri atas (a) keterangan saksi, (b)
keterangan ahli, (c) keterangan terdakwa, (d) surat, (e)
petunjuk.
Putusan pengadilan terdiri atas putusan bebas
(vrijspraak), putusan lepas (onslag van alle
rechtsvervolging), putusan pemidanaan (veroordeling).
Upaya hukum terdiri atas upaya hukum biasa (banding
dan kasasi) dan upaya hukum luar biasa (peninjauan
kembali dan kasasi demi kepentingan hukum).
HUKUM ACARA PIDANA MILITER (8)
Pengadilan Militer :
Berwenang mengadili pada tingkat pertama
terhadap tindak pidana yang dilakukan oleh militer
berpangkat kapten ke bawah.
Berkedudukan di Banda Aceh, Medan, Padang,
Palembang, Pontianak, Banjarmasin, Balikpapan,
Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surabaya,
Madiun, Denpasar, Kupang, Makasar, Manado,
Ambon, Jayapura.
Penamaan : Pengadilan Militer I-1 Banda Aceh,
Pengadilan Militer II-11 Yogyakarta, Pengadilan
Militer III-19 Jayapura.
HUKUM ACARA PIDANA MILITER (10)
Pengadilan Militer Tinggi :
Berwenang mengadili pada tingkat pertama terhadap
tindak pidana yang dilakukan oleh militer berpangkat
mayor ke atas.
Berwenang mengadili pada tingkat banding terhadap
putusan yang dijatuhkan oleh Pengadilan Militer yang
dimohonkan upaya hukum banding ke Pengadilan Militer
Tinggi.
Berkedudukan di Medan, Jakarta, dan Surabaya.
Penamaan : Pengadilan Militer Tinggi I Medan,
Pengadilan Militer Tinggi II Jakarta, dan Pengadilan Militer
Tinggi III Surabaya.
Catatan : Pengadilan Militer Tinggi juga berwenang
mengadili pada tingkat pertama terhadap perkara
sengketa tata usaha militer.
HUKUM ACARA PIDANA MILITER (11)
Pelaksanaan Putusan :
Tindakan oditur untuk melaksanakan putusan Peradilan
Militer yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap.
Pelaksanaan pidana mati dilakukan dengan berdasarkan
UU No. 2/PNPS/1964.
Pelaksanaan pidana hilang kemerdekaan (pidana penjara
atau pidana kurungan) dilakukan di Lembaga
Pemasyarakan Militer (jika terpidana tidak dipecat) atau
Lembaga Pemasyarakatan Umum (jika terpidana dipecat).
Pelaksanaan pidana denda dilaksanakan atau dibayar
dalam tenggang waktu 1 bulan, dan dapat diperpanjang 1
bulan.
HUKUM ACARA PIDANA MILITER (13)